Anda di halaman 1dari 4

Isu Keselamatan Pasien Terpenting 2014

30 DECEMBER 2013 POSTED IN EDITORIAL

Tidak ada satupun dokter atau petugas kesehatan lainnya yang ingin pasiennya celaka. Oleh karena
itu, keselamatan pasien menjadi isu penting dan terus menerus disosialisasikan dalam lingkungan
fasilitas kesehatan. Berbagai metode dan pendekatan diciptakan dan terus-menerus disempurnakan
untuk mencapai titik terendah angka kejadian tak diinginkan yang masih mungkin untuk dicapai.
Penggunaan teknologi dan sistem keselamatan dimaksimalkan untuk meningkatkan outcome
pelayanan. Bagaimanapun juga, hambatan untuk melaksanakan pelayanan yang safe justru ada pada
para klinisi yang berinteraksi dengan pasien selama mereka dirawat di RS. Hal ini disampaikan oleh
Linda Butler, MD, Chief Medical Officer di Rex Hospital, Raleigh.

Kerjasama antara Patient Safety Movement Foundation dengan The Joint Commission Center for
Transforming Healthcare telah menghasilkan daftar isu terpenting terkait keselamatan pasien yang
harus diwaspadai di tahun 2014 mendatang, sebagaimana dilansir pada laman
www.beckershospitalreview.com Susunan daftar ini tidak menunjukkan urutan kepentingan isu yang
bersangkutan.

Infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan

Menurut pusat pengendalian dan pencegahan penyakit, 5% dari seluruh pasien rawat inap
mengalami ini. Menurut The Association for Healthcare Research and Quality, biaya rata-rata yang
ditimbulkannya mencapai puluhan ribu dolar. Kesulitan menurunkan angka infeksi ini antara lain
adalah karena meningkatkan resistensi terhadap berbagai obat (multi-drugs), yang salah satunya
merupakan kontribusi dari peresepan dan penggunaan antibiotik yang kurang terkendali. Diperlukan
solusi jangka panjang untuk mengendalikan multi-drug resistance.

Komplikasi operasi

Meskipun kejadian tertinggalnya benda asing dalam tubuh pasca operasi, serta operasi salah sisi
atau salah orang sangat jarang terjadi, namun fatal sekali bila betul-betul terjadi. Salahsatu cara
menghindari benda tertinggal adalah menghitung seluruh peralatan yang digunakan sebelum dan
sesudah operasi. Adanya perencanaan dan perhatian yang baik dari semua anggota tim bedah saat
ini dipandang sebagai satu-satunya solusi terbaik untuk menurunkan komplikasi pasca operasi.

Komunikasi handoff

Handoff yang dilakukan dengan buruk akan menghasilkan error mayor maupun minor, yang
berdampak pada meningkatnya LOS dan biaya. Menurut The Joint Commission, sejak awal data
mengenai ini dikumpulkan di tahun 1990-an, isu ini telah menjadi akar penyebab utama malpraktik
yang berakhir ke ranah hokum. Memperbaiki sistem komunikasi perlu ditunjang oleh budaya safety
yang kuat dan hubungan kerja yang baik.

Diagnosis

Diagnosis yang tidak tepat dapat berakibat fatal bagi pasien, sebaik apapun tindakan medis
dilakukan. Kejadian salah diagnosis paling sering terjadi pada congenital heart disease dan sepsis,
yang berakibat fatal karena pasien sulit diselamatkan jika terlambat dideteksi. Perlu ada perbaikan
cara mendiagnosis untuk mengurangi kesalahan ini.

Medication errors

Meningkatnya angka komorbiditas menyebabkan pasien perlu mengkonsumsi obat lebih banyak
dibandingkan dengan satu dekade lalu. Ini tentu saja meningkatkan risiko terjadinya efek samping
obat yang buruk. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui dengan detil riwayat pengobatan
pasien, proses rekonsiliasi saat pasien ditransisi (dari RS ke rumah, misalnya) serta edukasi pasien
untuk mengurangi risiko ini.

Kegagalan menerapkan budaya keselamatan

Budaya keselamat pasien yang kuat akan memberi peluang terdeteksinya dan dianalisisnya
kesalahan lebih dini dan penyebab masalah diselesaikan sampai ke akarnya. Sayangnya masih sangat
banyak klinisi yang lebih suka tidak melaporkan kejadian tidak diinginkan. Model yang disarankan
oleh The Joint Commission meliputi empat langkah, yaitu: merencanakan perubahan, menginspirasi
orang-orang untuk berubah, mensosialisasikan framework dan mendukung perubahan pada saat
dimulai maupun setelahnya.

Ketiadaan interoperabilitas

Interoperabilitas adalah kapabilitas dari suatu produk atau sistem yang antar-mukanya diungkapkan
sepenuhnya untuk berinteraksi dan berfungsi dnegan produk atau sistem lain, kini atau dimasa
mendatang, tanpa batasan akses atau implementasi (http://interoperability-definition.info/id/).
Definisi ini lebih mudah dipahami melalui gambar berikut.
Sumber: http://interoperability-definition.info/id/

Dalam hal ini, penerapan rekam medis elektronik yang canggih namun belum sempurna untuk
menghindari terjadinya kesalahan. Salah satu penyebabnya adalah karena antar-vendor tidak saling
berkomunikasi sehingga sulit untuk melakukan data-sharing antar sistem yang dikembangkan oleh
vendor yang berbeda. Padahal, jika ada interoperabilitas yang tuntas, akan menghemat anggaran
hingga USD 30 miliar setahun. Karena kebutuhan untuk data-sharing semakin meningkat, saat ini
banyak vendor yang mulai melakukan investasi pada platform yang memungkinkan terjadinya
interoperabilitas yang lebih baik.

Pasien jatuh

Kejadian pasien jatuh sering dialami oleh pasien lansia, meskipun pasien pada usia yang lebih muda
juga berisiko terhadap hal ini. Untuk mengurangi kejadian ini, perlu ada screening pasien yang
berisiko jatuh, misalnya pasien demensia, tekanan darah rendah atau yang mobilitasnya sudah
berkurang. Seringkali keputusan investasi terkait hal ini dilematis; disatu sisi mengurangi jumlah
perawat untuk menghemat anggaran agar bisa dialokasikan di tempat lain, namun ini berarti
mengurangi pengawasan pada pasien yang dapat meningkatkan risiko safety, salah satunya adalah
pasien jatuh.

Adanya pilihan terapi yang lebih baik

Sering kali penggunaan pemeriksaan atau obat-obatan yang berlebihan menjadi pangkal dari
masalah keselamatan pasien. Contoh paling mudah dan banyak terjadi akhir-akhir ini adalah
penggunaan produk darah yang berlebihan. Pilihan terapi yang lebih baik berpotensi untuk
mengurangi harm pada pasien dan juga mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah sakit
dalam merawat pasien.

Tanda kelelahan
Menurut The Joint Commission, 85-99% dari sinyal alarm (pada tubuh pasien) tidak memerlukan
intervensi klinis. Namun, antara Januari 2009 hingga Juni 2012 komisi ini mencatat setidaknya 98
sentinel events terkait dengan kelelahan dalam mengamati alarm pasien, dan 80 diantaranya
berakhir dengan kematian pasien. Menurut The Joint Commission, membuat guideline untuk untuk
menyesuaikan settingan alarm dapat mengurangi masalah ini.

Sebenarnya RS secara alamiah selalu berupaya untuk mengingkatkan keselamatan pasien. Namun
kenyataan berkata lain, dimana kematian pasien yang sebenarnya dapat dicegah justru meningkat.
Patient Safety Movement Foundation menemukan bahwa para klinisi dan pihak lain dalam
komunitas pelayanan kesehatan sering mengingkari kenyataan bahwa medical error adalah bagian
dari praktek kedokteran. Perbaikan keselamatan pasien berarti menciptakan budaya keselamatan
diseluruh bagian organisasi, membangun komitmen yang terukur, menciptakan solusi dan
membagikan kesuksesan.

Anda mungkin juga menyukai