Anda di halaman 1dari 7

NAMA : AKHMAD SUHAIMI

NIM : 2055201110007
PARODY : S1 INFORMATIKA
MATKUL : AIK 2

RESUMAN MATERI VI
HAJI, UMRAH, DAN QURBAN

A. SEJARAH HAJI, UMRAH, DAN QURBAN

1. SEJARAH HAJI

Haji secara bahasa berarti menuju ke suatu tempat. Namun secara syariat mengacu pada ziarah
tahunan umat Islam ke Mekah dengan maksud tertentu untuk melakukan ritual keagamaan diwaktu
tertentu pula sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW. Haji pertama kali disyariatkan oleh Allah
pada masa Nabi lbrahim a.s. dan ia adalah Nabi yang dipercaya oleh Allah untuk membangun Ka’bah
bersama dengan anaknya Ismail di Mekah.

Setelah membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim datang ke Mekah untuk melakukan ibadah haji setiap
tahun, dan setelah kematiannya, praktik ini dilanjutkan oleh anaknya. Namun, secara bertahap dengan
berlalunya waktu, baik bentuk dan tujuan ritual haji berubah sebagai penyembahan berhala yang
tersebar di seluruh Arabia, Ka’bah kehilangan kemurnian dan berhala ditempatkan di dalamnya.
Dindingnya penuh dengan puisi dan lukisan, dan akhirnya lebih dari 360 berhala ditempatkan di sekitar
Ka’bah.

Selama periode haji itu sendiri, suasana di sekitar rumah suci (Ka’bah) layaknya seperti sirkus.
Laki-laki dan perempuan mengelilingi Ka’bah dengan telanjang, dengan alasan bahwa mereka harus
menampilkan diri di hadapan Allah dalam kondisi yang sama seperti mereka lahir.

Dengan demikian mereka benar-benar meninggalkan ajaran nenek moyang dan pemimpin
mereka Nabi Ibrahim a.s. Ajarannya yang suci untuk menyembah Allah semata, telah dinodai oleh orang-
orang kafir dan ritual yang telah ditetapkan benar-benar terselewengkan oleh mereka. Tapi kemudian
setelah periode panjang ini, waktu datang untuk doa Nabi Ibrahim yang harus dijawab: Ya Tuhan kami,
utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka.

Selama dua puluh tiga tahun, Nabi Muhammad menyebarkan pesan tauhid pesan yang sama
bahwa Nabi Ibrahim dan semua Nabi pendahulunya datang dengan membawa dan mendirikan hukum
Allah dimuka bumi. Nabi tidak hanya membersihkan Ka’bah dari segala kotoran, tapi juga
mengembalikan semua ibadah haji yang dituntunkan oleh Allah di masa Nabi Ibrahim.

2. SEJARAH UMRAH

Makna Umroh secara bahasa artinya berziarah atau mengunjungi. Adapun secara syar`i adalah
berziarah ke Baitullah (Mekkah) dengan niat ihram, melaksanakan thawaf mengelilingi Ka'bah, Sa'i di
antara Shafa dan Marwah serta mencukur rambut kepala.
UMRAH PERTAMA KALI

Maka pada tahun berikutnya, tepatnya pada tahun 7 Hijriyah untuk pertama kalinya Nabi
Muhammad SAW bersama 2000 orang dalam rombongannya melakukan umroh ke Baitullah. Nabi
Muhammad SAW beserta rombongan para sahabat memasuki Ka`bah dan langsung melakukan thawaf,.
Setelah melakukan thawaf 7 kali putaran mengelilingi Ka`bah, Rasulullah melakukan shalat di makam
Nabi Ibrahim As dan minum air zam-zam. Kemudian melakukan sa`i atau lari-lari kecil dari Shafa ke
Marwah dan terakhir Nabi melakukan tahallul atau mencukur sebagian rambut.

Syarat umrah :

● Beragama Islam baik wanita maupun laki-laki


● Sudah baligh dan berakal
● Merdeka
● Memiliki kemampuan dalam hal ini bekal dan kendaraan
● Adanya syarat untuk didampingi mahram bagi wanita yang ingin melakukan ibadah umroh.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan ibadah umroh adalah:

● Apabila meninggalkan rukun umroh yaitu ihram (berniat umroh), thawaf dan sa`i maka
umrohnya tidak sah dan wajib diulangi.
● Apabila meninggalkan kewajiban umroh yaitu melakukan ihram ketika memasuki miqat dan
bertahallul dengan menggundul atau memotong sebagian rambut, maka ibadah umroh tetap sah
dan kesalahan tersebut bisa dibayar dengan DAM/denda .
● Apabila melakukan jima` (berhubungan suami istri) sebelum tahallul maka wajib membayar
seekor kambing sebagaimana fatwa Ibnu Abbas Ra.

3. SEJARAH QURBAN

Sunnah Muakkadah (Sunnah yg dianjurkan) bagi yang mampu dan Mau Melaksanakannya.

Qurban Di masa Nabi Adam as.

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang
sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka
berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!".
berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertakwa". (Al
Maidah: 27).

Qurban di masa Nabi Idris as.

Disunnahkan kepada kaum Nabi Idris As yang taat kepadanya antara lain; beragama Allâh,
bertauhid, ibadah kepada khaliq, membersihkan jiwa dari siksa akhirat dengan cara beramal shalih di
dunia, bersifat Zuhud, adil, puasa pada hari yang ditentukan pada tiap bulan, berjihad, berzakat dan
sebagainya. Dan bagi kaum Idris ditetapkan hari-hari raya pada waktu-waktu yang tertentu, serta
berqurban; di antaranya saat terbenam matahari ke ufuk dan saat melihat hilal. Mereka diperintah
berqurban antara lain dengan al-Bakhûr (dupa atau wangi-wangian), al-Dzabâih (sembelihan), al-
Rayyâhîn (tumbuhan-tumbuhan yang harum baunya), di antaranya al-Wardu (bunga ros), dan al-hubûb
biji-bijian, seperti al-Hinthah (biji gandum), dan juga berqurban dengan al-Fawâkih (buah-buahan),
seperti al-‘Inab (buah anggur).

Qurban di masa Nabi Nuh as.

sesudah terjadi taufan (banjir) Nûh, Nabi Nûh As membuat tempat yang sengaja dan tertentu
untuk meletakkan qurban, yang nantinya qurban tersebut sesudah diletakkan di tempat tadi dibakar.

Qurban di masa Nabi Ibrohim.

Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa usia Ismail sekitar 6 atau 7 tahun. Sejak dilahirkan
sampai sebesar itu Nabi Ismail senantiasa menjadi anak kesayangan. Tiba-tiba Allah memberi ujian
kepadanya, sebagaimana firman Allah dalam surat Ash-Shaffaat: 102 “Maka ketika sampai (pada usia
sanggup atau cukup) berusaha, Ibrahim berkata: Hai anakku aku melihat (bermimpi) dalam tidur bahwa
aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah bagaimana pendapatmu” Ia menjawab: “Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-
orang yang sabar”.
Dalam mimpinya, Ibrahim mendapat perintah dari Allah supaya menyembelih putranya Nabi
Ismail. Ketika sampai di Mina, Ibrahim menginap dan bermimpi lagi dengan mimpi yang sama. Demikian
juga ketika di Arafah, malamnya di Mina, Ibrahim bermimpi lagi dengan mimpi yang tidak berbeda pula.
Ibrahim kemudian mengajak putranya, Ismail, berjalan meninggalkan tempat tinggalnya, Mina. Baru saja
Ibrahim berjalan meninggalkan rumah, syaitan menggoda Siti Hajar: “Hai Hajar! Apakah benar suamimu
yang membawa parang akan menyembelih anakmu Ismail?”. Akhirnya Siti Hajar, sambil berteriak-teriak:
“Ya Ibrahim, ya Ibrahim mau diapakan anakku?” Tapi Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah Allah
SWT tersebut.
Setibanya di Jabal Qurban, sekitar 200 meter dari tempat tinggalnya. Nabi Ibrahim melaksanakan
perintah Allah untuk menyembelih Ismail. Rencana itu pun berubah drastis, sebagaimana difirmankan
oleh Allah dalam surat Ash-Shaffaat ayat 103-107:
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, nyatalah
kesabaran keduanya. Dan Kami panggillah Dia: "Hai Ibrohim, “Kamu telah membenarkan mimpi itu,
sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang yang berbuat baik”. Sesungguhnya ini
benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar “.

Qurban di masa Nabi Musa as.

Penyembelihan qurban berlaku hingga zaman Nabi Musa As. Nabi Musa membagi binatang yang
disediakan untuk qurban kepada dua bagian, sebagian dilepaskan saja dan dibiarkan berkeliaran
sesudah di beri tanda yang diperlukan. Dan sebagian lagi disembelih. 

Qurban Bani Isroil.

Ummat dulu sebelum kita, jika seorang dari mereka berqurban, orang-orang keluar menyaksikan
apakah qurban mereka itu diterima atau tidak. Jika diterima datang api putih (Baidhâ`u) dari langit
membakar apa yang diqurbankan. Jika qurbannya tidak diterima, api itu tidak muncul. Dan rupa api itu
Lâ dukhâna lahâ wa lahâ dawiyun (api yang tidak berasap dan berbunyi). Dan bila seorang laki-laki dari
mereka (Bani Isrâ’îl) bershadaqah, jika diterima turun api dari langit, lalu membakar apa yang mereka
sodaqohkan.

Qurban di masa Nabi Zakaria as dan Nabi Yahya as.

Nabi Zakaria As dan Nabi Yahya As adalah di antara nabi dan rosul dari Bani Isroil, pada
keduanya ada qurban. Dan qurbannya adalah binatang dan Amti'atun (barang-barang) lalu di bakar api.

Qurban Pada Bangsa Yahudi dan Nashrani.

Bangsa Yahudi merupakan sebagian dari bani Israil. Sementara Bani Israil adalah keturunan Nabi
Ya’qub As. Nabi Ya’kub bergelar,israil. Pada bangsa Yahudi terdapat qurban yang biasa mereka lakukan
demikian juga pada bangsa Nashrani. Qurban pada bangsa Yahudi dan bangsa Nashrani, yaitu
melakukan pengurbanan dengan membakar sebagai sesaji yang bertujuan mengingat-ingat kesalahan,
yaitu dengan menyembelih sapi dan kambing jantan yang mulus, tidak cacat. Dengan menghidangkan:
tepung, minyak dan susu. Qurban karena adanya ketentraman, sebagai rasa syukur kepada al-Rabb .
Qurban pada bangsa Nashrani, antara lain: Persembahan missa seorang Kahin berupa roti dan arak.
Yang menurut keyakinan pada mereka hakekatnya, roti dan arak yang mereka qurbankan ditukar
dengan daging dan darah al-Masih.

Qurban Pada Bangsa Arab Jahilliyah.

Bangsa Arab Jahiliyah juga suka berqurban. Qurban mereka dipersembahkan untuk berhala-
berhala yang mereka sembah. Qurbannya ada binatang yang disembelih untuk berhala, dan ada
binatang yang dilepas bebas berkeliaran, juga untuk berhala. Cara qurban Arab Jahiliyah, yaitu mereka
jika menyembelih binatang qurban, seperti unta, mereka percikan daging dan darahnya pada al-baet
(ka’bah). Arab Jahili jika mereka menyembelih binatang, memercikan darahnya pada permukaan ka’bah,
dan memotong-motong dagingnya lalu mereka simpan di atas batu. Selain qurban yang disembelih, juga
ada qurban Jahiliyah yang dilepas untuk sembahan mereka, yaitu Bahîrah, sâibah, washîlah, hâm.

Qurban Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW melakukan qurban pada waktu Haji Wada di Mina setelah solat Iedul
Adha. Beliau menyembelih 100 ekor unta, 70 ekor di sembelih dengan tangannya sendiri dan 30 ekor di
sembelih oleh Sayyidina Ali Ra. "Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar
Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, Maka sebutlah olehmu nama Allah ketika
kamu menyembelihnya dalam Keadaan berdiri (dan telah terikat). kemudian apabila telah roboh (mati),
Maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang
tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu
kepada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur." (Al Hajj:36).

B. Hakekat Haji, Umrah dan Ibadah Qurban

Asal mula arti haji menurut lughah atau arti bahasa (etimologi) adalah “al-qashdu” atau “menyengaja”.
Sedangkan arti haji dilihat dari segi istilah (terminology) berarti bersengaja mendatangi Baitullah
(ka’bah) untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan tata cara yang tertentu dan dilaksanakan pada
waktu tertentu pula, menurut syarat-syarat yang ditentukan oleh syara’, semata-mata mencari ridho
Allah. Adapun umrah menurut bahasa bermakna ziarah. Sedangkan menurut syara’ umrah ialah
menziarahi ka’bah, melakukan tawaf di sekelilingnya, bersa’yu antara Shafa dan Marwah dan mencukur
atau menggunting rambut.

1. Rukun Haji dan Umrah


Rukun haji dan umrah merupakan ketentuan-ketentuan / perbuatan-perbuatan yang wajib dikerjakan
dalam ibadah haji apabila ditinggalkan, meskipun hanya salah satunya, ibadah haji atau umrahnya itu
tidak sah . Adapun rukun-rukun haji dan umrah itu adalah sebagai berikut:
a. Rukun haji:
● Ihram.
● Wukuf di Arafah.
● Thawaf
Macam-macam thawaf:
a) Thawaf Qudum (thawaf yang dilaksanakan saat baru tiba di Masjidil Haram)
b) Thawaf Ifadhah (thawaf rukun haji)
c) Thawaf Tamattu’ (thawaf yang dikerjakan untuk mencari keutamaan/thawaf sunnah)
d) Thawaf Wada’ (thawaf ketika akan meninggalkan Makkah)
e) Thawaf Nazar (thawaf yang dinazarkan)

● Sa’i
● Tahallul
● Tertib atau berurutan, yaitu mendahulukan yang lebih dahulu diantara rukun-rukun di atas.

Sedangkan Rukun dalam umrah sama dengan haji yang membedakan adalah dalam umrah tidak
terdapat wukuf di Arafah.
a. Rukun Umrah :
● ihram.
● Tawaf
● Sai.
● Tahalul.
● Tertib

b. Wajib Umrah :
● Ihram (Niat Ihram dari Miqot)
● Meninggalkan yang dilarang dalam ihram sah
● Melaksanakan Tawaf Wada.

C. Mencapai Haji Mabrur

Rasulullullah Sallallahu Alaihi wa Sallam bersabda tentang haji mabrur: Artinya; ‘Umrah ke umrah
menghapus dosa antara keduanya, dan tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali surga.” (HR. Al-
Bukhari 1773, Muslim 1350).
Dan di hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullullah Sallallahu Alaihi wa
Sallam pernah ditanya tentang amalan apa yang paling utama? Beliau menjawab : ‘Iman kepada Allah
dan Rasul-Nya.’ Kemudian beliau ditanya kembali, ‘Setelah itu apa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Jihad
Fi Sabilillah.’ Kemudian ditanya lagi, ‘Lalu apa lagi? Beliau menjawab, ‘Haji mabrur.’ (HR. Al-Bukhari
1519, Muslim 83).
Makna Haji Mabrur
Ulama berbeda pendapat dalam memaknai haji mabrur. Sebagian berpendapat bahwa ia adalah
amalan haji yang diterima di sisi Allah, dan sebagiannya lagi berpendapat yaitu haji yang buahnya
tampak pada pelakunya dengan indikasi keadaannya setelah berhaji jauh lebih baik sebelum ia berhaji.
(lihat Fathul Allam oleh Shiddiq Hasan Khan 1/594). Salah seorang Ulama Hadis Al Hafidh Ibn Hajar al’
Asqalani dalam kitab Fathul Baarii, syarah Bukhori Muslim menjelaskan: “Haji mabrur adalah haji yang
maqbul yakni haji yang diterima oleh Allah Subhanahu waTa’ala.”

Syarat-syarat Haji Mabrur.


1. Hendaknya haji yang ia lakukan harus benar-benar ikhlash karena Allah.
2. Haji yang ia lakukan mesti serupa dengan sifat haji Nabi Sallallahu Alaihi wa Sallam.
3. Harta yang ia pakai untuk berhaji adalah harta yang mubah bukan yang haram.
4. Hendaknya ia menjauhi rafats (menge-luarkan perkataan yang menimbulkan
birahi/bersetubuh), berbuat fasik, dan berbantah-bantahan. Allah berfirman (QS. Al-Baqarah
197).

Tanda Haji Mabrur.


1. Segala amalan ibadah haji dilakukan dan berdasarkan atas keikhlasan mendapatkan keridhoan
Allah Ta’ala dan juga dilaksanakan sesuai dengan tuntunan syariat Islam.
2. Harta yang digunakan dalam melaksanakan haji tersebut adalah dari hasil harta yang halal.
3. Melaksanakan serangkaian ibadah haji yang telah dituntunkan dan ditambah serta dipenuhi
dengan amalan-amalan ibadah lainnya yang menyertainya seperti halnya memperbanyak dzikir
di Masjidil Haram, memperbanyak sedekah di kala haji dan berkata-kata yang baik. Point
pentingnya adalah dengan banyak melakukan kebaikan di dalam melaksanakan haji tersebut.
4. Tidak melakukan perbuatan maksiat khususnya dalam melaksanakan ihram.
5. Kebaikan dan amal sholehnya meningkat setelah selesai melaksanakan ibadah haji dan tiba di
tanah air.

D. Hikmah Haji Dalam Berbagai Aspek.

Ibadah haji yang terdiri dari umrah dan haji merupakan titik kulminasi dari proses pencarian
kesempurnaan hidup baik secara individu dan sosial. Ibadah umrah adalah gambaran tahapan yang
harus ditemnpuh seseorang untuk mencapai tingkat kesempurnaan diri secara personal sebgai seorang
muslim, dan ibadah haji adalah tahapan dan proses yang harus dilakukan oleh umat Islam untuk
mencapai kesempurnaan hidup secara berjamaah, umat yang berkualitas, umat terpandang dalam
sejarah kemanusiaan. Itulah sebabnya dalam al Quran, perintah haji dan umrah diawali dengan kata-
kata : " Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah " ( QS. Al Baqarah : 187 ).
1. Ihram: Kesucian diri dengan mengontrol keinginan dan nafsu.
2. Thawaf: Hidup dalam lingkaran ibadah.
3. Sa’i: Meningkatkan etos kerja sebagai khalifah.
4. Tahallul: Pelayanan sosial secara individual.
5. Wukuf: Menggalangpotensi dan jaringan, menyusun langkah dan program umat, mengatur
strategi, menghadapi tantangan dan masa depan.
6. Muzdalifah: Persiapan menghadapi ancaman dan tantangan.
7. Melontar Jumrah di Mina: Semangat perjuangan,
8. Menyembelih Qurban: Pengorbanan.
E. Makna Spiritual Haji Bagi Kehidupan Sosial

Maka berdasarkan pada apa yang telah dipaparkan di atas maka akan dapat dilihat bagaimana
nilai/hikmah Haji dan Qurban itu pada waktu pelaksanaan nya (nilai substantif-normatif) dan bagaimana
pula pasca pelaksanaannya (nilai sosiologi- implementatif) :

1. Nilai Subtantif-Normatif
● Dimensi spiritual transsendental sebagai konsekwensi kepatuhan kepada Allah.
● Tauhidullah.
● Rihlah muqaddasah.
● Ukhwah Islamiyah.
● Ta’dhim Syi’ar Allah.
● Taqarrub/Penyerahan diri secara total pada Allah.

2. Nilai Sosiologis-Implementatif :

● Dimensi sosial-humanis dalam rangka refleksi ketaqwaan sebagai perwujudan kepedulian dengan
sesama.
● Tauhid Sosial.
● Solidaritas Sosial.
● Melawan berbagai rintangan dalam amar makruf nahi mungkar yang berdi mensi sosial, sehingga
terdistribusikannya nilai-nilai kemanusiaan secara universal.
● Menegakan nilai-nilai kemanusiaan.
● Menghilangkan differensiasi social.
● Menegakan sikap toleran dengan formasi budaya dan adat istiadat (ukhwah wathoniyah)
● Secara psikologis simbolis adalah membantai sifat hewani yang melekat pada diri manusia ( egois
serakah kejam dll) Deskralisasi dunia dan alam.

Anda mungkin juga menyukai