Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

Konsep Pendidikan Paulo Friere

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat


Yang Dibimbing Oleh : Irianto Aras, M.Pd

Disusun oleh Kelompok 1 :


Novi Arbiya (2140605086)
Fadillah S (2140605129)
Dini Ramadani (2140605049)
Meillinea Eka Prista Lestariningrum (2140605155)
Weni Noptita (2140605125)
Elisabet kuling (2140605160)
Nur hatika (2140605013)
Rizta Ariany (2140605176)
Jumaitrisen (2140605059)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................6
1. Biografi Paulo Friere........................................................................................................................6
2. Bagaimana makna pembebasan dalam perspektif Paulo Friere....................................................7
3. Tujuan Pendidikan Paulo Friere......................................................................................................8
4. Konsep Pendidikan Pembebasan Paulo Friere atau Penyadaran Conscietizacao..........................9
BAB III........................................................................................................................................................12
Kesimpulan...........................................................................................................................................12
Saran.....................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................13
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah Filsafat yang berjudul
"Pendidikan Paulo Friere " dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang Pendidikan Paule Friere bagi para pembaca
dan juga bagi kami penulis.
Kami penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irianto Aras selaku Dosen Mata
Kuliah Filsafat. Kami Ucapan terima kasih. juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tarakan, 16 Oktober 2021

Kelompok 1
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pendidikan,1 telah menjadi


icon yang selalu menarik
untuk
diperbincangkan dan
dikritisi demi kemajuan dan
pengembangan ilmu
pengetahuan.Baik di
kalangan pemerhati
pendidikan, praktisi
pendidikan dan lain
sebagainya. Hal ini siring
dengan perkembangan zaman
yang semakin pesat, yang
Pendidikan,1 telah menjadi
icon yang selalu menarik
untuk
diperbincangkan dan
dikritisi demi kemajuan dan
pengembangan ilmu
pengetahuan.Baik di
kalangan pemerhati
pendidikan, praktisi
pendidikan dan lain
sebagainya. Hal ini siring
dengan perkembangan zaman
yang semakin pesat, yang
Pendidikan,1 telah menjadi
icon yang selalu menarik
untuk
diperbincangkan dan
dikritisi demi kemajuan dan
pengembangan ilmu
pengetahuan.Baik di
kalangan pemerhati
pendidikan, praktisi
pendidikan dan lain
sebagainya. Hal ini siring
dengan perkembangan zaman
yang semakin pesat, yang
Pendidikan,1 telah menjadi
icon yang selalu menarik
untuk
diperbincangkan dan
dikritisi demi kemajuan dan
pengembangan ilmu
pengetahuan.Baik di
kalangan pemerhati
pendidikan, praktisi
pendidikan dan lain
sebagainya. Hal ini siring
dengan perkembangan zaman
yang semakin pesat, yang
Pendidikan telah menjadi icon yang selalu menarik untuk dipebincangkan dan
dikritisi demi kemajuan dan pengembangan ilmu pengtahuan. Baik dikalangan
pemerhati pendidikan, praktisi pendidikan dan lain sebagainya. Hal ini seiring dengan
perkembangan zaman yang semakin pesat, yang syarat dengan kemajuan sains dan
teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dirasakan manusia dewasa ini adalah
buah dari kebebasan.
Paulo Friere, salah satu tokoh pendidik yang sangat kritis mengenai pendidikan.
Alam semesta sebagai ruang kelasnya, untuk dimanfaatkan sebagai proses pendidikan
yang selaras dengan perkembangan zamannya baik perasaan, bahasa, maupun alam
pikirannya. Friere tak henti-hentinya mencari bentuk-bentuk baru kesadaran kritis dan
menggali hubungan-hubungan baru antara penindasan dalam berbagai bidang dengan
conscientizacao (Proses Penyadaran) yang membebaskan. Benang meah yang
menyatukan karyanya adalah kesadaran kritis sebagai penggerak emansipasi kultural.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Uraian diatas:

1. Biografi Paulo Friere?


2. Bagaimana makna pembebasan dalam perspektif Paulo Friere?
3. Tujuan Pendidikan Paulo Friere?
4. Konsep pendidikan pembebasan Paulo Friere atau penyadaran Conscietizacao?
C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah diatas adalah agar bisa belajar dan memahami dari materi
di atas. Yaitu;

1. Untuk mengetahui Biografi Paulo Friere


2. Untuk mengetahui makna pembebasan dalam perspektif Paulo Friere
3. Untuk mengetahui tujuan pendidikan Paulo Friere
4. Untuk mengetahui pendidikan pembebasan Paulo Friere atau penyanderaan
Conscietizacao
BAB II
Pembahasan

1. Biografi Paulo Friere

Freire lahir pada tanggal


19 September 1921 di
Recife, Brazil yang
merupakan pusat salah satu
daerah paling miskin dan
terbelakang di dunia ketiga,
yaitu sebuah kota pelabuhan
di sebelah Timur Laut negeri
Brazil. Ia hidup dalam
keluarga yang
menyenangkan yang
menjunjung tinggi dialog
dan menghargai
pilihan seseorang,4 Berasal
dari keluarga menengah dan
terbiasa hidup sederhana.
Kesederhanaan itu
mengajarkannya sejak kecil
apa artinya menahan rasa
lapar.
Pengalaman ini
memotivasinya untuk
mendedikasikan hidupnya
bagi perjuangan
melawan kelaparan. Ia
mengatakan “jangan sampai
anak-anak merasakan dan
mengalami susahnya hidup
seperti yang pernah saya
alami.”.5
Ketika berumur 10 tahun,
keluarganya pindah ke
Jabatao. Di kota ini
ayahnya meninggal.
Akhirnya ia harus bergelut
dengan masa transisi dan
kekuarangan finansial.
Dalam kondisi ini ia
menemukan dirinya sebagai
bagian
dari “kaum rombeng dari
muka bumi”. Situasi seperti
ini membuatnya tertatih-
tatih menjalani studi. Walau
demikian pelan-pelan
krisis finansial yang melanda
keluarganya mulai teratasi,
sehingga ia dapat
menyelesaikan sekolah
menengahnya.
Kemudian ia masuk Fakultas
Hukum di Universitas Recife,
di samping itu ia juga
belajar filsafat dan psikologi
bahasa, dan disela-sela
kuliahnya, ia mengajar
bahasa
portugis, sebagai part timer,
pada sebuah sekolah
menengah.6
Setelah menikah dengan
Elza Maia Costa Oliveira –
seorang guru dari
Recife- tahun 1944, mulai
tumbuh minatnya
mendalami buku-buku
pendidikan
(filsafat pendidikan dan
sosiologi pendidikan)
melebihi buku-buku tentang
hukum. Walau begitu, ilmu
hukumknya tetap berjasa.
Berkat ijazah hukum, ia
dapat menjabat Direktur
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, sebuah
Lembanga Pelayanan Sosial
di Pernambuco. Bekerja di
lembaga sosial
membuatnya sering
berkontak secara langsung
dengan orang-orang miskin
kota.
Pengalaman ini kelak juga
ikut mempengaruhi filosofi
pendidikannya.7
Freire lahir pada tanggal
19 September 1921 di
Recife, Brazil yang
merupakan pusat salah satu
daerah paling miskin dan
terbelakang di dunia ketiga,
yaitu sebuah kota pelabuhan
di sebelah Timur Laut negeri
Brazil. Ia hidup dalam
keluarga yang
menyenangkan yang
menjunjung tinggi dialog
dan menghargai
pilihan seseorang,4 Berasal
dari keluarga menengah dan
terbiasa hidup sederhana.
Kesederhanaan itu
mengajarkannya sejak kecil
apa artinya menahan rasa
lapar.
Pengalaman ini
memotivasinya untuk
mendedikasikan hidupnya
bagi perjuangan
melawan kelaparan. Ia
mengatakan “jangan sampai
anak-anak merasakan dan
mengalami susahnya hidup
seperti yang pernah saya
alami.”.5
Ketika berumur 10 tahun,
keluarganya pindah ke
Jabatao. Di kota ini
ayahnya meninggal.
Akhirnya ia harus bergelut
dengan masa transisi dan
kekuarangan finansial.
Dalam kondisi ini ia
menemukan dirinya sebagai
bagian
dari “kaum rombeng dari
muka bumi”. Situasi seperti
ini membuatnya tertatih-
tatih menjalani studi. Walau
demikian pelan-pelan
krisis finansial yang melanda
keluarganya mulai teratasi,
sehingga ia dapat
menyelesaikan sekolah
menengahnya.
Kemudian ia masuk Fakultas
Hukum di Universitas Recife,
di samping itu ia juga
belajar filsafat dan psikologi
bahasa, dan disela-sela
kuliahnya, ia mengajar
bahasa
portugis, sebagai part timer,
pada sebuah sekolah
menengah.6
Setelah menikah dengan
Elza Maia Costa Oliveira –
seorang guru dari
Recife- tahun 1944, mulai
tumbuh minatnya
mendalami buku-buku
pendidikan
(filsafat pendidikan dan
sosiologi pendidikan)
melebihi buku-buku tentang
hukum. Walau begitu, ilmu
hukumknya tetap berjasa.
Berkat ijazah hukum, ia
dapat menjabat Direktur
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, sebuah
Lembanga Pelayanan Sosial
di Pernambuco. Bekerja di
lembaga sosial
membuatnya sering
berkontak secara langsung
dengan orang-orang miskin
kota.
Pengalaman ini kelak juga
ikut mempengaruhi filosofi
pendidikannya.7
Friere lahir pada tanggal 19 September 1921 di Recife, Brazil yang merupakan
pusat salah satu daerah paling miskin terbelakang di dunia ketiga, yaitu sebuah kata
pelabuhan di sebelah Timur Laut negri Brazil. Ia hidup dalam keluarga yang
menyenangkan yang menjunjung tinggi dialog dan menghargai pilihan seseorang,
berasal dari keluarga kelas menengah dan terbiasa hidup sederhana. Kesederhanaan
itu mengajarkannya sejak kecil apa arti menahan rasa lapar. Pengalaman ini
memotivasinya untuk mendedikasikan hidupnya bagi perjuangan melawan rasa
kelaparan. Ia mengatakan “jangan sampai anak-anak merasakan dan mengalami
susahnya hidup seperti yang pernah saya alami.”
Ketika beumur 10 tahun keluaganya pindah ke Jabatao. Di kota ini ayahnya
meninggal, akhirnya ia harus bergelut dengan masa transisi dan kekurangan finansial.
Dalam kondisi ini ia menemukan dirinya sebagai bagian dari “kaum rombeng dari muka
bumi”. Situasi seperti ini membuatnya tertatih-tatih menjalani studi. Walau demikian
pelan-pelan krisis finansial yang melanda keluarganya mulai teratasi, sehingga ia dapat
menyelesaikan sekolah menengahnya. Kemudian ia masuk Fakultas Hukum di
Universitas Recife, di samping itu ia juga belajar filsafat dan psikologi bahasa, dan
disela-sela kuliahnya ian mengajar bahasa portugis sebagai part time pada sebuah
sekolah menengah.

Setelah menikah dengan


Elza Maia Costa Oliveira –
seorang guru dari
Recife- tahun 1944, mulai
tumbuh minatnya
mendalami buku-buku
pendidikan
(filsafat pendidikan dan
sosiologi pendidikan)
melebihi buku-buku tentang
hukum. Walau begitu, ilmu
hukumknya tetap berjasa.
Berkat ijazah hukum, ia
dapat menjabat Direktur
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, sebuah
Lembanga Pelayanan Sosial
di Pernambuco. Bekerja di
lembaga sosial
membuatnya sering
berkontak secara langsung
dengan orang-orang miskin
kota.
Pengalaman ini kelak juga
ikut mempengaruhi filosofi
pendidikannya.7
Tahun 1961 Joao Goulart
menggantikan Janio
Quadros sebagai presiden
Brazilia. Di masa presiden
baru ini gerakan kaum
petani dan kaum
budayawan
melakukan kampanye yang
bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran
dan
kemampuan baca tulis
supaya rakyat dapat
berpartisipasi aktif di bidang
politik.8
Freire sendiri
mengembangkan program
literasi (melek huruf) bagi
ribuan petan
Setelah menikah dengan Elza Maia Costa Oliveira –seorang guru dari Recife-
tahan 1944, mulai tumbuh minatnya mendalami buku-buku pendidikan (Filsafat
Pendidikan dan Sosiologi Pendidikan) melebihi buku-buku tentang hukum. Walau
begitu, ilmu hukumnya tetap bejasa. Berkat ijazah hukum, ia dapat menjadi Direktur
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sebuah Lembaga Pelayanan Sosial di
Pernambuco. Bekerja di lembaga social membuatnya sering berkontak secara langsung
dengan orang-orang miskin kota. Pengalaman ini kelak juga ikut mempengaruhi filosofi
pendidikannya.
Tahun 1961 Joao Goulart menggantikan Janio Qadros sebagai presiden Brazilia.
Di masa presiden baru ini gerakan kaum petani dan kaum budayawan melakukan
kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan baca tulis
supaya rakyat dapat bepartisipasi aktif di bidang politik. Friere sendiri mengembangkan
program literasi (melek huruf) bagi ribuan petani di daerah Recife dari juni 1963 sampai
maret 1964. Pogram ini disambut dengan antusias besar oleh rakyat Brazilia. Ia
menggunakan metode conscientization (konsientasi : penyadaran) untuk
membangkitkan kesadaran rakyat atas realitas yang menindas mereka, dan bangkitnya
kesadaran rakyat menimbulkan dampak terhadap perubahan social. Tetapi kesadaran
rakyat ini sekaligus membuat khawatir pihak militer dan tuan tanah.
Pada 1 April 1964, militer berhasil menggulingkan rezim Goulart. Pada rezim
militer ini gerakan kerakyatan ditekan. Friere ditangkap dan dimasukkan ke penjara
selama 70 hari dengan tuduhan melakukan kegiatan subversive. Di penjara ia menulis
karya pertama nya educacao Como Pratica da Liberdade (Pendidikan sebagai
praktek pembebasan). Pada tahun 1970, ia menjadi penasihat pendidikan pada kantor
pendidikan dewan gereja-gereja se-dunia di Janewa, Swiss. Smapai tahun 1979 ia tetap
tidak diizinkan kembali ke Brazil, baru setelah itu ia diperbolehkan oleh pemerintah
Brazil untuk menetap kembali di Brazil. Pada tahun 1996 ia meninggal dunia dalam usia
75 tahun karena serangan jantung.

2. Bagaimana makna pembebasan dalam perspektif Paulo Friere

Kebebasan secara umum berarti ketiadaan paksaan. Ada kebebasan fisikyaitu


secara fisik bebas bergerak ke mana saja. Kebebasan moral yaitu kebebasandari
paksaan moral, hukum dan kewajiban (termasuk di dalamnya kebebasanberbicara).
Kebebasan psikologis yaitu memilih berniat atau tidak, sehinggakebebasan ini sering
disebut sebagai kebebasan unutuk memilih. Manusia jugamempunyai kebebasan
berpikir, berkreasi dan berinovasi. Kalau disimpulkan adadua kebebasan yang dimiliki
manusia yaitu kebebasan vertikal yang arahnyakepada Tuhan dan kebebasan horisontal
yang arahnya kepada sesama makhluk.
Sementara pendidikan adalah media kultural untuk membentuk “manusia”.Kaitan
antara pendidikan dan manusia sangat erat sekali, tidak bisa dipisahkan. Kata
Driyarkara, pendidikan adalah “humanisasi”, yaitu sebagai media dan proses
pembimbingan manusia muda menjadi dewasa, menjadi lebih manusiawi (“humanior”).
Jalan yang ditempuh tentu menggunakan massifikasi jalur kultural. Tidak boleh ada
model “kapitalisasi pendidikan” atau “politisasi pendidikan”.Karena, pendidikan secara
murni berupaya membentuk insan akademis yangberwawasan dan berkepribadian
kemanusiaan.
Pandangan klasik tentang pendidikan pada umumnya dikatakan sebagaipranata
yang dapat dijalankan pada tiga fungsi sekaligus ; Pertama, Menyiapkan generasi muda
untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakatdimasa depan. Kedua,
mentranfer atau memindahkan pengetahuan, sesuai denganperanan yang diharapkan,
dan Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangkamemelihara keutuhan dan kesatuan
masyarakat sebagai prasyarat bagikelangsungan hidup (survive) masyarakat
dan peradaban.

Dalam perkembangan berikutnya,ekstensifikasi pengertian pendidikan tersebut,


sejalan dengan tuntutan masyarakat atau “pasar”. Dari sini lalu pendidikan memainkan
fungsi sebagai suplementer, melestarikan tata social dantata nilai yang ada
dimasyarakat dan sekaligus sebagai agen pembaharuan. Prosesini, kemudian
menimbulkan persoalan dalam pendidikan, yaitu ketika terjadinyahubungan timbal-balik
antara kepentingan pendidikan disatu sisi dan kepentingankebutuhan masyarakat disisi
lainnya. Kepentingan pendidikan seringkali menjaditerabaikan oleh tuntutan masyarakat.
Artinya, fungsi konservasi budaya lebihmenonjol dari pada upaya antisipasi masa depan
secara akurat dan memadai.Maka, muncullah berbagai kritik terhadap system
pendidikan. Kritik ini munculkarena melihat pendidikan telah mengalami stagnasi, yang
kemudian melahirkan berbagai aliran dalam pendidikan.
Salah satu kritik cukup tajam menganai pendidikan ini datang dari PauloFriere.
Menurut Freire, kala itu pendidikan di Brazil (dan mungkin masih terjadi sampai kini di
banyak negeri, termasuk Indonesia) telah menjadi alat penindasandari kekuasaan untuk
membiarkan rakyat dalam keterbelakangannya danketidaksadarannya bahwa ia telah
menderita dan tertindas. "Pendidikan gayaBank", dimana murid menjadi celengan dan
guru adalah orang yang menabung,atau memasukkan uang ke celengan tersebut,
adalah gaya pendidikan yang telahmelahirkan kontradiksi dalam hubungan guru dengan
murid. Lebih lanjutdikatakan, "konsep pendidikan gaya bank juga memeliharanya
(kontradiksitersebut) dan mempertajamnya, sehingga mengakibatkan terjadinya
kebekuanberpikir dan tidak munculnya kesadaran kritis pada murid". Murid
hanyamendengarkan, mencatat, menghapal dan mengulangi ungkapan-ungkapan
yangdisampaikan oleh guru, tanpa menyadari dan memahami arti dan makna
yangsesungguhnya. Inilah yang disebut Freire sebagai kebudayaan bisu (the culture
ofsilence).
Keprihatinan Friere terhadap kaum tertindas (oppressed) telah mendorongdirinya
untuk mengantisipasi persoalan tersebut demi masa depan kemanusian.Menurutnya,
kaum tertindas yang menginternalisasi citra diri kaum penindas danmenyesuaikan diri
dengan jalan fikiran mereka, akan membawa rasa takut yangberat. Padahal kebebasan
menghendaki mereka, untuk menolak citra diri tersebutharus menggatinya dengan
perasaan bebas serta tanggungjawab. Kebebasan hanya bias “direbut” bukan
“dihadiahkan” kata Friere.

3. Tujuan Pendidikan Paulo Friere

Kriteria pendidikan ideal menurut Freire adalah pendidikan yang berorientasi


pada pengenalan realitas diri manusia, karena manusia adalah penguasa atas dirinya,
dan karena itu fitrah manusia adalah menjadi merdeka, dan menjadi manusia yang
bebas dari situasi-situasi yang menindasnya. Dan inilah yang merpakan tujuan ahir dari
upaya humanisme Freire. Freire mendasari landasan epistemologinya aksiologisnya
dengan nilai kemanusiaan, Freire berasumsi bahwa kebebasan berpendapat dan
berpikir adalah hak tiap manusia. Hak ini perlu diberikan ruang agar manusia tumbuh
menjadi makhluk yang imajinatif dan kreatif. Sebab itu Freire merumuskan sebuah
konsep tujuan pendidikan yang dapat memberikan hak manusia untuk
mengaktualisasikan potensi dan kreativitasnya sendiri.
Berikut konsep tujuan pendikan dalam pandangan Freire:

a) Pendidikan untuk penyadaran Conscientizacao Konsep pendidikan freire yang


paling urgen adalah bertujuan untuk penyadaran manusia akan realitas sosialnya
Conscientizacao. Freire memulai program pendidikannya dengan
mengkonseptualisasikan sebuah proses penyadaran yang mengarah pada
konsep pembebasan yang disebutnya sebagai ―kemanusiaan yang lebih utuh.
Hasil dari proses ini dinamakannya Conscientizaca, dimana setiap individu
mampu melihat sistem sosial secara kritis. Penyadaran merupakan inti dari
proses pendidikan. Pendidikan harus mengandung muatan realistis, dalam
materi ajar berhubungan dengan fenomena actual dari realitas sosial
masyarakat, sehingga setelah menggenyam pendidikan peserta didik menjadi
sadar akan kebutuhan, tantangan dan persoalan yang terkait dengan realitas
sosial sekitarnya atau bahkan sadar akan realitas sosial dunia.

b) Pendidikan untuk pembebasan Dalam banyak kesempatan Freire mengatakan


bahwa pendidikan nilai paling vital bagi proses pembebasan manusia. Baginya
pendidikan jalur permanen pembebasan, dan berada dalamu dua tahap: pertama
pendidikan menjadikan orang sadar akan penindasan yang menimpa mereka
dan melalui gerakan praksis untuk mengbubah keadaan itu. Kedua pendidikan
merupakan proses permanen aksi budaya pembebasan. Pendidikan untuk
humanisasi Manusia adalah penguasa atas dirinya oleh karena itu fitrah manusia
adalah menjadi manusia yang merdeka, oleh karena itu menurut Freire
humanisasi Wiliam A. Smith, Concientizacao Tujuan Pendidikan Paulo Freire,
merupakan tujuan akhir dari pendidikan. Namun ia sering diingkari oleh manusia
sendiri terutama oleh golongan penindas dan justru karena adanya pengingkaran
tersebut, humanisasi menjadi disadari. Pengingkaran biasanya berupa perlakuan
tidak adil, pemerasan, dan kekejaman. Bentuk kerinduan kaum tertindas akan
kebebasan dan keadilan, menimbulkan perjuangan untuk menarik kembali harkat
kemanusiaan mereka yang hilang. Adapun setiap tindakan sebagai langkah
menuju humanisasi adalah suatu nilai yang dijadikan alat untuk mencapai nilai
kemanusiaan yaitu melalui pendidikan.

4. Konsep Pendidikan Pembebasan Paulo Friere atau Penyadaran


Conscietizacao
Bagi Freire manusia bebas adalah manusia sejati, yaitu manusia
merdeka yang mampu menjadi subjek bukan hanya menjadi objek yang hanya
menerima sebuah perlakuan dari pihak lain. Panggilan manusia sejati adalah
menjadi manusia yang sadar, yang bertindak mengatasi dunia dan realita. Pada
hakikatnya manusia mampu memahami keadaan dirinya dan lingkungannya
dengan berbekal pikiran dan dengan tindakan praksisnya ia akan mampu
merubah situasi yang tidak selaras dengan jalan pikirnya. Maka, dalam konteks
ini meminjam istilah pascal ―…Kesadaran adalah esensi yang lebih tinggi
ketimbang eksistensi.
Freire menyatakan bahwa pendidikan sebagai jalan menuju peningkatan
kualitas intelektual dan potensi manusia, dimana antara satu dengan yang lain
memiliki daya kreasi dan potensi yang berbeda-beda dan harus senantiasa
mengutamakan dialog antara pendidik dan peserta didik agar tercipta sebuah
interaksi yang dialektis antara keduanya. Dengan aktif bertindak dan berpikir
sebagai pelaku, dengan terlibat langsung dalam permasalahan yang nyata dan
dalam suasana yang dialogis, maka pendidikan humanis akan menumbuhkan
kesadaran yang menjauhkan seseorang dari ―rasa takut‖. Dengan kata lian,
langkah awal yang paling menentukan dalam upaya pendidikan yakni
penyadaran.Yang disebut Freire dengan istilah Conscientientizaco.
Freire mendeskripsikan Conscientientizaco sebagai sebuah proses untuk
menjadi manusia yang selengkapnya. Memang pada dasarnya tidak setiap
manusia memiliki kebaranian yang sama untuk dapat mewujudkan pembebasan
dirinya, kaitannya dalam hal ini Freire mengelompokkan masyarakat sebagai
bagian dari penerima pendidikan atau dapat disebut sebagai peserta didik dalam
konteks kemasyarakatan kedalam 3 bagian yaitu:
1) Kesadaran magis yaitu suatu kesadaran masyarakat yang tidak
mampu melihat kaitan antara satu faktor dengan faktor Pendidikan
sebagai Paradigma Pembebasan lainnya. Misalnya masyarakat
miskin yang tidak mampu melihat kaitan antara kemiskinan mereka
dengan sistem politik dan kebudayaan. Kesadaran magis lebih
melihat faktor di luar manusia (natural maupun supra natural) sebagai
penyebab dan ketidakberdayaan. Kesadaran magis ditandai dengan
sikap menerima dan bungkam terhadap situasi yang ada.
2) Kesadaran naif, keadaan yang dikategorikan dalam kesadaran ini
adalah lebih melihat aspek manusia menjadi akar penyebab masalah
masyarakat. Kesadaran naif dialami oleh mereka yang telah melihat
dan memahami penyebab kekacauan dalam kehidupannya, namun
mereka belum memiliki kesadaran untuk bangkit dan menggugat dan
berusaha memperjuangkan hak-hak mereka.
3) Kesadaran kritis adalah kesadaran yang lebih melihat aspek dan
struktur sebagai sumber masalah. Pendekatan struktural menghindari
"blaming the victims" dan lebih menganalisis. Untuk selanjutnya
secara kritis menyadari struktur dan sistem sosial, politik, ekonomi
budaya dan akibatnya pada keadaan masyarakat. Adapun pendidikan
dengan kesadaran kritis yang ingin diserukan Freire yaitu pendidikan
kritis yang mendidik manusia untuk peka terhadap realita dan
masalah disekitarnya.
Penyadaran pada umumnya, dan Conscientientizaco pada khususnya,
memperhatikan perubahan-perubahan hubungan antar manusia yang akan
memperbaiki penyelewengan manusia. Conscientientizaco mengemban tugas
pembebasan, dan pembebasan itu berarti penciptaan norma, aturan, prosedur
dan kebijakan baru. Pembebasan bermakna transformasi atas sebuah sistem
realitas yang saling terkait dan kompleks, serta reformasi beberapa individu
untuk mereduksi konsekuensi-konsekuensi negatif dari perilakunya.
Pembebasan hanya bisa dilakukan dalam artian yang sesungguhnya jika
seseorang memang benar-benar telah menyadari realitas dirinya sendiri dan
dunia sekitarnya. Dengan kata lain, langkah awal yang paling menentukan dalam
upaya pendidikan pembebasannya Freire yakni suatu proses yang terus
menerus, suatu "commencement", yang selalu "mulai dan mulai lagi", maka
proses penyadaran akan selalu ada dan merupakan proses yang sebagian
(inherent) dalam keseluruhan proses pendidikan itu sendiri. Maka proses
penyadaran merupakan proses inti atau hakikat dari proses pendidikan itu
sendiri. Dunia kesadaran seseorang memang tidak boleh berhenti, ia senantiasa
harus terus berproses, berkembang dan meluas, dari satu tahap ke tahap
berikutnya, dari tingkat "kesadaran naïf", sampai ke tingkat "kesadaran kritis".
Jika seseorang sudah mampu mencapai tingkat kesadaran kritis terhadap
realitas, orang itu mulai masuk dalam proses pengertian dan bukan proses
menghafal semata-mata. Orang yang mengerti bukanlah orang yang menghafal,
karena ia menyatakan diri atau sesuatu berdasarkan suatu "sistem kesadaran",
sedangkan orang yang menghafal hanya menyatakan diri atau sesuatu secara
mekanis tanpa (perlu) sadar apa yang dikatakannya, dari mana ia telah
menerima hafalannya, dan untuk apa ia menyatakannya kembali pada saat
tersebut.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/307849814_Pendidikan_Pembebasan_Telaah_Terh
adap_Pemikiran_Paulo_Freire

https://www.academia.edu/35616579/MAKALAH_KONSEP_PENDIDIKAN_PAULO_FREIRE

https://text-id.123dok.com/document/4yrdrk4oq-tujuan-pendidikan-paulo-freire.html

https://minio1.123dok.com/dt03pdf/123dok/000/530/530830.pdf.pdf?X-Amz-Content-
Sha256=UNSIGNED-PAYLOAD&X-Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-SHA256&X-Amz-
Credential=HBT28R878GBP52A279VA%2F20211016%2F%2Fs3%2Faws4_request&X-Amz-
Date=20211016T153826Z&X-Amz-SignedHeaders=host&X-Amz-Expires=600&X-Amz-
Signature=9c597918cf057a8e0b5e671d7b7d2236dd682df371a50d00f25210e56ca1ed5a

https://text-id.123dok.com/document/yeowg9rq-makalah-konsep-pendidikan-paulo-freire-
1.html

https://123dok.com/document/yeowg9rq-makalah-konsep-pendidikan-paulo-freire.html

Anda mungkin juga menyukai