Oleh: Kelompok 1
2. Yulia Juwita
4. Rayhan Triandika
5. Regi Meriska
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar belakang.......................................................................................2
B. Rumusan masalah................................................................................3
C. Tujuan penulisan...................................................................................4
D. Manfaat penulisan................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
A. Pengertian Alkana.................................................................................7
B. Sifat Alkana...........................................................................................8
G. Tatanama............................................................................................13
H. Cara pembuatan.................................................................................14
I. Manfaat..................................................................................................15
A. Kesimpulan..........................................................................................17
B. Saran....................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
Alkana adalah molekul organik yang termasuk senyawa hidrokarbon dengan ikatan tunggal.
Senyawa hidrokarbon sendiri adalah senyawa kimia yang mengandung unsur hidrogen (H) dan karbon
(C), atau biasa ditulis sebagai CxHy. Dengan x adalah jumlah karbon dan y adalah jumlah hidrogen,
sedangkan Alkana memiliki rumus CnH2n+2.
Terdapat dua senyawa yang mempunyai jumlah atom C dan H sama, tetapi mempunyai sifat yang
berbeda. Perbedaan sifat kedua senyawa di atas disebabkan oleh satu atom H pada etana digantikan
oleh gugus -OH. Gugus -OH inilah yang menyebabkan perbedaan sifat etana dan etanol. Gugus -OH ini
dikenal dengan sebutan gugus fungsi. Gugus fungsi adalah atom atau gugus atom yang menjadi ciri khas
suatu deret homolog. Setiap senyawa karbon yang mempunyai gugus fungsi berbeda akan mempunyai
sifat yang berbeda pula.
1. Menjelaskan definisi tentang senyawa turunan alkana ( alkohol, enter, aldehid, keton, asam
karboksilat, dan ester)
Senyawa alkohol sangat mudah ditemukan dalam kehidupan sehari – hari karena
manfaat atau kegunaan yang dimiliki oleh senyawa turunan alkana ini. Berbagai jenis alkohol
digunakan untuk beberapa kebutuhan, misalnya:
1. Penggunaan metil alkohol (metanol) sebagai pelarut, bahan bakar, dan bahan baku
pembuatan senyawa ester juga formaldehida
2. Penggunaan etil alkohol (etanol) sebagai pelarut organik, bahan bakar, minuman
beralkohol, dan bahan baku untuk pewarna, obat, juga kosmetik
3. Penggunaan etilen glikol (glikol) untuk pelarut cat, bahan bakar serat industri dan bahan
pelembut
4. Dari berbagai macam senyawa turunan alkana, alkohol adalah salah satu jenis yang
sudah dikenal secara luas oleh masyarakat karena banyak digunakan di kehidupan
sehari – hari. Sampai jumpa di materi selanjutnya teman!
BAB II
PEMBAHASAN
Alkana merupakan senyawa hidrokarbon alifatik jenuh. Senyawa turunan alkana merupakan
senyawa yang dianggap berasal dari alkana, di mana salah satu atau beberapa atom hidrogennya
digantikan oleh atom atau gugus atom tertentu. Gugus pengganti ini disebut sebagai gugus fungsi.
Masing-masing gugus fungsi akan memberikan ciri khas pada sifat fisik maupun kimia pada senyawa-
senyawa yang memiliki gugus tersebut.
Alkana dapat membentuk rantai karbon yang panjang serta memiliki cabang. Hal tersebut membuat
alkana memiliki berbagai sifat-sifat yang dipengaruhi oleh strukturnya.
3. Sukar bereaksi.
4. Bentuk Alkana pada suhu kamar dengan rantai C1 – C4 adalah gas, C4 – C17 adalah cair, dan
C18 dan lebih adalah padat.
5. Titik didih semakin tinggi seiring bertambahnya atom C, dan semakin rendah seiring
bertambahnya cabang.
Alkana merupakan komponen utama dari minyak bumi. Variasi panjang ikatannya yang banyak
membuat kegunaan alkana sangat luas.Terlebih dengan adanya turunan alkana.
Kegunaan alkana:
Bahan bakar seperti: LPG, gas propana, bensin, solar, aftur, dan minyak tanah.
Alkana yang temasuk hidrokarbon berat (rantai C panjang) memiliki sifat kental dan licin
sehingga digunakan sebagai pelumas/oli
Selain itu, turunan alkana yaitu alkana yang telah memiliki gugus fungsi memiliki berbagai kegunaan
yang berbeda, beberapa contohnya sebagai berikut.
Asam formiat merupakan jenis aldehida yang digunakan untuk pengawet jasad.
Asam asetat atau sering disebut cuka merupakan jenis asam karboksilat.
Amil asetat merupakan senyawa ester yang digunakan sebagai perisa pisang, dan masih banyak
lagi contohnya.
1. Alkohol (alkanol)
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus hidroksil (−OH). Senyawa alkohol dengan satu gugus
−OH mempunyai rumus umum CnH2n+2O.Berdasarkan jumlah atom C yang terikat pada atom C yang
mengikat gugus −OH, alkohol dibedakan menjadi:
alkohol primer, yaitu alkohol dengan gugus −OH terikat pada atom C primer (atom C yang hanya terikat
langsung dengan 1 atom C lainnya)
alkohol sekunder, yaitu alkohol dengan gugus −OH terikat pada atom C sekunder (atom C yang terikat
langsung dengan 2 atom C lainnya)
alkohol tersier, yaitu alkohol dengan gugus −OH terikat pada atom C tersier (atom C yang terikat
langsung dengan 3 atom C lainnya)
Tata nama IUPAC:
Rantai karbon terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −OH ditetapkan sebagai
rantai induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama dengan mengganti akhiran “-a” pada alkana
menjadi “-ol”. Misalnya, etana menjadi etanol.
2. Penomoran dilakukan sedemikian sehingga atom C yang mengikat gugus −OH diprioritaskan
mempunyai nomor yang sekecil mungkin.
Rumus alkohol dapat ditulis sebagai R−OH atau CnH2n+1OH di mana R adalah gugus alkil CnH2n+1.
Nama trivial alkohol yaitu alkil alkohol, diambil dari nama gugus alkil yang mengikat gugus −OH.
2. Eter (alkoksialkana),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus alkoksi (−OR′). Senyawa eter dengan satu gugus −OR′
mempunyai rumus umum CnH2n+2O. Eter dapat dilihat sebagai dua gugus alkil, yakni R dan R′ yang
terikat pada satu atom O.
Gugus alkil yang lebih panjang ditetapkan sebagai rantai induk alkana. Sedangkan, gugus alkil yang lebih
pendek sebagai gugus alkoksi.
2. Penomoran dilakukan sedemikian sehingga atom C yang mengikat gugus −OR′ diprioritaskan
mempunyai nomor yang sekecil mungkin.
Rumus eter dapat ditulis sebagai R−O−R′ di mana R dan R′ adalah gugus alkil CnH2n+1. Nama trivial eter
diambil dari nama kedua gugus alkil R dan R′ yang terikat pada atom O. Eter yang kedua gugus alkilnya
sama diberi nama dialkil eter. Eter yang kedua gugus alkilnya berbeda diberi nama alkil alkil eter, di
mana urutan penulisan nama gugus alkil tidak harus secara alfabetik.
3. Aldehida (alkanal),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus −CHO, yaitu gugus karbonil (−CO−) pada ujung rantai.
Gugus −CO− pada aldehida terikat dengan satu atom H dan satu gugus alkil R. Senyawa aldehida dengan
satu gugus −CO− mempunyai rumus umum CnH2nO.
Rantai karbon terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −CHO ditetapkan sebagai
rantai induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama dengan mengganti akhiran “-a” pada alkana
menjadi “-al”. Misalnya, propana menjadi propanal. Gugus fungsi −CHO selalu ditetapkan sebagai atom
C nomor satu pada rantai induk, sehingga tidak perlu dinyatakan nomor posisinya.
Tata nama trivial:
4. Keton (alkanon),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus karbonil (−CO−) pada tengah rantai. Gugus −CO−
pada keton terikat dengan dua gugus alkil R dan R′. Senyawa keton dengan satu gugus −CO− mempunyai
rumus umum CnH2nO.
Rantai terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −CO− ditetapkan sebagai rantai
induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama dengan mengganti akhiran “-a” pada alkana
menjadi “-on”. Misalnya, propana menjadi propanon.
2. Penomoran dilakukan sedemikian sehingga posisi gugus −CO− diprioritaskan mempunyai nomor yang
sekecil mungkin.
5. Asam karboksilat (asam alkanoat),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus karboksil (−COOH). Gugus −COOH merupakan gugus
yang terdiri dari gugus karbonil (−CO−) dan gugus hidroksil (−OH). Senyawa asam karboksilat dengan
satu gugus −COOH mempunyai rumus umum CnH2nO2.
Rantai terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −COOH ditetapkan sebagai rantai
induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama dengan awalan kata “asam” dan akhiran “-a” pada
alkana diganti menjadi “-oat”. Misalnya, butana menjadi asam butanoat.
2. Penomoran selalu dimulai dari atom C gugus −COOH sebagai atom C nomor 1.
Posisi cabang-cabang pada rantai induk dinyatakan dengan huruf Yunani (α, β, γ, dan seterusnya hingga
ω). Penomoran dimulai dari atom C-α (alfa), yaitu atom C nomor 2 yang terikat langsung dengan gugus
−COOH, kemudian β (beta), γ (gamma), dan seterusnya. Atom C yang berada di ujung rantai biasanya
ditandai dengan ω (omega).
Posisi cabang-cabang pada rantai induk dinyatakan dengan huruf Yunani (α, β, γ, dan seterusnya hingga
ω). Penomoran dimulai dari atom C-α (alfa), yaitu atom C nomor 2 yang terikat langsung dengan gugus
−COOH, kemudian β (beta), γ (gamma), dan seterusnya. Atom C yang berada di ujung rantai biasanya
ditandai dengan ω (omega).
6. Ester (alkil alkanoat),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus karboalkoksi (−COOR′). Gugus −COOR′ merupakan
gugus yang terdiri dari gugus karbonil (−CO−) dan gugus alkoksi (−OR′). Senyawa ester dengan satu
gugus −COOR′ mempunyai rumus umum CnH2nO2.
Rumus ester dapat ditulis sebagai RCOOR′ dan nama IUPAC ester adalah alkil alkanoat. Nama gugus alkil
berasal dari nama gugus R′ yang terikat pada atom O. Sedangkan, nama alkanoat diambil dari nama
gugus RCOO.
Nama trivial ester hampir sama dengan nama IUPAC-nya. Perbedaannya hanya nama gugus alkanoat
ester mengikuti nama trivial asam karboksilat.
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki atom halogen −X (F, Cl, Br, atau I). Senyawa haloalkana
dengan satu atom halogen X mempunyai rumus umum CnH2n+1X.
1.Rantai karbon terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung atom halogen ditetapkan
sebagai rantai induk.
2. Penomoran dilakukan sedemikian sehingga atom C yang mengikat atom halogen diprioritaskan
mempunyai nomor yang sekecil mungkin.
3. Atom halogen diberi nama bromo (Br), kloro (Cl), fluoro (F), dan iodo (I). Nama atom halogen ditulis
terlebih dahulu sebelum nama cabang alkil.
4. Jika terdapat dua atau lebih atom halogen sejenis, maka nama dinyatakan dengan awalan “di-”, “tri-”,
“tetra-”, dan seterusnya. Misalnya, difluoro, trikloro, dan sebagainya.
Pada monohaloalkana (haloalkana dengan hanya satu atom halogen), nama trivialnya adalah alkil halida.
Hal ini didasarkan pada rumus monohaloalkana yang dapat ditulis sebagai R−X di mana R adalah gugus
alkil.
1.Alkohol
Senyawa alkohol dengan jumlah atom karbon satu hingga empat berwujud cairan bening (tidak
berwarna) dan larut di dalam air sedangkan senyawa alkohol dengan atom karbon di atas 12
adalah senyawa berfase padat dan bening (tidak berwarna)
Nilai kelarutan alkohol di dalam air akan menurun seiring dengan semakin panjang rantai
hidrokarbonnya
2. Eter
Mudah menguap
Mudah terbakar
3. Aldehida
Dapat larut dalam air pada suhu rendah namun tidak larut pada suhu tinggi
Senyawa aldehida dengan 1-2 atom karbon berwujud gas, 3-12 atom karbon berwujud cair dan
atom karbon yang lebih dari 12 berwujud padat
4. Keton
5. Asam karboksilat
6. Ester
Mudah menguap
7. Haloalkana
Titik didih dan leleh tinggi
2.7 Tatanama
Sebagai senyawa turunan alkana yang lebih dikenal secara luas. Penamaan senyawa pada dasarnya
dapat mengikuti dua cara yaitu IUPAC dan Trivial. Adapun cara yang dapat kamu lakukan pada tatanama
IUPAC adalah:
4. Penomoran dimulai dari atom C yang paling terdekat dengan gugus hidroksil (-OH)
6. Awalan di-, tri-, sek-, dan ters- diabaikan dalam urutan alfabetis namun awalan iso dan neo
dijadikan pertimbangan
Untuk membuat senyawa alkohol, kamu dapat melakukan beberapa cara di antaranya:
1. Melakukan reaksi reduksi pada senyawa aldehida dan asam karboksilat untuk memperoleh
alcohol primer
2. Melakukan reaksi reduksi pada senyawa keton menggunakan hydrogen untuk memperoleh
alcohol sekunder
Senyawa alkohol sangat mudah ditemukan dalam kehidupan sehari – hari karena manfaat atau
kegunaan yang dimiliki oleh senyawa turunan alkana ini. Berbagai jenis alkohol digunakan untuk
beberapa kebutuhan, misalnya:
1. Penggunaan metil alkohol (metanol) sebagai pelarut, bahan bakar, dan bahan baku
3. Penggunaan etil alkohol (etanol) sebagai pelarut organik, bahan bakar, minuman beralkohol,
dan bahan baku untuk pewarna, obat, juga kosmetik
4. Penggunaan etilen glikol (glikol) untuk pelarut cat, bahan bakar serat industri dan bahan
pelembut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran