STANBUK: A42119155
KELAS: C
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
“Dinamika Interaksi Sosial, Dilema Antara Kepentingan Individu dan Kepentingan
Masyarakat”.
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan berbagai bantuan dari banyak
pihak untuk menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada masalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Bab II Pembahasan
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semua manusia pastilah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dengan orang-orang di
sekitarnya. Dalam bersosialisasi, semua pasti mengalami beberapa balasan yang beraneka
ragam, baik dalam hal positif maupun negatif. Interaksi semua individu maupun kelompok
dengan pihak lain menimbulkan komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Namun, baik individu maupun kelompok memiliki sifat dan kepentingannya sendiri
dalam berinteraksi dengan pihak lain, baik dengan individu maupun kelompok lain. Dalam
proses interaksi ini, tak jarang muncul dilemma-dilema yang bertentangan antar
kepentingan. Pengendalian diri yang baik akan memberikan timbal balik yang juga baik,
sehingga dapat tetap menjaga hubungan antar sesame.
Maka dari itu, Penulis mencoba menjabarkannya dalam makalah ini, berupa
pembahasan tentang berbagai macam bentuk interaksi sosial, hingga macam-macam dilema
antar kepentingan, sehingga pembaca dapat mengetahui dengan lebih baik, sikap apa yang
seharusnya diambil dengan situasi yang sedang dihadapi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinamika Interaksi Sosial
I. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial. Interaksi sosial merupakan
hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal balik antar individu, antar
kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok manusia. Bentuk interaksi social adalah
akomodasi, kerja sama, persaingan, dan pertikaian.
Apabila ada dua orang atau lebih bertemu akan terjadi interaksi sosial. Interaksi sosial tersebut
bisa dalam situasi persahabatan ataupun permusuhan, bisa dengan tutur kata, jabat tangan, bahasa
isyarat, atau tanpa kontak fisik. Bahkan, hanya dengan bau keringat sudah terjadi interaksi social
karena telah mengubah perasaan atau saraf orang yang bersangkutan untuk menentukan tindakan.
Interaksi sosial hanya dapat berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi dari kedua belah
pihak. Interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung
dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem sarafnya sebagai akibat
hubungan yang dimaksud.
Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terhadap
sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang
dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah
Makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui
proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga
dengan interpretative process.
Karp dan Yoels menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi
dimulainya komunikasi atau interaksi sosial. Sumber Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu Ciri
Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik, adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir
yang meliputi jenis kelamin, usia, dan ras. Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk
tubuh, penampilan berbusana, dan wacana.
Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan dimensi
waktu dari Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I. Thomas. Hall membagi ruangan dalam
interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak
publik. Selain aturan mengenai ruang Hall juga menjelaskan aturan mengenai Waktu. Pada dimensi
waktu ini terlihat adanya batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan
yang terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan oleh W.I. Thomas. Definisi situasi
merupakan penafsiran seseorang sebelum memberikan reaksi. Definisi situasi ini dibuat oleh
individu dan masyarakat.
Interaksi Sosial adalah suatu proses hubungan timbal balik yang dilakukan oleh individu
dengan individu, antara indivu dengan kelompok, antara kelompok dengan individu, antara
kelompok dengan dengan kelompok dalam kehidupan social.
Dalam kamus Bahasa Indonesia Interaksi didefinisikan sebagai hal saling melakukan akasi,
berhubungan atau saling mempengaruhi. Dengan demikian interaksi adalah hubungan timbal balik
(sosial) berupa aksi salaing mempengaruhi antara individu dengan individu, antara individu
dankelompok dan antara kelompok dengan dengan kelompok.
Gillin mengartikan bahwa interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial dimana yang
menyangkut hubungan antarandividu, individu dan kelompok antau antar kelompok.
Ciri-ciri sebuah interaksi sosial adalah sebagai berikut.
1. Pelakunya lebih dari satu orang.
2. Adanya komunikasi antarpelaku melalui kontak sosial.
3. Mempunyai maksud dan tujuan, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut
dengan yang diperkirakan pelaku.
4. Ada dimensi waktu yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.
Berlangsungnya interaksi sosial didasarkan atas pelbagai faktor, antara lain faktor imitasi,
sugesti, identifikasi, simpati, motivasi, dan empati. Imitasi adalah proses atau tindakan seseorang
untuk meniru orang lain baik sikap, perbuatan, penampilan, dan gaya hidup. Sugesti adalah
rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan individu terhadap individu lain sehingga orang
yang diberi sugesti itu melaksanakan apa yang disugestikan tanpa sikap kritis dan rasional.
Identifikasi adalah upaya yang dilakukan individu untuk menjadi sama (identik) dengan individu
yang ditirunya. Proses identifikasi erat kaitannya dengan imitasi. Simpati adalah proses kejiwaan
seorang individu yang merasa tertarik dengan individu atau kelompok karena sikap, penampilan,
atau perbuatannya. Motivasi merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulasi yang
diberikan individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi motivasi melaksanakannya
secara kritis, rasional, dan tanggung jawab. Empati adalah proses kejiwaan seorang individu untuk
larut dalam perasaan orang lain baik suka maupun duka.
Faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial yaitu :
1. Imitasi
Imitasi yaitu tindakan meniru orang lain. Faktor imitasi mempunyai peranan sangat penting
dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat membawa
seseorang untuk mematuhi kaidah – kaidah yang berlaku. Faktor ini telah diuraikan oleh
Gabriel Tarde yang beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan
pada faktor imitasi saja.
2. Sugesti
Sugesti ini berlangsung apabila seseorang memberikan pandangan atau sikap yang dianutnya,
lalu diterima oleh orang lain. Biasanya sugesti muncul ketika sipenerima sedang dalam kondisi
yang tidak netral sehingga tidak dapat bewrfikir rasional.
3. Biasanya sugesti berasal dari orang-orang sebagai berikut:
orang yang berwibawa, karismatik dan punya pengaruh terhadap yang disugesti, misalnya
orang tua, ulama, dsb.
Orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada yang disugesti.
Kelompok mayoritas terhadap minoritas.
Reklame atau iklan media masa.
4. Identifikasi yaitu merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk menjadi sama
dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan).
5. Simpati yaitu merupakan suatu proses dimana seorang merasa tertarik kepada pihak lain.
Melalui proses simpati orang merasa dirinya seolah-olah dirinya berasa dalam keadaan orang
lain.
6. Empati yaitu merupakan simpati yang menfdalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan
fisik seseorang.
Seperti telah dikemukakan di atas, bentuk-bentuk interaksi sosial adalah akomodasi, kerja
sama, persaingan, dan pertikaian. Secara luas, dapat dikatakan ada interaksi sosial yang bersifat
positif, yaitu mengarah pada kerja sama antarindividu atau antarkelompok. Interaksi sosial yang
dimaksud adalah interaksi sosial yang bersifat asosiatif. Ada pula interaksi sosial yang mengarah
pada bentuk-bentuk pertikaian atau konflik. Interaksi sosial dimaksud disebut dengan interaksi
sosial yang bersifat disasosiatif. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, seperti kerja sama,
akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Interaksi sosial yang bersifat disasosiatif mencakup
persaingan, kontroversi, dan permusuhan.
Dengan demikian, dinamika interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sosial dapat
beragam. Dilihat dari jenisnya ada interaksi antarindividu, interaksi individu dengan kelompok, dan
interaksi antarkelompok. Dilihat dari faktor penyebabnya, ada interaksi yang disebabkan oleh faktor
imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, motivasi, dan empati. Ada interaksi yang berbentuk kerja sama
dan ada interaksi yang berbentuk pertentangan. Sedangkan jika dilihat dari sifat interaksinya, ada
interaksi yang asosiatif dan interaksi yang disasosiatif.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial
tidak mungkin ada kehidupan bersama. Manusia sebagai makhluk sosial pastilah melakukan
interaksi sosial dalam kerangka hidup bersama itu.
Untuk tahapan proses-proses asosiatif dan disosiatif Mark L. Knapp menjelaskan tahapan
interaksi sosial untuk mendekatkan dan untuk merenggangkan. Tahapan untuk mendekatkan
meliputi tahapan memulai (initiating), menjajaki (experimenting), meningkatkan (intensifying),
menyatupadukan (integrating) dan mempertalikan (bonding). Sedangkan tahapan untuk
merenggangkan meliputi membeda-bedakan (differentiating), membatasi (circumscribing),
memacetkan (stagnating), menghindari (avoiding), dan memutuskan (terminating).
Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas. Menurut mereka, ada dua macam
proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial:
1. Proses Asosiatif
a. Kerja Sama (Cooperation)
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu
atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat
digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di
kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam
pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-
keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat
terlaksana dengan baik.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-
nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya). Kerja sama akan bertambah kuat jika
ada hal-hal yang menyinggung anggota/perorangan lainnya.
Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley adalah kerjasama timbul apabila orang
menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang
bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan
adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna.
Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang biasa diberi nama
kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi dengan:
Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang sertamerta
Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang merupakan hasil perintah atasan
atau penguasa
Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar tertentu
Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai bagian atau unsur dari
sistem sosial.
Macam – macam bentuk kerjasama:
Bargaining, yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa
antara 2 organisasi atau lebih.
Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan
atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari
terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-
tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara
waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktut yang tidak
sama antara satu dengan lainnya
Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapat satu atau beberapa tujuan bersama,
maka sifatnnya adalah kooperatif.
b. Akomodasi (Accomodation)
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti: menujuk pada suatu keadaan dan untuk
menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam
interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan
norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses
akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-
usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang digunakan oleh para
sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya
dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok
manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi
ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa
menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu:
Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai akibat
perbedaan paham
Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer
Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah akibat
faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang
mengenal sistem berkasta.
mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.
Bentuk-bentuk Akomodasi:
Corecion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan
Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi
tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan
tidak sanggup mencapainya sendiri
Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang
berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai
kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
Adjudication, Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan
c. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha
mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok
manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-
proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Proses Asimilasi timbul bila ada :
Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya orang-perorangan sebagai warga
kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama sehingga
kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan
saling menyesuaikan diri.
Beberapa bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi (interaksi yang
asimilatif) bila memilii syarat-syarat berikut ini: Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan
terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain tadi juga berlaku sama interaksi sosial tersebut tidak
mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan. Interaksi sosial tersebut bersifat
langsung dan primer. Frekuaensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara
pola-pola tersebut. Artinya, stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang mengadakan
asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu harus dicapai dan
dikembangankan.
2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis halnya dengan
kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh
kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan. Oposisi dapat diartikan sebagai cara
berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Pola-pola
oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan untuk tetap hidup (struggle for existence).
Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahan, oposisi proses-proses yang disosiatif dibedkan dalam
tiga bentuk, yaitu:
a. Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada
suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia)
dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa
mempergunakan ancaman atau kekerasan.
b. Kontraversi (Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara
persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi menurut Leo von Wiese dan
Howard Becker ada 5: yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan,
perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan, pengacauan rencana, yang
sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui surat
selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian pada pihak lain, dst. yang intensif,
penghasutan, menyebarkan desas desus yang mengecewakan pihak lain, yang rahasia,
mengumumkan rahasian orang, berkhianat. yang taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan
membingungkan pihak lain.
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan kekerasan, provokasi,
intimidasi.
Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi:
i. Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman yang sudah
mengalami perubahan yang sangat cepat
ii. Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam keluarga.
iii. Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan
minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam lembaga
legislatif, keagamaan, pendidikan.
Tipe Kontravensi :
Kontravensi antarmasyarakat setempat, mempunyai dua bentuk :
i. Kontavensi antarmasyarakat setempat yang berlainan (intracommunity struggle)
ii. Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu masyarakat setempat (intercommunity
struggle)
c. Pertentangan (Pertikaian atau conflict)
Pribadi maupun kelompok menydari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri
badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain.
Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau
pertikaian.
Sebab musabab pertentangan adalah :
1. Perbedaan antara individu.
2. Perbedaan kebudayaan.
3. Perbedaan kepentingan.
Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-
kekuatan dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi yang
sebelumnya telah tercapai.
Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:
1. Pertentangan pribadi
2. Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaan
antara mereka yang menimbulkan pertentangan
3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan
4. Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu masyarakat,
maupun antara negara-negara yang berdaulat
5. Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan
yang kemudian merembes ke kedaulatan Negara
I. Pandangan Individualisme
Individualisme berpangkal dari konsep dasar ontologis bahwa manusia pada hakikatnya adalah
makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh
dan lengkap terlepas dari manusia yang lain. Manusia sebagai individu adalah bebas, karena itu ia
memiliki hak-hak yang tidak boleh dihalangi oleh siapapun. Apabila hak-hak itu dipenuhi maka
kehidupan manusia akan terjamin dan bahagia. Masyarakat hanyalah kumpulan dari individu-
individu. Jika individu-individu itu hidupnya bahagia dan sejahtera maka masyarakatpu akan
sejahtera.
Pandangan individualisme berpendapat bahwa kepentingan individulah yang harus diutamakan.
Kesejahteraan individu merupakan nilai kebaikan yang tertinggi yang harus diperjuangkan melalui
persamaan dan kebebasan. Jadi, yang menjadi sentral individualisme adalah kebebasan seorang
individu untuk merealisasikan dirinya. Paham individualiasme menghasilkan ideologi liberalisme.
Paham ini bisa ini bisa disebut juga ideologi individualisme liberal.
Liberalisme berasal dari kata liber artinya bebas atau merdeka. Liberalisme adalah suatu paham
yang ditegakkannya kebebasan setiap individu serta memandang setiap individu berada pada posisi
yang sedrajat dalam kemerdekaan dan hak-hak miliknya. Liberalisme memberi kebebasan manusia
untuk beraktivitas dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, baik dalam politik, ekonomi, dan
sosial budaya.
Bebarapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah sebagai berikut:
a. Penjamin hak milik perorangan. Menurut paham ini, pemilikan sepenuhnya berada pada
pribadi dan tidak berlaku hak milik, berfungsi sosial.
b. Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang bersangkutan. Prinsip ini juga
mengandung oengertain membiarkan setiap orang untuk melakukan berbagai aktivitas untuk
kepentingan sendiri. Pemenuhan akan kepentingan sendiri-sendiri diyakini akan membawa
kemakmuran bersama.
c. Pemberian kebebasan penuh pada individu. Individu adalah primer, sedangkan masyarakat
adalah sekunder. Bila individu mendapat kebebasan dan kepuasan maka masyarakat akan
mendapat kemakmuran.
d. Persaingan bebas untuk mencapai kepentingan masing-masing.
b. Solusi Pencegahan
Solusi pencegahan ini bisa dilakukan agar kita tidak merasakan dilema yang cukup membuat
kitaserba salah untuk memilih antara kepentingan individukah atau kepentingan masyarakatkah
yangharus kita dahulukan. Tetapi kita juga harus ingat bahwa kita sebagai mahkluk sosial. Kita tidak
bisahidup tanpa bantuan orang lain.
Solusinya adalah sebagai berikut:
1. Bersikap bijaksana dan adil.
2. Menentukan kepentingan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami.
3. Memahami dan menerapkan konsep Pancasila di kehidupan sehari-hari.
c. Solusi Mengatasi
Solusi mengatasi ini bisa kita lakukan pada saat kita sudah atau sedang merasakn dilema
antaramemilih kepentingan individu atau kepentingan masyarakat.
Solusinya adalah sebagai berikut:
1. Menenangkan pikiran dan mempelajari hal apa yang didilemakan.
2. Harus mementingkan kepentingan yang lebih mendesak.
3. Menyesuaikan kemampuan yang dimiliki
C. Studi Kasus
Sebagai upaya untuk menormalisasikan sungai yang ada di Jakarta agar tidak terjadi banjir
yang telah biasa terjadi, maka Gubernur dan pemerintah daerah DKI Jakarta melakukan pembebasan
lahan di tepian sungai Jakarta yang sudah lama ditinggali oleh para penduduk urban dan pinggiran.
Pemerintah mengganti rumah kumuh mereka dengan rusun yang telah disediakan. Namun, sejumlah
warga menolak dengan berbagai alasan. Manakah yang harus diutamakan? Kepentingan pribadi
(warga yang menolak pindah) atau kepentingan umum untuk pencegahan banjir?
Warga seharusnya berfikir tentang kepentingan orang banyak, terutama Jakarta adalah pusat
pemerintahan negara. Lagipula, mereka sudah disediakan tempat tinggal lain sebagai gantinya.
Mereka harus lebih sadar dan tidak bersikap egois terhadap kepentingan sendiri, apalagi sungai
menjadi kotor karena mereka juga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal
balik antar individu, antar kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok manusia.
Kontak sosial bisa bersifat positif dan bisa negative, primer dan bersifat skunder.
Berlangsungnya interaksi sosial didasarkan atas beberapa faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti,
identifikasi, simpati, motivasi, dan empati.
Bentuk-bentuk interaksi sosial antara lain akomodasi, kerja sama, persaingan, dan pertikaian
Individualisme memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap terlepas
dari manusia yang lain.
Liberalisme berasal dari kata liber artinya bebas atau merdeka. Liberalisme adalah suatu
paham yang ditegakkannya kebebasan setiap individu serta memandang setiap individu berada pada
posisi yang sedrajat dalam kemerdekaan dan hak-hak miliknya.
Pandangan sosialisme menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan.
Sosialisme mementingkan masyarakat secara keseluruhan. Bahwa kepentingan masyarakat yang
utama, bukan kepentingan individu.
B. Saran
Dalam sebuah interaksi, terdapat kontak antar pihak yang dapat menimbulkan reaksi balik,
baik positif maupun negatif. Seharusnya kita mempelajari lebih lanjut tentang karakter setiap
individu yang berkomunikasi dengan kita, sehingga kita dapat mengerti arti reaksi mereka dan dapat
meminimalisir kesalah pahaman.
Dalam pandangan antar kepentingan, baik individu maupun kelompok, hendaknya kita berfikir
lebih terbuka, sehingga dapat menentukan pandangan mana yang cocok dengan pribadi kita.
Sehingga dapat diterapkan dengan lebih baik pada masyarakat nantinya.
Toleransi antar masyarakat harus lebih diperhatikan, karena masih ada konflik yang menyangkut ras
ataupun agama yang bahkan menimbulkan konflik antar masyarakat .
DAFTAR PUSTAKA