Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

DINAMIKA INTERAKSI SOSIAL,


DILEMA ANTARA KEPENTINGAN
INDIVIDU DAN KEPENTINGAN
MASYARAKAT

NAMA: MULYAWAN KALADE

STANBUK: A42119155
KELAS: C

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN


ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO

2021

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
“Dinamika Interaksi Sosial, Dilema Antara Kepentingan Individu dan Kepentingan
Masyarakat”.

Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan berbagai bantuan dari banyak
pihak untuk menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada masalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Palu, 22 Oktober 2021

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

Bab II Pembahasan

A. Dinamika Interaksi Sosial


B. Dinamika Antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat
C. Studi Kasus
D.
Bab III Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semua manusia pastilah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dengan orang-orang di
sekitarnya. Dalam bersosialisasi, semua pasti mengalami beberapa balasan yang beraneka
ragam, baik dalam hal positif maupun negatif. Interaksi semua individu maupun kelompok
dengan pihak lain menimbulkan komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Namun, baik individu maupun kelompok memiliki sifat dan kepentingannya sendiri
dalam berinteraksi dengan pihak lain, baik dengan individu maupun kelompok lain. Dalam
proses interaksi ini, tak jarang muncul dilemma-dilema yang bertentangan antar
kepentingan. Pengendalian diri yang baik akan memberikan timbal balik yang juga baik,
sehingga dapat tetap menjaga hubungan antar sesame.
Maka dari itu, Penulis mencoba menjabarkannya dalam makalah ini, berupa
pembahasan tentang berbagai macam bentuk interaksi sosial, hingga macam-macam dilema
antar kepentingan, sehingga pembaca dapat mengetahui dengan lebih baik, sikap apa yang
seharusnya diambil dengan situasi yang sedang dihadapi.

B.     RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja bentuk-bentuk dari interaksi sosial?


2. Bagaimana macam-macam dilema antara kepentingan individu dan kelompok?
3. Bagaimana interaksi yang terjadi dalam masyarakat kini?
     
C.    TUJUAN
Dari rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan pembahasan makalah ini adalah :
Pembaca diharapkan dapat mengetahui dan mengerti tentang bentuk-bentuk interkasi sosial
dan macam-macam dilema antar kepentingan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinamika Interaksi Sosial
I. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial. Interaksi sosial merupakan
hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal balik antar individu, antar
kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok manusia. Bentuk interaksi social adalah
akomodasi, kerja sama, persaingan, dan pertikaian.
Apabila ada dua orang atau lebih bertemu akan terjadi interaksi sosial. Interaksi sosial tersebut
bisa dalam situasi persahabatan ataupun permusuhan, bisa dengan tutur kata, jabat tangan, bahasa
isyarat, atau tanpa kontak fisik. Bahkan, hanya dengan bau keringat sudah terjadi interaksi social
karena telah mengubah perasaan atau saraf orang yang bersangkutan untuk menentukan tindakan.
Interaksi sosial hanya dapat berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi dari kedua belah
pihak. Interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung
dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem sarafnya sebagai akibat
hubungan yang dimaksud.
Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terhadap
sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang
dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah
Makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui
proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga
dengan interpretative process.
Karp dan Yoels menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi
dimulainya komunikasi atau interaksi sosial. Sumber Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu Ciri
Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik, adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir
yang meliputi jenis kelamin, usia, dan ras. Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk
tubuh, penampilan berbusana, dan wacana.
Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan dimensi
waktu dari Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I. Thomas. Hall membagi ruangan dalam
interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak
publik. Selain aturan mengenai ruang Hall juga menjelaskan aturan mengenai Waktu. Pada dimensi
waktu ini terlihat adanya batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan
yang terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan oleh W.I. Thomas. Definisi situasi
merupakan penafsiran seseorang sebelum memberikan reaksi. Definisi situasi ini dibuat oleh
individu dan masyarakat.
Interaksi Sosial adalah suatu proses hubungan timbal balik yang dilakukan oleh individu
dengan individu, antara indivu dengan kelompok, antara kelompok dengan individu, antara
kelompok dengan dengan kelompok dalam kehidupan social.
Dalam kamus Bahasa Indonesia Interaksi didefinisikan sebagai hal saling melakukan akasi,
berhubungan atau saling mempengaruhi. Dengan demikian interaksi adalah hubungan timbal balik
(sosial) berupa aksi salaing mempengaruhi antara individu dengan individu, antara individu
dankelompok dan antara kelompok dengan dengan kelompok.
Gillin mengartikan bahwa interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial dimana yang
menyangkut hubungan antarandividu, individu dan kelompok antau antar kelompok.
Ciri-ciri sebuah interaksi sosial adalah sebagai berikut.
1. Pelakunya lebih dari satu orang.
2. Adanya komunikasi antarpelaku melalui kontak sosial.
3. Mempunyai maksud dan tujuan, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut
dengan yang diperkirakan pelaku.
4. Ada dimensi waktu yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.

II. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial


Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial (social contact) dan komunikasi.
Kontak sosial berasal dari kata con atau cun yang artinya bersama-sama, dan tango yang artinya
menyentuh. Namun, kontak sosial tidak hanya secara harfiah bersentuhan badan, tetapi bisa lewat
bicara, melalui telepon, telegram, surat, radio, dan sebagainya.
Kontak dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila ada kontak
langsung dengan cara berbicara, jabat tangan, tersenyum, dan sebagainya. Kontak sekunder terjadi
dengan perantara. Kontak sekunder langsung, misalnya melalui telepon, radio, TV, dan sebagainya.
Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu
1. Kontak antarindividu, misalnya seorang siswa baru mempelajari tata tertib dan budaya
sekolah.
2. Kontak antarindividu dengan suatu kelompok, misalnya seorang guru mengajar di suatu
kelas tentang suatu pokok bahasan.
3. Kontak antarkelompok dengan kelompok lain, misalnya class meeting antar kelas.
Komunikasi adalah proses memberikan tafsiran pada perilaku orang lain yang berwujud
pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap, atau perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan
orang tersebut. Dengan tafsiran pada orang lain, seseorang memberi reaksi berupa tindakan terhadap
maksud orang lain tersebut. Misalnya, jika Anda melambaikan tangan di pinggir jalan atau halte bus
maka salah satu bus yang lewat pasti akan berhenti. Jadi, komunikasi merupakan proses saling
memberi penafsiran terhadap tindakan atau perilaku orang lain.

Syarat terjadinya interaksi adalah :


1. Adanya kontak sosial
Kata kontak dalam bahasa inggrisnya “contack”, dari bahasa lain “con” atau “cum” yang
artinya bersama-sama dan “tangere” yang artinya menyentuh . Jadi kontak berarti sama-sama
menyentuh.Kontak social ini tidak selalu melalui interaksi atau hubungan fisik, karena orang dapat
melakuan kontak social tidak dengan menyentuh, misalnya menggunakan HP, telepon dan
sebagainya.
Kontak sosial memiliki memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
Kontak sosial bisa bersifat positif dan bisa negative. Kalau kontak social mengarah pada
kerjasama berarti positif, kalau mengarah pada suatu pertentangan atau konflik berarti negative.
Kontak social dapat bersifat primer dan bersifat skunder. Kontak social primer terjadi apa bila
peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misanya kontak antara guru dengan murid dsb.
Kalau kontak skunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui perantara. Missal percakapan
melalui telepon, HP dan sebagainya.
2. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak kepihak yang lain
dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu :
a. Komunikator yaitu orang yang menyampaikan informasi atau pesan atau perasaan atau
pemikiran pada pihak lain.
b. Komunikan yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, informasi.
c. Pesan yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.
d. Media yaitu alat untuk menyampaiakn pesan.
e. Efek/feed back yaitu tanggapan atau perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan
setelah mendapat pesan dari komunikator.
Ada tiga tahapan penting dalam komunikasi:
1. Encoding
Pada tahap ini gagssaan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam
kalimat atau gambar. dalam tahap ini komunikator harus memilih kata atau istilah, kalimat
dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus menghindari
penggunaan kode-kode yang membingungkan komunikan.
2. Penyampaian
Pada tahap ini istilah atau gagasan yang telah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan gambar
disampaiakan . Penyampaian dapat berupa lisan dan dapat berupa tulisan atau gabungan dari
duanya.
3. Decoding
Pada tahap ini dilakukan proses mencerna fdan memahami kalimat serta gambar yang
diterima menuruy pengalaman yang dimiliki.

Berlangsungnya interaksi sosial didasarkan atas pelbagai faktor, antara lain faktor imitasi,
sugesti, identifikasi, simpati, motivasi, dan empati. Imitasi adalah proses atau tindakan seseorang
untuk meniru orang lain baik sikap, perbuatan, penampilan, dan gaya hidup. Sugesti adalah
rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan individu terhadap individu lain sehingga orang
yang diberi sugesti itu melaksanakan apa yang disugestikan tanpa sikap kritis dan rasional.
Identifikasi adalah upaya yang dilakukan individu untuk menjadi sama (identik) dengan individu
yang ditirunya. Proses identifikasi erat kaitannya dengan imitasi. Simpati adalah proses kejiwaan
seorang individu yang merasa tertarik dengan individu atau kelompok karena sikap, penampilan,
atau perbuatannya. Motivasi merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulasi yang
diberikan individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi motivasi melaksanakannya
secara kritis, rasional, dan tanggung jawab. Empati adalah proses kejiwaan seorang individu untuk
larut dalam perasaan orang lain baik suka maupun duka.
Faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial yaitu :
1. Imitasi
Imitasi yaitu tindakan meniru orang lain. Faktor imitasi mempunyai peranan sangat penting
dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat membawa
seseorang untuk mematuhi kaidah – kaidah yang berlaku. Faktor ini telah diuraikan oleh
Gabriel Tarde yang beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan
pada faktor imitasi saja.
2. Sugesti
Sugesti ini berlangsung apabila seseorang memberikan pandangan atau sikap yang dianutnya,
lalu diterima oleh orang lain. Biasanya sugesti muncul ketika sipenerima sedang dalam kondisi
yang tidak netral sehingga tidak dapat bewrfikir rasional.
3. Biasanya sugesti berasal dari orang-orang sebagai berikut:
 orang yang berwibawa, karismatik dan punya pengaruh terhadap yang disugesti, misalnya
orang tua, ulama, dsb.
 Orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada yang disugesti.
 Kelompok mayoritas terhadap minoritas.
 Reklame atau iklan media masa.
4. Identifikasi yaitu merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk menjadi sama
dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan).
5. Simpati yaitu merupakan suatu proses dimana seorang merasa tertarik kepada pihak lain.
Melalui proses simpati orang merasa dirinya seolah-olah dirinya berasa dalam keadaan orang
lain.
6. Empati yaitu merupakan simpati yang menfdalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan
fisik seseorang.

III. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Seperti telah dikemukakan di atas, bentuk-bentuk interaksi sosial adalah akomodasi, kerja
sama, persaingan, dan pertikaian. Secara luas, dapat dikatakan ada interaksi sosial yang bersifat
positif, yaitu mengarah pada kerja sama antarindividu atau antarkelompok. Interaksi sosial yang
dimaksud adalah interaksi sosial yang bersifat asosiatif. Ada pula interaksi sosial yang mengarah
pada bentuk-bentuk pertikaian atau konflik. Interaksi sosial dimaksud disebut dengan interaksi
sosial yang bersifat disasosiatif. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, seperti kerja sama,
akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Interaksi sosial yang bersifat disasosiatif mencakup
persaingan, kontroversi, dan permusuhan.
Dengan demikian, dinamika interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sosial dapat
beragam. Dilihat dari jenisnya ada interaksi antarindividu, interaksi individu dengan kelompok, dan
interaksi antarkelompok. Dilihat dari faktor penyebabnya, ada interaksi yang disebabkan oleh faktor
imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, motivasi, dan empati. Ada interaksi yang berbentuk kerja sama
dan ada interaksi yang berbentuk pertentangan. Sedangkan jika dilihat dari sifat interaksinya, ada
interaksi yang asosiatif dan interaksi yang disasosiatif.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial
tidak mungkin ada kehidupan bersama. Manusia sebagai makhluk sosial pastilah melakukan
interaksi sosial dalam kerangka hidup bersama itu.
Untuk tahapan proses-proses asosiatif dan disosiatif Mark L. Knapp menjelaskan tahapan
interaksi sosial untuk mendekatkan dan untuk merenggangkan. Tahapan untuk mendekatkan
meliputi tahapan memulai (initiating), menjajaki (experimenting), meningkatkan (intensifying),
menyatupadukan (integrating) dan mempertalikan (bonding). Sedangkan tahapan untuk
merenggangkan meliputi membeda-bedakan (differentiating), membatasi (circumscribing),
memacetkan (stagnating), menghindari (avoiding), dan memutuskan (terminating).
Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas. Menurut mereka, ada dua macam
proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial:

1. Proses Asosiatif
a. Kerja Sama (Cooperation)
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu
atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat
digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di
kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam
pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-
keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat
terlaksana dengan baik.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-
nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya). Kerja sama akan bertambah kuat jika
ada hal-hal yang menyinggung anggota/perorangan lainnya.
Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley adalah kerjasama timbul apabila orang
menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang
bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan
adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna.
Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang biasa diberi nama
kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi dengan:
 Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang sertamerta
 Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang merupakan hasil perintah atasan
atau penguasa
 Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar tertentu
 Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai bagian atau unsur dari
sistem sosial.
Macam – macam bentuk kerjasama:
 Bargaining, yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa
antara 2 organisasi atau lebih.
 Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan
atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari
terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
 Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-
tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara
waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktut yang tidak
sama antara satu dengan lainnya
Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapat satu atau beberapa tujuan bersama,
maka sifatnnya adalah kooperatif.

b. Akomodasi (Accomodation)
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti: menujuk pada suatu keadaan dan untuk
menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam
interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan
norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses
akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-
usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang digunakan oleh para
sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya
dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok
manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi
ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa
menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu:
 Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai akibat
perbedaan paham
 Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer
 Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah akibat
faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang
mengenal sistem berkasta.
 mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.
Bentuk-bentuk Akomodasi:
 Corecion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan
 Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi
tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
 Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan
tidak sanggup mencapainya sendiri
 Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang
berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
 Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
 Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai
kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
 Adjudication, Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan

c. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha
mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok
manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-
proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Proses Asimilasi timbul bila ada :
Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya orang-perorangan sebagai warga
kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama sehingga
kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan
saling menyesuaikan diri.
Beberapa bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi (interaksi yang
asimilatif) bila memilii syarat-syarat berikut ini: Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan
terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain tadi juga berlaku sama interaksi sosial tersebut tidak
mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan. Interaksi sosial tersebut bersifat
langsung dan primer. Frekuaensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara
pola-pola tersebut. Artinya, stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang mengadakan
asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu harus dicapai dan
dikembangankan.

Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah toleransi.


Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat kurangnya pengetahuan
mengenai kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan dengan itu seringkali menimbulkan faktor
perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi, perasaan bahwa suatu
kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau
kelompok lainnya.
Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah dapat pula
menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi In-Group-Feeling yang kuat menjadi penghalang
berlangsungnya asimilasi. In Group Feeling berarti adanya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa
individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan.
Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap minoritas lain apabila golongan minoritas lain
mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa faktor perbedaan kepentingan yang
kemudian ditambah dengan pertentangan-pertentangan pribadi.
Asimilasi menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial dan dalam pola adat
istiadat serta interaksi sosial. Proses yang disebut terakhir biasa dinamakan akulturasi. Perubahan-
perubahan dalam pola adat istiadat dan interaksi sosial kadangkala tidak terlalu penting dan
menonjol.

2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis halnya dengan
kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh
kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan. Oposisi dapat diartikan sebagai cara
berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Pola-pola
oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan untuk tetap hidup (struggle for existence).
Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahan, oposisi proses-proses yang disosiatif dibedkan dalam
tiga bentuk, yaitu:
a. Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada
suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia)
dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa
mempergunakan ancaman atau kekerasan.

Persaingan mempunya dua tipe umum:


 Bersifat Pribadi: Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh kedudukan. Tipe ini
dinamakan rivalry.
 Bersifat Tidak Pribadi: Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk
mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.
Bentuk-bentuk persaingan:
 Persaingan ekonomi: timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan dengan jumlah
konsumen
 Persaingan kebudayaan: dapat menyangkut persaingan bidang keagamaan, pendidikan, dst.
 Persaingan kedudukan dan peranan: di dalam diri seseorang maupun di dalam kelompok
terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan
serta peranan terpandang.
 Persaingan ras: merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini disebabkan krn ciri-ciri
badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan lainnya.

Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi :


 Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa medapat
pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.
 Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial. Persaingan berfungsi untuk
mendudukan individu pada kedudukan serta peranan yang sesuai dengan kemampuannya.
 Sebagai alat menyaring para warga golongan karya (”fungsional”)

b. Kontraversi (Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara
persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi menurut Leo von Wiese dan
Howard Becker ada 5: yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan,
perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan, pengacauan rencana, yang
sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui surat
selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian pada pihak lain, dst. yang intensif,
penghasutan, menyebarkan desas desus yang mengecewakan pihak lain, yang rahasia,
mengumumkan rahasian orang, berkhianat. yang taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan
membingungkan pihak lain.
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan kekerasan, provokasi,
intimidasi.

Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi:
i. Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman yang sudah
mengalami perubahan yang sangat cepat
ii. Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam keluarga.
iii. Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan
minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam lembaga
legislatif, keagamaan, pendidikan.

Tipe Kontravensi :
Kontravensi antarmasyarakat setempat, mempunyai dua bentuk :
i. Kontavensi antarmasyarakat setempat yang berlainan (intracommunity struggle)
ii. Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu masyarakat setempat (intercommunity
struggle)
c. Pertentangan (Pertikaian atau conflict)
Pribadi maupun kelompok menydari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri
badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain.
Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau
pertikaian.
Sebab musabab pertentangan adalah :
1. Perbedaan antara individu.
2. Perbedaan kebudayaan.
3. Perbedaan kepentingan.
Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-
kekuatan dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi yang
sebelumnya telah tercapai.
Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:
1. Pertentangan pribadi
2. Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaan
antara mereka yang menimbulkan pertentangan
3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan
4. Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu masyarakat,
maupun antara negara-negara yang berdaulat
5. Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan
yang kemudian merembes ke kedaulatan Negara

Akibat-akibat bentuk pertentangan:


1. Tambahnya solidaritas in-group.
Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu,
akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok tersebut.
2. Perubahan kepribadian para individu.
3. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.
4. Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak.

B. Dinamika Antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat


Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah pada pernyataan yang
dihadapi oleh setiap orang, yaitu kepentingan manakah yang harus saya utamakan? Kepentingan
saya selaku individu atau kepentingan masyarakat tempat saya hidup bersama?
Persoalan pengutamaan kepentingan apakah individu atau masyarakat ini munculkan dua
pandangan yang saling bertolak belakang menjadi paham atau aliran bahkan ideologi yang dipegang
suatu kelompok masyarakat.
Makna Individu, manusia sebagai makhluk individu. Makhluk individu berarti makhluk yang
tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisah-pisahkan antara jiwa dan raganya.
Pendapat lain bahwa manusia sebagai makhluk individu, tidak hanya dalam arti makhluk
keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap orang itu merupakan pribadi
(individu) yang khas menurut corak kepribadiannya, termasuk kecakapan-kecakapan serta
kelemahan-kelemahannya. Sehubungan dengan itu, Fallport merumuskan kepribadian manusia
sebagai makhluk individu adalah sebagai berikut: kepribadian adalah organisasi diamis dari sistem-
sistem psycho-physic dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan .
Makna masyarakat menurut R. Lintom: bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia
yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan
dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan social dengan batas-batas tertentu.

I. Pandangan Individualisme
Individualisme berpangkal dari konsep dasar ontologis bahwa manusia pada hakikatnya adalah
makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh
dan lengkap terlepas dari manusia yang lain. Manusia sebagai individu adalah bebas, karena itu ia
memiliki hak-hak yang tidak boleh dihalangi oleh siapapun. Apabila hak-hak itu dipenuhi maka
kehidupan manusia akan terjamin dan bahagia. Masyarakat hanyalah kumpulan dari individu-
individu. Jika individu-individu itu hidupnya bahagia dan sejahtera maka masyarakatpu akan
sejahtera.
Pandangan individualisme berpendapat bahwa kepentingan individulah yang harus diutamakan.
Kesejahteraan individu merupakan nilai kebaikan yang tertinggi yang harus diperjuangkan melalui
persamaan dan kebebasan. Jadi, yang menjadi sentral individualisme adalah kebebasan seorang
individu untuk merealisasikan dirinya. Paham individualiasme menghasilkan ideologi liberalisme.
Paham ini bisa ini bisa disebut juga ideologi individualisme liberal.
Liberalisme berasal dari kata liber artinya bebas atau merdeka. Liberalisme adalah suatu paham
yang ditegakkannya kebebasan setiap individu serta memandang setiap individu berada pada posisi
yang sedrajat dalam kemerdekaan dan hak-hak miliknya. Liberalisme memberi kebebasan manusia
untuk beraktivitas dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, baik dalam politik, ekonomi, dan
sosial budaya.
Bebarapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah sebagai berikut:
a. Penjamin hak milik perorangan. Menurut paham ini, pemilikan sepenuhnya berada pada
pribadi dan tidak berlaku hak milik, berfungsi sosial.
b. Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang bersangkutan. Prinsip ini juga
mengandung oengertain membiarkan setiap orang untuk melakukan berbagai aktivitas untuk
kepentingan sendiri. Pemenuhan akan kepentingan sendiri-sendiri diyakini akan membawa
kemakmuran bersama.
c. Pemberian kebebasan penuh pada individu. Individu adalah primer, sedangkan masyarakat
adalah sekunder. Bila individu mendapat kebebasan dan kepuasan maka masyarakat akan
mendapat kemakmuran.
d. Persaingan bebas untuk mencapai kepentingan masing-masing.

Liberalisme dalam bidang politik menghasilkan demokrasi politik, kebebasan berbicara,


berpendapat, brserikat, dan perlunya jaminan hak asasi manusia. Liberalisme dalam bidang ekonomi
menghasilkan kapitalisme dan pasar bebas. Sedangkan dalam bidang sosial budaya adalah
kebebasan individu untuk mengekprisikan sikap, perilaku, seni, dan budayanya. Kebebasan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan dinamika kebebasan antar
individu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antar individu tersebut bisa diatur melaui
penerapan hukum. Jadi, negara yang menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan
dalam rangka mengelola kebebasan agar tetap menciptkan tertibnya penyelenggaraan hidup
bersama.

II. Pandangan Sosialisme


Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan . Masyarakat
tidak sekedar kumpulan dari individu. Masyarakat merupakan entitas yang besar dan berdiri sendiri
dimana individu-individu itu berada. Individu dan kepribadiannya dianggap sebagai alat dan mesin
raksasa masyarakat. Kedudukan individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan
sosialis, hak-hak individu sebagai hak dasar hillang. Hak-hak individu timbul karena
keanggotaannya dalam suatu komunitas atau kelompok. Indivudu terkait pada komitmen suatu
kelompok. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pandangan sosialisme bertolak belakang
dengan pandangan sosialisme.
Sosialisme mementingkan masyarakat secara keseluruhan. Bahwa kepentingan masyarakat
yang utama, bukan kepentingan individu. Sosialisme adalah paham yang mengharapkan
terbentuknya masyarakat yang adil, selaras,bebas dan sejahtera bebas dari penguasaan individu atas
hak milik dan alat- alat produksi.
Dalam sejarahnya, sosialisme muncul sebagai reaksi atas paham individualis liberalisme.
Kebebasan individu yang diyakini dapat memaksimalkan pemenuhan kesejahteraan ternyata banyak
menimbulkan ketidak adailan antar induvidu itu sendiri. Individu yang memiliki kemampuan bisa
sejahtera, tetapi individu yang tidak mampu akan tetap miskin dan semakin tersisih. Dengan
demikian, dalam masyarakat timbul ketidak adilan dan kesenjangan. Kelompok masyarakat seperti
anak-anak, wanita, buruh, para pekerja hanya dieksploitasi oleh orang- orang yang mampu, terutama
yang menguasai hak milik dan alat produksi dalam suatu masyarakat. Sosialisme muncul dengan
maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama yang tersisih oleh sistem liberalisme,
mendapat keadilan, kebebasab, dan kesejahteraan.
Untuk meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu harus diletakkan
dalam kerangka kepentingan msyarakat yang lebih luas. Masyarakat yang lebih penting dari
individu. Dalam sosilisme yang radikal/ekstrem cara untuk meraih hal itu adalah dengan menghilang
hak pemilikan dan penguasaan alat alat produksi oleh perorangan.
Paham individualisme liberal dan sosilisme sama-sama tumbuh di Eropa Barat pada abad ke
18-19. Individualisme dipelopori oleh para tokoh, antara lain Jeremy Betham, John Stuart Mill,
Thomas Hobbers, John Lucke, Rousseau, dan Montesquieu. Sedangkan pemikiran sosialis ditokohi
oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi Blanc, dan Proudhon. Ideologi marxisme
termasuk dalam varian sosialisme.
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam memandang
hakikat manusia. Dalam Deklaration of Independence Amerika Serikat 1776, orientesinya lebih
ditekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka, tidak seorang
berhak mencapuri urusan pribadinya. Manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat
yang luhur. Sedangkan dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat
menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial semata. Menurut paham ini, manusia
sebagai makhluk pribadi tidak dihargai, pribadi dikorbankan untuk kepentingan negara.
Lalu bagaimana kita mengoposisikan diri dari kedua pandangan tersebut? Kepentingan
manakah yang harus di utamakan, kepentingan diri (privat) atau kepentingan masyarakat (publik)?
Pilihan atas hal tersebut sesungguhnya secara filosofis dapat kita kembalikan pada ke dua pilaihan
dari ideologi tersebut.
Jika kita simak lebih lanjut, kedua pandangan di atas mengidap kelemahannya masing-masing.
Kebebasan perseorangan merupakan inti dari ajaran individualaisme liberal dalm pelaksanaannya
justru mengingkari asas ajarannya sendiri, yaitu persamaan. Individualisme liberal dapat
minimbulkan ketidak adilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi, imperalisme, dan
kolonialisme baik dalam bentuk lama maupun baru. Persaingan bebas dan menimbulkan
kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin. Liberalisme mungkin membawa manfaat
dikehidupan politik, tetapi tidak dalam laoangan ekonomi dan sosial.
Sosialisme dalam bentuk tang ekstrem (marxisme/komunisme), tidak menghargai manusia
sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan. Dalam negara komunis, mungkin
terjadi kemakmuran msyarakat, tetapi kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin. Negara
komunis mudah menjadi negara otoriter yang memasung hak-hak dasar manusia maupun warga
negara.
Dalam negara Indonesia yang berfalsafah Pancasila, hakikat manusia dipandang memiliki sifat
pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Menurut pandangan filsafat Pamcasila, manusia adalah
makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Hal ini tidak sekadar menggabungkan dua pandangan
(individualisme dan sosialisme) di atas, tetapi secara hakikat bahwa kedudukan manusia sebagai
makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sekali lagi, manusia bukanlah makhluk individu dan
sosial. Frans Magnis Suseno (2001), menyatakan bahwa manusia adalah individu yang secara hakiki
bersifat sosial dan sebagai individu manusia bermasyarakat.
Bung Karno menerangkan tentang seimbangnya dua sifat tersebut dengan ungkapan
“Internasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak berakar dalam buminya nasionalisme.
Nasionalisme tidak hidup subur kalau tidak hidup dalam taman sarinya internasionalisme,” (Risalah
Sidang BPUPKI-PPKI, 1998). Paduan harmoni antara individu dan sosial dalam diri bangsa
Indonesia diungkapkan dalam sila kedua dan ketiga Pancasila. Sila kedua mengungkapkan
penghargaan masnusia sebagai makhluk yang memiliki harkat dan martabat luhur, karena itu harus
dihargai dan dijunjung tinggi. Konkritisasi atas hal tersebut adalah adanya jaminan atas hak asasi
manusia dan hak-hak warga negara. Sila ketiga mengungkapkan kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia yang perlu untuk diperjuangkan dan dilestarikan. Bangsa Indonesia memiliki prinsip
menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Namun, demi
kepentingan bersama tidak dengan mengorbankan hak-hak dasar setiap warga negara.

III. Problematika, Solusi Pencegahan, dan Solusi Mengatasi


a. Problematika
Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah pada yang dihadapi
oleh setiap orang, yaitu kepentingan manakah yang harus saya utamakan? Kepentingan saya selaku
individu atau kepentingan masyarakat tempat saya hidup bersama?
Persoalan pengutamaan kepentingan apakah individu atau masyarakat ini memunculkan dua
pandangan yang saling bertolak belakang, yakni pandangan sosialisme dengan pandangan
individualisme. Kedua pandangan ini justru berkembang menjadi paham atau aliran bahkan ideologi
yang dipegang oleh suatu kelompok masyarakat.
  Apabila kita sebagai manusia salah memilih kepentingan mana yang harus didahulukan,
tentunya akan sangat merugikan bagi diri sendiri maupun orang lain. Hal itu tentunya sangat lumrah
karena manusia memiliki perasaan peka terhadap suatu situasi.
 Tetapi, kebanyakan manusia lebih sering mengutamakan kepentingan individu daripada
kepentingan masyarakat. Padahal manusia adalah mahkluk sosial yang dimana hendaknya lebih
memilih kepentingan bersama ketimbang kepentingan pribadi. Boleh kita menomor satukan
kepentingan individu tapi jangan sampai kepentingan tersebut mengganggu kepentingan orang lain.

b. Solusi Pencegahan
Solusi pencegahan ini bisa dilakukan agar kita tidak merasakan dilema yang cukup membuat
kitaserba salah untuk memilih antara kepentingan individukah atau kepentingan masyarakatkah
yangharus kita dahulukan. Tetapi kita juga harus ingat bahwa kita sebagai mahkluk sosial. Kita tidak
bisahidup tanpa bantuan orang lain.
Solusinya adalah sebagai berikut:
 1. Bersikap bijaksana dan adil.
 2. Menentukan kepentingan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami.
 3. Memahami dan menerapkan konsep Pancasila di kehidupan sehari-hari.

c. Solusi Mengatasi
Solusi mengatasi ini bisa kita lakukan pada saat kita sudah atau sedang merasakn dilema
antaramemilih kepentingan individu atau kepentingan masyarakat.
 Solusinya adalah sebagai berikut:
 1. Menenangkan pikiran dan mempelajari hal apa yang didilemakan.
 2. Harus mementingkan kepentingan yang lebih mendesak.
 3. Menyesuaikan kemampuan yang dimiliki

C. Studi Kasus
Sebagai upaya untuk menormalisasikan sungai yang ada di Jakarta agar tidak terjadi banjir
yang telah biasa terjadi, maka Gubernur dan pemerintah daerah DKI Jakarta melakukan pembebasan
lahan di tepian sungai Jakarta yang sudah lama ditinggali oleh para penduduk urban dan pinggiran.
Pemerintah mengganti rumah kumuh mereka dengan rusun yang telah disediakan. Namun, sejumlah
warga menolak dengan berbagai alasan. Manakah yang harus diutamakan? Kepentingan pribadi
(warga yang menolak pindah) atau kepentingan umum untuk pencegahan banjir?
Warga seharusnya berfikir tentang kepentingan orang banyak, terutama Jakarta adalah pusat
pemerintahan negara. Lagipula, mereka sudah disediakan tempat tinggal lain sebagai gantinya.
Mereka harus lebih sadar dan tidak bersikap egois terhadap kepentingan sendiri, apalagi sungai
menjadi kotor karena mereka juga.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal
balik antar individu, antar kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok manusia.
Kontak sosial bisa bersifat positif dan bisa negative, primer dan bersifat skunder.
Berlangsungnya interaksi sosial didasarkan atas beberapa faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti,
identifikasi, simpati, motivasi, dan empati.
Bentuk-bentuk interaksi sosial antara lain akomodasi, kerja sama, persaingan, dan pertikaian
Individualisme memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap terlepas
dari manusia yang lain.
Liberalisme berasal dari kata liber artinya bebas atau merdeka. Liberalisme adalah suatu
paham yang ditegakkannya kebebasan setiap individu serta memandang setiap individu berada pada
posisi yang sedrajat dalam kemerdekaan dan hak-hak miliknya.
Pandangan sosialisme menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan.
Sosialisme mementingkan masyarakat secara keseluruhan. Bahwa kepentingan masyarakat yang
utama, bukan kepentingan individu.

B. Saran

Dalam sebuah interaksi, terdapat kontak antar pihak yang dapat menimbulkan reaksi balik,
baik positif maupun negatif. Seharusnya kita mempelajari lebih lanjut tentang karakter setiap
individu yang berkomunikasi dengan kita, sehingga kita dapat mengerti arti reaksi mereka dan dapat
meminimalisir kesalah pahaman.
Dalam pandangan antar kepentingan, baik individu maupun kelompok, hendaknya kita berfikir
lebih terbuka, sehingga dapat menentukan pandangan mana yang cocok dengan pribadi kita.
Sehingga dapat diterapkan dengan lebih baik pada masyarakat nantinya.
Toleransi antar masyarakat harus lebih diperhatikan, karena masih ada konflik yang menyangkut ras
ataupun agama yang bahkan menimbulkan konflik antar masyarakat .

DAFTAR PUSTAKA

Herimanto. Winarno 2009. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD).


Ahmadi, Abu. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Febrian Ardiansa, Agung Setiawan. 2011. Dinamika Interaksi Sosial Dan Dilema
Kepentingan Individu Dan Sosial, (online),
https://4gungseti4w4n.wordpress.com/2011/03/24/dinamika-interaksi-sosial-dan- dilema-
kepentingan-individu-dan-sosial/, diakses 1 Oktober 2015.
Aris Ramadhan. 2015. Dilema Antara Kepentingan Individu Dan Kepentongan
Masyarakat, (online),
http://www.academia.edu/6740391/Dilema_Antara_Kepentingan_Individu_dan_Kepenting
an_Masyarakat, diakses 14 Oktober 2015.

Anda mungkin juga menyukai