OSCE dikasih 2 skenario, ada 4 station 2 jalur, pindah sekali, 1 station 10 menit. Urutan
dipanggil sesuai absen, 22 dibagi 4 kelompok, dipanggil nomor 1 di kelompok 1, 1 kelompok 2,
dst. Pengujinya di bagian via zoom, kita osce di Bukit.
Jadikan operan ini sebagai pedoman belajar OSCE saja ya, karena setiap gerbong
kemungkinan soal OSCE berbeda-beda. SO BRACE YOURSELF. Mohon maaf atas
ketidaklengkapan soal dan selamat belajar, semoga lulus dan BONAM A di Bedah! Aamiin
yaRabbal Alamin.
Bagi yang ingin menambahkan, boleh banget untuk kita sebagai sesama TS kelak saat
menemui dan menyelamatkan pasien. Semoga Allah melancarkan urusan kalian!
2. HECTING
a. Lakukan pemeriksaan fisik pada pasien (Primary Survey – Secondary Survey)
b. Sebutkan diagnosis (Vulnus laceratum regio cruris anterior sinistra)
c. Lakukan tindakan non farmakologis (Hecting)
d. Lakukan tatalaksana farmakologis (Obat antibiotik + antinyeri → tulis resep tapi
kemarin kami sebutin aja resepnya ga ditulis)
e. Edukasi (Jelasin cara ganti perban, angkat jahitan setelah 14 hari di puskesmas,
sama cara konsumsi obat yang diresepkan)
7) Pakai handscoen
8) Lakukan inspeksi daerah perineum dan anus.
- Ekskoriasis 🡪 kemerahan
- Adakah skin tag?
- Fistula/fissure
- Tanda-tanda hemoroid
- Bekas operasi
b. Diagnosis dan DD
Diagnosis: Ileus obstruktif et causa Ca Rektum susp keganasan
Hasil RT: TSA baik, ampulla kolaps, mukosa licin arah jam 6, terdapat massa yang
berukuran 3 cm yang dicurigai mengarah keganasan.
Handscoen: feses (+), darah (-), lendir (-).
4. Seorang pasien datang setelah 8 jam mengalami kecelakaan lalu lintas, ditemukan
luka seperti di gambar ada goresan, kaki kiri di betis depan **sepertinya ada
gambar dan prakiraan saja. (Bedah Ortopedi)
a. Jenis luka apa?
Jenis-jenis luka:
Luka iris (vulnus scissum)
Luka robek (vulnus laceratum)
Luka lecet (vulnus ekskoriasi)
Luka tusuk (vulnus punctum)
Luka gigitan (vulnus morsum)
Luka terpotong (vulnus amputatum)
Luka tembak (vulnus schloperatum)
Benang: non absorbable (polypropylene) ukuran 3/0-5/0 🡪 tidak terserap oleh tubuh
Jarum tajam (cutting) lengkung 🡪 jaringan luar (kulit)
Tatalaksana farmakologi:
- Antibiotik spektrum luas (golongan cephalosporin)
- Anti-tetanus diberikan injeksi tetagam 250 IU IM (indikasi: tanyakan riwayat
imunisasi tidak lengkap atau >10 tahun, luka kotor terkontaminasi, gigitan manusia
atau hewan)
d. Edukasi.
Lakukan perawatan luka dengan caranya 1-2 hari sekali ganti perban untuk
menghindari infeksi dan proses penyembuhan lebih lambat, lalu dapat lepas jahitan
setelah 12-14 hari di puskesmas.
Pemilihan ukuran benang: berdasarkan jaringan apa yang dijahit dan mempertimbangkan
faktor kosmetik.
Panjang jarum: antara 2 sampai 60 mm. Jarum jangan pernah dipegang dengan tangan
tapi menggunakan instrumen !!
Tujuan penjahitan luka adalah mempertemukan dan mempertahanakan posisi kedua
permukaan luka tanpa mengganggu peredaran darah setempat supaya uka dapat sembuh
per primam intentionem.
o Simple interrupted suture: dalam penjahitan tidak boleh ditarik keras sehingga
perdarahan setempat terganggu 🡪 bekas yang jelek
Keuntungannya: bila benang putus ghanya satu tempat yang terbuka, bila ada infeksi
hanya bagian yang ada infeksi saja yang dibuka benangnya.
Kerugian: waktu pengerjaan lama
o Jahitan matras ada 2: horizontal dan vertikal. Maksud horizontal itu horizontal dari garis
luka, begitupun vertikal.
Jahitan matras digunakan bila diperlukan pertautan tepi luka yang tepat, yang tidak dapat
dicapai dengan jahitan simple interrupted.
Keuntungan: luka tertutup rapat sampai ke dasar luka sebingga tidak terbentuk rongga
dalam luka
Station 2 - Ny, N 32 thn datang dengan kekuhan benjolan yang awalnya sebesar kelereng
dan skrg besarnya sebesar telur Puyuh. (Bedah Onkologi)
a. Lakukan Pem. Fis (Lakukanlah dari awal tapi khususkan ke Tiroid)
Persiapan dokter dan pasien:
1. Menjelaskan mengenai pemeriksaan fisik yang akan dilakukan, tujuan dan manfaatnya
2. Memberikan jaminan pada pasien dan keluarganya tentang kerahasiaan semua informasi
yang didapatkan pada pemeriksaan fisik tersebut.
3. Informed concern dan menjelaskan mengenai hak-hak pasien atau keluarganya, misalnya
tentang hak untuk menolak untuk diperiksa.
4. Mempersilakan pasien untuk bersiap sebelum pemeriksaan
5. Pemeriksa melakukan cuci tangan rutin sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan dan
melakukan pemeriksaan dari sebelah kanan pasien. Penilaian status pasien secara umum
dan tanda vital
6. Lihat dan catatlah keadaan umum pasien: sakit ringan, sakit sedang atau sakit berat.
7. Tentukanlah status gizi : ukur tinggi dan berat badan (sesuai panduan penentuan status
gizi), Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang
8. Nilailah tingkat kesadaran: Glasgow coma score (GCS)
9. Ukur dan nilai tanda-tanda vital pasien: suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi dan
pernapasan, tipe nafas.
10. Perhatikanlah adanya tanda renjatan, tanda dehidrasi. Pemeriksaan lokalisata
11. Perhatikan dan nilailah ada tidaknya kelainan pada mata dan kelopak mata: eksoftalmus,
edema kelopak mata, gerakan kelopak mata, memejamkan mata.
12. Periksalah mulut dan rongga mulut: terutama perhatikan adanya tanda-tanda dehidrasi
1.1.1. Inspeksi
Inspeksi kelenjar tiroid dilakukan dari posisi depan dan samping untuk menilai apakah
terdapat pembesaran kelenjar tiroid. Selanjutnya, jika ditemukan adanya pembesaran, dilakukan
penilaian terhadap derajat pembesaran tiroid, apakah noduler atau difus, tunggal atau mutiple.
Pada saat inspeksi, juga perlu dilihat apakah ada tanda-tanda inflamasi, seperti rubor, tumor,
kalor, dolor, dan fungtio laesa.
Sebelum melakukan pemeriksaan kelenjar tiroid, perlu dipastikan arah sinar yang tepat,
sehingga gambaran yang terlihat akan tampak jelas pada kontur, relief, tekstur kulit maupun
benjolan. Perhatikan juga apakah ada bekas luka operasi di bagian leher pasien. Selanjutnya,
angkat sedikit dagu pasien dan perhatikan struktur dibagian bawah-depan leher.
Gambar 4. Inspeksi kelenjar tiroid (kiri, saat istirahat; kanan, saat gerakan menelan).
Kelenjar tiroid normal biasanya tidak dapat dilihat dengan cara inspeksi, kecuali pada
orang yang amat kurus, namun apabila dalam keadaan tertentu ditemukan deviasi trakea atau
dilatasi vena maka harus curiga kemungkinan adanya gondok substernal. Umumnya, dengan
inspeksi saja kita sudah dapat menduga adanya pembesaran kelenjar tiroid yang lazim disebut
gondok.
Gondok yang agak besar dapat dilihat, namun untuk memastikan serta melihat gambaran
lebih jelas maka dilanjutkan dengan palpasi. Minta pasien untuk melakukan gerakan menelan.
Manuver ini cukup diagnostik untuk memisahkan apakah satu struktur leher tertentu
berhubungan atau tidak dengan tiroid. Sebaliknya apabila struktur kelenjar tiroid tidak ikut
gerakan menelan, maka kemungkinan lain yang harus dipikirkan adalah radang kronik atau
keganasan tiroid.
1.1.2. Palpasi
Pada saat palpasi, perhatikan ukuran kelenjar, bentuk, konsistensi dan tanyakan kepada
pasien apakah terasa nyeri pada saat dilakukan penekanan pada kelenjar tiroid. Beberapa hal
yang harus diperhatikan sebelum melakukan palpasi tiroid adalah memposisikan kepala pasien
dengan menundukkan leher sedikit serta menoleh kearah tiroid yang akan diperiksa (menoleh
kekanan untuk memeriksa tiroid kanan, dengan tujuan untuk membuat otot
sternokleidomastoideus kanan relaksasi). Pemeriksaan diawali dengan meraba daerah tiroid
dengan jari telunjuk (dan atau 3 jari) guna memastikan ukuran, bentuk, konsistensi, nyeri tekan
dan kesimetrisan. Untuk mempermudah meraba tiroid, geser laring dan tiroid ke satu sisi dengan
menggunakan ibu jari atau jari tangan lain pada kartilago tiroid. Kedua tiroid diperiksa dengan
cara yang sama sambil pasien melakukan gerakan menelan. Pembesaran tiroid disebut struma.
Gambar 5. Pemeriksaan palpasi kelenjar tiroid.
Umumnya, pemeriksaan palpasi kelenjar tiroid dimulai dari depan, kemudian dari belakang
pasien.
● Pemeriksaan dari depan
Tiroid dipalpasi untuk menilai adakah pembesaran atau tidak. Kemudian pasien diminta
menelan ludah untuk menilai apakah kelenjar tiroid teraba atau tidak, bergerak atau tidak.
Bila terjadi pembesaran tiroid, dinilai ukurannya, konsistensi, permukaan (noduler/difus),
nyeri tekan, mobilitasnya.
● Pemeriksaan kelenjar tiroid dari belakang
Minta pasien untuk duduk, pemeriksa berada di belakang kemudian diraba dengan jari-jari
kedua tangan. Penilaian kelenjar tiroid sama seperti pemeriksaan dari depan. Dalam
kondisi normal: tidak terlihat atau teraba.
Palpasi akan lebih mudah dilakukan pada orang kurus, meskipun pada orang gemuk, tiroid
yang membesar juga dapat dengan mudah diraba. Ukuran tiroid dapat dinyatakan dengan banyak
cara, antara lain:
● Dalam ukuran volume (cc) dibandingkan dengan ukuran volume ibu jari pemeriksa
● Mengukur luas permukaan kelenjar dapat digunakan sebagai ukuran besarnya tiroid
− Derajat 3: Subjek dengan gondok besar sekali, terlihat dari beberapa cm.
Dalam praktek masih banyak dijumpai kasus dengan gondok yang teraba membesar tetapi
tidak terlihat. Oleh karena itu, dibuatlah subklas baru yang terbagi menjadi derajat IA dan derajat
IB.
− Derajat IA: Subjek dengan gondok teraba membesar tetapi tidak terlihat meskipun leher
sudah ditengadahkan maksimal.
− Derajat IB: Subjek dengan gondok teraba membesar tetapi terlihat dengan sikap kepala
biasa, artinya leher tidak ditengadahkan.
Kriteria yang digunakan untuk menyatakan bahwa gondok membesar ialah apabila lobus
lateral tiroid sama atau lebih besar dari falang akhir ibu jari tangan pasien (bukan jari pemeriksa).
Penilaian status klinis fungsi tiroid
a) Indeks Wayne13
Indeks Wayne adalah suatu sistem penilaian berdasarkan gejala-gejala dan tanda-tanda
yang dijumpai pada pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang biasa digunakan untuk
membantu penegakan diagnosis hipertiroid Graves secara klinis. Indeks ini dapat digunakan
terutama jika fasilitas laboratorium biokimia belum tersedia sehingga kadar hormon tiroid belum
diketahui.
Tabel 4. Tabel Indeks Wayne.13
Gejala Skor Tanda Ada Tidak
ada
Exophthalmos Present +9
Absent 0
Hyperkinesis Present +4
Absent 0
Dipasang
untuk urinal
bag
Ballooning
14. Apabila sudah menetap, kateter dihubungkan dengan urinal bag dan
dipertahankan sampai aliran urin keluar.
15. Selanjutnya, duk steril dilepaskan, kateter difiksasi dengan plester pada kulit paha
proksimal atas di daerah inguinal. Diusahakan agar penis mengarah ke lateral, hal
ini untuk mencegah nekrosis akibat tekanan pada bagian ventral urethra di daerah
penoskrotal.
16. Selesai pemasangan kateter, bersihkan dan buang ke sampah medis.
Perawatan Kateterisasi
1. Pelepasan kateter sesuai indikasi.
2. Penggantian kateter tiap 2 minggu (bila diperlukan).
Kateter silikon (putih) 🡪 maksimal 1 bulan
Kateter kuning 🡪 1 minggu
3. Minum banyak untuk menjamin diuresis
4. Membersihkan ujung urethra dari sekret dan darah yang mengering agar
pengaliran sekret uretra tetap terjamin
5. Mengusahakan kantong penampung urin tidak melampaui ketinggian buli-buli
agar urin tidak mengalir kembali kedalamnya.
Perawatan WSD:
- Undulasi pergerakan cairan di dalam selang sesuai irama pernapasan. Normalnya 2-4
cm.
- Produksi cairan: kualitas (jumlah) dan kuantitas (warna) yang keluar dalam 24 jam
- Air bubble🡪 gelembung udara yang terlihat dalam botol WSD, lebih jelas bila pasien
disuruh meniup menandakan masih terdapat adanya udara dalam kavum pleura.
- Foto rontgen dada ulang
Jika setelah 2-4 hari masih ada bukti kebocoran udara, berbagai pilihan yang tersedia.
Tekanan hisap negatif (pada tekanan rendah -10 sampai -20 cmH2O) pada tingkat aliran
tinggi dapat dicoba dapat mempercepat penyembuhan kebocoran.
TATALAKSANA AWAL LUKA BAKAR