Anda di halaman 1dari 35

OPERAN OSCE BEDAH (ERA COVID-19)

OSCE dikasih 2 skenario, ada 4 station 2 jalur, pindah sekali, 1 station 10 menit. Urutan
dipanggil sesuai absen, 22 dibagi 4 kelompok, dipanggil nomor 1 di kelompok 1, 1 kelompok 2,
dst. Pengujinya di bagian via zoom, kita osce di Bukit.
Jadikan operan ini sebagai pedoman belajar OSCE saja ya, karena setiap gerbong
kemungkinan soal OSCE berbeda-beda. SO BRACE YOURSELF. Mohon maaf atas
ketidaklengkapan soal dan selamat belajar, semoga lulus dan BONAM A di Bedah! Aamiin
yaRabbal Alamin.
Bagi yang ingin menambahkan, boleh banget untuk kita sebagai sesama TS kelak saat
menemui dan menyelamatkan pasien. Semoga Allah melancarkan urusan kalian!

GERBONG 15 MARET – 17 APRIL 2021


1. RECTAL TOUCHE (Pasiennya perempuan)
a. Lakukan RT
b. Edukasi dan Komunikasi
c. Sebutkan diagnosis kerja dan diagnosis bandingnya (CA Rectum)
d. Sebutkan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan

2. HECTING
a. Lakukan pemeriksaan fisik pada pasien (Primary Survey – Secondary Survey)
b. Sebutkan diagnosis (Vulnus laceratum regio cruris anterior sinistra)
c. Lakukan tindakan non farmakologis (Hecting)
d. Lakukan tatalaksana farmakologis (Obat antibiotik + antinyeri → tulis resep tapi
kemarin kami sebutin aja resepnya ga ditulis)
e. Edukasi (Jelasin cara ganti perban, angkat jahitan setelah 14 hari di puskesmas,
sama cara konsumsi obat yang diresepkan)

GERBONG 8 FEBRUARI – 13 MARET 2021


1. Tn. Cecep umur 60 tahun, mengeluh tidak bisa BAK sejak 6 jam yang lalu. Pasien
didiagnosis dengan retensio urin akut ec BPH.
a. Tentukan tatalaksana nonfarmakologi
(pemasangan kateter)
b. Tentukan tatalaksana farmakologi
(alpha blocker, 5-alpha reductase inhibitor, fitoterapi)
c. Tentukan langkah selanjutnya dan sampaikan ke penguji
(rujuk ke dokter spesialis bedah urologi untuk tindakan selanjutnya. Bisa dilakukan
pembedahan: TURP atau prostatektomi sesuai indikasi)
2. Seorang wanita, umur 22 tahun didapatkan adanya luka robek pada kaki kiri
karena kecelakaan lalu lintas. Terlihat seperti digambar… ((sayangnya kita ga
punya bey))
a. Tentukan pemeriksaan fisik yang dilakukan?
Primary survey dbn, secondary survey AMPLE & head-to-toe examination, status
lokalis LOOK FEEL MOVE
Look: deformitas (angulasi, shortening/discrepancy, rotasi), swelling, edema distal,
penilaian luka (jenis luka, tipe luka, ukuran luka, tepi dasar luka)
Feel: nyeri tekan, krepitasi, akral hangat/dingin, neurovascular distal (sensibilitas,
raba), pulsasi distal arteri dorsalis pedis
Move: range of movement aktif (minta pasien gerakkin) dan pasif (kita yang
gerakkin)
b. Diagnosis dan sampaikan ke penguji
vulnus laceratum regio cruris sinistra, ini ada yg bilang lengan bawah berarti vulnus
laceratum regio antebrachii sinistra
c. Tentukan tatalaksana non farmakoterapi
debridement dan hecting

d. Tentukan tatalaksana farmakoterapi dan tulis resep


antibiotik, injeksi anti tetanus, analgetik
e. Berikan komunikasi dan edukasi
(ganti verban GV selama 1-2 hari untuk mencegah infeksi, angkat jahit AJ di
puskesmas sekitar 10-14 hari)
Semua jawaban kedua soal ini ada di bawah ya.

GERBONG 5 JANUARI – 8 FEBRUARI 2021


3. Ada perempuan, 50 tahun mengeluh perut kembung dan susah BAB, didapatkan
massa arah jam 6 licin, ukuran 3 cm. (Bedah Digestif)
a. Lakukan RT (rectal touche) dan temukan hasil RT,
b. Tegakkan diagnosis dan diagnosis banding,
c. Lakukan pemeriksaan penunjang
d. KIE
JAWABAN:
a. Pemeriksaan Colok Dubur (RT) dan temukan hasil RT
1) Perkenalan diri dan identitas pasien
2) Pastikan posisi pemeriksa di sebelah kanan pasien
3) Lakukan informed consent yang penting (alasan/tujuan dan prosedur
pemeriksaan). Prosedurnya dengan cara memasukkan jari pemeriksa ke lubang
dubur untuk mengetahui apakah ada kelainan.
4) Meminta pasien mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu
5) Posisikan pasien terlentang dan lutut ditekuk ke dada (litotomi)
6) Persiapan alat (handscon, tissue, lubricant jelly)
Yang mau lebih lengkapnya juga boleh:
- Sabun cair
- Kain kasa steril
- Air mengalir
- Ember berisi air
- Larutan antiseptik
- Handuk kecil atau tissue
- Lap atau tissue
- Baskom berisi klorin 0,5%
- Jelly
- Tempat sampah non-medis
- Sarung tangan steril
- Tempat sampah medis

7) Pakai handscoen
8) Lakukan inspeksi daerah perineum dan anus.
- Ekskoriasis 🡪 kemerahan
- Adakah skin tag?
- Fistula/fissure
- Tanda-tanda hemoroid
- Bekas operasi

9) Oleskan lubricant ke handscoen.


10) Lalu ketika memasukkan jari telunjuk, beritahu pasien untuk menarik nafas agar
tidak sakit.
11) Masukkan jari telunjuk ke anus, perlahan-lahan sentuhlah spinkter ani (arah jam
6) dan mintalah penderita untuk bernapas seperti biasa, sambil menilai tonus
spinkter ani tersebut. Tangan yang satu berada di atas suprapubis dan tekanlah ke
arah vesica urinaria. (Bila vesica urinaria kosong, maka kedua ujung jari dapat
bertemu (terasa).
12) Doronglah jari telunjuk ke arah dalam anus sambil menilai ampulla dan dinding
rectum apakah dalam keadaan kosong/ada massa feses, terdapat
tumor/hemorrhoid, atau adanya batu urethra (pars prostatica).
13) Tempatkanlah jari telunjuk pada jam 12, untuk meraba kelenjar prostat pada
posisi lithothomi. (Kelenjar prostat teraba pada posisi jam 12.)
14) TEMUKAN:
- Tonus sphincter ani (TSA) baik atau tidak?
- Ampulla kolaps atau tidak?
- Mukosa licin atau tidak?
- Ada massa atau tidak? Jika ada, sebutkan permukaan, konsistensi, nyeri atau
tidak?
Jika arah jam 12 (prostat) dapat dinilai:
- Permukaannya atau keadaan mucosa rektum pada prostate,
- Pembesarannya: pole atas bisa/tidak teraba dan penonjolannya kedalam
rectum,
- Konsistensi : kenyal, keras, atau lembut,
- Simetris atau tidak,
- Berbenjol-benjol atau tidak,
- Terfiksir atau tidak,
- Nyeri tekan atau tidak,
- Adanya krepitasi (batu prostat) atau tidak
15) Keluarkan jari tangan dengan sedikit melengkungkan ujung jari, dan periksalah
pada handscoon apakah ada darah, lendir dan feses atau tidak.
16) Bersihkan sarung tangan dengan air mengalir gosokkan tangan untuk
membersihkan bercak-bercak darah atau cairan tubuh lainnya yang menempel pada
sarung tangan. Kemudian sarung tangan dibuka lalu dimasukkan kedalam baskom
berisi larutan khlorin 0,5%, atau ke tempat sampah medis.
17) Lakukan cuci tangan asepsis

b. Diagnosis dan DD
Diagnosis: Ileus obstruktif et causa Ca Rektum susp keganasan
Hasil RT: TSA baik, ampulla kolaps, mukosa licin arah jam 6, terdapat massa yang
berukuran 3 cm yang dicurigai mengarah keganasan.
Handscoen: feses (+), darah (-), lendir (-).

(Ileus obstruktif ditandai ampulla kolaps)


DD:
Ca colon, Ca recti, Diverticulosis, Colitis ulserative
- Intraluminal: intususepsi (invaginasi), tumor, ileus gall stone (batu kantung
empedu, makin besar, fistula ke kantong empedu karena nempel jadilah ileus).
- Intramural: chron’s, stenosis, atresia
- Ekstraluminal: hernia, adhesive
c. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memastikan bahwa penyebabnya curiga Ca Rektum, dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu
- Foto polos abdomen 3 posisi (adanya pelebaran usus, air fluid level patologis,
penebalan dinding usus dan distribusi udara)
- Pemeriksaan CT scan
- Pemeriksaan laboratorium: ureum, kreatinin, elektrolit dan analisa gas darah.
d. KIE
Tatalaksana:
- Perbaiki keadaan umum
- Pemasangan infus untuk rehidrasi (RL 10-20 CC/kg BB inisial berapa lama??
Dilanjutkan maintenance RL 20x tetes/menit)

Tubuh perlu cairan sekitar 1,5 Liter= 1500 cc -- > 24 jam


Untuk orang dewasa ukuran set makro 20 (20 tetes)
1500 cc x 20 tetes / 60 menit x 24= 500 : 24 = 20 x tetes/ menit.. jadi 1 tetes = 3
detik
- Pemasangan pipa lambung untuk mengurangi tekanan intra abdominal
(dekompresi NGT)
- Pemasangan kateter urin dan monitor cairan
- Berikan antibiotik (broad spectrum)
- Injeksi ceftriaxone 1 gr/12 jam IV
Penanganan lanjutan
-
Bila jelas disebabkan oleh obstruksi makan penanganan selanjutnya adalah
dengan tindakan laparotomi untuk menghilangkan penyebab sumbatan
- Biopsi per-rektal
Edukasi pasien dan beri penjelasan
● Ca rectum 🡪
- Makan-makanan mengandung berserat tinggi
- Terapi bedah merupakan modalitas utama apabila stadium dini dengan tujuan
kuratif dapat dilakukan eksisi lokal, reseksi total, reseksi posterior anterior,
- Kemoterapi
- Radioterapi
- Terapi biologis (targeted therapy)
● Penyakit yang diderita pasien adalah ileus obstruktif di mana terjadi hambatan
pada saluran pencernaan pasien sehingga makanan, cairan, serta udara terjebak di
dalam saluran pencernaan, dan termasuk salah satu tanda kegawatan yang
sering dijumpai pada kasus keganasan pada rectum.
● Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab di mana yang
paling sering adalah adhesi, keganasan, dan hernia.
● Tanda dan gejala yang dialami pasien akan berupa nyeri perut, muntah, mual dan
tidak dapat buang angin maupun buang air besar
● Tatalaksana yang akan dilakukan kepada pasien dan apakah pasien perlu
menjalani operasi atau bisa di terapi secara konservatif beserta risikonya.

4. Seorang pasien datang setelah 8 jam mengalami kecelakaan lalu lintas, ditemukan
luka seperti di gambar ada goresan, kaki kiri di betis depan **sepertinya ada
gambar dan prakiraan saja. (Bedah Ortopedi)
a. Jenis luka apa?
Jenis-jenis luka:
Luka iris (vulnus scissum)
Luka robek (vulnus laceratum)
Luka lecet (vulnus ekskoriasi)
Luka tusuk (vulnus punctum)
Luka gigitan (vulnus morsum)
Luka terpotong (vulnus amputatum)
Luka tembak (vulnus schloperatum)

b. Diagnosa pake sebut regio


Vulnus scissum/laceratum regio cruris anterior sinistra

c. Tatalaksana nonfarmako (bersihkan/debridement dan jahit) dan farmakologi


APABILA TERNYATA APA YANG HARUS DILAKUKAN SAAT BERTEMU
PASIEN INI:
Lakukan primary survey (ABCDE) dan secondary survery (ample, lakukan
pemeriksaan fisik, atas bawah, dokternya ngomong ada luka di kaki kiri)

Tatalaksana nonfarmakologi (debridement dan hecting)


Debridement adalah usaha untuk menghilangkan jaringan yang mati dan
terkontaminasi dengan mempertahankan secara maksimal struktur anatomi yang
penting.
- Siap alat dan bahan: Duk steril, kasa steril, povidone iodine 10%, NaCl 0,9%, minor
set (pinset, needle holder, gunting, benang dan jarum jahit, pisau bedah, klem), apron,
lidokain

Benang: non absorbable (polypropylene) ukuran 3/0-5/0 🡪 tidak terserap oleh tubuh
Jarum tajam (cutting) lengkung 🡪 jaringan luar (kulit)

- Pastikan semua alat steril


- Cuci tangan
- Pake handscoen steril
- Wound toilet:
1) Nyalakan lampu, bersihkan area daerah sekitar luka dengan sabun dan air (bukan
tempat luka), cukur rambut bila perlu,
2) Disinfeksi luka dan area sekitarnya dengan povidone iodine 10% dari mulai
pinggir luka keluar
3) Pasang duk steril,
4) Injeksi lidokain 2% (1 ampul= 40 mg/2ml; 3-4 mg/kgBB misal 50 kg, 50x4=200 –
5 ampul, tusuk di 3 tempat; ujung, tengah, pangkal),
5) Cuci NaCL 0,9% (membersihkan luka dan mengeluarkan debris dan benda asing
dari luka) 🡪 debridemen
- Hecting: simple interrupted suture
- berikan penutup luka (sofratulle, tutup dengan kasa streril dan plaster)

Tatalaksana farmakologi:
- Antibiotik spektrum luas (golongan cephalosporin)
- Anti-tetanus diberikan injeksi tetagam 250 IU IM (indikasi: tanyakan riwayat
imunisasi tidak lengkap atau >10 tahun, luka kotor terkontaminasi, gigitan manusia
atau hewan)

d. Edukasi.
Lakukan perawatan luka dengan caranya 1-2 hari sekali ganti perban untuk
menghindari infeksi dan proses penyembuhan lebih lambat, lalu dapat lepas jahitan
setelah 12-14 hari di puskesmas.

GERBONG 30 NOVEMBER 2020 – 4 JANUARI 2021


1. Hecting
Ini bisa liat di yutub ya, bila perlu pelajari basic surgical skill (BSS).
Jenis benang jahit ada 2: dapat diserap (catgut, sintesis) dan tidak dapat diserap (alami,
sintesis)
● Catgut: catgut ada 2, plain catgut yang berasal dari usus domba dan kromik catgut yayng
dicampur asam kromat. Plain catgut diserap dlm waktu lebih kurang 7 hari, untuk
penjahitan luka kecil, menjahit subkutis, dan menjahit daerah yang longgar (perut, wajah)
yang tak banyak bergerak dan luas ukanya. Kromik catgut diserap dalam waktu 20-40
hari unutk menjahit luka yang tidak kooperatif seperti tendon.
● Sintesis dpt diserap: digunakan pada bedah mata, ortopedi, urologi dan bedah plastic.
Dalam subkutis bertahan 3 minggu dalam otot bertahan 3 bulan.
● Alami: untuk jahitan terputus (interrupted) contoh: silk, linon, cotton
● Sintesis tdk diserap: monofilament (untuk jahitan kontinyu, digunakan pada jaringan
yang sukar sembuh)

Pemilihan ukuran benang: berdasarkan jaringan apa yang dijahit dan mempertimbangkan
faktor kosmetik.

Panjang jarum: antara 2 sampai 60 mm. Jarum jangan pernah dipegang dengan tangan
tapi menggunakan instrumen !!
Tujuan penjahitan luka adalah mempertemukan dan mempertahanakan posisi kedua
permukaan luka tanpa mengganggu peredaran darah setempat supaya uka dapat sembuh
per primam intentionem.
o Simple interrupted suture: dalam penjahitan tidak boleh ditarik keras sehingga
perdarahan setempat terganggu 🡪 bekas yang jelek
Keuntungannya: bila benang putus ghanya satu tempat yang terbuka, bila ada infeksi
hanya bagian yang ada infeksi saja yang dibuka benangnya.
Kerugian: waktu pengerjaan lama

o Jahitan matras ada 2: horizontal dan vertikal. Maksud horizontal itu horizontal dari garis
luka, begitupun vertikal.
Jahitan matras digunakan bila diperlukan pertautan tepi luka yang tepat, yang tidak dapat
dicapai dengan jahitan simple interrupted.
Keuntungan: luka tertutup rapat sampai ke dasar luka sebingga tidak terbentuk rongga
dalam luka

Perawatan luka bedah:


▪ Setelah luka dijahit dengan rapi, bersihkan dengan disinfektan (diberi salep🡪jika perlu)
▪ Luka ditutup dengan kasa steril yang dibasahi betadine
▪ Luka di lekatkan dengan plester (bila perlu diikat dengan perban)

Faktor yang mengganggu penyembuhan luka:


1. Dead space
2. Simpul yang terlalu keras
3. Koagulasi yang banyak

Kegiatan/langkah klinik kesempatan


Ke 2
Ke 1
dan
strsnya.
I. perkenalan
a. Mengucapkan salam kepada pasien
b. Memperkenalkan diri kepada pasien
c. Menanyakan identitas kepada pasien
d. Menjelaskan prosedur tindakan kepada pasien
II. persiapan dan pemeriksaan

a. Menyiapkan alat-alat (sarung tangan, doek steril, bethadin, needle


holder, forcep/pingset, jarum dan benang, spuit dan obat anastesi
dll)

b. Menjelaskan tindakan aseptic dan anti septik

c. Menjelaskan tindakan anastesi lokal.


Jarum jangan diletakkan dalam keadaan terbuka. Teknik yang
dipakai saat anastesi adalah teknik inspirasi anastesi (seperti kipas),
setelah ditusuk kekulit disekitar luka, jarum diaspirasi terlebih
dahulu untuk memastikan tidak ada darah yang teraspirasi baru
kemudian disuntikkan.

d. Pemperagakan Cara memegang forcep/pingset


Jari tangan diletakkan didaearh yang bergerigi pada pingset agar
tidak licin jika seandainya nanti ada luka atau cairan lain pada
kenyataannya.

e. Memperagakan Cara memegang needle holder


Yang digunakan untuk memegang needle holder adalah ibu jari dan
jari manis, karena kekuatan yang dihasilkan tidak maksimal seperti
seandainya menggunakan ibu dari dan jari telunjuk.
f. Melakukan tehnik penjahitan simple suture
Menjahit satu-satu, jarak antara tepi luka ke jahitan (n), jarak antar
jahitan (2n)

g. Melakukan tehnik penjahitan matrass horizontal


Penjahitan horizontal dari garis luka

h. Melakukan tehnik penjahitan matrass vertikal


Penjahitan vertikal dari garis luka

i. Melakukan tehnik penjahitan kontinyu/jelujur


j. Malakukan tehnik penjahitan subkutikuler
Digunakan pada luka yang bersih, benang jahitan berada di
intrakutan sehingga benang tidak terlihat namun luka akan tertutupi.

k. Memperagakan cara pembuatan simpul reefknot menggunakan


tangan kiri, sehingga menghasilkan simpul seperti gambar dibawah
ini:

Banyak berlatih dengan tali sepatu biar tidak kaku ketika


memperagakan, ikuti alur seperti digambar!!
l. Memperagakan cara pembuatan simpul bedah. Disebut juga half
surgeon knot.
GERBONG 26 OKTOBER - 30 NOVEMBER 2020
Station 1 - Laki2 50thn dtg dengan keluhan perut kembung dan muntah2. Pemfis-> bising
Usus Meningkat, Metallic Sound (+). (Bedah Digestif)
a. Lakukan Pemasangan NGT
1) Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, memastikan identitas pasien, menjelaskan
dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan (informed consent)
Tujuan: sebagai nutrisi, dekompresi pada perut kembung, aspirasi cairan lambung.

2) Memeriksa ketersediaan alat.


Alat dan bahan:
- Selang NGT
Bayi (0-5 bulan): 8 Fr
Bayi (6-12 bulan): 10 Fr
Anak (1-3 tahun): 10-12 Fr
Anak (4-7 tahun): 12 Fr
Anak (8-12 tahun): 14 Fr
Anak > 12 tahun dan dewasa: 16 Fr
- Alkohol swab
- Lubricant jelly
- Stetoskop
- Spuit 50 cc
- Handscoen steril
- Plester
3) Mencuci tangan dan menggunakan handscoen.
4) Meminta pasien duduk atau berbaring terlentang.
5) Memeriksa lubang hidung yang akan digunakan untuk insersi.
6) Mempersiapkan pipa nasogastrik.
7) Mengukur panjang pipa yang akan digunakan dengan cara mengukur panjang dari tengah
telinga ke puncak hidung lalu diteruskan ke titik antara processus xiphoideus lalu tandai
dengan melihat skala pada pipa.
8) Mengoleskan lubrikan pada ujung pipa sepanjang 15 cm pertama untuk melicinkan.
9) Memasukkan ujung pipa melalui lubang hidung sambil meminta pasien untuk melakukan
gerakan menelan sampai mencapai batas yang ditandai.
10) Untuk memeriksa ketepatan posisi ujung pipa di lambung, masukkan udara dengan
bantuan catheter tip dan semprotkan ke dalam pipa nasogastrik dan akan terdengar suara
udara dengan stetoskop yang diletakkan di atas lambung.
11) Bila ujung pipa tidak berada di lambung segera tarik pipa, dan coba memasangnya lagi.
Bila penderita mengalami sianosis atau masalah respirasi segera tarik pipa.
12) Bila pipa telah ditempatkan dengan tepat, fiksasi pipa menggunakan plester pada muka
dan hidung, hati-hati jangan menyumbat lubang hidung pasien.
13) Mengalirkan ke dalam kantong penampung yang disediakan atau menutup ujung pipa
bila tidak segera digunakan dengan cara melipat ujung pipa nasogastrik.
14) Memberikan edukasi mengenai perawatan pipa nasogastrik dan rencana penggantian pipa
nasogatrik (sekitar 2 minggu).
15) Merapikan alat dan membuang bahan medis habis pakai ke tempat sampah medis.
16) Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan.

b. Tentukan Tatalaksana lanjutan dan sampaikan Ke Penguji


Diagnosis: ileus obstruktif
- Perbaiki keadaan umum
- Rehidrasi cairan dengan pemasangan infus RL
- Koreksi elektrolit/asam basa
- Pemasangan kateter urin untuk memonitor cairan
- Antibiotik spektrum luas

Station 2 - Ny, N 32 thn datang dengan kekuhan benjolan yang awalnya sebesar kelereng
dan skrg besarnya sebesar telur Puyuh. (Bedah Onkologi)
a. Lakukan Pem. Fis (Lakukanlah dari awal tapi khususkan ke Tiroid)
Persiapan dokter dan pasien:
1. Menjelaskan mengenai pemeriksaan fisik yang akan dilakukan, tujuan dan manfaatnya
2. Memberikan jaminan pada pasien dan keluarganya tentang kerahasiaan semua informasi
yang didapatkan pada pemeriksaan fisik tersebut.
3. Informed concern dan menjelaskan mengenai hak-hak pasien atau keluarganya, misalnya
tentang hak untuk menolak untuk diperiksa.
4. Mempersilakan pasien untuk bersiap sebelum pemeriksaan
5. Pemeriksa melakukan cuci tangan rutin sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan dan
melakukan pemeriksaan dari sebelah kanan pasien. Penilaian status pasien secara umum
dan tanda vital
6. Lihat dan catatlah keadaan umum pasien: sakit ringan, sakit sedang atau sakit berat.
7. Tentukanlah status gizi : ukur tinggi dan berat badan (sesuai panduan penentuan status
gizi), Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang
8. Nilailah tingkat kesadaran: Glasgow coma score (GCS)
9. Ukur dan nilai tanda-tanda vital pasien: suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi dan
pernapasan, tipe nafas.
10. Perhatikanlah adanya tanda renjatan, tanda dehidrasi. Pemeriksaan lokalisata
11. Perhatikan dan nilailah ada tidaknya kelainan pada mata dan kelopak mata: eksoftalmus,
edema kelopak mata, gerakan kelopak mata, memejamkan mata.
12. Periksalah mulut dan rongga mulut: terutama perhatikan adanya tanda-tanda dehidrasi
1.1.1. Inspeksi
Inspeksi kelenjar tiroid dilakukan dari posisi depan dan samping untuk menilai apakah
terdapat pembesaran kelenjar tiroid. Selanjutnya, jika ditemukan adanya pembesaran, dilakukan
penilaian terhadap derajat pembesaran tiroid, apakah noduler atau difus, tunggal atau mutiple.
Pada saat inspeksi, juga perlu dilihat apakah ada tanda-tanda inflamasi, seperti rubor, tumor,
kalor, dolor, dan fungtio laesa.
Sebelum melakukan pemeriksaan kelenjar tiroid, perlu dipastikan arah sinar yang tepat,
sehingga gambaran yang terlihat akan tampak jelas pada kontur, relief, tekstur kulit maupun
benjolan. Perhatikan juga apakah ada bekas luka operasi di bagian leher pasien. Selanjutnya,
angkat sedikit dagu pasien dan perhatikan struktur dibagian bawah-depan leher.
Gambar 4. Inspeksi kelenjar tiroid (kiri, saat istirahat; kanan, saat gerakan menelan).
Kelenjar tiroid normal biasanya tidak dapat dilihat dengan cara inspeksi, kecuali pada
orang yang amat kurus, namun apabila dalam keadaan tertentu ditemukan deviasi trakea atau
dilatasi vena maka harus curiga kemungkinan adanya gondok substernal. Umumnya, dengan
inspeksi saja kita sudah dapat menduga adanya pembesaran kelenjar tiroid yang lazim disebut
gondok.
Gondok yang agak besar dapat dilihat, namun untuk memastikan serta melihat gambaran
lebih jelas maka dilanjutkan dengan palpasi. Minta pasien untuk melakukan gerakan menelan.
Manuver ini cukup diagnostik untuk memisahkan apakah satu struktur leher tertentu
berhubungan atau tidak dengan tiroid. Sebaliknya apabila struktur kelenjar tiroid tidak ikut
gerakan menelan, maka kemungkinan lain yang harus dipikirkan adalah radang kronik atau
keganasan tiroid.
1.1.2. Palpasi
Pada saat palpasi, perhatikan ukuran kelenjar, bentuk, konsistensi dan tanyakan kepada
pasien apakah terasa nyeri pada saat dilakukan penekanan pada kelenjar tiroid. Beberapa hal
yang harus diperhatikan sebelum melakukan palpasi tiroid adalah memposisikan kepala pasien
dengan menundukkan leher sedikit serta menoleh kearah tiroid yang akan diperiksa (menoleh
kekanan untuk memeriksa tiroid kanan, dengan tujuan untuk membuat otot
sternokleidomastoideus kanan relaksasi). Pemeriksaan diawali dengan meraba daerah tiroid
dengan jari telunjuk (dan atau 3 jari) guna memastikan ukuran, bentuk, konsistensi, nyeri tekan
dan kesimetrisan. Untuk mempermudah meraba tiroid, geser laring dan tiroid ke satu sisi dengan
menggunakan ibu jari atau jari tangan lain pada kartilago tiroid. Kedua tiroid diperiksa dengan
cara yang sama sambil pasien melakukan gerakan menelan. Pembesaran tiroid disebut struma.
Gambar 5. Pemeriksaan palpasi kelenjar tiroid.
Umumnya, pemeriksaan palpasi kelenjar tiroid dimulai dari depan, kemudian dari belakang
pasien.
● Pemeriksaan dari depan
Tiroid dipalpasi untuk menilai adakah pembesaran atau tidak. Kemudian pasien diminta
menelan ludah untuk menilai apakah kelenjar tiroid teraba atau tidak, bergerak atau tidak.
Bila terjadi pembesaran tiroid, dinilai ukurannya, konsistensi, permukaan (noduler/difus),
nyeri tekan, mobilitasnya.
● Pemeriksaan kelenjar tiroid dari belakang
Minta pasien untuk duduk, pemeriksa berada di belakang kemudian diraba dengan jari-jari
kedua tangan. Penilaian kelenjar tiroid sama seperti pemeriksaan dari depan. Dalam
kondisi normal: tidak terlihat atau teraba.
Palpasi akan lebih mudah dilakukan pada orang kurus, meskipun pada orang gemuk, tiroid
yang membesar juga dapat dengan mudah diraba. Ukuran tiroid dapat dinyatakan dengan banyak
cara, antara lain:

● Dalam ukuran volume (cc) dibandingkan dengan ukuran volume ibu jari pemeriksa

● Ukuran lebar dan panjang (cm x cm)

● Mengukur luas permukaan kelenjar dapat digunakan sebagai ukuran besarnya tiroid

● Gradasi pembesaran kelenjar tiroid untuk keperluan epidemiologi (untuk menentukan


prevalensi gondok endemik) menggunakan klasifikasi perez atau modifikasinya. Biasanya
perempuan mempunyai gondok lebih besar sehingga lebih mudah dirabaMetode ini
digunakan untuk memperoleh angka statistik dalam rangka mengendalikan masalah
gondok endemik dan kurang yodium, dengan cara yang reploducible. Klasifikasi awal
(Perez 1960) adalah sebagai berikut:

− Derajat 0: Subjek tanpa gondok

− Derajat 1: Subjek dengan gondok yang dapat diraba (palpable)

− Derajat 2: Subjek dengan gondok terlihat (visible)

− Derajat 3: Subjek dengan gondok besar sekali, terlihat dari beberapa cm.
Dalam praktek masih banyak dijumpai kasus dengan gondok yang teraba membesar tetapi
tidak terlihat. Oleh karena itu, dibuatlah subklas baru yang terbagi menjadi derajat IA dan derajat
IB.

− Derajat IA: Subjek dengan gondok teraba membesar tetapi tidak terlihat meskipun leher
sudah ditengadahkan maksimal.

− Derajat IB: Subjek dengan gondok teraba membesar tetapi terlihat dengan sikap kepala
biasa, artinya leher tidak ditengadahkan.
Kriteria yang digunakan untuk menyatakan bahwa gondok membesar ialah apabila lobus
lateral tiroid sama atau lebih besar dari falang akhir ibu jari tangan pasien (bukan jari pemeriksa).
Penilaian status klinis fungsi tiroid
a) Indeks Wayne13
Indeks Wayne adalah suatu sistem penilaian berdasarkan gejala-gejala dan tanda-tanda
yang dijumpai pada pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang biasa digunakan untuk
membantu penegakan diagnosis hipertiroid Graves secara klinis. Indeks ini dapat digunakan
terutama jika fasilitas laboratorium biokimia belum tersedia sehingga kadar hormon tiroid belum
diketahui.
Tabel 4. Tabel Indeks Wayne.13
Gejala Skor Tanda Ada Tidak
ada

Sesak napas +1 Tiroid teraba +3 -3


Palpitasi +2 Bruit di sekitar tiroid +2 -2
Kelelahan +2 Eksoftalmus +2 -
Lebih suka panas -5 Retraksi kelopak mata +2 -
Lebih suka dingin +5 Lid lag +1 -
Banyak keringat +3 Hiperkinesis +4 -2
Gugup +2 Telapak tangan teraba panas +2 -2
Selera makan meningkat +3 Telapak tangan lembab
Selera makan menurun -3 Denyut nadi sewaktu +1 -1
Berat badan meningkat -3 >80x/menit
Berat badan menurun +3 >90x/menit 0 -3
Fibrilasi atrium +3 -
+4 -

Interpretasi skor total: >19 : hipertiroidisme toksik


11 – 19 : meragukan
< 11 : eutiroidisme/non-toksik
b) Indeks New Castle14
Item Grade Score

Age of onset 15−24 0


25−34 -4
35−44 -8
45−54 -12
≥55 -16

Psychological precipitant Present -5


Absent 0

Frequent checking Present -3


Absent 0

Severe anticipatory anxiety Present -3


Absent 0

Increased appetite Present +5


Absent 0
Goitre Present +3
Absent 0

Thyroid bruit Present +18


Absent 0

Exophthalmos Present +9
Absent 0

Lid retraction Present +2


Absent 0

Hyperkinesis Present +4
Absent 0

Fine finger tremor Present +7


Absent 0

Pulse-rate >90x/menit +16


80−90x/menit +8
<80x/menit 0

Interpretasi skor total:


● (-11) – (+23) : Eutiroid
● (+24) – (+39) : Meragukan
● (+40) – (+80) : Toksik
1.1.3. Auskultasi
Gambar 6. Auskultasi tiroid.
Auskultasi dapat dilakukan jika terdapat pembesaran tiroid (struma). Apabila terdengar
bunyi bising (bruit), maka hal ini menunjukkan banyaknya vaskularisasi pada struma, yang
sering ditemukan pada gondok toksik. Saat melakukan auskultasi, dengarkan juga bising napas
akibat sumbatan laring/trakea yang disebut stridor. Selain itu, lakukan juga perkusi sternum atas,
bila terdengar suara redup, pikirkan kemungkinan adanya struma retrosternal. Kemudian minta
pasien untuk mengangkat tangan ke atas kepala setinggi mungkin. Bila muncul kemerahan atau
sianosis pada muka, menunjukkan adanya sumbatan akibat struma retrosternal, keaaan ini
disebut dengan tanda Penberton.
Langkah terakhir dari pemeriksaan fisik kelenjar tiroid adalah membuat interpretasi dari
hasil temuan saat pemeriksaan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:15
● Menentukan grade pembesaran kelenjar
● Mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan yang meliputi: penentuan difus/noduler,
konsistensi kelenjar, adanya nyeri tekan, ukuran kelenjar, suhu dan warna kulit,
perlengketan ke jaringan sekitarnya
● Menentukan status klinis fungsi tiroid dengan menggunakan indeks Wayne
● Menentukan status klinis fungsi tiroid dengan menggunakan indeks New Castle
● Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang kemungkinan diagnosis penyakitnya,
rencana diagnostik, tatalaksana selanjutnya serta prognosis
● Tulislah resume hasil pemeriksaan fisik, kemungkinan diagnosis dan rencana pemeriksaan
penunjang diagnostik dan tatalaksana serta prognosis.

b. Tentukan Tatalaksana lanjutan dan sampaikan ke Penguji


Station 3 - Wanita, 49 thn datang dengan keluhan benjolan dileher berukuran 10cm.
(Bedah Onkologi)
a. Lakukan Pem. Fisik (Lakukanlah dari awal tapi khususkan ke Tiroid) bedanya
dengan Station 2, kmungkinan ini Diffusa.
b. Jelaskan Terapi lanjutan dan sampaikan ke penguji
Sama dengan diatas
Station 4 - Laki laki usia 60+ dengan kluhan tidak bisa kencing dan perut bagian bawah
menonjol. (Bedah Urologi)
a. Lakukan Terapi Non-Farmakologi (Psg Kateter urin)
1. Sapa dan perkenalan pemeriksa & pasien
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan penunjang
5. Informed consent untuk kateterisasi
“Saya akan melakukan pemasangan kateter untuk mengatasi masalah yang terjadi
pada saluran kemih Bapak/Ibu. Apakah bersedia?”
6. Cuci tangan dan menggunakan APD (handscoon)
7. Alat & Bahan
1) Spuit 10 cc
2) Aqua for injection utk mengisi balon kateter
3) Duk steril
4) Jeli steril yg dicampur obat anestesi lokal (lidokain)
5) Povidon Iodine 10% atau Alkohol 90%
6) Kasa steril
7) Plester 🡪 fiksasi
8) Handscoon
9) Kateter foley no 16 F
10) Urinal bag
8. Posisikan pasien terlentang dengan kaki dibuka dan pemeriksa berada di sebelah
kanan pasien.
9. Desinfeksi di lapangan tindakan (khususnya area genital pria) dengan
menggunakan kasa + povidon iodine 10%/alkohol 90%
10. Pemasangan duk steril ke lapangan tindakan yang telah disterilkan
Pompa balon
sekitar 30 cc

Dipasang
untuk urinal
bag

Ballooning

11. Lubrikasi jeli steril ke kateter.


12. Lubrikasi jeli steril ke muara uretra dengan posisi penis yang tegak lurus.
13. Pasang kateter ke muara uretra sampai ke percabangan, kemudian balon
dikembangkan dengan spuit yang terisi aqua sebanyak 5-10 cc (untuk pasien
sadar). Sedangkan untuk pasien tidak sadar, diberikan sebanyak 30 cc. Anak-anak
(3-5 cc).

14. Apabila sudah menetap, kateter dihubungkan dengan urinal bag dan
dipertahankan sampai aliran urin keluar.
15. Selanjutnya, duk steril dilepaskan, kateter difiksasi dengan plester pada kulit paha
proksimal atas di daerah inguinal. Diusahakan agar penis mengarah ke lateral, hal
ini untuk mencegah nekrosis akibat tekanan pada bagian ventral urethra di daerah
penoskrotal.
16. Selesai pemasangan kateter, bersihkan dan buang ke sampah medis.

Perawatan Kateterisasi
1. Pelepasan kateter sesuai indikasi.
2. Penggantian kateter tiap 2 minggu (bila diperlukan).
Kateter silikon (putih) 🡪 maksimal 1 bulan
Kateter kuning 🡪 1 minggu
3. Minum banyak untuk menjamin diuresis
4. Membersihkan ujung urethra dari sekret dan darah yang mengering agar
pengaliran sekret uretra tetap terjamin
5. Mengusahakan kantong penampung urin tidak melampaui ketinggian buli-buli
agar urin tidak mengalir kembali kedalamnya.

b. Lakukan Terapi Farmakologis (Analgetic (5a Reductase, alpha Blocker dan


Phytoterapi). Jelaskan
- Alpha blocker 🡪 bekerja menghambat kontraksi otot polos prostat sehingga
mengurangi resistensi tonus leher kandung kemih dan uretra. Contoh: terazosin,
doksazosin, alfuzosin
- 5 alpha reductase 🡪 bekerja dengan menginduksi apoptosis sel epitel prostat yang
kemudian mengecilkan volume prostat hingga 20-30%. Contoh finasteride dan
dutasteride
- Fitoterapi 🡪 menggunakan bahan tumbuhan.

c. Jelaskan Terapi lanjutan dan sampaikan ke penguji.


- Berdasarkan terapi lanjutan dapat dilakukan terapi pembedahan. Indikasinya ialah
1. Retensi urin akut
2. Gagal trial without catether (twoc)
3. ISK berulang
4. Hematuria makroskopik berulang
5. Batu kandung kemih
6. Penurunan fungsi ginjal
7. Perubahan patologis pada kandung kemih
Sehingga terapinya ialah prostatektomi terbuka, TURP (transurethral resection
of the Prostate)
Pemasangan Kateter Folley pada Laki-laki
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Memeriksa ketersediaan alat.
3. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril.
4. Meminta pasien berbaring terlentang.
5. Berdiri di sisi kanan (bila right-handed), atau berdiri di sisi kiri (bila left-handed/kidal).
6. A dan anti sepsis menggunakan povidon iodin di daerah orifisium uretra eksterna sampai
corpus penis.
7. Memasang duk steril.
8. Memegang corpus penis dengan tangan non-dominan.
9. Memasukkan gel anesthetic ke orifisium uretra eksterna dengan tangan dominan secara steril.
10. Memasukan kateter menggunakan pinset steril, memastikan kateter masuk ke dalam kandung
kemih ditandai dengan keluarnya urin, kemudian kateter diklem pada ujung kateter (agar
kandung kemih masih tetap terisi urin untuk mencegah ruptur uretra) sambil didorong sampai
ada tahanan atau sampai percabangan kateter
11. Mengisi balon kateter dengan cairan aqua steril minimal 20 mL menggunakan spuit 10 mL
tanpa jarum.
12. Menghubungkan kateter dengan kantung urin.
13. Klem dilepaskan, kateter ditarik perlahan sampai terasa adanya tahanan .
14. Menutup orifisium uretra eksterna dengan kasa steril yang telah dibubuhi povidon iodin.
15. Melakukan fiksasi kateter dengan plester pada paha.
17. Merapikan alat, dan membuang bahan medis habis pakai ke tempat sampah medis.
18. Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan

Pemasangan Kateter Folley pada Perempuan


Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Memeriksa ketersediaan alat.
3. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril.
4. Meminta pasien berbaring terlentang.
5. Berdiri di sisi kanan pasien (bila right-handed) atau sisi kiri pasien (bila kidal/left-handed).
6. Membuka labia dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan nondominan. Identifikasi letak
orifisium uretra eksterna yang terletak di bawah klitoris dan di atas orifisium vagina.
7. A dan antisepsis menggunakan larutan povidon iodin pada orifisium uretra ekstrena dan
sekitar vulva menggunakan tangan dominan.
8. Memasang duk steril.
9. Memasukkan gel anesthetic ke orifisium uretra eksterna dengan tangan dominan secara steril,
tunggu selama 2-3 menit untuk menunggu efek anestesi bekerja.
10. Memasukan kateter menggunakan pinset steril, memastikan kateter masuk ke dalam kandung
kemih ditandai dengan keluarnya urine, kemudian kateter diklem pada ujung kateter (agar
kandung kemih masih tetap terisi urine untuk mencegah ruptur uretra) sambil didorong sampai
ada tahanan atau percabangan kateter mencapai meatus.
11 Lepaskan klem pada ujung kateter, biarkan urine keluar dari kateter. Jika urine tidak keluar,
aspirasi urine dengan spuit.
12. Mengisi balon kateter dengan cairan aqua steril minimal 20 mL (atau sesuai dengan
keterangan pada kateter) menggunakan spuit 10 mL tanpa jarum.
13. Menghubungkan kateter dengan kantung urine.
14. Klem dilepaskan, kateter ditarik perlahan sampai terasa adanya tahanan.
15. Melakukan fiksasi kateter dengan plester pada paha bagian dalam.
16. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis pakai ke tempat sampah medis.
17. Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan.
Pasien dengan labiognatopalatoschizis, kapan dilakukan operasi labioplasti dan berikan
edukasi mengenai hal tersebut. Lalu jelaskan time-table jadwal operasi?
Pasien datang ke Igd dengan fraktur femur terbuka. Apa yang harus dilakukan?
- Prinsip penanganan fraktur: Recognize (anamnesis dan pemfis), Reduction (mengembalikan),
Retaining (imobilisasi), Rehabilitasi.
- Survey primer dan survey sekunder
- LFM
- Imobilisasi = cara teknik pembidaian

PEMASANGAN CHEST TUBE (WSD)


Alat dan bahan.
1. Sarung tangan steril
2. Duk steril
3. Spuit 5 cc steril
4. Alkohol 70%
5. Needle holder dan jarum jahit kulit steril
6. Klem arteri lurus
7. Skalpel
8. Satu buah meja dengan satu set bedah minor
9. Selang WSD
10. Botol WSD
11. Kassa steril
12. Lidokain 2%
Setelah alat-alat dan bahan-bahan telah tersedia, maka tahapan-tahapan yang dilakukan
selama prosedur WSD sebagai berikut.
1. Melakukan informed consent dan penjelasan prosedur kepada pasien dan keluarga.
2. Memantau keadaan pasien dan menentukan posisi pasien (supinasi, duduk atau lateral).
3. Menandai lokasi pemasangan selang WSD, lokasi yang biasanya di gunakan adalah
pada spatium intercostal V/VI pada linea mid-aksilaris atau pada “safety triangle” yakni
bangunan yang dibatasi oleh margo anterior m. Latissimus dorsi, margo lateral m.
Pectoralis major dan garis antara papilla mamae dengan apeks fossa aksilaris.
Gambar 1. Posisi safety triangle.
Bila bagian kanan maka lakukan di ICS VII atau VIII dekstra. Jika bagian kiri,
lakukan di ICS VIII atau IX linea aksilaris posterior sinistra atau kira-kira sama tinggi
dengan sela iga dari angulus inferius skapulae. Bila di dada bagian depan dipilih ICS II
di linea midklavikularis dekstra atau sinistra. Serta menentukan ketebalan dinding
toraks.
4. Bersihkan daerah yang akan dipasang WSD dengan menggunakan cairan antiseptik.
Tutup dengan duk steril.
5. Melakukan pemberian injeksi anestesi lokal pada lokasi pemasangan WSD.
6. Melakukan insisi kulit sekitar 2-3 cm sampai meluas di jaringan subkutis dan otot dada
ditengah sela iga.
7. Melakukan irisan diteruskan sampai menembus rongga pleura. Dengan klem arteri
lurus, kemudian lubang diperlebar secara tumpul untuk meregangkan jaringan yang
lebih besar dari selang WSD.
8. Dengan klem arteri yang masih berada di rongga pleura, masukkan jari telunjuk ke
dalam lubang agar tetap terbuka, lalu keluarkan klem tersebut.
9. Kemudian dengan menggunakan jari telunjuk, rasakan adanya adhesi dan pastikan
berada di rongga intratoraks. Ambil selang WSD dengan klem.
10. Memasukkan selang WSD ke dalam rongga pleura, ada dua cara untuk memasukkan
selang WSD yakni dengan metode trocar dan blunting dissection, masing-masing cara
memiliki keuntungan dan kerugiannya.
11. Fiksasi selang WSD sesuai dengan tanda pada selang WSD.
12. Daerah luka dibersihkan, kemudian sambungkan selang WSD dengan botol WSD steril.
13. Bila mungkin dengan continous suction dengan tekanan -24 sampai -32 cmH20

Gambar 2. Teknik Pemasangan WSD.

Perawatan WSD:
- Undulasi pergerakan cairan di dalam selang sesuai irama pernapasan. Normalnya 2-4
cm.
- Produksi cairan: kualitas (jumlah) dan kuantitas (warna) yang keluar dalam 24 jam
- Air bubble🡪 gelembung udara yang terlihat dalam botol WSD, lebih jelas bila pasien
disuruh meniup menandakan masih terdapat adanya udara dalam kavum pleura.
- Foto rontgen dada ulang
Jika setelah 2-4 hari masih ada bukti kebocoran udara, berbagai pilihan yang tersedia.
Tekanan hisap negatif (pada tekanan rendah -10 sampai -20 cmH2O) pada tingkat aliran
tinggi dapat dicoba dapat mempercepat penyembuhan kebocoran.
TATALAKSANA AWAL LUKA BAKAR

Anda mungkin juga menyukai