Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Spasial Vol 6. No.

2, 2019
ISSN 2442-3262
ANALISIS KERENTANAN BENCANA TSUNAMI DI KOTA PALU
Herni Tandi Sarapang1, Octavianus H.A. Rogi2 & Poli Hanny3
1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Sam Ratulangi
2&3 Staf Pengajar Prodi S1 Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi

E-mail: hernitandisarapang@gmail.com
Abstrak
Kota Palu merupakan salah satu kawasan seismik aktif di Indonesia karena dilalui segmentasi sesar
yang sangat berpotensi membangkitkan gempa bumi kuat, yaitu Sesar Palu-Koro yang memanjang dari
Palu ke arah Selatan dan Tenggara. Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode
panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa
berupa gempabumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. Oleh karena itu, untuk meminimalisir
dampak dari bencana tersebut diperlukan analisis mengenai tingkat kerentanan yang sangat berkaitan
dengan penilaian resiko sebagai upaya penanggulangan bencana untuk perencanaan dan pengembangan
daerah Kota Palu. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kerentanan tsunami dan memberikan
rekomendasi kebijakan mitigasi resiko ancaman tsunami menurut peta kerentanan. Penelitian ini
menggunakan metode analisis kuantitatif deskriptif. Analisis data pembobotan menggunakan pedoman
Perka Badan Penanggulangan Bencana No.2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian
Risiko Bencana. Setelah mendapatkan bobot tiap-tiap parameter yang telah ditentukan kemudian hasil
tersebut dipetakan dengan bantuan GIS (Geographic Information System). Dari hasil studi, didapat 2
hal yaitu persebaran tingkat kerentanan bencana tsunami yang terbagi menjadi 3 kelas yaitu rendah (9
kelurahan), sedang (11 kelurahan) dan tinggi (15 kelurahan), sehingga dari kelas kerentanan tinggi
memunculkan rekomendasi kebijakan mitigasi seperti mengaktifkan program keluarga berencana,
mengadakan sosialisasi mitigasi, penanaman pohon mangrove, tidak menggunduli peruntukan lahan
untuk hutan lindung dan hutan alam, dan tidak membangun bangunan di daerah padat bangunan.
Kata Kunci: Tsunami, Tingkat Kerentanan Bencana, Mitigasi
PENDAHULUAN 2018, gempa bumi berkekuatan 7,4 skala richter
Bencana adalah peristiwa atau serangkaian mengguncang wilayah Sulawesi Tengah.
peristiwa yang mengancam dan mengganggu Gempa ini memicu terjadinya bencana tsunami
kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh di Palu yang menyebabkan kerugian besar.
beberapa faktor alam dan faktor non-alam Kerugian besar akibat bencana tsunami
maupun faktor manusia sehingga dapat dikarenakan tingkat kerentanan. Hal dasar yang
mengakibatkan korban jiwa, kerusakan dapat dilakukan untuk mengurangi resiko
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak bencana tsunami yaitu dengan mengetahui
psikologis (BNPB,2007). Kota Palu merupakan kemampuan masyarakat dalam menghadapi
salah satu kawasan seismik aktif di Indonesia bencana tsunami dengan cara mengetahui
karena dilalui segmentasi sesar yang sangat tingkat kerentanan bencana tsunami. Tujuan
berpotensi membangkitkan gempa bumi kuat, penelitian ini adalah mengetahui tingkat
yaitu Sesar Palu-Koro yang memanjang dari kerentanan tsunami dan memberikan
Palu ke arah Selatan dan Tenggara. Ditinjau rekomendasi tentang penanganan di Kota Palu
dari kedalaman gempa buminya, aktivitas terdampak bencana tsunami berdasarkan hasil
gempa bumi di zona ini tampak didominasi oleh tingkat kerentanannya.
gempa bumi kedalaman dangkal antar 0 hingga
60 kilometer. Dengan demikian, aktivitas TINJAUAN PUSTAKA
tersebut beresiko untuk menimbulkan tsunami. Pengertian Bencana
Kerawanan gempa bumi dan tsunami di Kota
Palu dan sekitarnya ini terbukti dengan Kata “bencana” pada dasarnya merupakan
beberapa catatan sejarah gempa bumi dan sebuah istilah manusiawi yang relatif bersifat
tsunami yang berlangsung sejak tahun 1927, subjektif. Istilah ini terkait dengan terjadinya
seperti gempa bumi dan tsunami Palu 1927, suatu peristiwa tertentu, baik alamiah ataupun
gempa bumi dan tsunami Tambu 1968, dan artifisial, yang dipandang me”rugi”kan
gempa bumi dan tsunami Toli-Toli dan Palu manusia, sebagai pencipta kata bencana.
1996 (Daryono, 2011). Pada bulan September Peristiwa seperti pergerakan tanah, gelombang

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 432


Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019
ISSN 2442-3262
pasang, rendaman air dan lain sebagainya tidak sehingga menimbulkan kerugian. Tingkat
akan disebut “bencana” jika tidak berimplikasi kerentanan dibagi dalam kerentanan sosial,
kerugian bagi kehidupan manusia. Singkat kata, ekonomi, fisik dan ekologi/lingkungan (Perka
bencana dapat didefinisikan sebagai suatu Badan Penanggulangan No. 2 Tahun 2012).
peristiwa yang merugikan (Rogi, 2017).
Pengertian Tsunami METODE PENELITIAN
Menurut (Yakub Malik, Nanin.2009) tsunami Pada penelitian ini menggunakan metode
adalah sebuah ombak yang terjadi setelah penelitian kuantitatif deskriptif.
sebuah gempa bumi, gempa laut, gunung api
meletus, atau hantaman meteor dilaut. Tsunami Analisis Tingkat Kerentanan Bencana
tidak terlihat saat masih berada jauh di tengah Analisis tingkat kerentanan dilakukan dengan
lautan, namun begitu mencapai wilayah memasukkan data – data sesuai dengan
dangkal, gelombang menghampiri pantai, parameter – parameter yang sudah ditentukan
ketinggiannya meningkat sementara dan dilanjutkan dengan pembobotan nilai
kelanjutannya menurun, Gelombang tersebut sesuai Perka BNPB No. 2 Tahun 2012 tentang
bergerak pada kejauhan tinggi, hampir tidak Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana
dapat dirasakan efeknya oleh kapal laut dengan parameter pembobotan nilai sebagai
(misalnya) saat melintas di laut dalam, tetapi berikut:
meningkat ketinggian hingga mencapai 30 Kerentanan Sosial
meter atau lebih di daerah pantai. Tabel 1 Daftar Parameter Kerentanan Sosial

Pengertian Mitigasi Bencana


Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun
2007, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi resiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana.

Pengertian Resiko Bencana


Risiko bencana adalah interaksi antar
kerentanan daerah dengan ancaman bahaya
Kerentanan Fisik
(hazard) yang ada. Ancaman bahaya,
Tabel 2 Daftar Parameter Kerentanan Fisik
khususnya bahaya alam bersifat tetap karena
bagian dari dinamika proses alami
pembangunan atau pembentukan roman muka
bumi baik dari tenaga internal maupun
eksternal, sedangkan tingkat kerentanan daerah
dapat dikurangi sehingga kemampuan dalam
menghadapi ancaman tersebut semakin
meningkat.
Pengertian Kerentanan
Kerentanan merupakan karakteristik individu
atau kelompok yang mendiami alam tertentu Kerentanan Ekonomi
pada bidang sosial dan ekonomi yang mana Tabel 3 Daftar Parameter Kerentanan
mereka dibedakan menurut posisi mereka yang Ekonomi
bermacam-macam dalam masyarakat yang
menjadi lebih atau kurang pada kelompok dan
individu yang rentan (Cannon,1994).
Kerentanan adalah terganggunya kondisi
lingkungan, masyarakat, struktur, layanan yang
diakibatkan oleh dampak bahaya tertentu

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 433


Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019
ISSN 2442-3262
kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin,
rasio kelompok umur rentan, rasio
penduduk miskin dan rasio penduduk cacat.

Kerentanan Lingkungan
Tabel 4 Daftar Parameter Kerentanan
Lingkungan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 2 Peta Kerentanan Sosial di Kota Palu
Gambaran Umum Lokasi Sumber : Peneliti, 2019
Kota Palu berada pada kawasan dataran lembah Dari hasil analisis diatas yang termasuk
Palu dan Teluk Palu, dengan ketinggian rata- dalam klasifikasi dengan kerentanan sosial
rata 0 – 700 meter diatas permukaan laut, yang tinggi adalah Kelurahan Talise, Kelurahan
terletak pada posisi 0º,36” - 0º,56” Lintang Layana Indah, Kelurahan Silae, Kelurahan
Selatan dan 119º,45” -121º,1” Bujur Timur. Buluri, Kelurahan Watusampu, Kelurahan
Luas wilayah Kota Palu, adalah 395,06 km2, Taipa, Kelurahan Kayumalue Ngapa,
yang terdiri dari 8 kecamatan dan 35 kelurahan. Kelurahan Besusu Barat, Kelurahan Besusu
Timur, Kelurahan Besusu Tengah, Kelurahan
Lolu Utara dan Kelurahan Panau. Wilayah
dengan kerentanan sosial sedang adalah
Kelurahan Ujuna, Kelurahan Baru, Kelurahan
Siranindi, Kelurahan Kamonji, Kelurahan
Balaroa, Kelurahan Lere, Kelurahan
Tanamodindi, Kelurahan Lasoani, Kelurahan
Kawatuna, Kelurahan Talise Valanguni,
Kelurahan Donggala Kodi, Kelurahan
Kabobena, Kelurahan Tipo, Kelurahan
Mamboro, Kelurahan Kayumalue Pajeko,
Kelurahan Lolu Selatan, Kelurahan Lambara,
Kelurahan Baiya, Kelurahan Pantoloan,
Kelurahan Pantoloan Boya. Sedangkan wilayah
Gambar 1 Peta Administrasi Kota Palu
dengan kerentanan sosial rendah adalah
Sumber : Peneliti, 2019 Kelurahan Poboya, Kelurahan Tondo, dan
Kelurahan Mamboro Barat.
Analisis Kerentanan Bencana Tsunami • Kerentanan Fisik
• Kerentanan Sosial Analisis Indeks Kerentanan Fisik
Analisis Indeks Kerentanan Sosial merupakan proses perhitungan dari
merupakan proses perhitungan dari keseluruhan hasil nilai kerugian dari
keseluruhan hasil nilai jumlah penduduk kerentanan fisik parameter rumah, fasilitas
terpapar bencana untuk parameter umum dan fasilitas kritis.

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 434


Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019
ISSN 2442-3262

Gambar 3 Peta Kerentanan Fisik di Kota Palu


Sumber : Peneliti, 2019 Gambar 4 Peta Kerentanan Ekonomi di Kota
Dari hasil analisis diatas yang termasuk Palu
dalam klasifikasi dengan kerentanan fisik yang Sumber : Peneliti, 2019
tinggi adalah Kelurahan Ujuna, Kelurahan
Dari hasil analisis diatas yang termasuk
Balaroa, Kelurahan Talise, Kelurahan
dalam klasifikasi dengan kerentanan ekonomi
Tanamodindi, Kelurahan Kawatuna, Kelurahan
yang sedang adalah Kelurahan Siranindi,
Tipo, Kelurahan Mamboro, Kelurahan Taipa,
Kelurahan Kamonji, Kelurahan Balaroa,
Kelurahan Besusu Barat, Kelurahan Besusu
Kelurahan Lere, Kelurahan Tanamodindi,
Tengah, Kelurahan Lolu Selatan dan Kelurahan
Kelurahan Kawatuna, Kelurahan Poboya,
Pantoloan. Wilayah dengan kerentanan sedang
Kelurahan Layan Indah, Kelurahan Talise
adalah Kelurahan Baru, Kelurahan Siranindi,
Valanguni, Kelurahan Donggala Kodi,
Kelurahan Kamonji, Kelurahan Lere,
Kelurahan Kabobena, Kelurahan Silae,
Kelurahan Lasoani, Kelurahan Layana Indah,
Kelurahan Tipo, Kelurahan Buluri Kelurahan
Kelurahan Talise Valanguni, Kelurahan
Watusampu, Kelurahan Mamboro, Kelurahan
Donggala Kodi, Kelurahan Kabobena,
Taipa, Kelurahan Kayumalue Pajeko,
Kelurahan Silae, Kelurahan Buluri, Kelurahan
Kelurahan Mamboro Barat, Kelurahan Panau,
Watusampu, Kelurahan Kayumalue Pajeko,
Kelurahan Lambara, Kelurahan Baiya,
Kelurahan Kayumalue Ngapa, Kelurahan
Kelurahan Pantoloan, dan Kelurahan Pantoloan
Mamboro Barat, Kelurahan Besusu Timur,
Boya. Sedangkan wilayah dengan kerentanan
Kelurahan Lolu Utara, Kelurahan Lambara,
ekonomi rendah adalah Kelurahan Ujuna,
Kelurahan Baiya dan Kelurahan Pantoloan
Kelurahan Baru, Kelurahan Talise, Kelurahan
Boya. Sedangkan wilayah dengan kerentanan
Kawatuna, Kelurahan Layana Indah, Kelurahan
fisik rendah adalah Kelurahan Poboya,
Kayumalue Ngapa, Kelurahan Besusu Barat,
Kelurahan Tondo, dan Kelurahan Panau.
Kelurahan Besusu Timur, Kelurahan Tengah,
Kelurahan Lolu Utara dan Kelurahan Lolu
• Kerentanan Ekonomi Selatan.
Indeks Kerentanan Ekonomi merupakan
proses perhitungan dari keseluruhan hasil • Kerentanan Lingkungan
nilai kerugian dari kerentanan ekonomi Indeks Kerentanan Lingkungan (IKL)
parameter lahan produktif dan PDRB. merupakan proses perhitungan dari
keseluruhan hasil nilai kerugian dari
kerentanan lingkungan parameter hutan
lindung, hutan alam dan hutan
bakau/mangrove.

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 435


Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019
ISSN 2442-3262

Gambar 5 Peta Kerentanan Lingkungan di Kota Gambar 6 Peta Kerentanan Tsunami di Kota
Palu Palu
Sumber : Peneliti, 2019 Sumber : Peneliti, 2019

Dari hasil analisis diatas yang termasuk Dari hasil analisis diatas yang diidentifikasi
dalam klasifikasi dengan kerentanan wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi di
lingkungan yang tinggi adalah Kelurahan Kota Palu adalah Kelurahan Ujuna, Kelurahan
Kawatuna, Kelurahan Poboya, Kelurahan Talise, Kelurahan Tanamodindi, Kelurahan
Tondo, Kelurahan Layana Indah, Kelurahan Lasoani, Kelurahan Layana Indah, Kelurahan
Buluri, Kelurahan Lambara, Kelurahan Baiya Tipo, Kelurahan Buluri, Kelurahan
dan Kelurahan Watusampu. Wilayah dengan Watusampu, Kelurahan Mamboro, Kelurahan
kerentanan ekonomi sedang adalah Kelurahan Lolu Utara, Kelurahan Lolu Selatan, Kelurahan
Lasoani, Kelurahan Tipo, Kelurahan Mamboro, Lambara, Kelurahan Baiya, Kelurahan
Kelurahan Kayumalue Ngapa, Kelurahan Pantoloan, Kelurahan Pantoloan Boya. Tingkat
Pantoloan dan Kelurahan Pantoloan Boya. kerentanan sedang di Kota Palu adalah
Sedangkan pengkelasan rendah adalah Kelurahan Baru, Kelurahan Siranindi,
Kelurahan Ujuna, Kelurahan Baru, Kelurahan Kelurahan Kamonji, Kelurahan Kawatuna,
Siranindi, Kelurahan Kamonji, Kelurahan Kelurahan Tondo, Kelurahan Talise Valanguni,
Balaroa, Kelurahan Lere, Kelurahan Talise, Kelurahan Donggala Kodi, Kelurahan
Kelurahan Tanamodindi, Kelurahan Talise Kabobena, Kelurahan Silae, Kelurahan
Valanguni, Kelurahan Donggala Kodi, Kayumalue Pajeko, Kelurahan Panau.
Kelurahan Kabobena, Kelurahan Silae, Taipa, Sedangkan wilayah dengan tingkat kerentanan
Kelurahan Kayumalue Pajeko, Kelurahan rendah adalah Kelurahan Balaroa, Kelurahan
Mamboro Barat, Kelurahan Besusu Barat, Lere, Kelurahan Poboya, Kelurahan Taipa,
Kelurahan Besusu Timur, Kelurahan Besusu Kelurahan Kayumalue Ngapa, Kelurahan
Tengah, Kelurahan Lolu Utara, Kelurahan Lolu Mamboro Barat, Kelurahan Besusu Barat,
Selatan, dan Kelurahan Panau. Kelurahan Besusu Timur dan Kelurahan
Besusu Tengah.
Setelah hasil dari semua indikator
didapatkan, maka selanjutnya berdasarkan Rekomendasi Kebijakan Mitigasi Resiko
Perka Badan Penanggulangan Bencana No. 2 Ancaman Tsunami Menurut Peta
Tahun 2012 semua indikator kerentanan akan Kerentanan
diakumulasikan untuk mendapatkan nilai Berdasarkan hasil analisis peneliti mengenai
kerentanan tsunami. kerentanan bencana tsunami di Kota Palu,
terdapat beberapa kelurahan yang terindikasi
dalam kerentanan tinggi. Sehingga perlu

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 436


Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019
ISSN 2442-3262
adanya upaya mitigasi untuk mengurangi atau penggunaan fasilitas
menurunkan resiko bahaya tsunami yang dapat rumah sakit.
• Mengkoordinasikan
terjadi. Berikut beberapa rekomendasi mitigasi pusat pelayanan
tsunami yang dapat dilakukan : kesehatan yang berlokasi
di daerah rawan.
Faktor
Wilayah • Meningkatkan
Penentu Rekomendasi
Rentan keterampilan personil di
Kerentanan
setiap tingkat unit
• Mengaktifkan program pelayanan darurat.
keluarga berencana.
• Membuat jalur hijau 300
• Mensosialisasikan UU meter dari garis pantai
perkawinan mengenai yang dapat berfungsi
Kepadatan batas usia menikah. sebagai penahan
Penduduk • Membuat kebijakan gelombang dan
membatasi kedatangan Hutan melestarikan keberadaan
penduduk yang datang Mangrove batu karang yang dapat
dan hendak membangun berfungsi sebagai
bangunan. pemecah gelombang.
Memberikan atau • Penanaman pohon
mengadakan sosialisasi mangrove di daerah
mengenai mitigasi bencana sempadan pantai.
Rasio Jenis
Kelurahan dan pemberdayaan Hutan Alam Tidak menggunduli
Kelamin
Ujuna, masyarakat terhadap & Hutan peruntukan lahan hutan
Kelurahan bencana khususnya bagi Lindung lindung dan hutan alam.
Talise, penduduk perempuan.
Sumber : Hasil Analisis Peneliti, 2019
Kelurahan • Membuat kebijakan
Layana Indah, pembatasan
Kelurahan pembangunan
Buluri, khususnya di lokasi KESIMPULAN
Kelurahan yang sudah padat • Tingkat kerentanan tinggi di Kota Palu
Watusampu, bangunan. adalah Kelurahan Ujuna, Kelurahan Talise,
Kelurahan • Mengidentifikasi dan Kelurahan Tanamodindi, Kelurahan
Lolu Utara, Rumah menilai kerentanan
Kelurahan bangunan di sekitar Lasoani, Kelurahan Layana Indah,
Lasoani, perumahan. Kelurahan Tipo, Kelurahan Buluri,
Kelurahan • Mendata bangunan- Kelurahan Watusampu, Kelurahan
Pantoloan, bangunan yang memiliki Mamboro, Kelurahan Lolu Utara,
Kelurahan surat keterangan lengkap
Pantoloan atau yang berdiri secara
Kelurahan Lolu Selatan, Kelurahan
Boya, ilegal. Lambara, Kelurahan Baiya, Kelurahan
Kelurahan • Mengidentifikasi dan Pantoloan, Kelurahan Pantoloan Boya.
Tanamodindi, menilai kerentanan Tingkat kerentanan sedang di Kota Palu
Kelurahan bangunan di sekitar adalah Kelurahan Baru, Kelurahan
Lolu Selatan, fasilitas umum.
Siranindi, Kelurahan Kamonji, Kelurahan
Kelurahan • Membangun sekolah atau
Tipo, kelas mengajar khusus Kawatuna, Kelurahan Tondo, Kelurahan
Kelurahan kepada masyarakat yang Talise Valanguni, Kelurahan Donggala
Baiya, kurang mampu. Kodi, Kelurahan Kabobena, Kelurahan
Kelurahan • Meningkatkan keamanan Silae, Kelurahan Kayumalue Pajeko,
Lambara, Fasilitas bangunan terhadap
Kelurahan Umum
Kelurahan Panau. Sedangkan wilayah
bencana agar dapat
Mamboro memberikan pelayanan dengan tingkat kerentanan rendah adalah
darurat tanpa mengalami Kelurahan Balaroa, Kelurahan Lere,
gangguan selama Kelurahan Poboya, Kelurahan Taipa,
bencana. Kelurahan Kayumalue Ngapa, Kelurahan
• Memperbaiki bangunan
dan tata letak fasilitas
Mamboro Barat, Kelurahan Besusu Barat,
umum untuk evakuasi Kelurahan Besusu Timur dan Kelurahan
darurat, bila terjadi Besusu Tengah.
bencana. • Rekomendasi Mitigasi sebagai berikut
• Membangun penunjang mengaktifkan program keluarga berencana,
fasilitas kritis berupa
Fasilitas
fasilitas kesehatan. mensosialisasikan UU perkawinan
Kritis mengenai batas usia menikah, membuat
• Meningkatkan rasa
tanggung jawab pada kebijakan membatasi kedatangan penduduk

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 437


Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019
ISSN 2442-3262
yang datang dan hendak membangun DAFTAR PUSTAKA
bangunan, memberikan atau mengadakan Anonimus, 2007. Undang-Undang No. 24 Tahun
sosialisasi mengenai mitigasi bencana dan 2007 Tentang Penanggulangan
pemberdayaan masyarakat terhadap Bencana. Jakarta
bencana khususnya bagi penduduk
, 2012. Peraturan Kepala Badan
perempuan, membuat kebijakan pembatasan
Penanggulangan Bencana No. 2
pembangunan khususnya di lokasi yang
Tentang Pedoman Umum
sudah padat bangunan, mengidentifikasi dan Pengkajian Resiko Bencana. Jakarta
menilai kerentanan bangunan di sekitar
perumahan, mendata bangunan-bangunan , 2008. Peraturan Kepala Badan
yang memiliki surat keterangan lengkap Penanggulangan Bencana No. 4
atau yang berdiri secara ilegal, Tahun 2008 Tentang Pedoman
mengidentifikasi dan menilai kerentanan Penyusunan Rencana
bangunan di sekitar fasilitas umum, Penanggulangan Bencana. Jakarta
membangun sekolah atau kelas mengajar , 2007. Pengenalan Karakteristik
khusus kepada masyarakat yang kurang Bencana dan Upaya Mitigasinya di
mampu, meningkatkan keamanan bangunan Indonesia. Jakarta Pusat: Direktorat
terhadap bencana agar dapat memberikan Mitigasi
pelayanan darurat tanpa mengalami
gangguan selama bencana, memperbaiki , 2017.Badan Nasional
bangunan dan tata letak fasilitas umum Penanggulangan Bencana. Buku
untuk evakuasi darurat, bila terjadi bencana, Saku Tanggap Tangkas Tangguh
meningkatkan rasa tanggung jawab pada Mengahadapi Bencana
penggunaan fasilitas rumah sakit, , 2016. Buku Resiko Bencana
mengkoordinasikan pusat pelayanan Indonesia. Jakarta: BNPB
kesehatan yang berlokasi di daerah rawan,
meningkatkan keterampilan personil di , 2019.
setiap tingkat unit pelayanan darurat, tidak https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kot
menggunduli peruntukan lahan hutan a_Palu. Diakses 26 Februari 2019
lindung dan hutan alam, membuat jalur hijau ,
300 meter dari garis pantai yang dapat https://www.zonareferensi.com/pen
berfungsi sebagai penahan gelombang dan gertian-mitigasi/. Diakses 13 Maret
melestarikan keberadaan batu karang yang 2019
dapat berfungsi sebagai pemecah
gelombang, penanaman pohon mangrove di Avnita, Miftarokhak, Gurniwan Kamil P, Yakub
daerah sempadan pantai. Malik. 2015. Kerentanan Bencana
Tsunami Di Pantai Barat Kabupaten
SARAN Pandeglang. Jurnal Antologi Pendidikan
Penulis mengeluarkan saran-saran sebagai Geografi,3 (1)
berikut kepada pemerintah Kota Palu
berdasarkan hasil penelitian yang telah Awotona, Adenrele. 1997. Reconstruction After
diperoleh maka saran peneliti adalah : Disaster: Issue and Practices. Aldershot:
• Berdasarkan hasil analisis tingkat Ashgate
kerentanan tsunami di wilayah penelitian
diharapkan pemerintah mampu Bakornas PBP. (2008). Buku Panduan
Pengenalan Karakteristik Bencana
mempertimbangkan relokasi kawasan yang
berada pada wilayah yang memiliki tingkat
Bakornas PBP. (2006). Rencana Aksi Nasional
kerentanan tinggi ke wilayah yang lebih Pengurangan Risiko Bencana 2006-2009
aman.
• Diharapkan kepada pemerintah untuk Cannon, Terry. 1994. Vunerability Analysis and
membuat jalur evakuasi untuk daerah yang the Explanation of ‘Natural’ Disasters,
rentan terhadap bencana. dalam Disaster Development and
• Pengadaan sosialisasi mitigasi bencana. Environmental. Varley, Ann (1994),
Chichester: Jhon Wiley & Sons

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 438


Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019
ISSN 2442-3262
Daryono. 2011. Tataan Tektonik dan Sejarah Suharsimi, Arikunto. 2010.Prosedur Penelitian
Kegempaan Palu, Sulawesi Tengah. Suatu Pendekatan
Artikel Kebumian. Badan Meteorologi Praktek.Jakarta:Rineka Cipta.
Klimatologi dan Geofisika.
UNDP, (1992), Tinjauan Umum Manajemen
Bencana. Program Pelatihan
Dwi, Puji Hastutui, Kuswadji Dwi
Manajemen Bencana: Edisi Kedua.
Priyono.2017.Analisis Kerentanan Sosial
Gempabumi Di Kecamatan Gantiwarno UNISDR.2004. Rangkuman Istilah Tsunami.
Kabupaten Klaten.Jurnal Seminar Informasi Dokumen IOC No. 1221.
Nasional Geografis USM Paris: UNESCO.
Firmansyah. 1998, Identifikasi Risiko Bencana Usup, Firda Miranti H.2018.Analisis Aspek
Gempa Bumi dan Implikasinya Kebencanaan Di Kecamatan
Terhadap Penataan Ruang di Bolangitan Barat Kabupaten Bolaang
Kotamadya Daerah Tingkat II Mongondow Utara.Tugas Akhir
Bandung, Jurnal PWK, Institut Program Studi Perencanaan Wilayah
Teknologi Bandung. Dan Kota.Fakultas Teknik Universitas
Sam Ratulangi, Manado
Kertapati, Engkon. 2002. Buku 1 Program
Kesiapan Sekolah Terhadap Bahaya Westplat, Muhammad Jusnardi
Gempa (2002): Buku Panduan Hardyan.2017.Analisis Kerentanan
Pelatihan Guru Untuk Kesiapan Wilayah Pesisir Pantai Di Perkotaan
Sekolah Terhadap Bahaya Gempa. Ternate.Tugas Akhir Program Studi
Jakarta: LPPM ITB, DIKDAMEN- Perencanaan Wilayah Dan
DIKNASS, dan UNICEF Kota.Fakultas Teknik Universitas Sam
Ratulangi, Manado
Lewis, James. 1997. Development, Vurnerability
and Disaster Reduction dalam Yakub Malik, Nanin. 2009, Pengantar Tentang
Reconstruction After Disaster: Issues Bahaya Program Pelatihan Manajemen
and Practies. Awotona, Adenrale (ed) Bencana: Edisi Ketiga.
(1997), Aldershot: Ashgate
Yayasan IDEP, (2007), Penanggulangan Bencana
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Lingkungan Berbasis Masyarakat. Yayasan IDEP-
Penelitian (Cetakan Pertama, Edisi Ubud, UNESCO-Jakarta
Pertama). Yogyakarta: Graha Ilmu
Poli, Hanny, Papia JC Franklin, Ricky MS Lakat,
2019. Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Kesiapsiangaan
Mengantisipasi Ancaman Bencana
Alam di Desa Kali dan Kali Selatan
Minahasa. Media Matrasain.
Jurusan Arsitektur. Fakultas Teknik
Rahmat Aris Pratomo, Iwan Rudiarto. 2013.
Permodelan Tsunami dan Implikasinya
Terhadap Mitigasi Bencana di Kota
Palu. Jurnal Pembangunan Wilayah
Dan Kota. 9 (2): 174-182
Rogi, Octavianus. 2017. Peta Kebencanaan:
Urgensi dan Manfaatnya. Volume 14,
No.3. Media Matrasain. Jurusan
Arsitektur. Fakultas Teknik.
Singarimbun, Masri dan Sofian
Effendi.2006.Metode Penelitian
Survey(Editor).Jakarta: LP3ES.

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 439

Anda mungkin juga menyukai