ABSTRACT
In analyzing Hannah Arendt's thoughts about political man, there are main concepts that first
have to be understood, i.e. vita activa or fundamental human activities. From the concept, two
characters can be concluded: first, political man is man who uses their thoughts actively, and
the second character from political man is freedom. Political man is a free human. To get the
identity, political human needs sphere called the public realm. Arendt defines public realm to be
two definitions: the first definition is as public appearance, a place where the individual shows
themselves in front of other people and the second definition is common world which means the
whole condition resulting from man's creation that needs to be lived together.
Keyword: Political Man, Vita Activa, Public Realm, Hannah Arendt.
1. PENDAHULUAN
Manusia dalam hidupnya senantiasa menjadi cara hidup bersama, dan demi
bersama dan bergantung pada manusia kehidupan bersama yang lebih teratur,
lainnya. Tindakan ini dapat dikatakan sebagai dibentuklah suatu ‘kumpulan’ dengan
mekanisme bertahan hidup manusia yang seperangkat tata cara hidup bersama beserta
terbentuk secara naluriah atas kesadarannya struktur pengaturnya. Dengan menempati
tentang kepentingan dan kebutuhan. Dalam satu wilayah tertentu, maka kelompok
upaya memenuhi segala kebutuhannya, manusia ini akan berubah statusnya tidak
manusia bergantung pada manusia lain. hanya menjadi sekedar gerombolan namun
Kepentingan menjadi alasan manusia untuk berupa negara dan warga negara.
berinteraksi atau berhubungan dengan Aristoteles menggunakan istilah zoon
sesamanya, sama halnya dengan kebutuhan. politicon sebagai pengandaian manusia ialah
Baik kepentingan dan kebutuhan inilah yang “binatang politik” dan negara merupakan
akhirnya menuntut manusia untuk hidup komunitas politis yang mana keduanya
bersama atau berkelompok. Adanya tujuan terbentuk secara alamiah sebagai penjabaran
bersama ini menciptakan bentuk interaksi fenomena di atas. Dalam negara atau polis,
sosial yang sifatnya asosiatif. manusia sebagai definisi subjek secara
Selanjutnya terminus ‘manusia’ ini parsial menemukan identitas dan
pun berkembang menjadi masyarakat. Hal ini eksistensinya sebagai subjek politikal yang
terjadi ketika kerjasama tadi telah berubah berpijak pada keyakinannya masing-masing.
1
Hal ini merupakan akar di mana manusia seorang manusia politik baik sebagai arena
menjadi “individu politik”. penamapakan dirinya dan juga sebagai
Meyinggung tentang manusia politik, tempat dirinya hidup bersama manusia
dalam antropologi politik yang dijelaskan oleh lainnya. Pada penelitian ini akan dijabarkan
seorang filsuf Jerman, Hannah Arent, konsep ideal Manusia Politik Hannah Arendt
dikatakan bahwa manusia adalah mahluk melalui penjabaran filsafat tindakannya.
politik sebagai hasil konstruksi dari tindakan
bebas dan sadarnya, jadi ia bersifat kultural,
bukan terbentuk secara alamiah. Manusia 2. KAJIAN PUSTAKA
sebagai “yang sosial” ditolak oleh Arendt Salah satu kajian yang secara
karena dianggap semata-mata manusia eksplisit membahas mengenai manusia politik
hanya diorganisasikan dalam hubungan Hannah Arendt adalah milik Edi Riyadi Terre
alamiah untuk sekedar memenuhi kebutuhan (2013) Manusia Politik, Sebuah Rekonstruksi
diri. Arendt sendiri sangat membedakan “yang Interpretasi Hannah Arendt terhadap
politis”, “yang sosial”, dan “yang ekonomis”, Tindakan Politik Manusia dalam buku antologi
baginya yang manusiawi hanyalah “manusia bejudul Manusia, Laki-Laki, Perempuan,
politis” (Terre, 2011: 3). Pengantar ke Pemikiran Hannah Arendt,
Lebih jauh mengenai tindakan yang Seyla Benhabib, Judith Butler, Ziba Mir-
dimaksud oleh Arendt tersebut, ia jabarkan Hosseini. Dalam tulisan ini, peneliti
dalam konsep terkenalnya yaitu vita activa. memadatkan pemikiran Hannah Arendt
Vita activa digunakannya untuk mengkritik sekaligus memberikan kritik dan penajaman
kehidupan modern yang mana salah satunya tentang pemikiran yang akhirnya membangun
mengenyampingkan aktivitas kontemplasi konsep politik dan manusia politik. Karya ini
praktis. Konsep ini membagi tiga aktivitas manusia politik. Arendtian yang menjadi basis
manusia, yaitu; aktivitas kerja, karya, dan konstruksi pemikiran politiknya atau yang
membutuhkan ruang publik sebagai area Arendt. Karya ini menjelaskan bagaimana
ruang publik melalui dua definisi yakni pikiran’ membuat tindakan politis menjadi
sebagai “ruang penampakan” dan sebagai apolitis. Contoh dari thoughtlessness atau
“dunia bersama”. Keduanya berperan bagi absennya pikiran ini terjadi pada kasus Adolf
2
Eichmann, di mana ia sebagai eksekutor Nazi (2014) dan Astrid Veranita Indah (2015)
bertindak hanya atas dasar ideologi yang tersebut, ketiganya sama-sama mengupas
berlaku pada saat itu, bukan berdasarkan hati pemikiran Hannah Arendt, pun ketiganya
nurani atau pikiran rasionalnya. Sedangkan setuju terhadap konsep dasar “dunia
bagi Arendt, berpikir merupakan poin penting bersama” yang diusung oleh Arendt.
dalam politik karena kejahatan terjadi bukan Sedangkan yang menjadi pembeda adalah
karena miskinnya moralitas tapi karena pada penelitian ini lebih berfokus pada
absennya pikiran. Lebih jauh lagi, berpikir bagaimana aktivitas berpikir yang
merupakan tindakan ketika individu menarik dimanifestasikan dalam bentuk tindakan
diri dari “dunia bersama” dan kembali menciptakan subjek politik. Selain itu penulis
berinteraksi dengan dirinya, hingga pada juga akan menjelaskan bagaimana praktik
akhirnya akan dimanifestasikan melalui serta kontemplasinya, sehingga nantinya
tindakan dan ucapan. ditemui gambaran praktik dari teori maupun
konsep manusia politik.
Penelitian lain yang turut
menggunakan Hannah Arendt sebagai tokoh
kajiannya ialah milik Astrid Veranita Indah
3. METODE PENELITIAN
(2015) berjudul Jatidiri Manusia Berdasarkan
Filsafat Tindakan Hannah Arendt Perspektif Adapun jenis penelitan ini adalah
tindakan Arendt yang dikutip dari konsep vita penjelasan mengenai konsep atau pola dari
activa dan elaborasinya dengan konsep jati objek penelitian. Sedangkan eksploratif
diri yang diungkapkan oleh Hardono Hadi sendiri berarti peneliti bertujuan untuk
The Human Person. Filsafat tindakan ini salah mengenai atau pematangan suatu konsep
satunya berperan dalam menganalisis dari objek yang diteliti yang sebelumnya
kemampuan manusia mengampuni, berjanji, masih belum banyak dikaji dengan jangkauan
serta membangun persahabatan terutama yang lebih luas. Penelitian ini bersifat kualitatif
dalam kasus yang disoroti Arendt sendiri karena didasarkan pada metode
yakni pengadilan Adolf Eichmann. Hal ini pengumpulan data yang menekankan pada
Setelah menilik penelitian oleh Edi digunakan dalam penelitian ini adalah studi
3
melalui studi penelaahan terhadap buku-buku persahabatan dan cinta. Karya-karyanya
ataupun literatur-literatur yang relevan dengan banyak mendulang perhatian khalayak umum
objek penelitian berupa karya-karya literatur seperti The Human Condition, The Origin of
terdahulu baik dari Hannah Arendt langsung Totalitarianism, dan Eichmann in Jarusalem:
atau dari penelitian sebelumnya yang secara A Report on The Banality of Evil yang
eksplisit maupun implisit mengkaji tema membuatnya terpaksa melepas
serupa. ‘keyahudiannya’.
4
kemampuan menentukan hal-hal tertentu diadakanlah sebuah janji dan pengampunan.
dengan melibatkan semua orang dan Keduanya memberikan kesempatan bagi
bertujuan kepada ruang publik (Arendt, 1978: manusia untuk kembali membuka awal yang
193). baru (Haryatmoko, 2014: 96-99).
5
menemukan perpektif lain sebagai bertindak, juga tindakannya tidak di dasari
pertimbangan tindakannya. atas hasrat-hasrat privat semata yang akan
membuat tindakannya menjadi apolitis.
Hal ini menyebabkan individu
Sedangkan secara eksternal, tindakan dan
mengonsumsi begitu saja nilai yang
wacananya tidak baik berada dalam represi
diterimanya, sehingga seringkali ia tidak sadar
pihak manapun. Adanya represi dari
bahwa tindakannya bisa saja merupakan
pemerintah atau rezim dalam kegiatan
suatu kejahatan yang brutal. Fenomena ini
berwarga negara telah menunjukan matinya
digambarkan tepat oleh Arendt pada kasus
kebebasan publik dan menjadi indikasi
Adolf Eichmann di mana tindakannya
munculnya praktik-praktik penjajahan hak
membantai puluhan ribu Yahudi pada rezim
seperti tirani. Pentingnya kebebasan dalam
Nazi adalah kejahatan yang banal. Kejahatan
diri maupun di luar diri individu karakter kedua
yang dilakukan oleh Eichmann bukanlah
dari seorang manusia politik ialah manusia
berasal dari rasa benci, dendam, atau bahkan
yang bebas.
kebodohannya, tetapi semata-mata karena
ketidakmampuannya untuk berpikir (Arendt, Dalam on Revolution, Hannah Arendt
2012: 449). membedakan dua macam kebebasan, yaitu
kebebasan politik (political freedom) dan
Banalitas kejahatan ini tidak semata
kebebasan personal (personal freedom).
ketika suatu kejatan telah dianggap dangkal.
Meskipun dua bentuk kebebasan Arendt ini
Bagi Arendt, “banal” didefinisikan bahwa
kerap kali disandingkan dengan dua jenis
kejahatan tidak hanya sekadar terjadi karena
kebebasan yang dijelaskan oleh Isaiah Berlin,
kelaziman dalam diri setiap orang, melainkan
penjelasan Arendt mengenai kebebasan jauh
kejahatan dapat menjadi banal bahkan ketika
melampaui dari sekedar sifat positif dan
itu bukanlah hal yang dangkal bagi setiap
negatif. Kebebasan yang dianggap positif
orang. Maka dari itu, banalitas kejahatan tak
dalam pengertian Arendt adalah kebebasan
lantas terjadi hanya karena kejahatan tersebut
politik atau “bebas-untuk” (freedom to), di
telah menjadi dangkal atau lazim bagi setiap
mana seorang individu dapat melakukan
orang. Kelaziman adalah apa yang sering
apapun dan menjadi apapun berdasarkan
atau lazim terjadi, sedangkan sesuatu dapat
otonomi seseorang. Sedangkan yang
menjadi banal bahkan ketika hal tersebut
diasosiasikan dengan kebebasan negatif
bukanlah hal yang ‘lazim’ (Jena, 2019: 157-
adalah kebebasan personal atau “bebas-dari”
158).
(freedom from), di mana individu bebas dari
Hal penting lain yang membentuk diri
penghalang pemenuhan terhadap diri sendiri.
seorang manusia politik adalah kebebasan.
Freedom from yang mengandaikan
Bebas berarti secara internal maupun
kebebasan manusia dari tekanan atau
eksternal, di mana secara internal diri
halangan hanya memahami bagaimana
manusia tersebut ia tidak terbelenggu oleh
manusia mendapatkan keamanan diri dan
ideologi atau aturan-aturan simbolik dari
keamanan sosial. Maka dari itu hal ini
lingkungannya dalam berpikir maupun
6
menjadikan kebebasan sama dengan memungkinkan mereka untuk bisa berkumpul
keamanan, dan hanya dapat ditegakkan bersama, sebuah ruang publik buatan
melalui aturan-aturan rezim atau negara manusia seperti pasar, agora, atau bahkan
sebagaimana Hobbes mengartikan Leviathan. polis di mana kebebasan muncul dan menjadi
Dengan demikian dapat dipahami bahwa terlihat oleh semua (Arendt, 1963:124).
kebebasan yang dimaksudkan oleh Arendt
. Setelah manusia akhirnya telah
adalah kebebasan politik, dan kebebasan
mampu menggunakan pikirannya dengan aktif
diluar kebebasan politik adalah tidak ada
dan didasari oleh kebebasan, sebagai
(Terre, 2013: 15).
langkah penyempurnaan tindaknnya tersebut
Kebebasan yang ditekankan Arendt maka manusia perlu ruang bersama agar
bukanlah berada pada ranah privat atau tindakannya tersebut dapat ditujukan demi
ranah batin manusia, di mana ia dapat kehidupan bersama. Seperti telah dijelaskan
melarikan diri sesuka hati dari tekanan dunia, sebelumnya, dalam rangka penyingkapan
juga bukan liberum arbitrium yang “siapa manusia?” Arendt mengandaikan
memberikan kehendak bebas memilih di kondisi dunia dan manusia di dalamnya
antara alternatif. Kebebasan bagi seorang bersifat plural. Melalui tindakan dan ucapan
manusia politik hanya bisa dan ada di depan mereka berusaha menjawab pertanyaan
umum, yang mana adalah realitas dunia yang tersebut, dalam pluralitas dunia bersama,
nyata, sesuatu yang diciptakan oleh manusia manusia akan membutuhkan ruang
dan untuk dihidupi oleh manusia itu sendiri. penampakan untuk dapat menunjukan cari
Kebebasan membutuhkan ruang yang khasnya masing-masing.
7
mendapatkan kesetiaan dan kepercayaan kepentingan publik sendiri tetap berkaitan
masyarakatnya untuk membawa kehidupan dengan kepentingan individu yakni untuk
bersama mereka lebih baik, meskipun ketika tetap hidup bersama pada dunia tempatnya
mereka telah turun dari jabatannya. dilahirkan serta dunia yang akan terus ada
Sebagaimana yang dikatakan oleh Arendt, bahkan setelahnya mati, dan dalam
bahwa kekuasaan (power) merupakan hasil pengejawantahannya dalam berbagai
dari solidaritas. aktivitas kerap kali berbenturan dengan
pemenuhan kebutuha pribadi yang sifatnya
4.4. KONSEP DAN PRAKTIK IDEAL
jangka pendek (d’Entreves, 2003: 237-250).
RUANG PUBLIK HANNAH ARENDT
Dalam upayanya mendifinisikan
Arendt menggambarkan ruang politik
ruang publik, Arendt mengartikulasikannya
publik melalui tiga fitur, yakni: 1) Artifisialitas
dalam dua dimensi, hal tersebut merujuk pada
kehidupan publik, kehidupan publik dan
ruang penampakan dan dunia bersama.
aktivitas politik bersifat artifisial, tidaklah
Makna ruang publik sebagai ruang
terbentuk secara natural. Politik bagi Arendt
penampakan adalah ruang tempat segalanya
tidak sesuai dengan segala keniscayaan, dan
dapat menampakan diri, dapat dilihat oleh
bukan “menjadi” karena kenaturalan
orang lain, dan bahkan terpublikasikan.
sebagaimana yang dianut tradisi Aristotelian.
Ruang penampakan ini memberikan
Politik bagi Arendt jauh melampaui
kesempatan bagi individu untuk menunjukan
kenaturalan tersebut yang menjadi kodrati
“apa yang seharusnya”, menunjukan pada
bagi manusia, ia merupakan kreasi dari
orang lain sebagaimana kita melihatnya.
tindakan dan wacana bebas. 2) Kualitas
Ruang penampakan ini menyajikan realitas, ia
spasial kehidupan publik, Opini politik tidak
adalah sekumpulan isi hati, pemikiran, ide
bisa terbentuk dalam ruang privat individu,
yang mengalami proses deprivatisasi,
mereka dibentuk, diuji, dan diperluas hanya
deindividualisasi, dan bertransformasi menjadi
dalam konteks argumentasi dan debat publik,
suatu bentuk yang sesuai untuk dapat
ia hanya akan terbentuk ketika manusia
ditampilkan di ruang penampakan (Arendt,
berkesempatan untuk berkomunikasi dan
1958: 50).
mengemukakan pandangan mereka dengan
orang lain. Maka dari itu ia membutuhkan Makna kedua ruang publik sebagai
ruang publik untuk dapat bersua agar opini dunia bersama berkaitan dengan dunia
tersebut tidak tereduksi. 3) Perbedaan antara sebagai suatu ruang yang menyatukan warga
kehidupan pribadi dan publik, memisahkan dunia bersama dengan kehendak kolektifnya
eksistensi manusia lewat kehidupannya untuk tetap hidup bersama. Dunia yang
sebagai seorang warga dunia yang hidup berada di-antara manusia. Seperti analogi
bersama orang lain karena pada dasarnya ‘meja’, ia satu-satunya yang menjadi
kepentinga individu atau pribadi tidak selalu perantara penghubung antara manusia yang
sejalan dengan kepentingan publik, namun duduk mengitarinya, namun juga sekaligus
8
menjadi pemisah di antara mereka. Dunia Akhir dari dunia bersama telah datang ketika
bersama ini menyatukan manusia sekaligus ia hanya dilihat dari satu aspek dan diizinkan
mencegahnya untuk menyakiti satu sama lain. untuk menampilkan dirinya hanya dalam satu
perspektif (Arendt, 1958: 58).
Adanya pemisahan antar individu oleh
dunia bersama ini memberikan kesempatan
bagi tiap mereka untuk menunjukan
4.5. KONTEKSTUALISASI RUANG
identitasnya dalam suatu tindakan politik. Sifat
PUBLIK HANNAH ARENDT DI ERA
tindakan yang temporal seiring
KONTEMPORER
berkembangnya manusia ini oleh dunia
bersama diubah menjadi narasi sehingga Salah satu forum yang “masuk” sebagai
dunia akan mendapatkan ukuran bentukan dari ruang publik Arendt adalah
imortalitasnya. Balai kota Jakarta yang mana pada
pemerintahan Gubernur Basuki Tjahaja
Terdapat dua kondisi destruktif yang
Purnama (Ahok) dibuka untuk umum sebagai
harus dihindari bagi dunia bersama sebagai
tempat pengaduan langsung. Arendt sendiri
ruang publik, dua hal tersebut adalah:
menginginkan adanya ruang spasisal bagi
pertama, terjadinya isolasi radikal, di mana
aktivitas politik yang memungkinkan warga
semua orang tidak dapat saling setuju satu
bertemu secara langsung, selain untuk
sama lain (Arendt, 1958: 58). Hal ini dapat
menghindari anonimitas juga untuk
ditemui pada masyarakat dengan
mempertanggungjawabkan bahwa
pemerintahan yang tiran. Dalam
pendapatnya adalah kepentingan publik.
pemerintahan seperti ini komunikasi antar
individu sudah tidak berguna lagi. Ruang publik lain yang memanfaatkan
Pemerintahan tiran melucuti tiga fakultas aduan sebagai dasar fabrikasinya adalah
fundamental manusia (berpikir, tindakan, dan simakrama Gubernur Bali yang dirintis pada
wacana) sehingga ia menjadi “manusia yang masa pemerintahan Mangku Pastika. Sama
sama dengan binatang” (animal-species seperti di Balai kota Jakarta, segala aduan
man). ataupun aspirasi dapat disampaikan oleh
seluruh kalangan dalam simakrama ini.
Kedua, dunia bersama dapat runtuh
Simakrama membuka ruang bagi mereka
apabila terjadi “masyarakat massa” atau
yang suaranya tidak terepresentasi dalam
“histeria massa”, di mana semua orang tiba-
wacana publik (Wiranata dan Amanda, tanpa
tiba berperilaku seolah-olah mereka adalah
tahun: 4).
anggota dari satu keluarga, masing-masing
melipatkandakan dan memperpanjang Kedua forum diskusi tersebut
perspektif orang-orang di sekitarnya. Mereka menggambarkan secara baik ruang publik
semua dipenjara dalam subjektivitas dari Arendt lengkap dengan ketiga fiturnya.
pengalaman tunggal mereka sendiri, yang Namun kedua forum di atas masih belum
tidak berhenti menjadi tunggal jika dapat dikatakan ideal sebagai ruang publik
pengalaman yang sama dikalikan berkali-kali. Arendt adalah karena keduanya masih
9
melibatkan relasi kuasa, kedudukan manusia pluralitas terhadap tindakan dan wacana
di dalamnya masih belum egaliter. Salah satu seorang individu dan apa tujuan dari aktivitas
pihak dalam forum tersebut masih dapat tersebut.
membatalkan pendapat dari anggota diskusi
Penyingkapan identitas manusia ini
lainnya. Terdapat kelompok minoritas
berarti mengetahui sebagai apa dan
berkuasa yang mendominasi kuota wacana
bagaimana manusia dalam kehidupannya
publik.
bersama dengan manusia lain. Ruang publik
Adapun bentuk kolektif lain yang bagi menjadi sumber pemaknaan dari segala
penulis berpotensi menjadi relevan dengan aktivitas manusia apakah ia akan di
konsep ruang publik adalah “gang” atau jalan golongkan dalam politik atau apolitik.
kecil yang menghubungkan satu rumah
Ruang publik menemukan
dengan rumah lain dalam komplek keselarasannya dengan tindakan adalah
perumahan. Kehidupan kolektif dalam gang melalui kekuasaan. Bagi Arendt, seseorang
memang terbentuk secara natural pada dikatakan berkuasa ketika ia mendapat
awalnya, tetapi kesadaran komunal warga legitimasi, yang artinya ia bertindak atas
yang tinggal di dalamnya terbentuk secara nama bersama. Jadi singkatnya, kekuasaan
artifisial di mana tercermin pada aktivitas adalah “soliadritas politis para warga negara”.
seperti ronda, siskamling, dan gotongroyong. Tugas dari kekuasaan ini adalah
Tidak ada strata sebagai pembeda warga mengembangkan kebebasan tiap individu
dalam satu gang, mereka hanya ada satu tanpa menyelenggarakan dominasi. Refleksi
status di dalamnya yakni, ‘tetangga’. filsafat Arendt mengesampingkan
pengalaman buruknya terhadap kekuasaan
dan mengangkat tinggi positivisme kekuasaan
4.6. RELASI MANUSIA POLITIK DAN sebagai manifestasi dari kehidupan bersama
RUANG PUBLIK manusia (Nugroho, 2009:70).
Aktivitas ketiga pada vita activa yakni Sebagai sebuah konsensus, kekuasaan
tindakan adalah satu-satunya yang dianggap dicapai melalui diskursus yang rasional dan
mampu membentuk ruang publik yang ideal. terbuka, di mana individu mengutarakan
Tindakan mengandaikan pluralitas manusia masing-masing kepentingannya tanpa
karena aktivitasnya ia membutuhkan rekayasa atau maksud lain. Kesesuaian
kehadiran orang lain sebagai legitimasi antara tindakan dan ucapan menjadi syarat
tindakannya. Tanpa adanya penonton maka utama dari diskursus politik ini. Dalam ruang
tindakan tersebut tidak akan bermakna. Di publik sebagai ruang penampakan,
sinilah peran ruang publik sebagai ruang kekuasaan dijalankan sebagai “an act in
penampakan untuk memberikan ‘panggung’ concert” yang legitimasinya adalah
bagi manusia untuk menyingkap identitasnya. konsesnsus yang telah disepakati (Jena,
Jawaban dari “siapa manusia” ini nantinya 2011: 182-183).
akan tergantung pada bagaimana penerimaan
10
Bebas dalam pengertian Arendt adalah bebas
dari tekanan hasrat privat. Ia merangkum arti
5. KESIMPULAN
kebabasan bagi manusia politik tersebut
Penjabaran mengenai manusia politik sebagai kebebasan politik atau freedom to. Di
Hannah Arendt tidak bisa lepas dari inti era sekarang, kontekstualisasi manusia politik
pemikirannya, yakni keberadaan manusia. dapat ditemui dua tokoh politik Indonesia
Aktivitas manusia bagi Arendt terbagi menjadi yakni Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan
dua yakni aktifitas kontemplasi (vita Gede Winasa. Keduanya menggambarkan
contemplativa) yang dilaksanakan di dunia sifat dan karakter seorang manusia politik
teori atau bios theoritikos dan aktivitas aktif ketika mengemban tugasnya sebagai seorang
(vita contamplativa) yang dilaksanakn di dunia pejabat publik (gubernur dan bupati). Dari
praktik atau bios politikos. Adapun tiga jenis penjabaran kedua karakter tersebut juga
aktivitas kontemplasi manusia, yakni: 1) dapat dilihat bahwa ternyata tidak semua
Berpikir (thinking), 2) Berkehendak aktor politik dapat digolongkan sebagai
(willing),dan 3) Menilai (judging). Sedangkan seorang manusia politik.
vita activa sendiri terdiri dari: 1) Kerja (labour),
Eksistensi manusia politik baru
2) Karya (work), dan 3) Tindakan (action).
didapat ketika ia melakukan seluruh tindakan
Dari ketiga jenis aktivitas aktif tersebut,
dan wacananya di ruang publik. Di mana
tindakan dianggap sebagai puncak aktivitas
ruang publik sebagai ruang penampakan
tertinggi bagi manusia dan melalui tindakan
memberikan manusia publik untuk
tersebut manusia nantinya dapat
mengafirmasi tindakannya. Karena tanpa
mengungkapkan identitas dirinya sebagai
adanya publisitas, seluruh tindakan tersebut
seorang manusia politik.
hanya berkutat pada ruang privatnya saja.
Konsep ideal manusia politik dapat Selain itu seluruh tindakan manusia politik
digambarkan melalui dua karakter. Karakter baru dapat dikatakan sebagai politis apabila ia
pertama, manusia politik adalah yang aktif melaksanakannya dengan dasar kehendak
menggunakan pikirannya. Memang pada kolektif untuk kehidupan di dunia bersama.
dasarnya semua manusia memiliki Ruang publik sebagai dunia bersama adalah
kemampuan berpikir, namun tidak semua aktif keseluruhan kondisi yang manusia ciptakan
menggunakan kemampuannya tersebut. Hal dan harus ia hidupi bersama-sama. Selain
inilah yang disebut dengan fenomena sebagai ruang penampakan dan dunia
keabsenan pikiran. Jadi ia bukannya bodoh, bersama, ruang publik pula berperasn
melainkan tidak mampu menggunakan sebagai ruang di mana ia memisahkan
pikirannya untuk keluar dan mengambil jarak sekaligus menyatukan setiap individu yang
dari hegemoni nilai dan menemukan ada di dalamnya, hal tersebut dinamankan
perspektifnya sendiri. Karakter kedua ialah sebagai ruang di antara.
manusia yang bebas. Bebas di sini berbeda
Terdapat dua forum yang memenuhi
dengan kebebasan dalam pengertian tradisi
fitur ruang publik Arendt, yakni Balai Kota
liberal yaitu bebas akan berbagai pilihan.
11
Jakarta dan simakrama Gubernur Bali. ruang publik Arendt adalah kehidupan ‘gang’.
Keduanya memenuhi tiga fitur ruang publik Di mana selain memenuhi ketiga fitur ruang
Arendt seperti artifisialitas kehidupan publik, publik Arendt, ‘gang’ pula menyimpan
kuelaitas ruang spasial, dan pembedaan kesadaran komunal dari para penghuni di
antara kepentingan publik dan kepentingan dalamnya untuk mempertahankan kehidupan
privat. Namun kedua forum tersebut masih yang nyaman di dalam ‘gang’ tersebut.
mengandung relasi kuasa di dalamnya
Dari kedua penjabaran konsep ideal
sehingga belum sepenuhnya dikatakan
tersebut ditemukan bahwa manusia politik
penggambaran ruang publik yang ideal bagi
dan ruang publik Arendt memiliki relasi yang
Arendt. Adapun bentuk lain yang dapat
sangat kuat di mana mereka membutuhkan
dikatakan sebagai bentuk kontekstualisasi
satu sama lain untuk dapat mengada di dunia.
12
Lain-lain;
13