Anda di halaman 1dari 13

KONSEP, PRAKTIK, DAN KONTEKSTUALISASI

MANUSIA POLITIK DAN RUANG PUBLIK HANNAH


ARENDT
1 2 3
I Gusti Agung Ayu Brenda Yanti , Wahyu Budi Nugroho , Gede Kamajaya
123)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana
1 2 3
Email: brendayanti28@gmail.com , wahyubudinug@yahoo.com , kamajaya_1965@yahoo.com

ABSTRACT

In analyzing Hannah Arendt's thoughts about political man, there are main concepts that first
have to be understood, i.e. vita activa or fundamental human activities. From the concept, two
characters can be concluded: first, political man is man who uses their thoughts actively, and
the second character from political man is freedom. Political man is a free human. To get the
identity, political human needs sphere called the public realm. Arendt defines public realm to be
two definitions: the first definition is as public appearance, a place where the individual shows
themselves in front of other people and the second definition is common world which means the
whole condition resulting from man's creation that needs to be lived together.
Keyword: Political Man, Vita Activa, Public Realm, Hannah Arendt.

1. PENDAHULUAN
Manusia dalam hidupnya senantiasa menjadi cara hidup bersama, dan demi
bersama dan bergantung pada manusia kehidupan bersama yang lebih teratur,
lainnya. Tindakan ini dapat dikatakan sebagai dibentuklah suatu ‘kumpulan’ dengan
mekanisme bertahan hidup manusia yang seperangkat tata cara hidup bersama beserta
terbentuk secara naluriah atas kesadarannya struktur pengaturnya. Dengan menempati
tentang kepentingan dan kebutuhan. Dalam satu wilayah tertentu, maka kelompok
upaya memenuhi segala kebutuhannya, manusia ini akan berubah statusnya tidak
manusia bergantung pada manusia lain. hanya menjadi sekedar gerombolan namun
Kepentingan menjadi alasan manusia untuk berupa negara dan warga negara.
berinteraksi atau berhubungan dengan Aristoteles menggunakan istilah zoon
sesamanya, sama halnya dengan kebutuhan. politicon sebagai pengandaian manusia ialah
Baik kepentingan dan kebutuhan inilah yang “binatang politik” dan negara merupakan
akhirnya menuntut manusia untuk hidup komunitas politis yang mana keduanya
bersama atau berkelompok. Adanya tujuan terbentuk secara alamiah sebagai penjabaran
bersama ini menciptakan bentuk interaksi fenomena di atas. Dalam negara atau polis,
sosial yang sifatnya asosiatif. manusia sebagai definisi subjek secara
Selanjutnya terminus ‘manusia’ ini parsial menemukan identitas dan
pun berkembang menjadi masyarakat. Hal ini eksistensinya sebagai subjek politikal yang
terjadi ketika kerjasama tadi telah berubah berpijak pada keyakinannya masing-masing.

1
Hal ini merupakan akar di mana manusia seorang manusia politik baik sebagai arena
menjadi “individu politik”. penamapakan dirinya dan juga sebagai
Meyinggung tentang manusia politik, tempat dirinya hidup bersama manusia
dalam antropologi politik yang dijelaskan oleh lainnya. Pada penelitian ini akan dijabarkan
seorang filsuf Jerman, Hannah Arent, konsep ideal Manusia Politik Hannah Arendt
dikatakan bahwa manusia adalah mahluk melalui penjabaran filsafat tindakannya.
politik sebagai hasil konstruksi dari tindakan
bebas dan sadarnya, jadi ia bersifat kultural,
bukan terbentuk secara alamiah. Manusia 2. KAJIAN PUSTAKA
sebagai “yang sosial” ditolak oleh Arendt Salah satu kajian yang secara
karena dianggap semata-mata manusia eksplisit membahas mengenai manusia politik
hanya diorganisasikan dalam hubungan Hannah Arendt adalah milik Edi Riyadi Terre
alamiah untuk sekedar memenuhi kebutuhan (2013) Manusia Politik, Sebuah Rekonstruksi
diri. Arendt sendiri sangat membedakan “yang Interpretasi Hannah Arendt terhadap
politis”, “yang sosial”, dan “yang ekonomis”, Tindakan Politik Manusia dalam buku antologi
baginya yang manusiawi hanyalah “manusia bejudul Manusia, Laki-Laki, Perempuan,
politis” (Terre, 2011: 3). Pengantar ke Pemikiran Hannah Arendt,

Lebih jauh mengenai tindakan yang Seyla Benhabib, Judith Butler, Ziba Mir-

dimaksud oleh Arendt tersebut, ia jabarkan Hosseini. Dalam tulisan ini, peneliti

dalam konsep terkenalnya yaitu vita activa. memadatkan pemikiran Hannah Arendt

Vita activa digunakannya untuk mengkritik sekaligus memberikan kritik dan penajaman

kehidupan modern yang mana salah satunya tentang pemikiran yang akhirnya membangun

mengenyampingkan aktivitas kontemplasi konsep politik dan manusia politik. Karya ini

manusia dan hanya mengedepankan hal-hal bertujuan untuk mengungkapkan asumsi

praktis. Konsep ini membagi tiga aktivitas manusia politik. Arendtian yang menjadi basis

manusia, yaitu; aktivitas kerja, karya, dan konstruksi pemikiran politiknya atau yang

tindakan. Bagi Arendt aktivitas manusia yang memungkinkan adanya politik.

paling sempurna adalah tindakan, karena Kajian serupa yang menjabarkan


dalam tindakan manusia telah memahami mengenai pemikiran Hannah Arendt yakni
kebebasan dan memahami pluralitas (Indah, jurnal skripsi milik Paramitha Wardhani (2014)
2015: 295). Jurusan Filsafat Fakultas Ilmu Budaya

Untuk mewujudkan dirinya sebagai Universitas Indonesia yang berjudul Enlarged

seorang manusia politik, manusia Thought: Berpikir Politis menurut Hannah

membutuhkan ruang publik sebagai area Arendt. Karya ini menjelaskan bagaimana

validasi identitasnya. Arendt menerjemahkan kehancuran ruang publik dan ‘absennya

ruang publik melalui dua definisi yakni pikiran’ membuat tindakan politis menjadi

sebagai “ruang penampakan” dan sebagai apolitis. Contoh dari thoughtlessness atau

“dunia bersama”. Keduanya berperan bagi absennya pikiran ini terjadi pada kasus Adolf

2
Eichmann, di mana ia sebagai eksekutor Nazi (2014) dan Astrid Veranita Indah (2015)
bertindak hanya atas dasar ideologi yang tersebut, ketiganya sama-sama mengupas
berlaku pada saat itu, bukan berdasarkan hati pemikiran Hannah Arendt, pun ketiganya
nurani atau pikiran rasionalnya. Sedangkan setuju terhadap konsep dasar “dunia
bagi Arendt, berpikir merupakan poin penting bersama” yang diusung oleh Arendt.
dalam politik karena kejahatan terjadi bukan Sedangkan yang menjadi pembeda adalah
karena miskinnya moralitas tapi karena pada penelitian ini lebih berfokus pada
absennya pikiran. Lebih jauh lagi, berpikir bagaimana aktivitas berpikir yang
merupakan tindakan ketika individu menarik dimanifestasikan dalam bentuk tindakan
diri dari “dunia bersama” dan kembali menciptakan subjek politik. Selain itu penulis
berinteraksi dengan dirinya, hingga pada juga akan menjelaskan bagaimana praktik
akhirnya akan dimanifestasikan melalui serta kontemplasinya, sehingga nantinya
tindakan dan ucapan. ditemui gambaran praktik dari teori maupun
konsep manusia politik.
Penelitian lain yang turut
menggunakan Hannah Arendt sebagai tokoh
kajiannya ialah milik Astrid Veranita Indah
3. METODE PENELITIAN
(2015) berjudul Jatidiri Manusia Berdasarkan
Filsafat Tindakan Hannah Arendt Perspektif Adapun jenis penelitan ini adalah

Filsafat Manusia: Relevansi dengan penelitian kepustakaan atau library research.

Pelanggaran HAM Tahun 1965-1966 Di Metode kualitatif yang digunakan sifatnya

Indonesia dalam Jurnal Filsafat UGM. Kajian deskriptif-eksploratif di mana penulis

ini banyak membahas mengenai filsafat berusaha memberikan definisi atau

tindakan Arendt yang dikutip dari konsep vita penjelasan mengenai konsep atau pola dari

activa dan elaborasinya dengan konsep jati objek penelitian. Sedangkan eksploratif

diri yang diungkapkan oleh Hardono Hadi sendiri berarti peneliti bertujuan untuk

yang berjudul A Whitehedian Reflection on menemukan suatu pengetahuan baru

The Human Person. Filsafat tindakan ini salah mengenai atau pematangan suatu konsep

satunya berperan dalam menganalisis dari objek yang diteliti yang sebelumnya

kemampuan manusia mengampuni, berjanji, masih belum banyak dikaji dengan jangkauan

serta membangun persahabatan terutama yang lebih luas. Penelitian ini bersifat kualitatif

dalam kasus yang disoroti Arendt sendiri karena didasarkan pada metode

yakni pengadilan Adolf Eichmann. Hal ini pengumpulan data yang menekankan pada

menginspirasi Astrid Veranita Indah untuk kedalaman informasi serta pemahaman

menjawab persoalan mengenai pelanggaran secara mendalam terhadap permasalahan

HAM di Indonesia yang terjadi pada tahun yang sedang dikaji.

1965-1966. Metode pengumpulan data yang

Setelah menilik penelitian oleh Edi digunakan dalam penelitian ini adalah studi

Riyadi Terre (2013), Paramita Wardhani dokumen. Adapun data-data dikumpulkan

3
melalui studi penelaahan terhadap buku-buku persahabatan dan cinta. Karya-karyanya
ataupun literatur-literatur yang relevan dengan banyak mendulang perhatian khalayak umum
objek penelitian berupa karya-karya literatur seperti The Human Condition, The Origin of
terdahulu baik dari Hannah Arendt langsung Totalitarianism, dan Eichmann in Jarusalem:
atau dari penelitian sebelumnya yang secara A Report on The Banality of Evil yang
eksplisit maupun implisit mengkaji tema membuatnya terpaksa melepas
serupa. ‘keyahudiannya’.

Setelah tahapan tersebut dilakukan, maka


tahapan selanjutnya adalah interpretasi data.
4.2. KONSEP DAN PRAKTIK IDEAL
Mengingat penelitian yang dilakukan bersifat
MANUSIA POLITIK HANNAH ARENDT
historis faktual sesuai dengan penjelasan
sebelumnya, maka digunakanlah metode 4.2.1. VITA ACTIVA DAN VITA
hermeneutika dalam tahap metode CONTEMPLATIVA
interpretasi data dengan unsur-unsur metodis
Inti teori dari filsafat Hannah Arendt
sebagai berikut (Harahap, 2011: 49-53): 1)
sendiri adalah “keberadaan manusia”.
Metode interpretasi, 2) Metode induksi, 3)
Menurut Arendt, kegiatan dasar manusia
Metode koherensi intern, 4) Metode
dibagi dalam dunia; (1) Dalam Teori (bios
kesinambungan historis, dan 5) Metode
theoritikos) melalui vita contemplativa dan, (2)
deskripsi. Tahap terakhir dalam analisis data
Dalam Praktik (bios politikos) melalui vita
adalah penarikan kesimpulan. Hal tersebut activa. Vita contemplativa sendiri ditelusuri
dilakukan setelah seluruh data yang oleh Arendt melalui gagasan Yunani
diperlukan terkumpul, dinilai, dan ditafsirkan. mengenai bios theoritikos yang dianggap
menjadi “cita-cita dari kehidupan kontemplasi”
atau theoria.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun tiga jenis aktivitas
4.1. BIOGRAFI HANNAH ARENDT kontemplasi manusia tersebut adalah:
pertama, berpikir (thinking) yang merupakan
Hannah Arendt merupakan nama
aktifitas refleksi manusia ke dalam diri
yang tidak bisa disingkirkan dari jajaran filsuf-
sebelum ia menjamah keluar dirinya, baik itu
filsuf Eropa dengan pemikiran yang
mengenai tindakan, ucapan, ataupun tentang
kontroversial dalam menerjemahkan sejarah.
orang lain (Arendt, 1978:5-6). Kedua,
Seorang ahli teori politik dan murid
berkehendak (willing), merupakan bentuk
kesayangan dari filsuf eksistensialisme
percakapan sunyi dengan diri sendiri.
kenamaan, Martin Heidegger. Ia juga seorang
Kehendak menjadi sarana manusia untuk
pengasingan yang tak kenal lelah
membebaskan diri dari keabsolutan dunia dan
menghadapi kengeriang-kengerian terburuk
belajar untuk berdiri di kakinya sendiri
dari tirani Eropa. Hidupnya diperkaya oleh
(Pandor, 2013: 11-12). Ketiga, menilai
pemikiran inovatif dan dimuliakan oleh
(judging) yang diterjermahkan sebagai

4
kemampuan menentukan hal-hal tertentu diadakanlah sebuah janji dan pengampunan.
dengan melibatkan semua orang dan Keduanya memberikan kesempatan bagi
bertujuan kepada ruang publik (Arendt, 1978: manusia untuk kembali membuka awal yang
193). baru (Haryatmoko, 2014: 96-99).

Sedangkan vita activa yang


merupakan otokritik Arendt terhadap dunia
4.2.2. MANUSIA POLITIK HANNAH
kontemplasi. Filsafat barat selama ini
ARENDT
dianggap terlalu menyibukkan diri dengan
esensi dan keabadian, mengutamakan teori di Manusia tanpa tindakan dan wacana
atas praktik. tetaplah memiliki esensi dan eksistensi, juga
hadir di dunia sebagai manusia pada
Tiga modal dalam kehidupan aktif
umumnya. Namun yang membedakannya dari
manusia tersebut adalah: pertama, kerja
mereka yang membicarakan kebenaran,
(labor), aktivitas kerja didasari atas kebutuhan
adalah keaktifannya sebagai manusia berfikir
biologis dan keinginan bertahan hidup.
dan mengambil tindakan yang secara bebas
Aktivitas kerja tidak mengandaikan
dan sadar atas hasil pemikirannya dan
keberadaan manusia lainnya, di sini manusia
bertujuan untuk memperpanjang kehidupan
mengaktualisasikan dirinya sebagai seorang
bersama di dunia bersama. Maka dari itu,
animal laborans (binatang pekerja). Kedua,
karakteristik manusia politik Arendt yang
karya (work), dalam karya manusia
pertama adalah segala tindakannya haruslah
mengaktualisasikan dirinya sebagai seorang
didasari oleh keaktifannya menggunakan
homo faber di mana ia menciptakan objek-
pikirannya.
objek untuk mempermudah kehidupannya.
Dasar logika dalam setiap aktivitasnya sangat Meski pada dasarnya manusia telah
instrumentalis. Ketiga, tindakan (action) yang diberikan kemampuan berpikir, namun tidak
bagi Arendt merupakan bentuk aktivitas semuanya menggunakan kecerdasan
tertinggi dalam kehidupan manusia karena di tersebut untuk berpikir secara menyeluruh,
dalamnya mengandaikan kebebasan dan berpikir secara sistematis. Ketidakmampuan
pluralitas. Ia turut melibatkan aktivitas berpikir berpikir ini dapat dikatakan pula sebagai
sebagai fase pra-tindakannya (Arendt, 1958: keabsenan dari fakultas pikiran, hal ini sama
7). sekali berbeda dengan kebodohan.
Ketidakmampuan berpikir atau keengganan
Meski demikian tindakan manusia
berpikir ini merupakan kondisi di mana
tetap memiliki kelamahan, yakni: 1)
individu tak mampu mengambil jarak dari
Unpredictable, tindakan manusia tidak bisa
hegemoni nilai (baik yang dianut oleh
diramalkan sepenuhnya baik hasil maupun
masyarakatnya atau yang diturunkan oleh
konsekuensinya. 2) Irreversible, kelemahan
penguasa) dan tidak mampu
tindakan manusia yang kedua adalah tidak
mengembangkan pikirannya untuk
dapat bisa dikembalikan pada titik nol. Untuk
mengatasi kedua hal tersebut maka

5
menemukan perpektif lain sebagai bertindak, juga tindakannya tidak di dasari
pertimbangan tindakannya. atas hasrat-hasrat privat semata yang akan
membuat tindakannya menjadi apolitis.
Hal ini menyebabkan individu
Sedangkan secara eksternal, tindakan dan
mengonsumsi begitu saja nilai yang
wacananya tidak baik berada dalam represi
diterimanya, sehingga seringkali ia tidak sadar
pihak manapun. Adanya represi dari
bahwa tindakannya bisa saja merupakan
pemerintah atau rezim dalam kegiatan
suatu kejahatan yang brutal. Fenomena ini
berwarga negara telah menunjukan matinya
digambarkan tepat oleh Arendt pada kasus
kebebasan publik dan menjadi indikasi
Adolf Eichmann di mana tindakannya
munculnya praktik-praktik penjajahan hak
membantai puluhan ribu Yahudi pada rezim
seperti tirani. Pentingnya kebebasan dalam
Nazi adalah kejahatan yang banal. Kejahatan
diri maupun di luar diri individu karakter kedua
yang dilakukan oleh Eichmann bukanlah
dari seorang manusia politik ialah manusia
berasal dari rasa benci, dendam, atau bahkan
yang bebas.
kebodohannya, tetapi semata-mata karena
ketidakmampuannya untuk berpikir (Arendt, Dalam on Revolution, Hannah Arendt
2012: 449). membedakan dua macam kebebasan, yaitu
kebebasan politik (political freedom) dan
Banalitas kejahatan ini tidak semata
kebebasan personal (personal freedom).
ketika suatu kejatan telah dianggap dangkal.
Meskipun dua bentuk kebebasan Arendt ini
Bagi Arendt, “banal” didefinisikan bahwa
kerap kali disandingkan dengan dua jenis
kejahatan tidak hanya sekadar terjadi karena
kebebasan yang dijelaskan oleh Isaiah Berlin,
kelaziman dalam diri setiap orang, melainkan
penjelasan Arendt mengenai kebebasan jauh
kejahatan dapat menjadi banal bahkan ketika
melampaui dari sekedar sifat positif dan
itu bukanlah hal yang dangkal bagi setiap
negatif. Kebebasan yang dianggap positif
orang. Maka dari itu, banalitas kejahatan tak
dalam pengertian Arendt adalah kebebasan
lantas terjadi hanya karena kejahatan tersebut
politik atau “bebas-untuk” (freedom to), di
telah menjadi dangkal atau lazim bagi setiap
mana seorang individu dapat melakukan
orang. Kelaziman adalah apa yang sering
apapun dan menjadi apapun berdasarkan
atau lazim terjadi, sedangkan sesuatu dapat
otonomi seseorang. Sedangkan yang
menjadi banal bahkan ketika hal tersebut
diasosiasikan dengan kebebasan negatif
bukanlah hal yang ‘lazim’ (Jena, 2019: 157-
adalah kebebasan personal atau “bebas-dari”
158).
(freedom from), di mana individu bebas dari
Hal penting lain yang membentuk diri
penghalang pemenuhan terhadap diri sendiri.
seorang manusia politik adalah kebebasan.
Freedom from yang mengandaikan
Bebas berarti secara internal maupun
kebebasan manusia dari tekanan atau
eksternal, di mana secara internal diri
halangan hanya memahami bagaimana
manusia tersebut ia tidak terbelenggu oleh
manusia mendapatkan keamanan diri dan
ideologi atau aturan-aturan simbolik dari
keamanan sosial. Maka dari itu hal ini
lingkungannya dalam berpikir maupun

6
menjadikan kebebasan sama dengan memungkinkan mereka untuk bisa berkumpul
keamanan, dan hanya dapat ditegakkan bersama, sebuah ruang publik buatan
melalui aturan-aturan rezim atau negara manusia seperti pasar, agora, atau bahkan
sebagaimana Hobbes mengartikan Leviathan. polis di mana kebebasan muncul dan menjadi
Dengan demikian dapat dipahami bahwa terlihat oleh semua (Arendt, 1963:124).
kebebasan yang dimaksudkan oleh Arendt
. Setelah manusia akhirnya telah
adalah kebebasan politik, dan kebebasan
mampu menggunakan pikirannya dengan aktif
diluar kebebasan politik adalah tidak ada
dan didasari oleh kebebasan, sebagai
(Terre, 2013: 15).
langkah penyempurnaan tindaknnya tersebut
Kebebasan yang ditekankan Arendt maka manusia perlu ruang bersama agar
bukanlah berada pada ranah privat atau tindakannya tersebut dapat ditujukan demi
ranah batin manusia, di mana ia dapat kehidupan bersama. Seperti telah dijelaskan
melarikan diri sesuka hati dari tekanan dunia, sebelumnya, dalam rangka penyingkapan
juga bukan liberum arbitrium yang “siapa manusia?” Arendt mengandaikan
memberikan kehendak bebas memilih di kondisi dunia dan manusia di dalamnya
antara alternatif. Kebebasan bagi seorang bersifat plural. Melalui tindakan dan ucapan
manusia politik hanya bisa dan ada di depan mereka berusaha menjawab pertanyaan
umum, yang mana adalah realitas dunia yang tersebut, dalam pluralitas dunia bersama,
nyata, sesuatu yang diciptakan oleh manusia manusia akan membutuhkan ruang
dan untuk dihidupi oleh manusia itu sendiri. penampakan untuk dapat menunjukan cari
Kebebasan membutuhkan ruang yang khasnya masing-masing.

4.3. KONTEKSTUALISASI MANUSIA salah satunya menjadi polopor e-government


POLITIK HANNAH ARENDT DI ERA pada masanya. Setiap inovasi-inovasi yang

KONTEMPORER dikeluarkan Winasa menggiring pendapatan


daerah Jembrana naik pesat dari tahun-tahun
Penggambaran konsep manusia
sebelumnya.
politik menurut Hannah Arendt salah satunya
Karakter manusia politik yang dapat
dapat ditemui pada dua orang tokoh politik di
dilihat dari kedua tokoh politik ini adalah
Indonesia, yakni Basuki Tjahaja Purnama
mereka yang bebas secara internal maupun
atau Ahok yang merupakan mantan Gubernur
eksternal. Winasa dan Ahok, mampu lepas
DKI Jakarta. Ahok terkenal sebagai seorang
dari hegemoni nilai masyarakatnya. Ahok
pemimpin yang tegas terutama mengenai
yang mengesampingkan sentimen rasial yang
anggran daerah. Ahok dianggap
diterimanya, dan Winasa selama
membersihkan citra pemimpin daerah yang
kepemimpinannya justru dianggap dekat
korup. Ia sebagai seorang pemimpin, mampu
dengan kelompok agama minoritas di Bali.
lepas dari tekanan hasrat privatnya untuk
memperkaya diri dengan menggunakan hak Selain itu keduanya mendapatkan
dan kekuasaannya. Sedangkan Winasa, ia kekuasaan (power) baik secara de yure
dikenal sebagai bupati dengan penuh inovasi maupun de facto. baik Ahok maupun Winasa

7
mendapatkan kesetiaan dan kepercayaan kepentingan publik sendiri tetap berkaitan
masyarakatnya untuk membawa kehidupan dengan kepentingan individu yakni untuk
bersama mereka lebih baik, meskipun ketika tetap hidup bersama pada dunia tempatnya
mereka telah turun dari jabatannya. dilahirkan serta dunia yang akan terus ada
Sebagaimana yang dikatakan oleh Arendt, bahkan setelahnya mati, dan dalam
bahwa kekuasaan (power) merupakan hasil pengejawantahannya dalam berbagai
dari solidaritas. aktivitas kerap kali berbenturan dengan
pemenuhan kebutuha pribadi yang sifatnya
4.4. KONSEP DAN PRAKTIK IDEAL
jangka pendek (d’Entreves, 2003: 237-250).
RUANG PUBLIK HANNAH ARENDT
Dalam upayanya mendifinisikan
Arendt menggambarkan ruang politik
ruang publik, Arendt mengartikulasikannya
publik melalui tiga fitur, yakni: 1) Artifisialitas
dalam dua dimensi, hal tersebut merujuk pada
kehidupan publik, kehidupan publik dan
ruang penampakan dan dunia bersama.
aktivitas politik bersifat artifisial, tidaklah
Makna ruang publik sebagai ruang
terbentuk secara natural. Politik bagi Arendt
penampakan adalah ruang tempat segalanya
tidak sesuai dengan segala keniscayaan, dan
dapat menampakan diri, dapat dilihat oleh
bukan “menjadi” karena kenaturalan
orang lain, dan bahkan terpublikasikan.
sebagaimana yang dianut tradisi Aristotelian.
Ruang penampakan ini memberikan
Politik bagi Arendt jauh melampaui
kesempatan bagi individu untuk menunjukan
kenaturalan tersebut yang menjadi kodrati
“apa yang seharusnya”, menunjukan pada
bagi manusia, ia merupakan kreasi dari
orang lain sebagaimana kita melihatnya.
tindakan dan wacana bebas. 2) Kualitas
Ruang penampakan ini menyajikan realitas, ia
spasial kehidupan publik, Opini politik tidak
adalah sekumpulan isi hati, pemikiran, ide
bisa terbentuk dalam ruang privat individu,
yang mengalami proses deprivatisasi,
mereka dibentuk, diuji, dan diperluas hanya
deindividualisasi, dan bertransformasi menjadi
dalam konteks argumentasi dan debat publik,
suatu bentuk yang sesuai untuk dapat
ia hanya akan terbentuk ketika manusia
ditampilkan di ruang penampakan (Arendt,
berkesempatan untuk berkomunikasi dan
1958: 50).
mengemukakan pandangan mereka dengan
orang lain. Maka dari itu ia membutuhkan Makna kedua ruang publik sebagai

ruang publik untuk dapat bersua agar opini dunia bersama berkaitan dengan dunia

tersebut tidak tereduksi. 3) Perbedaan antara sebagai suatu ruang yang menyatukan warga

kehidupan pribadi dan publik, memisahkan dunia bersama dengan kehendak kolektifnya

eksistensi manusia lewat kehidupannya untuk tetap hidup bersama. Dunia yang

sebagai seorang pribadi dan kehidupannya menghubungkan sekaligus memisahkan, ia

sebagai seorang warga dunia yang hidup berada di-antara manusia. Seperti analogi

bersama orang lain karena pada dasarnya ‘meja’, ia satu-satunya yang menjadi

kepentinga individu atau pribadi tidak selalu perantara penghubung antara manusia yang

sejalan dengan kepentingan publik, namun duduk mengitarinya, namun juga sekaligus

8
menjadi pemisah di antara mereka. Dunia Akhir dari dunia bersama telah datang ketika
bersama ini menyatukan manusia sekaligus ia hanya dilihat dari satu aspek dan diizinkan
mencegahnya untuk menyakiti satu sama lain. untuk menampilkan dirinya hanya dalam satu
perspektif (Arendt, 1958: 58).
Adanya pemisahan antar individu oleh
dunia bersama ini memberikan kesempatan
bagi tiap mereka untuk menunjukan
4.5. KONTEKSTUALISASI RUANG
identitasnya dalam suatu tindakan politik. Sifat
PUBLIK HANNAH ARENDT DI ERA
tindakan yang temporal seiring
KONTEMPORER
berkembangnya manusia ini oleh dunia
bersama diubah menjadi narasi sehingga Salah satu forum yang “masuk” sebagai
dunia akan mendapatkan ukuran bentukan dari ruang publik Arendt adalah
imortalitasnya. Balai kota Jakarta yang mana pada
pemerintahan Gubernur Basuki Tjahaja
Terdapat dua kondisi destruktif yang
Purnama (Ahok) dibuka untuk umum sebagai
harus dihindari bagi dunia bersama sebagai
tempat pengaduan langsung. Arendt sendiri
ruang publik, dua hal tersebut adalah:
menginginkan adanya ruang spasisal bagi
pertama, terjadinya isolasi radikal, di mana
aktivitas politik yang memungkinkan warga
semua orang tidak dapat saling setuju satu
bertemu secara langsung, selain untuk
sama lain (Arendt, 1958: 58). Hal ini dapat
menghindari anonimitas juga untuk
ditemui pada masyarakat dengan
mempertanggungjawabkan bahwa
pemerintahan yang tiran. Dalam
pendapatnya adalah kepentingan publik.
pemerintahan seperti ini komunikasi antar
individu sudah tidak berguna lagi. Ruang publik lain yang memanfaatkan
Pemerintahan tiran melucuti tiga fakultas aduan sebagai dasar fabrikasinya adalah
fundamental manusia (berpikir, tindakan, dan simakrama Gubernur Bali yang dirintis pada
wacana) sehingga ia menjadi “manusia yang masa pemerintahan Mangku Pastika. Sama
sama dengan binatang” (animal-species seperti di Balai kota Jakarta, segala aduan
man). ataupun aspirasi dapat disampaikan oleh
seluruh kalangan dalam simakrama ini.
Kedua, dunia bersama dapat runtuh
Simakrama membuka ruang bagi mereka
apabila terjadi “masyarakat massa” atau
yang suaranya tidak terepresentasi dalam
“histeria massa”, di mana semua orang tiba-
wacana publik (Wiranata dan Amanda, tanpa
tiba berperilaku seolah-olah mereka adalah
tahun: 4).
anggota dari satu keluarga, masing-masing
melipatkandakan dan memperpanjang Kedua forum diskusi tersebut
perspektif orang-orang di sekitarnya. Mereka menggambarkan secara baik ruang publik
semua dipenjara dalam subjektivitas dari Arendt lengkap dengan ketiga fiturnya.
pengalaman tunggal mereka sendiri, yang Namun kedua forum di atas masih belum
tidak berhenti menjadi tunggal jika dapat dikatakan ideal sebagai ruang publik
pengalaman yang sama dikalikan berkali-kali. Arendt adalah karena keduanya masih

9
melibatkan relasi kuasa, kedudukan manusia pluralitas terhadap tindakan dan wacana
di dalamnya masih belum egaliter. Salah satu seorang individu dan apa tujuan dari aktivitas
pihak dalam forum tersebut masih dapat tersebut.
membatalkan pendapat dari anggota diskusi
Penyingkapan identitas manusia ini
lainnya. Terdapat kelompok minoritas
berarti mengetahui sebagai apa dan
berkuasa yang mendominasi kuota wacana
bagaimana manusia dalam kehidupannya
publik.
bersama dengan manusia lain. Ruang publik
Adapun bentuk kolektif lain yang bagi menjadi sumber pemaknaan dari segala
penulis berpotensi menjadi relevan dengan aktivitas manusia apakah ia akan di
konsep ruang publik adalah “gang” atau jalan golongkan dalam politik atau apolitik.
kecil yang menghubungkan satu rumah
Ruang publik menemukan
dengan rumah lain dalam komplek keselarasannya dengan tindakan adalah
perumahan. Kehidupan kolektif dalam gang melalui kekuasaan. Bagi Arendt, seseorang
memang terbentuk secara natural pada dikatakan berkuasa ketika ia mendapat
awalnya, tetapi kesadaran komunal warga legitimasi, yang artinya ia bertindak atas
yang tinggal di dalamnya terbentuk secara nama bersama. Jadi singkatnya, kekuasaan
artifisial di mana tercermin pada aktivitas adalah “soliadritas politis para warga negara”.
seperti ronda, siskamling, dan gotongroyong. Tugas dari kekuasaan ini adalah
Tidak ada strata sebagai pembeda warga mengembangkan kebebasan tiap individu
dalam satu gang, mereka hanya ada satu tanpa menyelenggarakan dominasi. Refleksi
status di dalamnya yakni, ‘tetangga’. filsafat Arendt mengesampingkan
pengalaman buruknya terhadap kekuasaan
dan mengangkat tinggi positivisme kekuasaan
4.6. RELASI MANUSIA POLITIK DAN sebagai manifestasi dari kehidupan bersama
RUANG PUBLIK manusia (Nugroho, 2009:70).

Aktivitas ketiga pada vita activa yakni Sebagai sebuah konsensus, kekuasaan
tindakan adalah satu-satunya yang dianggap dicapai melalui diskursus yang rasional dan
mampu membentuk ruang publik yang ideal. terbuka, di mana individu mengutarakan
Tindakan mengandaikan pluralitas manusia masing-masing kepentingannya tanpa
karena aktivitasnya ia membutuhkan rekayasa atau maksud lain. Kesesuaian
kehadiran orang lain sebagai legitimasi antara tindakan dan ucapan menjadi syarat
tindakannya. Tanpa adanya penonton maka utama dari diskursus politik ini. Dalam ruang
tindakan tersebut tidak akan bermakna. Di publik sebagai ruang penampakan,
sinilah peran ruang publik sebagai ruang kekuasaan dijalankan sebagai “an act in
penampakan untuk memberikan ‘panggung’ concert” yang legitimasinya adalah
bagi manusia untuk menyingkap identitasnya. konsesnsus yang telah disepakati (Jena,
Jawaban dari “siapa manusia” ini nantinya 2011: 182-183).
akan tergantung pada bagaimana penerimaan

10
Bebas dalam pengertian Arendt adalah bebas
dari tekanan hasrat privat. Ia merangkum arti
5. KESIMPULAN
kebabasan bagi manusia politik tersebut
Penjabaran mengenai manusia politik sebagai kebebasan politik atau freedom to. Di
Hannah Arendt tidak bisa lepas dari inti era sekarang, kontekstualisasi manusia politik
pemikirannya, yakni keberadaan manusia. dapat ditemui dua tokoh politik Indonesia
Aktivitas manusia bagi Arendt terbagi menjadi yakni Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan
dua yakni aktifitas kontemplasi (vita Gede Winasa. Keduanya menggambarkan
contemplativa) yang dilaksanakan di dunia sifat dan karakter seorang manusia politik
teori atau bios theoritikos dan aktivitas aktif ketika mengemban tugasnya sebagai seorang
(vita contamplativa) yang dilaksanakn di dunia pejabat publik (gubernur dan bupati). Dari
praktik atau bios politikos. Adapun tiga jenis penjabaran kedua karakter tersebut juga
aktivitas kontemplasi manusia, yakni: 1) dapat dilihat bahwa ternyata tidak semua
Berpikir (thinking), 2) Berkehendak aktor politik dapat digolongkan sebagai
(willing),dan 3) Menilai (judging). Sedangkan seorang manusia politik.
vita activa sendiri terdiri dari: 1) Kerja (labour),
Eksistensi manusia politik baru
2) Karya (work), dan 3) Tindakan (action).
didapat ketika ia melakukan seluruh tindakan
Dari ketiga jenis aktivitas aktif tersebut,
dan wacananya di ruang publik. Di mana
tindakan dianggap sebagai puncak aktivitas
ruang publik sebagai ruang penampakan
tertinggi bagi manusia dan melalui tindakan
memberikan manusia publik untuk
tersebut manusia nantinya dapat
mengafirmasi tindakannya. Karena tanpa
mengungkapkan identitas dirinya sebagai
adanya publisitas, seluruh tindakan tersebut
seorang manusia politik.
hanya berkutat pada ruang privatnya saja.
Konsep ideal manusia politik dapat Selain itu seluruh tindakan manusia politik
digambarkan melalui dua karakter. Karakter baru dapat dikatakan sebagai politis apabila ia
pertama, manusia politik adalah yang aktif melaksanakannya dengan dasar kehendak
menggunakan pikirannya. Memang pada kolektif untuk kehidupan di dunia bersama.
dasarnya semua manusia memiliki Ruang publik sebagai dunia bersama adalah
kemampuan berpikir, namun tidak semua aktif keseluruhan kondisi yang manusia ciptakan
menggunakan kemampuannya tersebut. Hal dan harus ia hidupi bersama-sama. Selain
inilah yang disebut dengan fenomena sebagai ruang penampakan dan dunia
keabsenan pikiran. Jadi ia bukannya bodoh, bersama, ruang publik pula berperasn
melainkan tidak mampu menggunakan sebagai ruang di mana ia memisahkan
pikirannya untuk keluar dan mengambil jarak sekaligus menyatukan setiap individu yang
dari hegemoni nilai dan menemukan ada di dalamnya, hal tersebut dinamankan
perspektifnya sendiri. Karakter kedua ialah sebagai ruang di antara.
manusia yang bebas. Bebas di sini berbeda
Terdapat dua forum yang memenuhi
dengan kebebasan dalam pengertian tradisi
fitur ruang publik Arendt, yakni Balai Kota
liberal yaitu bebas akan berbagai pilihan.

11
Jakarta dan simakrama Gubernur Bali. ruang publik Arendt adalah kehidupan ‘gang’.
Keduanya memenuhi tiga fitur ruang publik Di mana selain memenuhi ketiga fitur ruang
Arendt seperti artifisialitas kehidupan publik, publik Arendt, ‘gang’ pula menyimpan
kuelaitas ruang spasial, dan pembedaan kesadaran komunal dari para penghuni di
antara kepentingan publik dan kepentingan dalamnya untuk mempertahankan kehidupan
privat. Namun kedua forum tersebut masih yang nyaman di dalam ‘gang’ tersebut.
mengandung relasi kuasa di dalamnya
Dari kedua penjabaran konsep ideal
sehingga belum sepenuhnya dikatakan
tersebut ditemukan bahwa manusia politik
penggambaran ruang publik yang ideal bagi
dan ruang publik Arendt memiliki relasi yang
Arendt. Adapun bentuk lain yang dapat
sangat kuat di mana mereka membutuhkan
dikatakan sebagai bentuk kontekstualisasi
satu sama lain untuk dapat mengada di dunia.

DAFTAR PUSTAKA Harahap, Syahrin. 2011. Metodologi Studi


Tokoh & Penulisan Biografi. Jakarta:
Buku; Prenada
Primer: Haryatmoko. 2014. Etika Politik dan
Kekuasaan. Jakarta: Kompas
Arendt, Hannah. 1958 The Human Condition.
Chicago: University of Chicago Press Terre, Eddie S. Riyadi Langgut. 2013.
Manusia Politik, Sebuah Rekonstruksi
_____________ 1963. On Revolution. Interpretasi Hannah Arendt terhadap
Hardmonsworth: Penguin Books Tindakan Politik Manusia, dalam Edi
_____________ 1978. The Life of Mind. Riyadi Terre et al. 2013. Manusia,
Vol.1, Thinking. Vol.2. Willing. New Laki-Laki, Perempuan, Pengantar ke
york: Harcourt Brace Jovanovich Pemikiran Hannah Arendt, Seyla
Benhabib, Judith Butler, Ziba Mir-
_____________ 2012. Eichmann in Hosseini. Jakarta: Komunitas Salihara
Jarusalem: Reportase tentang
Banalitas Kejahatan. Teguh Wahyu Internet;
Utomo (terj.). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Wiranata, I Made Anom dan Ni Made Ras
Amanda G. Tanpa tahun. Demokrasi
Sumber Sekunder: dalam Komunikasi Politik
Buku; “Simakrama” Pemerintah Provinsi
Bali. Diakses dari:
D’Entréves, Maurizio Passerin. 2003. Filsafat https://simdos.unud.ac.id/uploads/file
Politik Hannah Arendt. M. Syahwan _penelitian_1_dir/c949187263134401
(terj.) Yogyakarta: CV Qalam. a510c5b4729d7f69.pdf pada 10 Juli
2019
Jurnal, Skripsi, Tesis; Nugroho, Stanislaus. 2009. Politik,
Kekuasaan, dan Kekerasan
Indah, Astrid Veranita. 2015. Jatidiri Manusia Perspektif Hannah Arendt. Respons.
Berdasarkan Filsafat Tindakan 14(01)
Hannah Arendt Perspektif Filsafat
Pandor, Pius. 2013. Menyibak Tabir Politik
Manusia: Relevansi Dengan
Otentikarendtlan: Sebuah
Pelanggaran HAM Tahun 1965-1966
Pembacaan dari Perspektif Etika
Di Indonesia. Jurnla Filsafat. 25(2).
Politik. Jurnal Filsafat Arete. 2(1).
Jena, Yeremias. 2009. Kejahatan yang Banal
Wardhani, Paramita. 2014. Enlarged Thought:
dan Kekerasan oleh Negara Refleksi
Berpikir Politis Menurut Hannah
Hannah Arendt atas Pengadilan Adolf
Arendt [skripsi]. Depok: Universitas
Eichmann di Yerusalem. Respons.
Indonesia
14(2).

12
Lain-lain;

Terre, Eddie S. Riyadi Langgut. 2011.


Manusia Politis Menurut Hannah
Arendt Pertautan antara Tindakan
dan Ruang Publik, Kebebasan dan
Pluralitas, dan Upaya
Memanusiawikan Kekuasaan.
Dipresentasikan pada Kuliah Umum
Filsafat Komunitas SALIHARA, 6 April
2011, yang diselenggarakan oleh
Komunitas SALIHARA bekerja sama
dengan HIVOS, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai