Anda di halaman 1dari 9

EVALUASI KONDISI DAN KEBUTUHAN DAYA DUKUNG

LINGKUNGAN HIDUP DI PERMUKIMAN PADAT

Tema :
Aktivitas Masyarakat sebagai Penduduk Kota dalam Pelestarian Lingkungan

Muhammad Bhadrus Ramadhan


Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Malang
Email: muhammadbhadrus@gmail.com

Abstract
Human beings have a close connection with the surrounding environment,
a healthy environment will have a good impact on the residents and an unhealthy
environment will adversely affect the health of surrounding communities. Many
problems that arise in the areas of dense residents such as air pollution, water
pollution, the absence of green open space, garbage accumulating, the
environmental degradation due to natural disasters resulted in discomfort to the
communities residing in the region. The result is that it can cause a disaster that
can harm the community such as flood, drought, unavailability of clean water,
lung diseases, and so forth.
Urban areas usually often pose problems regarding environmental
degradation. Habitable environmental conditions are one of the main focuses in
the creation of this article so that people are aware of the surrounding
environment to preserve and preserve the unwanted things that do not happen.
Besides, the solution to solving this problem should also be realized so that the
community in the area is comfortable.
Keywords : cities, environment, impacts, solutions

Abstrak
Manusia memang memiliki kaitan yang erat dengan lingkungan
sekitarnya, lingkungan yang sehat akan berdampak baik bagi penghuninya dan
lingkungan yang tidak sehat akan berdampak buruk pada kesehatan masyarakat
sekitarnya. Banyaknya permasalahan yang muncul di wilayah padat penduduk
seperti polusi udara, pencemaran air, tidak adanya ruang terbuka hijau, sampah-
sampah yang menumpuk, degredasi lingkungan akibat bencana alam
mengakibatkan ketidaknyamanan bagi masyarakat yang berada di wilayah
tersebut. Akibatnya adalah bisa menimbulkan bencana yang dapat merugikan
masyarakat seperti banjir, kekeringan, ketidaktersediaan air bersih, penyakit paru-
paru, dan lain sebagainya.
Wilayah perkotaan yang biasanya sering menimbulkan masalah mengenai
degredasi lingkungan. Kondisi lingkungan yang layak huni menjadi salah satu
fokus utama dalam pembuatan artikel ini, supaya masyarakat sadar akan
lingkungan sekitarnya untuk menjaga dan melestarikan agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. Selain itu, solusi dalam penyelesaian permasalahan ini juga
harus direalisasikan agar masyarakat yang berada di wilayah tersebut menjadi
nyaman.
Kata Kunci : kota, lingkungan hidup, dampak, solusi

PENDAHULUAN
Lingkungan adalah sesuatu yang harus kita jaga dan lestarikan dalam
kehidupan sehari-hari. Lingkungan yang sehat adalah salah satu faktor yang
menjadikan wilayah tersebut nyaman untuk dihuni. Menurut Wheeler (2004),
wilayah yang layak untuk dijadikan hunian adalah wilayah yang lingkungan dan
suasananya nyaman untuk ditinggali dan beraktivitas baik dilihat dari fisik
maupun non-fisik. Jika dilihat dari fisik seperti sarana dan prasarana penunjang
aktivitas sehar-hari masyarakatnya, struktur tata ruang yang dapat memudahkan
mobilitas, dan pola keruangan yang tertata. Sedangkan jika dilihat dari non-fisik,
seperti kondisi sosial dan budaya masyarakatnya, dan kondisi lingkungan yang
sehat. Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1982, lingkungan hidup merupakan
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk
di dalamnya adalah manusia dan perilakunya yang dapat mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia seta makhluk hidup
lainnya.
Kota memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakatnya khususnya
masyarakat desa yang melakukan urbanisasi, berbagai kebutuhan mulai dari
fasilitas sarana dan prasarana yang lengkap, ketersediaan pelayanan kesehatan,
lapangan pekerjaan yang menjanjikan guna memperbaiki ekonomi, pendidikan
yang modern serta pertumbuhan ekonomi yang stabil tersedia di kota. Hal ini
yang mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk yang terus bertambah setiap
tahunnya.
Wilayah yang selalu mengalami permasalahan demikian yaitu wilayah
kota, contohnya Jakarta. Kepadatan penduduk yang terus meningkat setiap
tahunnya dapat mempengaruhi kualitas kota itu sendiri, seperti polusi udara yang
terus-menerus, pencemaran air akibat pembuangan limbah industri yang
mengakibatkan tidak adanya ketersediaan air bersih. Hal ini disebabkan karena
kebiasaan buruk masyarakat kota yang pada umumnya cenderung tidak
memperhatikan dampak yang dihasilkan terutama bagi lingkungannya. Selain itu,
pembangunan yang tidak terintegrasi dengan baik juga akan menimbulkan
permasalahan di atas.
Masalah yang terjadi demikian masih saja dianggap sepele oleh
kebanyakan orang. Berbagai permasalahan tersebut merupakan masalah yang
urgent untuk segera ditangani karena menyangkut lingkungan hidup. Apalagi
masalah penumpukan sampah-sampah yang menggenang yang menyebabkan
tersumbatnya aliran air yang kemudian bisa mengakibatkan banjir. Tentunya hal
tersebut dapat merugikan masyarakat kota. Oleh karena itu, perlindungan
keberlanjutan terhadap lingkungan hidup dan sehat menjadi tanggung jawab
bersama baik pemerintah maupun masyarakat kota untuk menjaga dan
melestarikan lingkungannya supaya tidak terjadi bencana.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, yang mana
berfokus pada penjelasan pemahaman terhadap permasalahan sosial yang terjadi
di masyarakat. Dimana dalam permasalahan yang muncul akan dikaji dan ditinjau
mengenai penyebab, dampak yang dihasilkan, dan solusi yang diberikan untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Data yang digunakan merupakan hasil dari
observasi melalui jurnal-junal dan artikel-artikel yang kredibel terkait dengan
permasalahan lingkungan. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian
deskriptif yang mana data yang diperoleh menggambarkan fakta-fakta yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pendeskripsian ini berkaitan mengenai
Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Permukiman Padat.
Wilayah yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah wilayah kota
Jakarta, karena salah satu kota terbesar di Indonesia dan mempunyai status
setingkat dengan provinsi yang selalu mengalami masalah lingkungan setiap
tahunnya. Penelitian mengambil lokasi tersebut karena kota Jakarta merupakan
salah satu kota yang sering terjadi bencana seperti banjir, polusi udara,
pencemaran air, dan lain sebagainya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Permasalahan
a. Permukiman Kumuh
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Pekerjan Umum dan
Perumahan Rakyat, persebaran wilayah kumuh di DKI Jakarta ditinjau
berdasarkan sebaran kelurahan DKI Jakarta.

Gambar 1. Peta Indikasi Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Provinsi DKI
Jakarta.

Sumber: BPS DKI Jakarta tahun 2013 (Kotaku.pu.go.id)

Dari peta sebaran permukiman kumuh tersebut, wilayah yang berwarna


merah adalah wilayah yang sudah tidak layak huni, dimana kawasan kumuh
terbanyak pada tahun 2013 saja terdapat di wilayah Jakarta Utara yang kemudian
disusul wilayah Jakarta Barat. Hal ini sudah membuktikan bahwa wilayah tersebut
memiliki lingkungan yang sudah tidak sehat untuk ditinggali. Penyebab
munculnya masalah seperti ini yaitu ditandai dengan padatnya penduduk yang
dari segi ekonomi sudah tidak memungkinkan untuk meninggali hunian yang
layak. Akibatnya, masyarakat terpaksa membangun rumah di lahan yang pada
umumnya lahan hasil okupansi atas tanah yang terbuka, terlantar, dan terabaikan
sebagai tempat tinggal (Jakarta.bisnis.com).
b. Polusi Udara
Permasalahan yang kedua yaitu pencemaran polusi udara yang kian hari
selalu meningkat akibat penggunaan transportasi. Menumpuknya kendaraan di
jalanan di wilayah-wilayah metropolitan seperti DKI Jakarta terus berlanjut
hingga mengakibatkan kemacetan yang panjang.

Gambar 2. Potret Kemacetan di Ruas Jalan Jakarta

Sumber: (Okezone.com)

Menurut data dari (Databoks.katadata.co.id), jumlah kendaraan terbanyak


di DKI Jakarta yaitu dengan jenis sepeda motor yang mencapai 14.745,59 ribu
unit pada tahun 2018. Sedangkan jumlah kendaraan dengan jenis mobil
penumpang mencapai 3.997,67 ribu unit pada tahun 2018. Urbanisasi yang tidak
terkontrol juga menjadi faktor lainnya kota Jakarta sebagai kota yang
penduduknya paling tinggi.
Pencemaran udara merupakan masalah yang mengakibatkan perubahan
suhu dalam kehidupan manusia. Hasil dari pembuangan knalpot kendaraan yang
berupa emisi gas adalah faktor utama sekitar 85% penyumbang dalam
pencemaran udara. Mengingat, transportasi yang seharusnya menjadi sarana untuk
memudahkan manusia, malah menimbulkan dampak yang berbahaya bagi
kesehatan manusia dan lingkungannya. Kesehatan psikologis masyarakat juga
terganggu akibat dari adanya pencemaran ini, semakin tinggi tingkat
pencemarannya maka semakin tinggi pula masyarakat yang mudah untuk
mengalami stress.

c. Pencemaran Air
Permasalahan dari adanya pencemaran air ini tidak hanya dihasilkan dari
limbah buangan industri saja, akan tetapi kesadaran masyarakat kota akan
lingkungan seperti kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan juga
menjadi faktor munculnya pencemaran air sungai. Air limbah yang berada di kota
Jakarta terbagi menjadi air limbah industri, air limbah domestik, dan air limbah
perkantoran atau pertokoan.
Banjir merupakan masalah lainnya yang muncul akibat degradasi
lingkungan. Sampah yang menumpuk di sungai-sungai Ibukota akibat dari
kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, bisa mengakibatkan banjir
yang berkepanjangan. Posisi DKI Jakarta secara geografis merupakan wilayah
dataran rendah dan sebagai Daerah Aliran Air (DAS) sebanyak 13 sungai
diantaranya, sungai Ciliwung, Angke, Pesanggrahan, Grogol, Krukut, Baru Barat,
Mookevart, Baru Timur, Cipinang, Sunter, Buaran, Jati Kramat, dan Cakung
menjadikan wilayah Ibukota rawan terhadap banjir (Smartcity.jakarta.go.id,
2020).

Gambar 3. Potret Kondisi Sungai di Jakarta


Sumber: (Kompas.com)

Dampak lain dari adanya pencemaran air ini baik karena limbah-limbah buangan
maupun sampah adalah ketidaktersediaan sumber air yang baik, bahkan untuk
kebutuhan mandi atau minumpun telah tercemar.

2. Solusi Permasalahan
Pemerintah selaku pemegang kekuasaan seharusnya harus lebih tegas lagi
dalam menjaga pelestarian lingkungan supaya terciptanya lingkungan hidup yang
layak huni untuk masyarakat sekitarnya. Cara yang bisa dilakukan pemerintah
yaitu dengan merancang dan memikirkan dengan matang mengenai alokasi tata
ruang kota, seperti dibangunnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) guna menetralisir
polusi udara yang terus-menerus mengalami peningkatan, mengontrol populasi
baik dari angka kelahiran (zero population growth) maupun urbanisasi agar tidak
terjadi peledakan penduduk yang nantinya merusak lingkungan.
Masyarakat juga turut andil dalam menjaga dan melestarikan lingkungan
hidup. Bisa dengan cara menanam pohon di pekarangan atau jika menempati
bangunan tinggi seperti apartemen, bisa menanam di sekiran rooftop. Kemudian
bisa dengan cara membuangan sampah dengan baik dan benar pada tempat yang
sudah disediakan supaya kebutuhan primer pangan seperti ketersediaan air bersih
untuk minum tersedia kembali.
KESIMPULAN
Menjaga dan melestarikan lingkungan adalah hal yang wajib dilakukan
sebagai manusia, karena alam sudah memberikan kita sumber daya untuk
mendukung aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu manusia juga harus membalas
perbuatannya dengan cara tidak merusak lingkungan sekitar. Tidak hanya
pemerintah yang harus menangani masalah-masalah lingkungan, akan tetapi
semua masyarakat juga ikut terlibat dalam menjaga dan melestarikan guna
terciptanya lingkungan hidup yang nyaman, aman, dan layak huni. Khususnya di
daerah kota-kota besar seperti Ibukota DKI Jakarta.
DAFTAR RUJUKAN
Ariwidodo, E. (2014). Relevansi Pengetahuan Masyarakat Tentang Lingkungan
Dan Etika Lingkungan Dengan Partisipasinya Dalam Pelestarian
Lingkungan. Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam, 11(1),
1-20.
Kristarani, H., & Fajarwati, A. (2015). Kajian Kota Layak Huni Ditinjau dari
Aspek Lingkungan Hidup di Kota Tegal Jawa Tengah. Jurnal Bumi
Indonesia, 4(4).
Safitri, I. (2006). Minimasi Dampak Lingkungan Dan Peningkatan Nilai
Ekonomis Sampah Melalui Penentuan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir
Sampah. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 6(1), 31-39.
Sundari, E. S. (2007). Studi Untuk Menentukan Fungsi Hutan Kota Dalam
Masalah Lingkungan Perkotaan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota,
7(2), 68-83.
Thamrin, H. (2013). Kearifan Lokal dalam Pelestarian Lingkungan (The Lokal
Wisdom in Environmental Sustainable). Jurnal Penelitian Sosial
Keagamaan, 16(1), 46-59.
Wildan, M. (2019, Mei 27). Total Luas Perkampungan Kumuh Hampir Separuh
Luas DKI. Retrieved April 30, 2020, from Jakarta.bisnis.com:
https://jakarta.bisnis.com/read/20190527/77/927975/total-luas-
perkampungan-kumuh-hampir-separuh-luas-dki
Yudo, S., & Said, N. I. (2001). Masalah Pencemaran Air Di Jakarta, Sumber Dan
Alternatif Penanggulangannya. Jurnal Teknologi Lingkungan, 2(2), 199-
206.

Anda mungkin juga menyukai