Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

PBL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

KASUS 3 LUKA BAKAR

Nama Mahasiswa : Mentari Cahyaningtyas

NIM : 1901034

Semester : 5

Diploma 3 Keperawatan

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

2021
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi. (Musliha, 2010). Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat
sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan
panas baik kontak secara langsung maupun tidak langsung.

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang dapat


disebabkan oleh terpapar langsung oleh panas (api, cairan/lemak panas,
uap panas), radiasi, listrik, kimia. Luka bakar merupakan jenis trauma
yang merusak dan merubah berbagai sistem tubuh. Luka bakar adalah
luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan dengan benda-
benda yang menghasilkan panas baik kontak secara langsung maupun
tidak langsung (Anggowarsito, 2014).
2. Anatomi Fisiologi

a. Kulit
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai
fungsi sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun
masuknya bakteri, kulit juga mempunyai fungsi utama reseptor yaitu
untuk mengindera suhu, perasaan nyeri, sentuhan ringan dan tekanan,
pada bagian stratum korneum mempunyai kemampuan menyerap air
sehingga dengan demikian mencegah kehilangan air serta elektrolit
yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan
subkutan (IRMA MUTMAINAH, 2019).
Beberapa fungsi penting organ ini antara lain :
1) Proteksi: sistem organ ini melindungi seluruh tubuh dari berbagai
macam ancaman yang kita dapatkan dari lingkungan. Misalnya,
infeksi atau serangan organisme lainnya, kerusakan karena radiasi
sinar matahari, dan zatzat kimia yang berbahaya disekitar kita.
2) Termoregulasi: sistem organ ini memberikan dukungan terhadap
termoregulasi (pengaturan suhu tubuh) melalui berbagai cara.
3) Keseimbangan air: permukaan terluar dari kulit merupakan lapisan
yan paling tidak suka air. Kondisi ini memungkinkan air dan garam
tetap tersimpan dalam tubuh sesuai dengan kebutuhan dan mencegah
tubuh kehilangan cairan secara berlebihan. Sebagian kecil air dan
limbah tubuh (misalnya urea) dibuang melalui keringat.
4) Penerima pesan masuk: Banyak kenis organ sensorik yang terletak
pada sistem integumen. Beberapa di antaranya memungkinkan kita
untuk merasakan panas, dingin, tekanan, geraran, dan juga nyeri
5) Pengirim pesan keluar: sistem integumen dan terutama rambut dapat
mengirimkan pesan ke lingkungan luar tubuh. Pesan ini dikirimkan
terutama kepada manusia lainnya. Orang atau dokter dapat
menangkap informasi terkait kondisi kesehatan kita melalui kulit dan
rambut. Misalnya, ketika kita marah kulit kita akan mulai tampak
berwarna pucat atau kemerahan. Begitu pula ketika kita mengalami
sakit tertentu warna kulit akan berubah.
6) Produksi zat penting: pada sistem integumen terdapat kelenjar
Sebacea. Kelenjar ini terletak dan berhubungan dengan folikel rambut.
Kelenjar ini memproduksi suatu zat yang disebut dengan sebum.
Selain kelenjar Sebacea, terdapat pula kelenjar lainnya yaitu kelenjar
keringat yang tentu saja memproduksi keringat. Sel pada kulit juga
memproduksi keratin. Keratin merupakan sejenis protein jaringan ikat
yang menjadi komponen struktural dan fungsional penting pada sistem
integument.

b. Struktur sistem integumen


Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan
jaringan subkutan.
1) Lapisan epidermis
Epidermis bisa jadi merupakan aspek yang paling familiar dari
sistem integumen. Lapisan ini terletak paling luar pada tubuh kita.
Jadi, ketika kita menyentuh kulit kita dan merasakan bahwa kulit
kita halus, elastik, kuat, atau sedikit berminyak sebenarnya kita
sedang menyentuh epidermis.
Lapisan epidermis terdiri dari :
a) Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel,
inti selnya sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein
fibrosa tidak larut yang membentuk barier terluar kulit dan
mempunyai kapasitas untuk mengusir patogen dan mencegah
kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
b) Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada
telapak tangan dan telapak kaki.
c) Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti
kumparan, sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar
dengan permukaan kulit.
d) Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan
lapisan yang paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya
terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyak sudut dan
mempunyai tanduk).
e) Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-
selnya terletak di bagian basal/basis, stratum basal
menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel
induk.
2) Lapisan dermis
Dermis tersusun atas 2 lapisan yaitu: zona papilaris dan zona
retikular. terbagi menjadi dua yaitu:
a) Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris) Lapisan ini berada
langsung di bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel fibroblas
yang menghasilkan salah satu bentuk kolagen.
b) Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).
c) Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga
memproduksi kolagen.
d) Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut
saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.

3) Jaringan subkutan atau hipodermis


Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya
adalah jaringan adipose yang memberikan bantalan antara lapisan
kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan subkutan
dan jumlah deposit lemak merupakan faktor penting dalam
pengaturan suhu tubuh.

c. Kelenjar pada kulit


1) Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan
duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan
kulit,membentuk pori-pori keringat.
Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
a) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan
jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 –97 %air dan
mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida,
granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolisma
seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai
dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala.
b) Kelenjar keringat apokrin,yang hanya terdapat di daerah
ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar
dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental,
berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang.

2) Kelenjar palit/sebasae, Kelenjar palit terletak pada bagian atas


kulit jangat berdekatan dengan kandung rambut terdiri dari
gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung
rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang
meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut.
3. Epidemiologi
Menurut data dari WHO Global Burden Disease, pada tahun 2017
diperkirakan 180.000 orang meninggal akibat luka bakar, dan 30% pasien
berusia kurang dari 20 tahun. Umumnya korban meninggal berasal dari
negara berkembang, dan 80% terjadi di rumah (Ardabili dkk, 2016).
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa terdapat
265.000 kematian yang terjadi setiap tahunnya di seluruh dunia akibat
luka bakar (WHO, 2017).
American Burn Association 2015 dikatakan bahwa angka morbiditas
96,1% lebih banyak terjadi pada wanita. Berdasarkan tempat kejadian, 69
% di rumah tangga dan 9% di tempat kerja, 7% di jalan raya, 5% di
rekreasi atau olahraga 10% dan lain-lain. Jumlah kejadian cedera listrik
diperkirakan menimbulkan 1000 kematian pertahun dan sekitar 3000
orang yang dirawat di rumah sakit di Amerika Serikat.
Prevalensi luka bakar di Indonesia sebesar 0,7%. Prevalensi tertinggi
terjadi pada usia 1-4 tahun. Dengan prevalensi tertinggi disulawesi
selatan sebanyak 12.8 % dan terendah didaerah jambi sebanyak 4.5 %.
Jenis luka tertinggi yang dialami penduduk di Indonesia adalah luka
lecet/memar, sebanyak 70.9%, kemudian luka robek sebanyak 23.2%.
Penyebab luka terbanyak yaitu jatuh sebanyak 40.9 %, dan kecelakaan
motor sebanyak 40.6% (Riskesdas, 2013).
4. Etiologi
a. Luka Bakar Termal
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau
kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
Penyebab paling sering yaitu luka bakar yang disebabkan karena
terpajan dengan suhu panas seperti terbakar api secara langsung atau
terkena permukaan logam yang panas (Moenadjat, 2009).
b. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan
kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya
kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya
injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya
karena kontak dengan zat– zat pembersih yang sering dipergunakan
untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan
dalam bidang industri, pertanian dan militer (Rahayuningsih, 2012).
c. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan
dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya
luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara
gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh (Rahayuningsih,
2012). Luka bakar listrik ini biasanya lukanya lebih serius dari apa
yang terlihat di permukaan tubuh (Moenadjat, 2009).
d. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan
radiasi ion pada industry atau dari sumber radiasi untuk keperluan
terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat
terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar
radiasi (Rahayuningsih, 2012).
5. Klasifikasi
Klasifikasi Luka Bakar (Menurut Musliha, 2010)
a. Dalamnya luka bakar
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan
Ketebalan Jilatan api, Kering, tidak Bertambah Nyeri
partial sinar ultra ada merah
superfisial violet gelembung.
(tingkat I) (terbakar Oedem
oleh minimal atau
matahari) tidak ada.
Pucat bila
ditekan
dengan
ujung jari,
berisi
kedalam bila
tekanan
dilepas.
Lebih dalam Kontak Blister besar Berbintikbintik Sangat
dari dengan dan lembab yang kurang nyeri
ketebalan bahan air, yang jelas, putih,
partial atau bahan ukurannya coklat, pink,
Superfisial padat. bertambah daerah merah
Dalam Jilatan api besar. Pucat coklat.
(tingkat II) pada bila ditekan
Epidermis - pakaian. dengan
dermis Jilatan ujung jari,
langsung bila tekanan
kimiawi. dilepas berisi
Sinar ultra kembali.
violet.
Ketebalan Kontak Kering Putih, kering, Tidak
sepenuhnya dengan disertai kulit hitam, coklat sakit,
(tingkat III) bahan cair mengelupas. tua. Hitam. sedikit
Sampai ke atau padat. Pembuluh Merah. sakit.
jaringan Nyala api. darah seperti Rambut
lemak Kimia. arang terlihat mudah
Kontak di bawah lepas bila
dengan kulit yang dicabut.
arus listrik. mengelupas.
Gelembung
jarang,
dindingnya
sangat tipis,
tidak
membesar.
Tidak pucat
bila ditekan.

b. Luas luka bakar, Menurut Musliha (2010)


Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang
terkenal dengan nama rule of nine atau rule of wallace yaitu :
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai masing-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%

c. Berat ringannya luka bakar, Menurut Musliha (2010)


Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan
beberapa faktor antara lain :
1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh
2) Kedalaman luka bakar
3) Anatomi lokasi luka bakar
4) Umur klien
5) Riwayat pengobatan yang lalu
6) Trauma yang menyertai atau bersamaan
6. Tanda dan Gejala/Manifestasi Klinis
Gambaran klinis luka bakar dapat dikelompokkan menjadi trauma primer
dan sekunder, dengan adanya kerusakan langsung yang disebabkan oleh
luka bakar dan morbiditas yang akan muncul mengikuti trauma awal.
Pada daerah sekitar luka, akan ditemukan warna kemerahan, bulla,
edema, nyeri atau perubahan sensasi. Efek sistemik yang ditemukan pada
luka bakar berat seperti syok hipovolemik, hipotermi, perubahan uji
metabolik dan darah (Rudall & Green, 2010).
Syok hipovolemik dapat terlihat pada pasien dengan luas luka bakar lebih
dari 25% . Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas
pembuluh darah yang berlangsung secara kontinyu setidaknya dalam 36
jam pertama setelah trauma luka bakar. Berbagai protein termasuk
albumin keluar menuju ruang interstitial dengan menarik cairan, sehingga
menyebabkan edema dan dehidrasi. Selain itu, tubuh juga telah
kehilangan cairan melalui area luka, sehingga untuk
mengkompensasinya, pembuluh darah perifer dan visera berkonstriksi
yang pada akhirnya akan menyebabkan hipoperfusi. Pada fase awal,
curah jantung menurun akibat melemahnya kontraktilitas miokardium,
meningkatnya afterload dan berkurangnya volume plasma. Tumour
necrosis factor-α yang dilepaskan sebagai respon inflamasi juga berperan
dalam penurunan kontraktilitas miokardium (Rudall & Green, 2010).
7. Faktor Resiko
Di bawah ini adalah berbagai faktor risiko yang dapat memicu terjadinya
kondisi luka bakar :
a. Usia
Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar dengan benda-benda
di sekitarnya, termasuk yang mudah terbakar.
Atas dasar alasan ini, anak-anak membutuhkan perhatian khusus
agar tidak terjadi kecelakaan.
b. Tinggal di rumah tanpa detektor asap
Kebakaran lebih sulit dicegah pada tempat-tempat yang tidak
memiliki detektor asap
c. Merokok
Bila tidak berhati-hati, luka ini bisa timbul akibat tersundut putung
rokok atau saat menyalakan korek.
Hal ini juga sangat berbahaya bila dilakukan di tempat yang mudah
terbakar
d. Menggunakan microwave
Penggunaan microwave yang tidak mengikuti anjuran atau aturan
masak pada label makanan berpotensi menyebabkan kebakaran.
e. Bekerja dengan benda sumber panas atau kabel listrik
Berkutat dengan besi, metal, dan kabel listrik meningkatkan risiko
Anda mengalami luka akibat terbakar.
f. Penyimpanan benda mudah terbakar yang tidak tepat
Benda seperti korek gas, hairspray, atau deodoran harus disimpan di
tempat yang jauh dari jangkauan api. Bila tidak, hal ini berisiko
memicu timbulnya percikan api
g. Menggunakan kompor
Sering melakukan kegiatan di dapur seperti memasak dengan
kompor atau memasang gas meningkatkan peluang terluka.
8. Patofisiologis

Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi,
akibatnya akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun
pembuluh darah besar dan akibat kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein dan albumin, mengalami
gangguan fisiologi. Akibatnya terjadilah kehilangan cairan yang masif,
terganggunya cairan di dalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga
merusak pembuluh darah yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah
sehingga beberapa jam setelah terjadi reaksi tersebut bisa mengakibatkan
radang sistemik, maupun kerusakan jaringan lainnya. Dari kilasan diatas
maka pada luka bakar juga dapat terjadi sok hipovelemik (burn syok)
(HALE, 2020).
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboraturium meliputi Hb, Hmt, Gula Darah, Natrium
dan elektrolit, ureum kreatinin, Protein, Urin Lengkap, AGD (PO2
dan PCO2).
b. Pemeriksaan Radiologi, Foto Thorax, EKG, CVP untuk mengetahui
tekanan vena sentral (IRMA MUTMAINAH, 2019).
c. Ht meningkat dehidrasi
d. Leukosit meningkat infeksi
e. Albumin menurun, kuka bakar dapat menyebabkan hilangnya barier
kulit, sehingga berakibat hilangnya cairan albumin yang melewati
kulit yang rusak.
10. Komplikasi
a. Curting Ulcer / Dekubitus
b. Sepsis
c. Pneumonia
d. Edema atau penumpukan cairan pada bagian tertentu tubuh
e. Deformitas
f. Kontraktur dan Hipertrofi Jaringan parut
g. Komplikasi yang lebih jarang terjadi adalah edema paru akibat
sindrom gawat panas akut (ARDS, acute respiratory disters
syndrome) yang menyerang sepsis gram negatif. Sindrom ini
diakibatkan oleh kerusakan kapiler paru dan kebocoran cairan
kedalam ruang interstisial paru. Kehilangan kemampuan
mengembang dan gangguan oksigen merupakan akibat dari
insufisiensi paru dalam hubungannya dengan siepsis sistemik
(HALE, 2020).
11. Penatalaksanaan
Prioritas pertama dalam ruang darurat tetap ABC (airway, breathing dan
circulation). Untuk cedera paru yang ringan, udara pernapasan
dilembabkan dari pasien didorong supaya batuk sehingga sekret saluran
napas bisa dikeluarkan dengan pengisapan. Untuk situasi yang lebih
parah diperlukan pengeluaran sekret dengan pengisapan bronkus dan
pemberian preparat bronkodilator serta mukolitik. Jika terjadi edema
pada jalan napas, intubasi endotrakeal mungkin merupakan indikasi.
Continuous positive airway pressure dan ventilasi mekanis mungkin pula
diperlukan untuk menghasilkan oksigenasi yang adekuat. (Wong dan
Munster, 1993)
12. Pencegahan
a. Menjauh dari sumber panas atau segera pindahkan benda panas dari
kulit
b. Segera padamkan api yang masih menyala di pakaian atau bagian
tubuh yang terbakar
c. Buka pakaian bisa menggunakan gunting atau benda tajam untuk
merobek pakaian yang terbakar
d. Siram atau basuh bagian yang terbakar dengan air dingin yang
mengalir selama sekitar 20 menit
e. Bersihkan bagian yang terbakar tadi menggunakan sabun antibakteri
untuk mencegah timbulnya infeksi
f. Lakukan kompres menggunakan es batu yang telah dibalut
menggunakan kain bersih pada bagian pinggir luka bakar selama 5-
15 menit
g. Gunakan gel tumbuhan lidah buaya untuk melapisi kulit yang
terbakar atau dapatkan produk yang banyak mengandung lidah
buaya di apotek. Lidah buaya berfungsi untuk mencegah
perkembangan bakteri penyebab infeksi (Putra, 2019).
13. Penghitungan Luas Luka Bakar
Seorang tenaga medis profesional harus terlatih dalam menentukan
derajat dan menangani suatu luka bakar. Ada pedoman yang biasa
digunakan untuk memperkirakan luas daerah yang terbakar yang disebut
dengan Hukum Sembilan (rule of nine), yaitu membagi daerah tubuh
dengan persentase Sembilan (9%) per daerah tubuh. Secara singkat,
penjelasan Hukum Sembilan adalah sebagai berikut:
a. Kepala (Nilai Total = 9%), terdiri dari: bagian depan = 4,5% dan
bagian belakang = 4,5%
b. Tubuh (Nilai Total = 36%), terdiri dari: dada dan perut = 18% serta
punggung = 18%
c. Lengan (Nilai Total = 18%), terdiri dari: lengan atas depan-belakang
= 9% dan lengan bawah depan-belakang = 9%
d. Kaki (Nilai Total =36%), terdiri dari: tungkai atas depan-belakang =
18% dan tungkai bawah depan-belakang =18%
e. Alat kelamin (Nilai Total =1%)
Cara lain yang dapat digunakan untuk menghitung luas luka bakar adalah
membandingkan antara luka bakar yang dialami dengan telapak tangan
korban. Telapak tangan korban dianggap memiliki luas sebesar 1% dari
luas permukaan tubuh. Perlu diingat bahwa penghitungan luas luka bakar
dihitung juga berdasarkan masing-masing derajat luka bakar. (untuk bayi
atau anak dengan lund and browder)
14. Penggolongan Luka Bakar
a. Berdasarkan kedalaman kerusakan yang ditimbulkan, sebuah luka
bakar dapat dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu:
1) Luka bakar superfisial (derajat satu)
Luka bakar ini hanya meliputi lapisan kulit paling atas saja
(lapisan epidermis). Luka bakar ini biasanya ditandai dengan
kemerahan, rasa nyeri, dan terkadang membengkak.
2) Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam dari derajat satu)
Luka bakar ini meliputi kerusakan lapisan paling luar kulit dan
mengganggu lapisan di bawahnya dengan ditandai munculnya
gelembung-gelembung yang berisi cairan di bawah kulit, bengkak
di sekitar luka, kulit berwarna kemerahan atau bahkan menjadi
putih, kulit lembap, dan rusak. Pada tingkatan ini, ciri yang paling
khas adalah rasa nyeri yang hebat.
3) Luka bakar derajat tiga
Pada luka bakar tingkat ini, lapisan yang terkena luka bakar tidak
terbatas, bahkan bisa sampai ke tulang dan organ dalam. Luka
bakar ini merupakan tingkat yang paling berat. Biasanya ditandai
dengan kulit menjadi kering, pucat atau bahkan putih, namun bisa
juga gosong dan hitam. Berbeda dengan derajat satu dan dua, luka
bakar derajat tiga ini tidak menimbulkan nyeri.
b. Berdasarkan lokasi luka bakar dan luas permukaan tubuh yang
mengalami luka bakar, terdapat 3 jenis luka bakar:
1) Luka bakar ringan
a) Luka bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada
wajah, tangan, kaki, kemaluan, dan saluran napas
b) Luka bakar derajat dua kurang dari 15% luas
c) Luka bakar derajat satu kurang dari 50% luas
2) Luka bakar sedang
a) Luka bakar derajat tiga antara 2%-10% luas, kecuali pada
wajah, tangan, kaki, kemaluan, dan saluran napas
b) Luka bakar derajat dua antara 15%-30% luas
c) Luka bakar derajat satu lebih dari 50%
3) Luka bakar berat
a) Semua luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas,
cedera jaringan lunak, dan cedera tulang
b) Luka bakar derajat dua atau tiga pada wajah, tangan, kaki,
kemaluan, atau saluran napas
c) Luka bakar derajat dua di atas 10%
d) Luka bakar derajat dua lebih dari 30%
e) Luka bakar yang disertai cedera alat gerak
f) Luka bakar mengelilingi alat gerak

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Mengumpulkan data klien
Nama Klien : Tn.L
Usia : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Tanggal Masuk : 13 Agustus 2021
Ruangan : Ruangan X
b. Kondisi Klien : Tingkat kesadaran komposmetis
c. Keluhan Utama :Pasien mengalami cidera tersiram air panas
saat bekerja.
d. Keluhan Tambahan : Pasien mengeluh sangat nyeri pada bagian
kakinya
e. Riwayat kesehatan dahulu : keluarga mengatakan pasien
memiliki riwayat serangan stroke 3 tahun yang lalu.
f. Pemeriksaan Fisik :
1) BB : 70 kg
2) Keadaan umum : lemah
3) Suhu : 37ºC
4) Nadi : 110x/menit
5) Respirasi : 22x/menit
6) Tekanan Darah : 150/100 mmHg
7) Terdapat luka bakar di seluruh tungkai kaki kanan.
8) Derajat luka bakar II, terdapat edema +, bulla +
9) Luas luka bakar yang dialami 18%
g. Cairan yang dibutuhkan : (Formula Parkland)
24 jam pertama ringer 4 ml x Kg BB x % Luka laktat
= 4 ml x 70 kg x 18% = 5040 ml dalam 24 jam
- 8 jam pertama = 2520 ml
- 16 jam berikutnya = 2520 ml
h. Pengkajian Nyeri :
- O (onset) : nyeri dirasakan sejak baru saja
- P (provokasi) : nyeri disebabkan karena tersiram air panas
- Q (quality) : nyeri yang dirasakan seperti rasa
terbakar pada kulit
- R (regio) : nyeri dirasakan di bagian tungkai kaki
kanan
- S (scale) : nyeri yang dirasakan skala 6
- T (treatment) : klien mengatakan belum melakukan
pengobatan apapun untuk menghilangkan nyeri
- U (understanding) : klien tidak merasakan nyeri
sebelumnya.
- V (value) : klien berharap agar nyeri segera hilang.
i. Analisa Data

No DS dan DO PROBLEM ETIOLOGI


1. DS : Nyeri akut
- Pasien mengeluh sangat nyeri Agen pencedera
dibagian tungkai kaki kanan kimiawi
O (onset) : nyeri dirasakan
sejak baru saja
P (provokasi) : nyeri disebabkan karena
tersiram air panas
Q (quality) : nyeri yang
dirasakan seperti rasa terbakar pada kulit
R (regio) : nyeri dirasakan
di bagian tungkai kaki kanan
S (scale) : nyeri yang
dirasakan skala 6
T (treatment) : klien mengatakan belum
melakukan pengobatan apapun untuk
menghilangkan nyeri
U (understanding) : klien tidak
merasakan nyeri sebelumnya.
V (value) : klien berharap
agar nyeri segera hilang.

DO:
Nadi : 110x/menit
Respirasi : 22x/menit
Kesadaran : composmentis

2. DS : Gangguan Bahan kimia iritatif


Pasien mengatakan mengalami cedera integritas kulit
tersiram air panas
Pasien merasakan nyeri
O (onset) : nyeri dirasakan
sejak baru saja
P (provokasi) : nyeri disebabkan karena
tersiram air panas
Q (quality) : nyeri yang
dirasakan seperti rasa terbakar pada kulit
R (regio) : nyeri dirasakan
di bagian tungkai kaki kanan
S (scale) : nyeri yang
dirasakan skala 6
T (treatment) : klien mengatakan belum
melakukan pengobatan apapun untuk
menghilangkan nyeri
U (understanding) : klien tidak
merasakan nyeri sebelumnya.
V (value) : klien berharap
agar nyeri segera hilang.

DO :
Terdapat luka bakar di seluruh tungkai
kaki kanan derajat II
Luas luka bakar 18%
Edema +
Bulla +
Kemerahan pada sekitar luka

3. DS :
- Klien mengatakan tersiram air Resiko infeksi Ketidakadekuatan
panas ketika bekerja pertahanan tubuh
DO : primer kerusakan
- Derajat luka bakar II integritas kulit
-
- Edema (+)
- Bulla (+)

2. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan
1. SDKI D.0077
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi dibuktikan dengan :
DS :
- Pasien mengeluh sangat nyeri dibagian tungkai kaki kanan
O (onset) : nyeri dirasakan sejak baru saja
P (provokasi) : nyeri disebabkan karena tersiram air panas
Q (quality) : nyeri yang dirasakan seperti rasa terbakar pada kulit
R (regio) : nyeri dirasakan di bagian tungkai kaki kanan
S (scale) : nyeri yang dirasakan skala 6
T (treatment) : klien mengatakan belum melakukan pengobatan apapun untuk
menghilangkan nyeri
U (understanding) : klien tidak merasakan nyeri sebelumnya.
V (value) : klien berharap agar nyeri segera hilang.

DO :
Nadi : 110x/menit
Respirasi : 22x/menit
Kesadaran : composmentis
SDKI D.0129
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan bahan kimia iritatif dibuktikan
dengan :
DS :
Pasien mengatakan mengalami cedera tersiram air panas
Pasien merasakan nyeri
O (onset) : nyeri dirasakan sejak baru saja
P (provokasi) : nyeri disebabkan karena tersiram air panas
Q (quality) : nyeri yang dirasakan seperti rasa terbakar pada kulit
R (regio) : nyeri dirasakan di bagian tungkai kaki kanan
S (scale) : nyeri yang dirasakan skala 6
T (treatment) : klien mengatakan belum melakukan pengobatan apapun untuk
2.
menghilangkan nyeri
U (understanding) : klien tidak merasakan nyeri sebelumnya.
V (value) : klien berharap agar nyeri segera hilang.

DO :
Terdapat luka bakar di seluruh tungkai kaki kanan derajat II
Luas luka bakar 18%
Edema +
Bulla +
Kemerahan pada sekitar luka

3. SDKI D.0142
Resiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahan tubuh primer
kerusakan integritas kulit dibuktikan dengan :
DS :
- Klien mengatakan tersiram air panas ketika bekerja
DO :
- Derajat luka bakar II
- Luas luka bakar 18%
- Edema (+)
Bulla (+)
3. Perencanaan

DIAGNOSIS
TINDAKAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN & DATA RASIONAL
PENUNJANGAN
Tujuan dan kriteria Tindakan
13/08/2021 jam 09.00 WIB 13/08/2021 jam 09.00 WIB 13/08/2021 jam 09.00 WIB 13/08/2021 jam 09.00 WIB

SDKI D.0077 SLKI L.08066 : Tingkat Nyeri SIKI I.08238 : Manajemen Nyeri
1. Nyeri akut berhubungan Ekspetasi Menurun
dengan agen pencedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 1. untuk mengetahui lokasi,
kimiawi dibuktikan dengan : selama 3x24 jam diharapkan tingkat frekuensi, dan intensitas nyeri karakteristik, durasi,
DS : nyeri menurun, dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri frekuensi dan intensitas
- Pasien mengeluh sangat 3. Berikan teknik nonfarmakologis untuk nyeri
1. Keluhan nyeri menurun
nyeri dibagian tungkai mengurangi rasa nyeri 2. untuk mengetahui skala
2. Meringis menurun
kaki kanan 4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk nyeri
3. Sikap protektif menurun
DO : meredakan nyeri 3. Untuk mengurangi nyeri
4. Gelisah menurun
Nadi : 110x/menit 5. Kolaborasi pemberian analgetik, jika 4. Agar pasien bisa melakukan
5. Kesulitan tidur menurun
Respirasi : 22x/menit perlu teknik secara mandiri
6. Frekuensi nadi cukup membaik
Kesadaran : composmentis denga normal 60-100x/menit 5. Untuk meredakan nyeri
7. Pola nafas cukup membaik
dengan normal 16-24x/menit
8. Tekanan darah membaik dengan
normal sistol 110-120mmHg ,
diastol 80-90 mmHg.
13/08/2021 jam 09.10 WIB 13/08/2021 jam 09.10 WIB 13/08/2021 jam 09.10 WIB 13/08/2021 jam 09.10 WIB

SDKI D.0129 SLKI L.14125 : Integritas kulit dan 1. Identifikasi penyebab gangguan 1. Mengetahui Penyebabnya
2. Gangguan integritas kulit jaringan integritas kulit sehingga mengetahui tindakan
berhubungan dengan bahan Ekspetasi : Meningkat 2. Gunakan produk berbahan minyak keperawatan yang akan
kimia iritatif dibuktikan padakulit kering diberikan
dengan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3. Anjurkan minum yang cukup 2. Produk Berbahan minyak
DS : 1x24 jam, maka integritas kulit dan 4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dapat Memberikan
Pasien mengatakan mengalami jaringan meningkat dengan kriteria dan sayur kelembaban bagi kulit yang
cedera tersiram air panas hasil sebagai berikut : 5. Hindari produk berbahan dasar alcohol kering
Pasien merasakan nyeri 1. Kerusakan jaringan menurun pada kulit kering 3. Minum yang cukup Membuat
DO : 2. Kerusakan lapisan kulit menurun kulit lembab dan tidak kering
Terdapat luka bakar di seluruh 4. Buah dan Sayuran memiliki
tungkai kaki kanan derajat II kandungan vitamin yang tinggi
Luas luka bakar 18% untuk kesehatan kulit
Edema + 5. Alcohol dapat membuat kulit
Bulla + menjadi kering
Kemerahan pada sekitar luka

13/08/2021 jam 09.10 WIB 13/08/2021 jam 09.10 WIB 13/08/2021 jam 09.10 WIB 13/08/2021 jam 09.10 WIB

SDKI D.0142 SLKI L.14137 : Tingkat Infeksi SIKI I.14539 : Pencegahan Infeksi
3. Resiko infeksi berhubungan Ekspetasi : Menurun
dengan ketidak adekuatan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal 1. Mengidentifikasi tanda dan
pertahan tubuh primer Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan sistemik gejala infeksi lokal dan
kerusakan integritas kulit selama 3x24 jam diharapkan tingkat 2. Berikan perawatan kulit pada area edema sistemik
dibuktikan dengan : infeksi menurun, dengan kriteria hasil : 3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 2. Mencegah terjadinya infeksi
DS : 1. Kemampuan mengikuti perintah 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka semakin parah
- Klien mengatakan meningkat atau luka operasi 3. Memberikan edukasi
tersiram air panas ketika 2. Kemampuan mengingat 5. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika kepada pasien
bekerja perististiwa saat ini perlu 4. Mengedukasi pasien cara
DO : 3. Kemampuan mengingat nama memeriksa kondisi luka
- Derajat luka bakar II 4. Kemampuan mengenal keluarga yang benar
- Edema (+) 5. Kemampuan mengingat objek 5. Menambah imun dalam
Bulla (+) familiar tubuh
6. Depresi menurun
7. Gelisah menurun
Orientasi waktu, tempat, dan orang
membaik
DAFTAR PUSTAKA

American Burn Association (2015) Epidemiology Burn Electrical.

Anggowarsito, J. L. (2014) Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi, Jurnal


Widya Medika Surabaya. doi: 10.33508/JWM.V2I2.852

Ardabili, dkk. (2016). Evaluation of the Effects of Patient-Selected Music


Therapy on the Sleep Quality and Pain Intensity of Burn Patients.
Medical-Surgical Nursing Journal, 5(2):27-34, 2016. Diakses pada tanggal
13 Agustus 2021 dari http://ijmsn.ir/article-1-518-en.pdf.

Putra, Y. D. (2019). Pencegahan dan Penanganan Pertama Luka Bakar


Berdasarkan Stadium. https://blogs.insanmedika.co.id/luka-bakar/

Irma Mutmainah, S. K. (2019). Manajemen Asuhan Keperawatan


Kegawatdaruratan Pada Tn ”S” Dengan Diagnosa Medis Electrical Burn
Injury Grade Iib Dan Grade Iii Diruangan Instalasi Gawat Darurat Luka
Bakar Rsup Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Time, 6(3), 198.

Moenadjat, Y. (2009) Luka bakar: masalah dan tatalaksana. Edisi ke-4., Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) , 2009. Available at:
https://onesearch.id/Record/IOS3774.JAKPU000000000121979. diakses
Tanggal : 13 Agustus 2021.

Musliha. (2010). Keperawatan Gawat darurat. Yogyakarta : Nuha Medika


PPNI.2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta : Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI.2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta : Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI.2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta : Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Putra, Y. D. (2019). Pencegahan dan Penanganan Pertama Luka Bakar


Berdasarkan Stadium. https://blogs.insanmedika.co.id/luka-bakar/

Rahayuningsih, T. (2012) Penatalaksanaan Luka Bakar (Combustio). Profesi, 08


(September).

Riskesdas (2013). Riset Kesehatan Dasar. Departemen Kesehatan .

Rudall N, Green A. Burns: Clinical Features And Prognosis. Pharmaceutical


Journal. 2010;2:245-248.

Wong, L. and Munster, A. M. (1993) New techniques in burn wound


management. Surgical Clinics of North America, 73 (2), pp. 363–
371. doi: 10.1016/S0039-6109(16)45987-6.

WHO. (2017). WHO Methods and Data Sources for Country-Level Causes of
Death 2000-2015. Departemen of Information, Evidence and Research
WHO, Geneva , 38.

https://hellosehat.com/hidup-sehat/pertolongan-pertama/luka-bakar/

Anda mungkin juga menyukai