Anda di halaman 1dari 3

Pada analisis perkembangan daerah asal, saya menggunakan Kota Cirebon yang terdekat

dengan Kabupaten Indramayu. Hal ini saya lakukan karena Indramayu merupakan sebuah
Kabupaten, bukan Kota. Jadi saya ambil Kota Cirebon, kota yang dekat dengan Indramayu
sebagai kota yang akan saya analisis perkembangannya. Kota Cirebon merupakan salah satu kota
yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Pulau Jawa atau
yang dikenal dengan jalur pantura yang menghubungkan Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya.
Jauh sebelum orang-orang belanda datang ke Indonesi, kota ini sudah ada. Dahulunya Cirebon
merupakan pusat kerajaan dan istana-istana yang sejak dulu sampai sekarang masih berdiri
seperti Kraton Kesepuhan, Kraton Kanoman, dan Kraton Kacirebonan. Oleh karena itu sistem
perencanaan kota yang dikembangkan oleh pemerintah kolonial harus mengakomodasikan atau
mengandung unsur-unsur loka-tradisional.

Gambar 1

Batar-Batas Wilayah Jawa Barat


(https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kabupaten_dan_kota_di_Jawa_Barat)

Berdasarkan catatan sejarah dalam naskah Babad Tanah Sunda dan Carita Purwaka
Caruban Nagari, Cirebon mulanya adalah sebuah dukuh kecil yang didirikan oleh Ki Ageng
Tapa. Perlahan-lahan, dukuh ini berkembang menjadi semakin ramai dan akhirnya bernama
Caruban, yang dalam bahasa Sunda berarti ‘campuran’. Nama tersebut mewakili bermacam suku
bangsa, bahasa, adat, agama, latar belakang, dan mata pencaharian dari masyarakat yang
mendiaminya. Banyak yang datang karena berdagang maupun ingin menetap di sana.

Seiring dengan tumbuhnya kota Cirebon menjadi kota modern dimulai sejak awal abad
ke-20, industri transportasi dan berbagai kegiatan layanan publik juga tumbuh dengan pesat.
Pada saat itu kota Cirebon dengan pelabuhannya termasuk kota besar yang turut mendorong
pertumbuhan kota-kota lainnya di pulau Jawa. Pada Tahun 1926, kota Cirebon ditetapkan
sebagai kota besar dengan otonomi yang lebih luas. Pada masa ini tentunya pembangunan
perkembangan bangunan-bangunan, sarana dan prasarana kota semakin baik dan pengembangan
kota didesain dengan matang oleh arsitek atau planolog professional.

Pada masa awal pertumbuhannya kota Cirebon berbentuk kota kosmis (cosmis city),
yaitu suatu kota yang disusun secara konsentris. Pusatnya adalah istana raja atau keraton
(Kasepuhan), masjid dan alun-alun yang dikelilingi oleh perkampungan penduduk secara
berkelompok (klaster) menurut jabatan, profesi, etnik dan agama. Setelah VOC datang ke
Cirebon, merela berhasil merebut hegemoni politik kota Cirebon, sehingga menjadikan pusat
kota Cirebon berpindah dari keraton ke pelabuhan, karena VOC membangun benteng dan pusat
kegiatan perdagangan di kawasan pelabuhan Cirebon. Pada akhir abad ke-19, perkembangan
kota Cirebon mengalami masalah seperti, sanitasi, kebersihan, sampah, wabah penyakit dan
drainase di kota Cirebon yang pada akhirnya mendorong upaya-upaya awal penataan kota yang
dilakukan oleh pemerintah Belanda. Kota Cirebon ditetapkan sebagai stadgemeente pada tahun
1926, artinya kota besar dengan otonomi yang lebih luas yang mana pembangunan-
pembangunan sarana prasanana kota semakin gencar, dan yang cukup penting adalah adanya
pengembangan kota dengan disain perencanaan yang lebih matang.
Sumber:

1. Jurnal: PERKEMBANGAN MORFOLOGI KOTA CIREBON DARI MASA


KERAJAAN HINGGA AKHIR MASA KOLONIAL, karya Eko Punto Hendro
2. Artikel:https://www.batiqa.com/id/hotels/cirebon/read article/Mengenal%20Kota
%20Cirebon%20dan%20Sejarahnya

Anda mungkin juga menyukai