Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF NIFAS PADA Ny.

S
DI KLINIK DAN RB NASYITHOH KECAMATAN TAMBUN SELATAN
KABUPATEN BEKASI

Disusun Guna Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komprehensif

Oleh :

SHINTA KURNIAWATY.S
NIM : 191560412026

STIKES MEDISTRA INDONESIA


RAWA LUMBU – BEKASI
2021
FORMAT PENDOKUMENTASIAN IBU NIFAS

Tanggal pengkajian : 26 Februari 2021 Jam : 07.30 wib

Tempat Pengkajian : Klinik dan RB Nasyithoh

Nama Mahasiswa : Shinta Kurniawaty.S

NIM :191560412026

A. PENGKAJIAN DATA
DATA SUBJEKTIF

1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama :Ny. S

Umur :25 th

Agama :Islam

Suku/Bangsa :Betawi / Indonesia

Pendidikan :SMA

Pekerjaan :IRT

Alamat :Pondok Ungu Permai sektor V blok 13 no.26,Kota


Bekasi

b. Identitas Penanggung Jawab/Suami


Nama :Tn.R

Umur :32 th

Agama :Islam

Suku/Bangsa :Sunda / Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan :Karyawan Swasta

Alamat :Pondok Ungu Permai sektor V blok 13 no.26,Kota Bekasi

2. Alasan masuk : Sehabis melahirkan


3. Keluhan Utama : Ibu mengatakan masih terasa nyeri pada luka jahitan,
masih merasa mulas sejak habis melahirkan
4. Riwayat Kesehatan :

a. Riyawat Kesehatan Dahulu


Ibu mengatakan tidak ada penyakit sistemik yang pernah pernah di
derita
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan tidak ada penyakit yang sedang di derita
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan tidak ada penyakit yang sedang atau pernah di derita
5. Riwayat Perkawinan
Nikah 1 kali, umur 24 tahun, dengan suami umur 31 tahun, lama pernikahan 1
tahun.

6. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun

Siklus : 28 hari

Lama : 7 hari

Banyaknya darah : 2x ganti pembalut

Bau :Normal

Warna : Merah kecoklatan

Konsistensi :cair

Dismenorhoe :tidak ada

Flour Albus :normal

b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu


Hamil ini
c. Riwayat Persalinan Sekarang
1)Tempat melahirkan :Klinik dan RB Nasyithoh
2) Ditolong oleh :Bidan
3) Jenis persalinan :Spontan
4) Lama Persalinan :
Catatan waktu :
Kala I : 24 Jam
Kala II :1 Jam
Kala III : 9 menit
Ketuban Pecah : Jam 19.30 WIB
Spontan

5) Komplikasi/ kelainan dalam persalinan

Lama persalinan :27 Jam 9 Menit


6 Plasenta :Spontan,Lengkap,ukuran: 27
) cm berat 500 gram
Kelainan plasenta :Tidak ada
Panjang tali pusat :50 cm
Kelainan tali pusat : Tidak ada
7 Perineum Robekan tingkat 2 ,Episiotomi
) Anestesi tidak dilakukan
Jahitan dengan single

8 Perdarahan : Kala I: 50 ml
) Kala II:100 ml
Kala III: 50 ml
Kala IV: 200 ml
9 Tindakan lain infus cairan tidak ada
) Transfusi golongan tidak
10) Bayi ada
a) Lahir : Jam 20.30 WIB
b) BB : 3300 gram
c) PB : 47 cm
d) Nilai APGAR : 10
e) Cacat bawaan : Tidak ada
f) Masa Gestasi : 38 mgg
g) Komplikasi : Kala I Tidak ada
Kala II Tidak ada

h) Air Ketuban banyaknya ± 500ml warna jernih


7. Pola Kebutuhan sehari-hari
a.Pola Nutrisi

Makan : 3x sehari,Nasi,sayur,lauk
Minum : 8x sehari, Air putih
Keluhan: Tidak ada

b.Pola Eliminasi

BAK : 7x sehari
BAB : 1x sehari
Keluhan : tidak ada

c.Pola Aktifitas Pekerjaan

Ibu mengatakan sehri-hari hanya mengerjakan pekerjaan rumah


tangga

d.Pola Istirahat

Tidur malam :kurang


Tidur siang :cukup

Keluhan :tidak ada

e.Personal Hygiene

Mandi : 2x sehari
Ganti baju : 2x sehari

f. Pola Seksual

2-3x seminggu

8. Psikososial Spiritual
a.Tanggapan dan dukungan keluarga terhadap kehamilannya

Ibu mengatakan suami & keluarga senang dengan kehamilannya ini

b.Pengambilan keputusan dalam keluarga

Ibu mengatakan pengambilan keputusan dalam keluarga adalah


suami

c.Ketaatan beribadah

Ibu mengatakan cukup taat beribadah

d.Lingkungan yang berpengaruh

Ibu mengatakan tinggal hanya dengan suami dan tidak memiliki hewan
peliharaan
DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital :TD : 120/70 mmHg
Nadi : 81 x/m
Respirasi : 22 x/m
Suhu : 36.8oC
d. BB : Sebelum 45 Kg Sekarang 54 Kg
2. Pemeriksaan Fisik/Status Present
a. Kepala : rambut warna hitam dan tidak rontok,kulit kepala bersih,
b. Muka : Bersih, tidak pucat, tidak oedem
c. Mata : Konjungtiva : Tidak pucat
Sklera : Tidak kuning
d. Hidung : Simetris,bersih,tidak ada pembesaran
e. Telinga : Tidak ada penumpukan
f. Mulut : bibir tidak pecah-pecah,stomatitis/tdk, ada caries
dentis
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada pembesaran limfe
Tidak ada pembesaran vena jugularis/tdk

h. Dada : Simetris, Pengeluaran ASI, Bentuk normal


Putting susu menonjol
i. Ketiak : tidak ada massa, tidak ada pembesaran getah
bening
j. Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi
Kandung kemih kosong

Uterus: TFU 2 Jari di bawah pusat

Konsistensi uterus keras

Kontraksi uterus baik

k. Genetalia : Perineum utuh


Pengeluaran lokhea: Rubra ,warna merah, Bau normal,
Konsistensi cair

l. Ekstremitas : Tidak oedema, Tidak varises Refleks patella(+),


Tungkai simetris, akral tidak dingin, turgor baik
m. Anus :Tidak ada haemmoroid
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidakada

B. INTERPRETASI DATA

Diagnosa Ibu : P1A0 Post partum 11 jam

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan :-Penkes mobilisasi

-Penkes nutrisi dan hidrasi

-Penkes pola istirahat

-Penkes personal hygine

-Kunjungan ulang

Antisipasi Diagnosa Potensial


Tidak Ada

Identifikasi Kebutuhan dan Tindakkan Segera

Tidak ada

C. PLAN

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

2. Anjurkan ibu untuk mobilisasi

3. Anjurkan ibu untuk makan-makanan bergizi seimbang

4. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

5. Beritahu tanda-tanda bahaya ibu nifas

6. Ajarkan ibu personal hygine

7. Berikan therapy antibiotic dan analgetik serta zat besi

8. Beritahu ibu jadwal kunjungan ulang 7 hari lagi atau pada tanggal 05-03-2021

D. PELAKSANAAN

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa ibu dan bayi
dalam keadaan baik. TD 120/70 mmHg, nadi 81 x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu
36,80C,TFU:2 jari dibawah pusat,kontraksi baik
2. Mengajarkan ibu untuk belajar miring kiri atau kanan kemudian perlahan-lahan
belajar untuk duduk,setelah itu jika ibu tidak merasakan pusing ibu dianjurkan
belajar berjalan dan BAK ke kamar mandi agar luka jahitan cepat pulih dan
kontraksi tetap bagus.
3. Mengajarkan ibu untuk makan makanan bergizi seimbang seperti nasi,sayur-
sayuran yang berwarna hijau karena baik untuk pengeluaran ASI.Buah-
buahan,lauk-pauk seperti ikan,telur,tahu,tempe agar jahitan cepat pulih
4. Mengajarkan ibu untuk istirahat yang cukup agar ibu tidak pusing dan lemas serta
produksi ASI tidak terganggu
5. Mengajarkan ibu untuk membersihkan kemaluannya dengan air mengalir dan air
biasa(jangan gunakan air hangat karena dapat memicu pemuaian pada jahitannya)
dari depan ke belakang dan ganti pembalut minimal 3x sehari
6. Memberikan Penkes tentang tanda bahaya pada ibu nifas seperti pusing yang
berlebihan, perdarahan >500 cc, badan ibu demam lebih dari 38°c, lochea berbau
busuk, payudara bengkak dan puting susu ibu lecet, pandangan mata kabur. Jika
ibu merasakan keluhan tanda-tanda bahaya tersebut ibu hasus segera datang ke
tenaga kesehatan.
7. Memberikan therapi kepada ibu untuk mengurangi rasa nyeri yang ibu keluhkan
saat ini.Antibiotik 3x500 gr dan analgetik 3x 500 gr serta zat besi 1x250 mg
sehabis makan
8. Memberitahukan kepada ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi atau pada
tanggal 05-03-2021 atau apabila ada keluhan.

E. EVALUASI
1. Ibu dan keluarga telah mengetahui hasil pemeriksaan saat ini.
2. Ibu mengerti dan bersedia melakukan mobilisasi
3. Ibu mengerti dan bersedia untuk makan-makanan yang bergizi seimbang
4. Ibu mengerti dan bersedia untuk istiahat yang cukup
5. Ibu mengerti dan bersedia untuk menjaga personal hygine
6. Ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya nifas dan akan segera datang ke
pelayanan kesehatan terdekat jika terdapat keluhan.
7. Ibu mengerti dan obat telah diminum
8. Ibu bersedia datang kembali untuk melakukan kunjungan ulang.

Mahasiswa
(Shinta Kurniawaty.S.)

2.2 Asuhan Nifas


2.3.1 Definisi Asuhan Nifas
Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi dan parous
artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas
adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah
lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum
hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2013).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti kekeadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira
6 minggu (Yanti dan Sundawati, 2011).
Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah masa
atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6
minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan
dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain
sebagainya berkaitan saat melahirkan. (Widyasih,dkk,2012).
2.3.2 Tujuan Asuhan Nifas

(Yanti dan Sundawati, 2011) Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas
untuk:
2.3.2.1 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2.3.2.2 Melaksankan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
2.3.2.3 Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari.
2.3.2.4 Memberikan pelayanan kelurga berencana.
2.3.2.5 Mendapatkan kesehatan emosi.
2.3.3 Periode Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode :
2.3.3.1 Peurperium dini
Yaitu pemulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari.
2.3.3.2 Peurperium intermediat
Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
2.3.3.3 Peurperium lanjut
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kemabli sehat sempurna,
terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan terjadi komplikasi.
Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu-
minggu, bulanan atau tahunan. (Mochtar,2013).
2.3.4 Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas adalah pentalaksanaan asuhan yang
diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai kembalinya
tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum
hamil. (Saleha, 2013).
Paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai
status ibu dan BBL dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-
masalah yang terjadi dalam masa nifas.
2.3.4.1 Tujuan Asuhan masa nifas
Tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas sebagai berikut:
A. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
B. Mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayinya
C. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi
sehari-hari.
D. Memberikan pelayanan KB (Saleha, 2013).
1) Kunjungan I
6.8 jam setelah persalinan bertujuan untuk :
a.Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b.Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
c.Memberikan Vitamin A pada Ibu Nifas
Dosis pemberian vitamin A pada ibu nifas sekitar 100.000-
200.000 SI. Untuk pemberian vitamin A dosis tinggi ini pada
ibu nifas dianjurkan sebanyak 2 kali. Yaitu 1 kapsul diberikan
setelah melahirkan, kemudian 1 kapsul lagi setelah 24 jam
setelah pemberian kapsul pertama.
d.Pemberian ASI awal.
e.Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f.Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
2) Kunjungan II
7 Hari setelah persalinan bertujuan untuk :
a.Memastikan involusi uterus berjalan normal. Uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
b.Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
c.Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat.
d.Memastikan ibu menyusui dangan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e.Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-
hari.
3) Kunjungan III
2 minggu setelah persalinan bertujuan untuk: Sama seperti
kunjungan kedua.
4) Kunjungan IV
6 minggu setelah persalinan bertujuan untuk :
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau
bayi alami.
b.Memberikan konseling untuk KB secara dini (Saiffuddin,
2010).
2.3.5 Perubahan Fisiologis masa nifas

2.3.5.1 Perubahan Tanda-tanda Vital


Perubahan tanda-tanda vital adalah suatu proses pengukuran tanda-tanda
fungsi vital tubuh yang dilakukan oleh tenaga medis untuk mendeteksi adanya
perubahan sistem tubuh. Pada masa nifas perubahan yang sering tejadiadalah
sebagai berikut:
A. Suhu tubuh
Setelah persalinan, dalam 24 jam pertama ibu akan mengalami sedikit
peningkatan suhu tubuh (380C) sebagai respon tubuh terhadap proses
persalinan, terutama dehidrasi akibat pengeluaran darah dan cairan saat
persalinan. Peningkatan suhu ini umumnya terjadi hanya sesaat. Jika
peningkatan suhu tubuh menetap mungkin menandakan infeksi.
B. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit. Pada saat
proses persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan. Denyut
nadi yang melebihi 100 x/menit, harus waspada kemungkinan infeksi
atau perdarahan postpartum.
C. Tekanan darah
Tekanan darah normal untuk sistole berkisar 110-140 mmHg dan
diastole 60-80 mmHg. Setelah persalinan, tekanan darah dapat sedikit
lebih rendah dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya
perdarahan pada proses persalinan. Bila tekanan darah mengalami
peningkatan lebih dari 30 mmHg pada sistole atau lebih dari 15 mmHg
pada diastole perlu dicurigai timbulnya hipertensi atau preeklampsia
postpartum.
D. Pernapasan
Pada ibu post partum pada umumnya pernafasan menjadi lambat atau
kembali normal seperti saat sebelum hamil pada bulan keenam setelah
persalinan. Hal ini karcena ibu dalam kondisi pemulihan atau dalam
kondisi istirahat. Bila nadi, suhu tidak normal, pernapasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran
pernapasan. Bila pada masa nifas pernafasan menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok. (Purwanti, 2012)
2.3.5.2 Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah
melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan
beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi
sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh darah kembali
keukuran semula.
2.3.5.3 Sistem haematologi
Hari pertama nifas kadar fibrinogen dan plasenta sedikit menurun,
tetapi darah lebih kental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan pembekuan darah haematokrit dan haemoglobin padahari ke
3-7 setelah persalinan. Masa nifas bukan masa penghancuran sel darah
merah tetapi tambahan-tambahan akan menghilang secara perlahan sesuai
dengan waktu hidup sel darah merah.
Pada keadaan tidak ada komplikasi, keadaan haemtokrit dan
haemoglobin akan kembali pada keadaan tidak ada komplikasi, keadaaan
haematokrit dan haemoglobin akan kembali pada keadaan normal seperti
sebelum hamil dalam 4-5 minggu postpartum.
2.3.5.4 Leukositis
Meningkat, dapat mencapai 15000/mm3 selama persalinan dan tetap
tinggi dalam beberapa hari postpartum. Jumlah sel darah putih normal rata-
rata pada wanita hamil kira-kira 12000/mm 3. Selama 10-12 hari setelah
persalinan umumnya bernilai antara 20000-25000/mm3,neurotropil
berjumlah lebih banyak dari sel darah putih, dengan konsekuensi akan
berubah. Sel darah putih, bersama dengan peningkatan normal kadar
sedimen eritrosit, mungkin sulit diintreprestasikan jika terjadi infeksi akut
pada waktu ini.
2.3.5.5 Pembekuan pada darah
Yakni suatu aktivitas faktor pembekuan darah terjadi setelah
persalinan. Aktivitas ini, bersamaan dengan tidak adanya pergerakkan
trauma atau sepsis, yang mendorong terjadinya tromboemboli. Keadaan
produksi tertinggi dari pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluarn dari
tempat plasenta.
Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-tanda
trombosis (nyeri, hangat dan lemas, vena bengkak, kemerahan yang
dirasakan keras atau padat ketika dientuh).
2.3.5.6 Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan
terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
pesalianan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu
12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon
estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan
kembali normal dalam tempo 6 minggu.
2.3.5.7 Sistem Gastrointestinal
Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progestron menurun setelah melahirkan, namun
asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari,
gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum
melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat
menghalangi keinginan kebelakang.
2.3.5.8 Sistem Endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam postpartum.
Progesteron turun pada hari ke 3 postpartum. Kadar prolaktin dalam darah
berangsu-angsur hilang.
2.3.5.9 Sistem Muskuloskletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam postpartum. Ambulasi dini
sagat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses
involusi.
2.3.5.10 Sistem Integumen
Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan
berkurangnya hyperpigmentasi kulit, perubahan pembuluh darah yang
tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat
estrogen menurun.(Walyani, purwastuti 2015)
2.3.5.11 Perubahan sistem reproduksi
Selama masa nifas, alat-alat internal maupun berangsur-angsur kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi.
Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan-perubahan yang
terjadi antara lain sebagai berikut.

A. Uterus
Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa sebelum hamil
sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus setelah kelahiran kurang lebih
1 kg sebagai akibat involusi. Satu minggu setelah melahirkan, beratnya menjadi
kurang lebih 500 gram, pada akhir minggu kedua setelah persalinan menjadi
kurang lebih 300 gram, setelah itu menjadi 100 gram atau kurang. Otot-otot
uterus segera berkontraksi setelah postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang
berada di antara anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Setiap kali bila
ditimbulkan. Fundus uteri berada di atas umbilikus, maka hal-hal yang perlu
dipertimbangkan adalah pengisian uterus oleh darah atau pembekuan darah saat
awal jam postpartum atau pergeseran letak uterus karena kandung kemih yang
penuh setiap saat setelah kelahiran.
Tabel 2.6
Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi
Involusi TFU Berat
Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1.000 gr
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gr
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr
Sumber (Mochtar, 2013)

B. Lochea
Adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
1) Lochea rubra (cruenta ): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum. Selama 2 hari
pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari
ke 3-7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-
14 pasca persalinan.
4) Lochea alba : Berupa cairan putih kekuningan pengeluarannya setelah hari
ke-14 (Prawirohardjo, 2016).
C. Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis, degenarisasi, dan
nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium
2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan
selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan
jaringan perut pada bekas implantasi plasenta.
D. Serviks
Segera setelah berakhirnya kala, serviks menjadi sangat lembek, kendur, dan
terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama di bagian anterior.
Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi,
lubang serviks lambat laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan diri
retak karena robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar akan
membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu
postpartum.
E. Vagina
Vagina atau lubang vagina pada permulaan puerperium merupakan suatu
saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur-angsur luasnya
berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae
timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan
yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi karunkulae
mitiformis yang khas bagi wanita multipara.
F. Luka-luka
Luka-luka pada jalan lahir bila tidak di sertai infeksi akan sembuh dalam 6-7
hari.
G. Rasa sakit
Rasa sakit yang disebut after pains disebabkan kontraksi rahim, biasanya
berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.
2.3.6 Perubahan Psikologis

Proses perubahan psikologis masa nifas merupakan waktu di mana ibu


mengalami stress (psikologis) pascasalin, terutama pada ibu primipara.
Faktor-faktor yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas
adalah sebagai berikut.
1) Fungsi yang memengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi
menjadi orang tua.
2) Respon atau dukungan dari keluarga dan teman dekat.
3) Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.
4) Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan.
Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut
ini.
2.3.6.1 Taking in period
Terjadi pada 1 – 2 hari setelah persalinan, pada tahap ini ibu masih pasif
dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap
tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan
yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
2.3.6.2 Taking hold period
Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada
kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap
perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi lebih sensitif, sehingga
membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan
yang dialami ibu.
2.3.6.3 Letting go period
Dialami setelah ibu dan bayi tiba dirumah. Ibu mulai secara penuh
menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau
merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya (Saleha, 2013).
2.3.7 Kebutuhan Dasar Masa Nifas
2.3.7.1 Nutrisi dan Cairan

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena
dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi
tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut.
A. Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
B. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan
vitamin yang cukup.
C. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
D. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40
hari pascapersalinan.
E. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI (Saleha, 2013).
Vitamin A adalah salah satu vitamin penting tinggi kadarnya dalam
kolostrum dan menurun pada ASI biasa. ASI adalah sumber vitamin A yang
baik dengan konsentrasi sekitar 200 IU/dl. Vitamin yang larut dalam lemak
lainnya adalah vitamin D, E dan K. Konsentrasi vitamin D dan K sedikit dalam
ASI. Untuk negara tropis yang terdapat cukup sinar matahari, vitamin D tidak
jadi masalah. Vitamin K akan terbentuk oleh bakteri didalam usus bayi beberapa
waktu kemudian (Sulistyawati, 2009)
2.3.7.2 Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin
bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan
membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum telentang di tempat tidurnya
selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan
bangun dan tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.
2.3.7.3 Eliminasi
A. Buang Air Kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam
jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum
memenuhi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata
kandung kemih penuh penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine)
pada ibu postpartum.
1) Berkurangnya tekanan intra abdominal
2) Otot-otot perut masih lemah
3) Edema dan urethra
4) Dinding kandung kemih kurang sensitive.
B. Buang Air Besar
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah
hari ke dua postpartum, Jika hari ke tiga belum juga BAB, maka perlu diberi
obat pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar
masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah) (Saleha, 2013).
2.3.7.4 Personal Hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk
tetap dijaga.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu
postpartum adalah sebagai berikut.
A. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
B. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar
vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian memberikan daerah
sekitar anus. Nasihati ibu untuk memberikan vulva setiap kali selesai buang
air kecil atau besar.
C. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua
kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
D. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
E. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah tersebut. (Saleha, 2013).
2.3.7.5 Istirahat dan tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan
tidur adalah sebagai berikut:
A. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
B. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
C. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
2) Memperlambat proses involusi dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
2.3.7.6 Latihan dan senam nifas
Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita.
Sebagai akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai
adanya straie gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat
terganggu. Oleh karena itu, mereka selalu berusaha untuk memulihkan dan
mengencangkan keadaan dinding perut yang sudah tidak lagi indah. Cara untuk
mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing seperti semula adalah
dengan melakukan latihan dan senam nifas. Untuk itu beri penjelasan ibu
tentang beberapa hal berikut ini.
A. Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul
Agar kembali normal, karena hal ini akan membuat ibu merasa lebih kuat
dan ini juga menjadikan otot perutnya menjadi kuat, sehingga mengurangi
rasa sakit pada punggung.
B. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu.
C. Dengan tidur telentang dan lengan disamping, tarik otot perut selagi
menarik nafas, tahan napas dalam, angkat dagu ke dada, tahan mulai
hitungan 1 sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.
D. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul lakukanlah
latihan keagel.
E. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot bokong dan
pinggul, tahan sampai 5 hitungan. Relaksasi otot dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
F. Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu
naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah
persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali (Saleha,
2013).
2.3.7.7 Aktivitas seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus
memenuhi syarat berikut ini :
A. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami
istri kapan saja ibu siap.
B. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
(Saleha, 2013).
2.3.7.8 Keluarga Berencana
Biasanya wanita tidak menghasilkan sel telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karna itu, metode amenorea
laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya
kehamilan baru. Resiko cara ini ialah 2% kehamilan. Meskipun beberapa
metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi lebih aman,
terutama apabila ibu sudah haid lagi. (Saifudin, 2010)
A. Macam-macam Alat Kontrasepsi Untuk Ibu Menyusui

1) MAL
MAL adalah kontasepsi mengandakan pemberian ASI secara
ekslusif. MAL dapat dipakai sebagai alat kontasepsi bila: menyusui
secra penuh, lebih efektif jnika pemberian pada saat ibu belum haid
sebanyak 8x sehari dan usia bayi kurang dari 6 bulan. Efektif sampai
6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontasepsi
lainnya (Prawirohardjo, 2016).
2) Kontrasepsi suntik
Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA) atau depo provera,
diberikan sekali pada setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. disuntikan
secara intramuscular di daerah bokong. Kb ini cocok untuk program
post partum oleh karena itu tidak menganggu laktasi (Proverawati,
2010).
3) Kontrasepsi pil
Mini pil hanya mengandung progestin saja (contoh: nerotindron,
norgestrel, atau linestrenol) dala dosis rendah. Oleh karena itu, mini
pil cocok untuk ibu menyusui karena tidak mengandung derivate
estrogen sehingga tidak mempengaruhi produksi ASI (Proverawati,
dkk, 2010)

4) Implan
Alat kontasepsi jangka panjang ini berbentuk seperti serpihan
kayu yang di pasang dibawah kulit, diatas lengan atas wanita dan
masing-masing yang mengandung progestin lenovogestrel tidak
mempengaruhi produksi ASI dan cocok untuk ibu menyusui
(Prawrirohardjo, 2016).

5) IUD
Intra Uterin Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) adalah alat kontasepsi yang berdaya guna dari 2 hingga 5
tahun. Setelah itu, alat ini dapat diganti jika ingin menjauhkan jarak
kelahiran anak. Spiral ini juga merupakan alat kontasepsi yang sesuai
jika ibu dalam keadaan sedang menyusui (Prawirohardjo, 2016).

2.3.8 Fisiologi Laktasi


2.3.8.1 Definisi
Yang dimaksud dengan Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI,
dimana calon ibu harus sudah siap baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi
baik maka bayi: cukup sehat untuk menyusu. Produksi ASI disesuaikan dengan
kebutuhan bayi, Volume ASI : 500-800 ml/hari. (3000ml/hr) Refleks penting
pada proses laktasi: Refleks prolactin, Refleks aliran, Refleks penting pada
proses laktasi.
Dalam pembetukan air susu ada dua reflex yang membantu dalam
pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu reflex prolactin dan reflex let down
:

A. Refleks Prolaktin: setelah persalinan kadar estrogen dan progesterone


menurun, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang
puting susu dan kalang payudara, akan merangsang ujung-ujung saraf
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini akan
dilanjutkan ke hypothalamus yang akan menekan pengeluaran faktor-
faktor penghambat sekresi prolactin dan sebaliknya. Faktor-faktor yang
memacu sekresi prolactin akan merangsang adenohipofise sehingga keluar
prolactin. Hormone ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu.
B. Refleks Let down: dengan dibentuknya hormone prolactin, rangsangan
yang berasal dari isapan bayi akan dilanjutkan ke neurohipofise yang
kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormone ini akan
menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga
terjadi involusi dari organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli
akan mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi sel akan memeras air
susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke system ductulus
yang untuk selanjutnya akan mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke
mulut bayi (Rukiah, 2014).
2.3.8.2 ASI Ekslusif
Pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan
tidak diberi makanan lain, walaupun air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.
A. Pengelompokan ASI
1) ASI stadium I
Pada ASI stadium I terdapat kolostrum yakni cairan pertama yang
dieksresi oleh kelenjar payudara dari hari ke1 – ke 4 setelah persalinan,
kolostrum berwarna kuning keemasan mengandung tingginya komposisi
lemak dan sel-sel hidup, kolostrum sebagai pencahar sehingga meconium
cepat terkuras dan bayi siap menerimaASI, kandungan antibody tinggi,
kandungan Ha lebih rendah di banding ASI matur, mineral lebih tinggi dari
ASI matur.
2) ASI stadium II
Pada stadium II merupakan ASI peralihan yang diproduksi pada hari
ke-4 sampai hari ke-10, komposisi protein lebih rendah, sedangkan lemak dan
Ha tinggi.
3) ASI stadium III
Pada ASI stadium III sudah matur pada hari ke 10 dan seterusnya,
nutrisi berubah sesuai kebutuhan bayi sampai 6 bulan, setelah 6 bulan bayi
dikenalkan dengan makanan lain (Rukiah, 2014).
2.3.8.3 Manfaat ASI
Pemberian air susu ibu (ASI) pada bayi baru lahir segera sampai berumur
sedikitnya dua tahun akan memberikan manfaat baik untuk bayi, ibu, maupun
masyarakat pada umumnya, dibawah ini akan dijelaskan beberapa manfaat
pemberian ASI.
A. Manfaat bagi bayi
Kandungan gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan
perkembangan kecerdasannya, pertumbuhan sel otak secara optimal
terutama kandungan protein khusus yaitu taurin selain mengandung
laktosa dan asam lemak ikatan panjang lebih banyak susu sapi kaleng
mudah dicerna. Protein ASI adalah spesific species sehingga jarang
menyebabkan alergi untuk manusia, membantu pertumbuhan gigi,
mengandung zat anti bodi, mencegah infeksi merangsang pertumbuhan
sistem kekebalan tubuh. Mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi
ini akan menjadi dasar si kecil percaya kepada orang lain lalu diri
sendiri , dan akhirnya berpotensi untuk mengasihi orang lain, bayi
tumbuh optimal dan sehat tidak kegemukan atau terlalu kurus.
B. Manfaat bagi ibu
Manfaat untuk ibu yaitu mudah murah, praktis, tidak merepotkan dan
selalu tersedia kapan saja,mempercepat involusi atau memulihkan dari
proses persalinan dan dapat mengurangi perdarahan karena otot-otot di
rahim mengerut otomatis pembuluh darah yang terbuka itu akan terjepit
sehinggga perdarahan akan segera berhenti, meningkatkan rasa kasih
sayang dan membuat rasa lebih nyaman, mengurangi penyakit kanker.
(Rukiyah, 2014).
2.3.8.4 Cara Menyusui yang Benar
A. Posisi Ibu dan bayi yang benar
1) Berbaring miring
Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI pertama kali atau bila ibu
merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui
yang melahirkan melalui operasi sesar. Yang harus diwaspadai dari teknik
ini adalah pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara
ibu. Oleh karena itu, harus didampingi oleh orang lain ketika menyusui.
2) Duduk
Untuk posisi menyusui dengan duduk, ibu dapat memilih beberapa posisi
tangan dan bayi yang paling nyaman. Yaitu dengan posisi tangan
memegang bola, posisi tangan memegang double bola, posisi tangan
menyilang.
2.3.8.5 Puting susu lecet
Pada keadaan ini, seorang ibu sering menghentikan proses menyusui karena
putingnya sakit. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan oleh ibu adalah mengecek
bagaimana perlekatan ibu dan bayi, serta mengecek apakah terdapat infeksi
candida (dimulut bayi). Jika gejala berikut ditemui maka berikan nistatin.
Biasanya kulit akan merah, berkilat, kadang gatal, terasa sakit yang menetap dan
kulit kering bersisik (flaky).
Saat puting susu dalam keadaan lecet dan kadang retak-retak atau luka, ibu
dapat melakukan beberapa cara, antara lain :
A. Terus memberikan ASI pada bagian luka yang tidak begitu sakit
B. Mengoles puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali
memberikan obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain.
C. Mengistirahatkan puting susu yang sakit untuk sementara waktu, kurang
lebih 1x24 jam dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24
jam.
D. Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan
tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena akan nyeri.
Kemudian berikan ASI kepada bayi dengan menggunakan sendok atau pipet.
E. Cuci payudara sekali saja dalam sehari dan tidak dibenarkan menggunakan
sabun (Sulistyawati, 2009).
2.3.9 Tanda Bahaya Nifas
2.3.9.1. Perdarahan hebat atau peningkatan darah secara tiba-tiba (melebihi
haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2
pembalut saniter dalam waktu setengah jam).
2.3.9.2. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.
2.3.9.3. Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung
2.3.9.4. Sakit kepala terus menerus, nyeri epigastrik atau masalah penglihatan.
2.3.9.5. Pembengkakan pada wajah dan tangan
2.3.9.6. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni atau merasa tidak
enak badan.
2.3.9.7. Payudara yang merah, panas atau sakit
2.3.9.8. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan.
2.3.9.9. Rasa sakit, warna merah dan pembengkakan pada kaki.
2.3.9.10. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi.
2.3.9.11. Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah. (Rukiyah, 2014)

PEMBAHASAN
Pada kasus Ny. N tidak ditemui tanda-tanda bahaya dan keluhan yang
mengganggu kondisi ibu dan bayinya. Perencanaan dan pengawasan involusi
uterus dan pengeluaran lochea dimulai pada 6 jam postpartum hingga 40 hari
postpartum.
Pada masa nifas ini penulis memberikan asuhan selama masa nifas sesuai
kebutuhan ibu, selama pengawasan masa nifas sejak 11 jam postpartum keadaan
TTV TD 120/70 mmHg,N:81x/menit,R:22x/menit ,S:36.80C involusi uterus baik,
tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik,ASI sudah keluar,luka
perineum masih basah tetapi tidak ada tanda-tanda infeksi,lochea rubra.Sesuai
dengan teori Perubahan tanda-tanda vital adalah suatu proses pengukuran tanda-
tanda fungsi vital tubuh yang dilakukan oleh tenaga medis untuk mendeteksi
adanya perubahan sistem tubuh, tetapi penulis tidak melakukan pengecekan
kandung kemih yang berfungsi untuk mencegah terjadinya atonia uteri. Pada
masa nifas perubahan yang sering tejadi adalah sebagai berikut:
1) Suhu tubuh
Setelah persalinan, dalam 24 jam pertama ibu akan mengalami sedikit
peningkatan suhu tubuh (380C) sebagai respon tubuh terhadap proses persalinan,
terutama dehidrasi akibat pengeluaran darah dan cairan saat persalinan.
Peningkatan suhu ini umumnya terjadi hanya sesaat. Jika peningkatan suhu tubuh
menetap mungkin menandakan infeksi.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit. Pada saat proses
persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan. Denyut nadi yang melebihi
100 x/menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.
3) Tekanan darah
Tekanan darah normal untuk sistole berkisar 110-140 mmHg dan diastole
60-80 mmHg. Setelah persalinan, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah
dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses
persalinan. Bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg pada
sistole atau lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai timbulnya
hipertensi atau preeklampsia postpartum.

4) Pernapasan
Pada ibu post partum pada umumnya pernafasan menjadi lambat atau
kembali normal seperti saat sebelum hamil pada bulan keenam setelah persalinan.
Hal ini karcena ibu dalam kondisi pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila
nadi, suhu tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran pernapasan. Bila pada masa nifas pernafasan
menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok. (Purwanti, 2012).Dapat
disimpulkan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.
5) Uterus

Menurut Mochtar (2013) Tinggi Fundus Uteri Saat Bayi lahir Setinggi pusat,

Saat Uri lahir 2 jari bawah pusat, saat 1 minggu Pertengahan pusat
simfisis, setelah 2 minggu Tidak teraba di atas simfisis dan setelah 6
minggu Bertambah kecil hingga akhirnya setelah 8 minggu Sebesar normal.
Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek

6) Lochea
Adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
5) Lochea rubra (cruenta ): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum. Selama 2 hari
pasca persalinan.
6) Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari
ke 3-7 pasca persalinan.
7) Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-
14 pasca persalinan.
8) Lochea alba : Berupa cairan putih kekuningan pengeluarannya setelah hari
ke-14 (Prawirohardjo, 2016).
Dapat disimppulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. (2013). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, S.(2016). Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Proverawati,Atikah dkk. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta: Numed

Purwanti, Eny. 2012. Asuhan Kebidanan Untuk Ibu Nifas. Yogyakarta : Ilmu Cakrawala

Purwastuti, E dan Walyani E.S.2015.PANDUAN MATERI KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA


BERENCANA. Yogyakarta: PT. PUSTAKA BARU.

Rukiyah, A. Y. (2014). Asuhan Kebidanan III: Nifas. TIM.

Saifudin. 2010. Buku acuan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Yogyakarta: yayasan bina
pustaka sarwono prawirohardjo

Saleha, S. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi Offset

Widyasih H, dkk. 2012.Perawatan masa nifas. Yogyakarta: Fitramaya;

Yanti, Damai & Dian Sundawati. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Belajar Menjadi Bidan
Profesional. Bandung: PT Refika Aditama
PENDOKUMENTASIAN

Anda mungkin juga menyukai