S
DI KLINIK DAN RB NASYITHOH KECAMATAN TAMBUN SELATAN
KABUPATEN BEKASI
Oleh :
SHINTA KURNIAWATY.S
NIM : 191560412026
NIM :191560412026
A. PENGKAJIAN DATA
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama :Ny. S
Umur :25 th
Agama :Islam
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :IRT
Umur :32 th
Agama :Islam
Pendidikan : SMA
6. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Bau :Normal
Konsistensi :cair
8 Perdarahan : Kala I: 50 ml
) Kala II:100 ml
Kala III: 50 ml
Kala IV: 200 ml
9 Tindakan lain infus cairan tidak ada
) Transfusi golongan tidak
10) Bayi ada
a) Lahir : Jam 20.30 WIB
b) BB : 3300 gram
c) PB : 47 cm
d) Nilai APGAR : 10
e) Cacat bawaan : Tidak ada
f) Masa Gestasi : 38 mgg
g) Komplikasi : Kala I Tidak ada
Kala II Tidak ada
Makan : 3x sehari,Nasi,sayur,lauk
Minum : 8x sehari, Air putih
Keluhan: Tidak ada
b.Pola Eliminasi
BAK : 7x sehari
BAB : 1x sehari
Keluhan : tidak ada
d.Pola Istirahat
e.Personal Hygiene
Mandi : 2x sehari
Ganti baju : 2x sehari
f. Pola Seksual
2-3x seminggu
8. Psikososial Spiritual
a.Tanggapan dan dukungan keluarga terhadap kehamilannya
c.Ketaatan beribadah
Ibu mengatakan tinggal hanya dengan suami dan tidak memiliki hewan
peliharaan
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital :TD : 120/70 mmHg
Nadi : 81 x/m
Respirasi : 22 x/m
Suhu : 36.8oC
d. BB : Sebelum 45 Kg Sekarang 54 Kg
2. Pemeriksaan Fisik/Status Present
a. Kepala : rambut warna hitam dan tidak rontok,kulit kepala bersih,
b. Muka : Bersih, tidak pucat, tidak oedem
c. Mata : Konjungtiva : Tidak pucat
Sklera : Tidak kuning
d. Hidung : Simetris,bersih,tidak ada pembesaran
e. Telinga : Tidak ada penumpukan
f. Mulut : bibir tidak pecah-pecah,stomatitis/tdk, ada caries
dentis
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada pembesaran limfe
Tidak ada pembesaran vena jugularis/tdk
B. INTERPRETASI DATA
-Kunjungan ulang
Tidak ada
C. PLAN
8. Beritahu ibu jadwal kunjungan ulang 7 hari lagi atau pada tanggal 05-03-2021
D. PELAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa ibu dan bayi
dalam keadaan baik. TD 120/70 mmHg, nadi 81 x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu
36,80C,TFU:2 jari dibawah pusat,kontraksi baik
2. Mengajarkan ibu untuk belajar miring kiri atau kanan kemudian perlahan-lahan
belajar untuk duduk,setelah itu jika ibu tidak merasakan pusing ibu dianjurkan
belajar berjalan dan BAK ke kamar mandi agar luka jahitan cepat pulih dan
kontraksi tetap bagus.
3. Mengajarkan ibu untuk makan makanan bergizi seimbang seperti nasi,sayur-
sayuran yang berwarna hijau karena baik untuk pengeluaran ASI.Buah-
buahan,lauk-pauk seperti ikan,telur,tahu,tempe agar jahitan cepat pulih
4. Mengajarkan ibu untuk istirahat yang cukup agar ibu tidak pusing dan lemas serta
produksi ASI tidak terganggu
5. Mengajarkan ibu untuk membersihkan kemaluannya dengan air mengalir dan air
biasa(jangan gunakan air hangat karena dapat memicu pemuaian pada jahitannya)
dari depan ke belakang dan ganti pembalut minimal 3x sehari
6. Memberikan Penkes tentang tanda bahaya pada ibu nifas seperti pusing yang
berlebihan, perdarahan >500 cc, badan ibu demam lebih dari 38°c, lochea berbau
busuk, payudara bengkak dan puting susu ibu lecet, pandangan mata kabur. Jika
ibu merasakan keluhan tanda-tanda bahaya tersebut ibu hasus segera datang ke
tenaga kesehatan.
7. Memberikan therapi kepada ibu untuk mengurangi rasa nyeri yang ibu keluhkan
saat ini.Antibiotik 3x500 gr dan analgetik 3x 500 gr serta zat besi 1x250 mg
sehabis makan
8. Memberitahukan kepada ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi atau pada
tanggal 05-03-2021 atau apabila ada keluhan.
E. EVALUASI
1. Ibu dan keluarga telah mengetahui hasil pemeriksaan saat ini.
2. Ibu mengerti dan bersedia melakukan mobilisasi
3. Ibu mengerti dan bersedia untuk makan-makanan yang bergizi seimbang
4. Ibu mengerti dan bersedia untuk istiahat yang cukup
5. Ibu mengerti dan bersedia untuk menjaga personal hygine
6. Ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya nifas dan akan segera datang ke
pelayanan kesehatan terdekat jika terdapat keluhan.
7. Ibu mengerti dan obat telah diminum
8. Ibu bersedia datang kembali untuk melakukan kunjungan ulang.
Mahasiswa
(Shinta Kurniawaty.S.)
(Yanti dan Sundawati, 2011) Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas
untuk:
2.3.2.1 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2.3.2.2 Melaksankan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
2.3.2.3 Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari.
2.3.2.4 Memberikan pelayanan kelurga berencana.
2.3.2.5 Mendapatkan kesehatan emosi.
2.3.3 Periode Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode :
2.3.3.1 Peurperium dini
Yaitu pemulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari.
2.3.3.2 Peurperium intermediat
Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
2.3.3.3 Peurperium lanjut
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kemabli sehat sempurna,
terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan terjadi komplikasi.
Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu-
minggu, bulanan atau tahunan. (Mochtar,2013).
2.3.4 Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas adalah pentalaksanaan asuhan yang
diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai kembalinya
tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum
hamil. (Saleha, 2013).
Paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai
status ibu dan BBL dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-
masalah yang terjadi dalam masa nifas.
2.3.4.1 Tujuan Asuhan masa nifas
Tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas sebagai berikut:
A. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
B. Mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayinya
C. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi
sehari-hari.
D. Memberikan pelayanan KB (Saleha, 2013).
1) Kunjungan I
6.8 jam setelah persalinan bertujuan untuk :
a.Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b.Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
c.Memberikan Vitamin A pada Ibu Nifas
Dosis pemberian vitamin A pada ibu nifas sekitar 100.000-
200.000 SI. Untuk pemberian vitamin A dosis tinggi ini pada
ibu nifas dianjurkan sebanyak 2 kali. Yaitu 1 kapsul diberikan
setelah melahirkan, kemudian 1 kapsul lagi setelah 24 jam
setelah pemberian kapsul pertama.
d.Pemberian ASI awal.
e.Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f.Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
2) Kunjungan II
7 Hari setelah persalinan bertujuan untuk :
a.Memastikan involusi uterus berjalan normal. Uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
b.Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
c.Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat.
d.Memastikan ibu menyusui dangan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e.Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-
hari.
3) Kunjungan III
2 minggu setelah persalinan bertujuan untuk: Sama seperti
kunjungan kedua.
4) Kunjungan IV
6 minggu setelah persalinan bertujuan untuk :
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau
bayi alami.
b.Memberikan konseling untuk KB secara dini (Saiffuddin,
2010).
2.3.5 Perubahan Fisiologis masa nifas
A. Uterus
Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa sebelum hamil
sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus setelah kelahiran kurang lebih
1 kg sebagai akibat involusi. Satu minggu setelah melahirkan, beratnya menjadi
kurang lebih 500 gram, pada akhir minggu kedua setelah persalinan menjadi
kurang lebih 300 gram, setelah itu menjadi 100 gram atau kurang. Otot-otot
uterus segera berkontraksi setelah postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang
berada di antara anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Setiap kali bila
ditimbulkan. Fundus uteri berada di atas umbilikus, maka hal-hal yang perlu
dipertimbangkan adalah pengisian uterus oleh darah atau pembekuan darah saat
awal jam postpartum atau pergeseran letak uterus karena kandung kemih yang
penuh setiap saat setelah kelahiran.
Tabel 2.6
Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi
Involusi TFU Berat
Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1.000 gr
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gr
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr
Sumber (Mochtar, 2013)
B. Lochea
Adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
1) Lochea rubra (cruenta ): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum. Selama 2 hari
pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari
ke 3-7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-
14 pasca persalinan.
4) Lochea alba : Berupa cairan putih kekuningan pengeluarannya setelah hari
ke-14 (Prawirohardjo, 2016).
C. Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis, degenarisasi, dan
nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium
2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan
selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan
jaringan perut pada bekas implantasi plasenta.
D. Serviks
Segera setelah berakhirnya kala, serviks menjadi sangat lembek, kendur, dan
terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama di bagian anterior.
Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi,
lubang serviks lambat laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan diri
retak karena robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar akan
membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu
postpartum.
E. Vagina
Vagina atau lubang vagina pada permulaan puerperium merupakan suatu
saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur-angsur luasnya
berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae
timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan
yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi karunkulae
mitiformis yang khas bagi wanita multipara.
F. Luka-luka
Luka-luka pada jalan lahir bila tidak di sertai infeksi akan sembuh dalam 6-7
hari.
G. Rasa sakit
Rasa sakit yang disebut after pains disebabkan kontraksi rahim, biasanya
berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.
2.3.6 Perubahan Psikologis
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena
dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi
tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut.
A. Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
B. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan
vitamin yang cukup.
C. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
D. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40
hari pascapersalinan.
E. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI (Saleha, 2013).
Vitamin A adalah salah satu vitamin penting tinggi kadarnya dalam
kolostrum dan menurun pada ASI biasa. ASI adalah sumber vitamin A yang
baik dengan konsentrasi sekitar 200 IU/dl. Vitamin yang larut dalam lemak
lainnya adalah vitamin D, E dan K. Konsentrasi vitamin D dan K sedikit dalam
ASI. Untuk negara tropis yang terdapat cukup sinar matahari, vitamin D tidak
jadi masalah. Vitamin K akan terbentuk oleh bakteri didalam usus bayi beberapa
waktu kemudian (Sulistyawati, 2009)
2.3.7.2 Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin
bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan
membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum telentang di tempat tidurnya
selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan
bangun dan tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.
2.3.7.3 Eliminasi
A. Buang Air Kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam
jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum
memenuhi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata
kandung kemih penuh penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine)
pada ibu postpartum.
1) Berkurangnya tekanan intra abdominal
2) Otot-otot perut masih lemah
3) Edema dan urethra
4) Dinding kandung kemih kurang sensitive.
B. Buang Air Besar
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah
hari ke dua postpartum, Jika hari ke tiga belum juga BAB, maka perlu diberi
obat pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar
masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah) (Saleha, 2013).
2.3.7.4 Personal Hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk
tetap dijaga.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu
postpartum adalah sebagai berikut.
A. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
B. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar
vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian memberikan daerah
sekitar anus. Nasihati ibu untuk memberikan vulva setiap kali selesai buang
air kecil atau besar.
C. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua
kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
D. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
E. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah tersebut. (Saleha, 2013).
2.3.7.5 Istirahat dan tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan
tidur adalah sebagai berikut:
A. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
B. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
C. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
2) Memperlambat proses involusi dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
2.3.7.6 Latihan dan senam nifas
Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita.
Sebagai akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai
adanya straie gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat
terganggu. Oleh karena itu, mereka selalu berusaha untuk memulihkan dan
mengencangkan keadaan dinding perut yang sudah tidak lagi indah. Cara untuk
mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing seperti semula adalah
dengan melakukan latihan dan senam nifas. Untuk itu beri penjelasan ibu
tentang beberapa hal berikut ini.
A. Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul
Agar kembali normal, karena hal ini akan membuat ibu merasa lebih kuat
dan ini juga menjadikan otot perutnya menjadi kuat, sehingga mengurangi
rasa sakit pada punggung.
B. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu.
C. Dengan tidur telentang dan lengan disamping, tarik otot perut selagi
menarik nafas, tahan napas dalam, angkat dagu ke dada, tahan mulai
hitungan 1 sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.
D. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul lakukanlah
latihan keagel.
E. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot bokong dan
pinggul, tahan sampai 5 hitungan. Relaksasi otot dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
F. Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu
naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah
persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali (Saleha,
2013).
2.3.7.7 Aktivitas seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus
memenuhi syarat berikut ini :
A. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami
istri kapan saja ibu siap.
B. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
(Saleha, 2013).
2.3.7.8 Keluarga Berencana
Biasanya wanita tidak menghasilkan sel telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karna itu, metode amenorea
laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya
kehamilan baru. Resiko cara ini ialah 2% kehamilan. Meskipun beberapa
metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi lebih aman,
terutama apabila ibu sudah haid lagi. (Saifudin, 2010)
A. Macam-macam Alat Kontrasepsi Untuk Ibu Menyusui
1) MAL
MAL adalah kontasepsi mengandakan pemberian ASI secara
ekslusif. MAL dapat dipakai sebagai alat kontasepsi bila: menyusui
secra penuh, lebih efektif jnika pemberian pada saat ibu belum haid
sebanyak 8x sehari dan usia bayi kurang dari 6 bulan. Efektif sampai
6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontasepsi
lainnya (Prawirohardjo, 2016).
2) Kontrasepsi suntik
Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA) atau depo provera,
diberikan sekali pada setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. disuntikan
secara intramuscular di daerah bokong. Kb ini cocok untuk program
post partum oleh karena itu tidak menganggu laktasi (Proverawati,
2010).
3) Kontrasepsi pil
Mini pil hanya mengandung progestin saja (contoh: nerotindron,
norgestrel, atau linestrenol) dala dosis rendah. Oleh karena itu, mini
pil cocok untuk ibu menyusui karena tidak mengandung derivate
estrogen sehingga tidak mempengaruhi produksi ASI (Proverawati,
dkk, 2010)
4) Implan
Alat kontasepsi jangka panjang ini berbentuk seperti serpihan
kayu yang di pasang dibawah kulit, diatas lengan atas wanita dan
masing-masing yang mengandung progestin lenovogestrel tidak
mempengaruhi produksi ASI dan cocok untuk ibu menyusui
(Prawrirohardjo, 2016).
5) IUD
Intra Uterin Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) adalah alat kontasepsi yang berdaya guna dari 2 hingga 5
tahun. Setelah itu, alat ini dapat diganti jika ingin menjauhkan jarak
kelahiran anak. Spiral ini juga merupakan alat kontasepsi yang sesuai
jika ibu dalam keadaan sedang menyusui (Prawirohardjo, 2016).
PEMBAHASAN
Pada kasus Ny. N tidak ditemui tanda-tanda bahaya dan keluhan yang
mengganggu kondisi ibu dan bayinya. Perencanaan dan pengawasan involusi
uterus dan pengeluaran lochea dimulai pada 6 jam postpartum hingga 40 hari
postpartum.
Pada masa nifas ini penulis memberikan asuhan selama masa nifas sesuai
kebutuhan ibu, selama pengawasan masa nifas sejak 11 jam postpartum keadaan
TTV TD 120/70 mmHg,N:81x/menit,R:22x/menit ,S:36.80C involusi uterus baik,
tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik,ASI sudah keluar,luka
perineum masih basah tetapi tidak ada tanda-tanda infeksi,lochea rubra.Sesuai
dengan teori Perubahan tanda-tanda vital adalah suatu proses pengukuran tanda-
tanda fungsi vital tubuh yang dilakukan oleh tenaga medis untuk mendeteksi
adanya perubahan sistem tubuh, tetapi penulis tidak melakukan pengecekan
kandung kemih yang berfungsi untuk mencegah terjadinya atonia uteri. Pada
masa nifas perubahan yang sering tejadi adalah sebagai berikut:
1) Suhu tubuh
Setelah persalinan, dalam 24 jam pertama ibu akan mengalami sedikit
peningkatan suhu tubuh (380C) sebagai respon tubuh terhadap proses persalinan,
terutama dehidrasi akibat pengeluaran darah dan cairan saat persalinan.
Peningkatan suhu ini umumnya terjadi hanya sesaat. Jika peningkatan suhu tubuh
menetap mungkin menandakan infeksi.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit. Pada saat proses
persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan. Denyut nadi yang melebihi
100 x/menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.
3) Tekanan darah
Tekanan darah normal untuk sistole berkisar 110-140 mmHg dan diastole
60-80 mmHg. Setelah persalinan, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah
dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses
persalinan. Bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg pada
sistole atau lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai timbulnya
hipertensi atau preeklampsia postpartum.
4) Pernapasan
Pada ibu post partum pada umumnya pernafasan menjadi lambat atau
kembali normal seperti saat sebelum hamil pada bulan keenam setelah persalinan.
Hal ini karcena ibu dalam kondisi pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila
nadi, suhu tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran pernapasan. Bila pada masa nifas pernafasan
menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok. (Purwanti, 2012).Dapat
disimpulkan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.
5) Uterus
Menurut Mochtar (2013) Tinggi Fundus Uteri Saat Bayi lahir Setinggi pusat,
Saat Uri lahir 2 jari bawah pusat, saat 1 minggu Pertengahan pusat
simfisis, setelah 2 minggu Tidak teraba di atas simfisis dan setelah 6
minggu Bertambah kecil hingga akhirnya setelah 8 minggu Sebesar normal.
Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
6) Lochea
Adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
5) Lochea rubra (cruenta ): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum. Selama 2 hari
pasca persalinan.
6) Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari
ke 3-7 pasca persalinan.
7) Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-
14 pasca persalinan.
8) Lochea alba : Berupa cairan putih kekuningan pengeluarannya setelah hari
ke-14 (Prawirohardjo, 2016).
Dapat disimppulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, S.(2016). Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Purwanti, Eny. 2012. Asuhan Kebidanan Untuk Ibu Nifas. Yogyakarta : Ilmu Cakrawala
Saifudin. 2010. Buku acuan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Yogyakarta: yayasan bina
pustaka sarwono prawirohardjo
Saleha, S. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi Offset
Yanti, Damai & Dian Sundawati. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Belajar Menjadi Bidan
Profesional. Bandung: PT Refika Aditama
PENDOKUMENTASIAN