Anda di halaman 1dari 5

RESUME

BAB X PSIKOLOGI FORENSIK

Kelompok 4

Kresensia C.C Subin (2007020053)

Verena Kathariana Semoi Emar (2007020089)

Ivana R.C.Giepenu (1907020225)

Vinsenso Maria Fransiska Tabelak (2007020141)

PROGRAM STUDI SI PSIKOLOGI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2020/2021
HASIL RESUME BAB X PSIKOLOGI FORENSIK

Bab Sepuluh Buku Kode Etik Psikologi Indonesia mencakup pasal 56-61. Isinya
menjelaskan tentang berbagai hal mengenai forensik, yaitu :
 Hukum dan komitment terhadap kode etik
 Kompetensi
 Tanggung jawab dan wewenang hak
 Pernytaan sebagai saksi atau saksi ahli
 Peran majemuk atau professional psikolog dan ilmuwan psikologi
 Pernyataan dengan media terkait dengan psikologi forensik

1 Pasal 56
Hukum dan komitmen terhadap Kode Etik

Pasal ini menjelaskan mengenai pedoman umum terkait hukum dan komitment
terhadap kode etik terkait dengan hal-hal forensik, yaitu:

1) Defenisi Psikologi forensik adalah bidang psikologi yang berkaitan atau di


aplikasikan dalam bidang hukum peradilan pidana.
Tugas Psikologi Forensik:
2) Ilmuwan psikologi forensik melakukan kajian/penelitian yang terkait dengan aspek-
aspek.
3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang menjalankan tugas psikologi forensik
wajib memiliki kompetensi sesuai dengan tanggung jawab yang di jalani
4) Psikologi dan/atau ilmuwan psikologi menyadari adanya kemungkinan konflik antara
kebutuhan untuk menyampaikan informasi dan pendapat, dengan keharusan
mengikuti hukum yang di tetapkan sesuai sistem hukum yang berlaku.

2 Pasal 57
Kompetensi

Pasal ini menjelaskan berbagai hal terkait kompetensi seorang psikolog dan ilmuwan
psikologi forensik, sebagai berikut :
a) Definisi praktik psikolog forensik Menangani pemeriksaan psikologi pada
individu yang terlibat kasus hukum atau terpidana
b) Kompetensi psikolog forensik
1) Memahami piskologi forensik
2) Memahami system hukum di Indonesia
c) Ruang lingkup psikolog forensik
1) Asesmen
2) Evaluasi psikologis
3) Penegakan diagnosa
4) Konsultasi dan terapi psikologi
5) Intervensi psikologi dalam kaitannya dengan proses hukum (misalnya
evaluasi psikologis bagi pelaku atau korban kriminal,sebagai saksi ahli,
evaluasi kompetensi untuk hak pengasuhan anak,program asesmen, serta
konsultasi dan terapi di lembaga pemasyarakatan) hanya dapat dilakukan oleh
psikolog.
d) Memiliki kompetensi untuk melakukan penelitian forensik Ilmuwan psikologi
forensik harus memiliki pemahaman terkait sistem hukum di Indonesia dan
bekerja sesuai kode etik khususnya terkait penelitian.

3 Pasal 58
Kewajiban dan Wewenang

Pasal ini menjelaskan kewajiban dan wewenang yang dimiliki oleh psikolog forensik.

a. Adapun yang termasuk kewajiban dari psikolog forensik adalah : Membantu proses
peradilan pidana sesuai asas profesionalitas

b. Adapun yang menjadi wewenang dari psikolog forensik antara lain :

1) Memberikan laporan tertulis atau lisan mengenai hasil penemuan forensik.

2) Membuat pernyataan karakter psikologi seseorang, hanya sesudah ia


melakukan pemeriksaan terhadap pribadi bersangkutan sesuai standar
prosedur pemeriksaan psikologi, untuk mendukung pernyataan atau
kesimpulannya. Bila tidak dilakukan pemeriksaan menyeluruh karena keadaan
tidak memungkinkan, Psikolog menjelaskan keterbatasan yang ada, serta
melakukan langkah- langkah untuk membatasi implikasi dari kesimpulan atau
rekomendasi yang dibuatnya.

c. Adapun yang menjadi wewenang dari psikolog forensik adalah : Mendapatkan


perlindungan dari HIMPSI apabila terlibat masalah yang terkait dengan hukum,
apabila ia sudah menjalankan tugas sesuai dengan kode etik dan profesionalitas.

4 Pasal 59
Pernyataan Sebagai Saksi atau Saksi Ahli
Hal hal ynag terkait dengan pernyataan saksi dan saksi ahli adalah sebagai berikut :
a. Memberikan kesaksian untuk menegakkan keadilan berdasarkan pemeriksaan
psikologi forensik yang sesuai prosedur

b. Berpegang teguh pada kode etik apabila terjadi konflik. Bila kemungkinan terjadi
konflik antara kebutuhan untuk menyampaikan pendapat dan keharusan mengikuti
aturan hukum yang ditetapkan dalam kasus di pengadilan, psikolog berusaha
menyelesaikan konflik ini dengan menunjukkan komitmen terhadap Kode Etik dan
mengambil langkah-langkah untuk mengatasi konflik dengan cara-cara yang bisa
diterima.

c. Ketentuan apabila lebih dari satu saksi ahli psokolog Bila kemungkinan ada lebih
dari satu saksi atau saksi ahli psikolog, maka psikolog tersebut harus memegang teguh
prinsip hubungan profesional sesuai dengan pasal 19 buku kode etik ini.

d. Ketentuan dalam memberikan kesaksian. Adapun beberapa ketentuan dalam


memberikan kesaksian antara lain:
1) Melakukan pemeriksaan ejauh yang diizinkan
2) Bersikap professional dalam memberikan pandangan
3) Menghindari terjadinya konflik antar berbagai pihak

e. Apabila terjadi konflik sesama psikolog dalam pemberian saksi. Psikolog dapat
meminta bantuan HIMPSI untuk menyelesaikan masalah dengan melakukan
pemeriksaan psikologi sesuia standard dan kaidah ilmiah
f. HIMPSI dapat meminta pendapat dari ikatan profesi lain yang kompeten untuk
menyelesaikan konflik antara psikolog forensik.

5 Pasal 60
Peran majemuk dan Profesional Sikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi

Pasal ini menjelaskan mengenai hubungan majemuk dan profesional. Psikolog


dan/atau Ilmuwan Psikologi harus menghindari untuk menjalankan peran majemuk.
Bilaperan majemuk terpaksa dilakukan kejelasan masing” harus ditegaskan sejak awal.
Berikut hal-hal yang harus di perhatikan bila peran majemuk terpaksa di lakukan

1.Psikologi dan/atau ilmuwan psikologi menghindar untuk melakukan peran majemuk


dalam hal forensik, apalagi yang dapat menimbulkan konflik.

2.Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang menjalani hubungan profesional dengan


orang yang menjalani pemeriksaan tidak terhalangi memberikan kesaksian selaku saksi
ahli yang melakukan pemeriksaan yang diijinkan oleh aturan hukum.Psikolog/atau
Ilmuwan Psikolog harus bersikap profesional dalam memberikan pandangan dan
meminimalkan terjadinya konflik.

3.Ilmuwan psikologi dan psikolohnenpunyai kewajiban untuk memahami dan


menjalankan pekerjaan sesuai kode etik dan penerapannya.

6 Pasal 61

Pernyataan melalui media terkait Dengan psikologi forensik

Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi yang melakukan layanan psikologi dapat


memberikan pernyataan pada publik melalui media dengan mempertimbangkan hal-hal
berikut:
a) Hanya psikolog yang dapat melakukan pemeriksaan psikologi terhadap kasus hukum
b) Pernyataan di media harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat, hak subjek
yang di periksa , dan telah mempertimbangkan batasan kerahasiaan sesuai dengan
pasal 24 buku kode etik ini.

Anda mungkin juga menyukai