GLOMERULONEFRITIS
Hasna Salsabila
1102017103
Daftar Isi
Daftar Isi....................................................................................................................................2
1. Anatomi..................................................................................................................................3
1.1 Makroskopik...............................................................................................................................3
1.2 Mikroskopik................................................................................................................................4
2. Fisiologi Ginjal.....................................................................................................................4
2.1 Pembentukan Urin.......................................................................................................................4
2.2 Mekanisme Keseimbangan Cairan Tubuh...................................................................................7
2.3 Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah......................................................................................7
3. Glomerulonefirits...................................................................................................................7
3.1 Definisi........................................................................................................................................7
3.2 Etiologi........................................................................................................................................7
3.3 Epidemiologi...............................................................................................................................8
3.4 Patofisiologi................................................................................................................................8
3.5 Manifestasi Klinis.......................................................................................................................8
3.6 Klasifikasi...................................................................................................................................9
3.7 Diagnosis Dan Diagnosis Banding............................................................................................10
3.8 Tatalaksana...............................................................................................................................11
3.9 Komplikasi................................................................................................................................11
3.10 Pencegahan..............................................................................................................................11
3.11 Prognosis.................................................................................................................................12
4. Pandangan Islam Terhadap Urin Dan Darah.......................................................................12
Daftar Pustaka..........................................................................................................................14
1. ANATOMI
1.1 MAKROSKOPIK
Ginjal
Warna : Merah kecoklatan
Ukuran : Panjang 10 cm
Lebar 5 cm
Tebal 2.5 cm
Letak : retroperitoneal
Batas : Inferior M. Psoas major dan M. Quadratus lumborum
Ginjal kanan terletak lebih rendah Tertekan hepar
Lapisan Ginjal Capsula renalis : Melapisi ginjal secara lansung
Capsula adiposa : Melapisi ginjal dan membantali ginjal
Facia renalis : Melapisi ginjal dan kelenjar adrenal
Pararenal fat : Melapisi ginjal paling luar dan merupakan lanjutan
dari lemak ekstraperitoneal
Ginjal terdiri dari Capsula renalis : Jaringan ikat fibrosa yang melapisi cortex
renalis
Cortex renalis : Lapisan luar yang mengelilingi ginjal, berisi
nefron dan tubulus renalis
Medula renalis : Lapisan dalam ginjal yang berisi tubulus renalis
dan duktus kolektivus yang meneruskan filtrat ke calyx minor.
: Terdapat papilla renalis, bagian apex disebut
papilla renalis
Calyx minor : Tempat muara urin dari papilla renalis
Calyx mayot : Tempat muara urin dari calyx minor
Pelvis renalis : Tempat muara urin dari calyx mayor
Hilum : bagian median ginjal dimana terdapat pembuluh darah,
saraf, dan saluran limfatik
Sinus renalis : Ruangan kosong yang berada di hilum
Kelenjar ginjal terletak di polus superior atau ekstremitas superior
Perdarahan Ginjal
Aorta abdominalis a. renalis a. segmentalis a. interlobaris a. arquata a.
interlobularis a. afferen glomerulus
a. efferen v. interlobularis v. arquata v. interlobaris v. segmentalis v.
renalis v. cava inferior
Arteri segmentalis Anterior : 1. A. Segmentalis superior (apical)
2. A. Segmentalis anterosuperior
3. A. Segmentalis antero-inferior
4. A. Segmentalis inferior
Posterior : 1. A. Segmentalis posterior
Vena renalis sinistra v. suprarenalis sinistra
v. gonad
Persyarafan
Plexus simpaticus renalis
Serabut efferent melalui plexus renalis menuju medulla spinalis n. thoracalis X, XI,
XII
Pembuluh limfatik
Mengikuti renalis melalui nl. Aorta lateral sekitar pangkal a. renalis
1.2 Mikroskopik
Glomerulus
Kapsul Bowman
Kapsul Bowman, pelebaran nefron yang dibatasi epitel, diinvaginasi oleh jumbai
kapiler glomerulus sampai mendapatkan bentuk seperti cangkir yang berdinding ganda.
Terdapat rongga berupa celah yang sempit, rongga kapsula, di antara lapisan luar atau
parietal (epitel selapis gepeng) dan lapisan dalam atau viseral (sel besar yaitu podosit) yang
melekat erat pada jumbai kapiler. Podosit memiliki pedicle /foot processes. Di anatara pedikit
terdapat flitration slit membrane. Sel endotelial kapiler memiliki fenstra pada sitoplasma.
Berguna untuk hasil fenestrasi.
Tubulus Proksimal
Ansa Henle
Segmen tipis. Peralihan dari pars descendens yang tebal (tubulus proximal pars rekta)
ke segmen tipis biasanya mendadak, berselang beberapa sel dengan perubahan epitel kuboid
dan torak rendah ke gepeng. Diameter luar segmen tipis hanya 12-15 μm, dengan diameter
lumen relatif besar, sedangkan tinggi epitel hanya 1-2 μm.
Segmen tebal. Pars descendens segmen tebal dindingnya mirip tubulus kontortus proksimal
tetapi lebih kecil. Sedangkan, pars ascendens segmen tebal mirip dengan tubulus kontortus
distal.
Duktus Koligen
2. Fisiologi Ginjal
2.1 Pembentukan Urin
Filtrasi Glomerulus
Pada proses ini zat yang diperbolehkan masuk adalah zat – zat yang lebih kecil dari
pori – pori dinding kapiler dan memperbolehkan air untuk masuk ke dalam.
1. Dinding Kapiler Glomerulus
Terdiri dari selapis sel epitel endotel gepeng
Terdapat pori – pori besar yang menyebabkan permiabel
Pori masih dapat dilewati albumin namun tidak bisa karena berkekuatan negatif
Dilubangi fenestrasi kapiler
2. Membrana Basalis
Mengandung kolagen : menghasilkan kekuatan structural
Gaya total yang mendorong filtrasi adalah tekanan darah kapiler glomerulus pada 55
mmHg. Jumlah dua gaya yang melawan filtrasi adalah 45 mmHg. Perbedaan neto yang
mendorong filtrasi (10 mmHg) disebut dengan tekanan filtrasi neto. Tekanan yang ringan ini
mendorong cairan dalam jumlah besar dari darah menembus membrane glomerulus yang
sangat permeabel. Laju filtrasi yang sebenarnya, laju fitrasi glomerulus (LGF/GFR),
bergantung tidak saha pada tekanan filtrasi neto tetapi juga pada seberapa luas permukaan
glomerulus yang tersedia untuk penetrasi dan seberapa permeabel membrane glomerulus
(yaitu, seberapa “bocor” lapisan ini). Sifat-sifat membrane glomerulus ini secara kolektif
disebut sebagai koefisien filtrasi (Kf). Karena itu,
LFG=K f × tekanan filtrasi neto
Dalam keadaan normal, sekitar 20% plasma yang masuk ke glomerulus disaring pada
tekanan filtrasi neto 10 mmHg, melalui seluruh glomerulus secara kolektif meghasilkan 180
liter filtrat glomerulus setiap hari untuk LFG rerata 125 mL/menit pada pria (160 liter filtrat
per hari pada LFG rerata 115 mL/menit pada wanita).
Reabsorbsi Tubulus
Merupakan suatu proses yang sangat selektif. Semua konstituen kecuali protein
plasma memiliki konsenterasi yang sama di filtrat glomerulus dan di plasma. Pada sebagian
besar kasus, jumlah setiap bahan yang diserap adalah jumlah yang diperlukan untuk
mempertahankan komposisi dan volume lingkaran cairan internal yang sesuai. Dari 125
ml/menit cairan yang difiltrasi, biasanya 124 ml/menit direabsorbsi. Tubulus biasanya
mereabsorbsi 99% H2O yang terfiltrasi (47 galon/hari), 100% gula yang terfiltrasi (0,4
pon/hari), dan 99,5% garam yang terfiltrasi.
3.2 Etiologi
Merupakan zat penyebab timbulnya zone hemolitik disekitar koloni sterptokokus yang
tumbuh pada permukaan lempeng agar darah. Sterptolisin S bukan antigen, tetapi zat ini
dapat dihambat oleh penghambat non spesifik yang sering ada dalam serum manusia dan
hewan dan tidak bergantung pada pengalaman masa lalu dengan sterptokokus. Bakteri ini
hidup pada manusia di tenggorokan dan juga kulit. Penyakit yang sering disebabkan
diantaranya adalah faringitis, demam rematik dan glomerulonefritis.
3.3 Epidemiologi
3.4 Patofisiologi
3.6 Klasifikasi
2. Glomerulonefritis Poliperatif
a. Glomerulonfritis membrano-proliferatif (GNMP)
Gejala : Sindrom nefrotik atau sindrom nefrotik akut
Dibagi 2, yaitu :
o Primer (penyebab tidak diketahui/idiopatik)
o Sekunder (akibat penyakit infeksi kronik, krioglobulinemia, dan penyakit
autoimun sistemik).
Pemeriksaan serologi : Kadar komplemen rendah atau hipokomplemenemia
Pemeriksaan MC : Penebalan dinding kapiler dan penambahan matrik masingial
Pulasan Periodic Acid Schiff (PAS) : MBG yang terbelah (splitting) disebut double
contour atau tram-track appearance.
Pemeriksaan MIF : Memperlihatkan endapan C3, biasanya disertai properdin, C1q,
C4 dan C2. Endapan IgG dan IgM dapat pula ditemukan dan endapan IgA sewaktu –
waktu
Diagnosis
Anamnesis : Riwayat penyakit glomerulonefritis pada keluarga, penggunaan obat
(antiinflamasi non-steroid, preparat emas organik, heroin, imunosupresif), riwayat
infeksi streptokokus, endokarditis, penyakit keganasan, dan penyakit multisystem
Pemeriksaan fisik : Ditemukan edema periorbita sampai ke dinding perut dan genital
disertai penumpukan cairan di rongga abdomen (asites) atau paru (efusi pleura), kuku
terlihat pucat (akibat hypoalbuminemia kronik) dan membentuk pita berwarna putih,
dan ditemuka xentalasma (dikaitkan dengan hiperlipidemia)
Urinalisis : Eritrosit urin dismorfik lebih dari 60% menunjukan eritrosit berasal dari
glomerulus, silinder eritrosit, proteinuria yang ditemukan lebih dari 1 g/24 jam
Pemeriksaan biokimiawi : gula darah, serum albumin, profil lemak, dan fungsi ginjal
Pemeriksaan serologi : ASTO, C3, C4, ANA dan anti-dsDNA, antibodi anti-GBM
(glomerular basement membrane), ANCA (untuk menegakan diagnosis
glomerulonefritis dan membedakan primer atau sekunder)
Ultrasonografi ginjal : Menilai ukuran ginjal dan menyingkirkan kelainan lain seperti
obstruksi sistem pelvokalises oleh karena batu ginjal
Biopsi ginjal : Menegakan diagnosis histopatologi
Urinalisis
Pemeriksaan Fisik Urin
1. Warna : Normal Pucat – kuning tua
: Merah Hb, myoglobin, obat rifampisin
: Hijau Zat klinis eksogen, infeksi pseudomonas
: Oranye Pigmen empedu
: Keruh Fosfat (normal), leukosituria dan bakteri (abnormal)
2. Turbiditas : Normal Transparan
: Keruh Hematuria, infeksi, dan kontaminasi
3. Bau : Patologis bau keton, maple syrup disease, isofloric acidemia
4. Densitas
a. Berat jenis : diukur menggunakan urinometer
Diperngaruhi oleh : suhu, protein, glukosa, kontras media
Nilai normal : 1010 – 1030
b. Refraktometri : faktor yang mempengaruhi BJ akan mempengaruhi pengukuran ini
c. Osmolaritas : Kadar glukosa mempengaruhi osmolaritas
Normal : 50 – 1200 mOsm/L
d. Dipstik : indikator perubahan warna
Parameter Kimia
1. pH : Dipstick akurasi kurang jika pH <5,5 atau >7,5
2. Hb : Normal Tidak ada
3. Glukosa : Dipstick Menilai reabsosrbsi glukosa
4. Protein : Normal : <150 mg/hari
: Dipstick Sensitif terhadap albumin
: Presipitasi dengan asam sulfa salisil, a. triklorasetik, pemanasan dan buffer
acetic
acid sodium acetat Untuk melihat protein bence jones
: Patologis Proterinuria glomerulus
Proteinuria tubular
Proteinuria overload
Proteinuria benigna
5. Leukosit esterase : Karena aktivitas enzim esterase indoksil dihasilkan oleh neutrophil,
granulosit, dan makrofag
: + minimal 4 leukosit/LPB
6. Nitrit : Bakteri dengan enzim reductase nitrat dapat mengubah nitrat nitrit
: Banyak pada bakteri gram negative kecuali pseudomonas, staphylococcus albus,
dan enterococcus
7. Keton : Dipstick A. asetoasetat dan aseton
: + Asidosis diabetic, puasa, muntah, olahraga yagn berlebihan
Mikroskopik Urin
1. Eritrosit : Normal <12.000 eritrosit/cc
: Eritrosit isomorfik asal traktus urinarius
: Eritrosit dismorfik asal glomerulus
2. Leukosit : Neutrofil Paling sering dijumpai pada urin, sitoplasma granular & inti
berlobus
: Normal 2-3/LPB
3. Lipid : Bentuk sferis, translusen, dan berwarna kuning
4. Silinder : Terbentuk di dalam tubulus distal atau bagian awal tubulus kontortus
: Macam – macam silinder
1. Silinder hialin : Tidak berwarna dan indeks refraksi rendah
Bisa ditemukan pada orang normal dan juga penyakit ginjal bila bersama
dengan silinder lain
2. Silinder granular : Silinder berisi granul halus dan khas untuk pasien dengan
kelainan ginjal
3. Silinder lemak : Spesifik glomerulus dengan tipe nefrotik
4. Silinder eritrosit : Glomerulonefritis tipe proliferative, lesi ekstrakapiler
5. Silinder haemoglobin : sama seperti dengan silinder eritrosit
6. Silinder leukosit : +
Diagnosis Banding
3.8 Tatalaksana
3.9 Komplikasi
Faktor penyebab timbulnya komplikasi : hipoalbuminemia dan kadar kolesterol yang
tinggi dalam darah
Pengobatan imunosupresi yang tidak berhasil dapat mengakibatkan gangguan fungsi
ginjal
Pengobatan imunosupresi dapat menimbulkan komplikasi infeksi
3.10 Pencegahan
Pencegahan primer : tidak dapat dilakukan karena etiologi tidak diketahui pasti.
Kecurigaan terhadap glomerulonefritis dengan ditemukannya edema periorbita,
proteinuria, atau hematuria pada pemeriksaan urin diharapkan dapat ditegakkan
diagnosis lebih awal dan dilakukan pengobatan segera.
Pencegahan sekunder : menghambat progresivitas penyakit menuju PGTA
Pencegahan primer : mencegah kecacatan atau menghambat masuknya ke program
pengganti ginjal
3.11 Prognosis
Jejas glomerulus yang terjadi pada glomerulonefritis sering tidak dapat pulih kembali
sehingga menyebabkan fibrosis glomerulus akibat proses inflamasi. Pada glomerulonefritis
bentuk akut biasanya membaik dengan sedikit atau tanpa kerusakan ginjal yang permanen.
Kekambuhan sering terjadi pada GNLM walaupun tidak sesering pada anak – anak walaupun
biasanya fungsi ginjal masih dalam keadaan normal. Pada GSFS dalam waktu 5 sampai 20
tahun dapat menyebabkan progresivitas menuju PGTA. Suatu laporan menyebutkan 50%
kasus GSFS berkembang menjadi PGTA dalam waktu 5 tahun. Perbaikan spontan dapat
terjadi pada sebagian GNMN walaupun sebagian yang lain mempunyai prognosis buruk.