2104 6327 2 PB
2104 6327 2 PB
131-148
Online ISSN : 2540-8402 | Print ISSN : 2540-8399
Abstrak
Tujuan dalam penelitian menganalisis konsep distribusi menurut Muhammad Baqir
As-Shadr dan M Abdul Mannan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan historis dengan tehnik studi pustaka terhadap karya para tokoh bersangkutan.
Distribusi merupakan bagian penting dalam perekonomian khususnya dalam pembangunan
sebuah negara. Di dalamnya ada aspek kepemilikan, keadilan dan sumber daya yang menjadi
aspek penting berjalannya proses ekonomi sebuah negara. Kedua ahli ekonomi Islam
M.Abdul Manan dan M Baqir Ash-Shadr berbeda pandangan, dalam memandang
keterbatasan sumber daya alam, status kepemilikan pribadi dan kepemilikan negara serta
hakikat keadilan dalam distribusi pendapatan.
Kata Kunci: Distribusi, ekonomi, Islam, sumber daya alam.
Abstract
The aim of the study was to analyze the concept of distribution according to Muhammad
Baqir As-Sadr and M Abdul Mannan. This study uses qualitative methods with a historical
approach with library research techniques on the work of the figures concerned. Distribution
is an important part of the economy, especially in the development of a country. In it there
are aspects of ownership, justice and resources which are important aspects of the economic
process of a country. The two Islamic economists M. Abdul Manan and M Baqir Ash-Sadr
differed in their views, in looking at the limitations of natural resources, the status of private
ownership and state ownership and the nature of justice in the distribution of
income.Keywords: Distribution, economic, Islam, Natural resources.
Urgensi dari penelitian ini yaitu (1) Indonesia. Oleh karena itu, pembahasan
memberikan sumbangan pemikiran dalam difokuskan pada faktor-faktor tersebut.
upaya pengembangan konsep distribusi II. PEMBAHASAN
kekayaan untuk pembangunan negara dan
A. Persamaan dan Perbedaan Konsep
(2) mengembangkan suatu konsep
Distribusi M.Abdul Mannan dan M
distribusi islami dalam dunia pemikiran Baqir Ash-Shadr
ekonomi Islam . 1. Persamaan Hakikat Distribusi
Metode penelitian yang digunakan M. Baqir As-Shadr dan M.
adalah metode penelitian kualtatif, dengan Abdul Mannan
tingkat penelitian ini adalah deskriptif Persamaan dari dua tokoh ekonomi
(Taksonomik) dan eksploratif yaitu ingin Islam ini (M Abdul Mannan&M Baqir
menggambarkan sekaligus menggali Ash-Shadr) dalam hal pendistribusian
secara luas tentang sebab hal-hal yang pendapatan untuk terjaminnya
mempengaruhi latar belakang tokoh ini kesejahteraan semua elemen masyarakat
yaitu, M. Abdul Manan dan M Baqir Ash- dalam sebuah negara, dalam hal keadilan
Shadr. Penelitian ini menggunakan
untuk mengakses sarana-sarana
pendekatan historis (Nazir, 1988) publik.Serta menghilangkan kelas-kelas
(sejarah), yaitu kajian sejarah terhadap kapitalis untuk mencegah segala bentuk
pemikiran tokoh yang bersangkutan.Yang penyimpangan dalam pengelolaan
dipergunakan dalam penelitian ini adalah ekonomi negara.
studi kepustakaan (library research) yaitu Menurut Baqir negara akan turut
jenis penelitian kualitatif yang data- campur dalam perekonomian untuk
datanya diperoleh dari buku, kitab,
menjamin arah produksi sosial yang cepat,
majalah, surat kabar, jurnal dan catatan untuk menjalankan distribusi dengan
lainnya yang memiliki relevansi dengan
kesetaraan dan untuk mengambil industri-
permasalahan yang akan dibahas. industri ekstraktif serta produk bahan-
Faktor-faktor yang dianalisis dalam bahan mentah, peranan negara dalam
penelitian ini adalah konsep distribusi masalah perekonomian merupakan
menurut Muhammad Baqir As-Shadr dan wilayah bebas bagi aktivitas pemerintah
M Abdul Mannan , persamaan dan (Amalia, Euis, 2005)Imam selaku ulil ‘amr
perbedaan konsep diantara keduanya, serta akan mengambil langkah-langkah ekonomi
relevansinya dengan kondisi distribusi di yang diperlukan untuk memenuhi
tunjangan sosial dan keseimbangan sosial .
diilhami oleh nilai-nilai Islam, yang tugas tentang tanah.Menurutnya secara umum
utamanya adalah menganalisis faktor- tanah dapat dimiliki melalui kerja
faktor yang memengaruhi asal-usul seseorang. Tetapi oleh karena Mannan
permintaan dan penawaran sehingga mengakui kepemilikan oleh non-
dimungkinkan untuk mengubah keduanya penggarap, maka pemilik juga dibolehkan
ke arah distribusi yang lebih adil (M Aslam baik untuk menyewa maupun berbagi hasil
Hanef, 2010). Menurutnya, distribusi tanaman, sekalipun ia setuju dengan yang
kekayaan tergantung pada kepemilikan disebut terakhir.
orang yang tidak seragam. Adapun Adapun dari sisi kepemilikan
keadilan mutlak mempersyaratkan bahwa swasta menurut konsep distribusi M Abdul
imbalan juga seharusnya berbeda, dan Mannan dan M Baqir Ash-Shadr ,
bahwa sebagian orang memiliki lebih keduanya memiliki perbedaan, yaitu M
banyak dari yang lain, itu adalah hal yang Abdul Mannan memandang kepemilikan
wajar saja, asalkan keadilan manusia swasta atau pribadi, atau individu itu
ditegakan dengan prinsio kesempatan yang diberikan selama ia bertanggung jawab,
sama bagi semua orang. Jadi, seseorang selain itu norma dan prilaku sangat
tetap dapat memiliki surplus ditekankan, jika terjadi penyimpangan
penerimaannya asal ia telah menunaikan maka negara punya hak untuk turut
semua kewajibannya. Oleh karena itu, campur atau bisa jadi mencabut hak
ketidakmerataan menurutnya sah-sah saja. kepemilikannya. Adapun M Baqir ash-
Selain itu, dalam suatu Shadr menyebutkan kepemilikan swasta
perekonomian Islam, inti masalah tidak hanyalah terbatas pada hak pakai, prioritas
terletak pada harga yang ditawarkan oleh penggunaan dan hak untuk mencegah
pasar, melainkan pada ketidakmerataan orang lain memakai barang yang sedang
distribusi pendapatan. Menurut Mannan, dimiliki oleh orang lain, adapun untuk
masalah distribusi di dalam ekonomi mineral dan air, individu diperkenankan
neoklasik muncul karena kegagalannya untuk ‘menggunakan apa yang mereka
dalam menyikapi isu-isu yang perlukan’.
berhubungan dengan kepemilikan sumber Mannan melihat dirinya berbeda
daya. dari ekonom Islam lainnya karena
Mannan tidak membahas mengenai menyatakan distribusi sebagai basis
kepemilikan sumber daya secara fundamental bagi alokasi sumberdaya.
menyeluruh kecuali membahas mengenai Distribusi kekayaan tergantung pada
kepemilikan orang yang tidak seragam dalam alokasi sumber daya tidak dapat
(Haneef, 2010) Selain itu, ia diserahkan kepada kebebasan individu
menambahkan bahwa pertimbangan jika kita membicarakan masalah
distributif-lah yang harus memengaruhi kesejahteraan bersama. Dengan
prioritas produksi barang dan jasa, dan mendukung ‘kontrol’ dan ‘pengawasan’,
dengan demikian ia juga menjadi indikator Mannan menyatakan bahwa keadilan lebih
konsumsi. penting daripada efesiensi, terutama jika
Menurut Baqir negara akan turut berhubungan dengan kebutuhan dasar .
campur dalam perekonomian untuk Baqir Ash-Shadr berpandangan
menjamin arah produksi sosial yang cepat, bahwa realitas sosial terdapat masyarakat
untuk menjalankan distribusi dengan yang tidak mampu terlibat dalam proses
kesetaraan dan untuk mengambil industri- produksi. Sedangkan di sisi lain,
industri ekstraktif serta produk bahan- kebutuhan dasar mereka harus tetap
bahan mentah, peranan negara dalam terpenuhi. Disinilah nilai keadilan
masalah perekonomian merupakan ditegakan untuk mengurangi kesenjangan
wilayah bebas bagi aktivitas pemerintah yang terjadi melalui jaminan social (Sadr,
(Amalia, Euis, 2005).Imam selaku ulil 1984). Dan sebaliknya dengan M.A.
‘amr akan mengambil langkah-langkah Mannan yang mentoleransi adanya
ekonomi yang diperlukan untuk memenuhi ketimpangan disebabkan perbedaan
tunjangan sosial dan keseimbangan sosial . kekayaan awal, namun semua pihak
tunjangan sosial terdiri dari solidaritas memiliki kesempatan yang sama.
publik yang beroperasi di dalam batas- Beberapa pengkritik ekonomi
batas kebutuhan asasi dan hak kelompok Islam mengeneralisasi bahwa M. Abdul
dalam hal ini pajak dan menciptakan Mannan menggunakan methodologic
sektor-sektor public (Amalia, Euis, 2005) eclictisism dalam corak pemikirannnya
Menurut M.A. Mannan tidak ada yaitu ia memiliki sikap memilih-milih
konflik antara kebebasan individu dan yang baik-baik saja dari segala sumber,
kontrol sosial (negara) bahkan keduanya lalu menggabungkannya jadi satu . Karena
dipandang saling melengkapi. Hubungan berusaha menyenangkan segala lapisan
individu- (masyarakat) negara itu masyarakat untuk mencerminkan
dipandang sebagai sesuatu yang secara orientasinya yang bersifat populis (Behdad,
harmonis untuk mencapai tujuan-tujuan 2009).Hal tersebut terlihat dalam konsep
sistem ekonomi (Haneef, 2010) Adapun dasarnya tentang sistem ekonomi Islam, “
secara sektoral. Yaitu kepada dua bentuk: berdasarkan equity dan keseimbangan
1) sektor pertanian: pangan, peternakan, antar geografis, area, sektor perkotaan dan
perikanan, perkebunan, kehutanan dan pedesaan dan lapangan pekerjaan
pengairan: 2) sektor pertambangan: (Nasution & dkk, 2007) Penguasaan
minyak bumi, gas alam, aspal, batu bara, pengolahan lahan publik oleh pihak swasta
bauksit, emas/perak, mangan, nikel, pasir, diarahkan untuk tidak merusak
besi, tembaga, timah, bahan galian, dan kepentingan banyak pihak.Misalnya, tidak
nuklir. Lihat; (Raksohadiprodjo & dibenarkan pemerintah memberikan hak
Pradono, 1998) usaha penggalian lahan yang banyak
.Mulai dari ketidak jelasan konsep mengandung barang tambang kepada
tentang siapa yang berhak untuk sektor swasta, jika aktivitas tersebut
menguasai dan memanfaatkannya, hingga kemudian menimbulkan ekses negatif
kebijakan penataan penguasaan yang seperti kesenjangan atau terkonsentrasinya
kurang tegas sehingga tidak memberikan kekuatan kapital kepada kelompok atau
keadilan bagi semua pihak(Harijadi,1992) pihak swasta tertentu (Nasution & dkk,
.Al-Rubi mengkorelasikan pembangunan 2007) Kalaupun karena kepentingan
ekonomi dengan kewajiban-kewajiban maslahat tertentu (seperti penguasaan
keagamaan. Menurutnya, tujuan teknologi misalnya), sehingga lahan
pembangunan ekonomi untuk mewujudkan tersebut tidak dapat digarap oleh sektor
kesejahteraan sehingga setiap publik, maka kebijakan pemerintah harus
Dalam pengelolaan sumber daya menetapkan tarif zakat sebesar 20% per
alam yang tersedia, pemerintah (negara) tahun untuk kategori ini, tidak sebesar
harus mampu mendistribusikan secara baik 2,5%. Tarif 2,5% hanya di charge kepada
atas pemanfaatan tanah/lahan dan industri publik yang memanfaatkan lahan tambang
(sumber daya alam). Artinya kesempatan tersebut, secara kolektif (tidak ada
tidak hanya diberikan kepada sekelompok penguasaan hak usaha pada
orang untuk menjalankan proses produksi. orang/kelompok tertentu (Nasution & dkk,
Kebijakan distribusi menganut kesamaan 2007).
dalam kesempatan kerja, pemanfaatan Adapun di Indonesia, payung
lahan-lahan yang menjadi sektor publik, hukum penguasaan dan pemanfaatan
pembelaan kepentingan ekonomi untuk kekayaan alam di Indonesia sudah diatur
kelompok miskin, menjaga keseimbangan dengan sangat sempurna dalam bingkai
sosial dan investasi yang adil dan merata UUD pasal 33 ayat (3) yang
DAFTAR PUSTAKA