Anda di halaman 1dari 25

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI


DIREKTORAT PEMBINAAN PROGRAM MINERAL
MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI

WILAYAH PERTAMBANGAN

DR. IR. SUKMA SALAH HASIBUAN,, ME


Direktur Pembinaan Program Mineral, Batubara dan Panas Bumi

BATAM, 12 - 13 APRIL 2010

1
Butir-Butir Penting Di Dalam UU No. 4/2009 Pertambangan Minerba

1. Usaha pertambangan dikelompokkan atas : pertambangan mineral dan


pertambangan batubara;
2. Pertambangan mineral digolongkan atas: pertambangan mineral radio aktif,
pertambangan mineral logam, pertambangan mineral bukan logam dan
pertambangan batuan;
3. Hanya ada satu jenis izin usaha pertambangan (IUP), tidak ada lagi kontrak antara
perusahaan dan pemerintah;
4. Perizinan dikeluarkan melalui proses lelang untuk mineral logam dan batubara
dengan perlakuan sama dan prinsip transparansi;
5. Sistem perizinan disederhanakan menjadi dua bagian. 1 : izin eksplorasi (meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi dan FS), 2 : izin operasi (meliputi konstruksi,
penambangan, pengolahan, transportasi dan penjualan);
6 Lebih
6. L bih memperhatikan
h tik aspek k perlindungan
li d lingkungan
li k (reklamasi
( kl i dan
d pasca
tambang);
7. Memperhatikan community development (CD) terutama untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar tambang;
8. KP, KK, PKP2B, SIPD, SIPR yang telah dikeluarkan tetap berlaku sampai
berakhirnya jangka waktu kontrak/ijin;
9. Sanksi yang tegas bagi pengelola dan pelaku usaha pertambangan yang melanggar
aturan dan hukum y yang
g berlaku.
10. Pengolahan dan pemurnian harus dilakukan di dalam negeri.
DASAR PEMIKIRAN WP

1. Sebagai bagian dari tata


ruang wilayah nasional
disusun berdasarkan proses
pembentukan mineral
dan/atau batubara baik
di darat maupun dilaut,
dapat berada di kawasan
lindung dan kawasan
budidaya.
2. Acuan untuk penyusunan
rencana penetapan WUP,
WPR, dan WPN.
DEPOSIT
3. Sebagai dasar pembagian
SUMBER DAYA MINERAL
DAN BATUBARA urusan kewenangan
antara Menteri, gubernur,
bupati/walikota dalam
pemberian perizinan WIUP.
WIUP
WILAYAH PERTAMBANGAN (WP)
Wilayah
Wil h yang memiliki
iliki potensi
t i mineral
i l dan/atau
d / t batubara
b t b dan
d
tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang
merupakan bagian dari tata ruang nasional
™ WP disusun berdasarkan informasi keberadaan mineral/
batubara dan batuan pembawa;
™ WP dapat meliputi satu atau lebih jenis bahan tambang
mineral logam, batubara, mineral non logam, batuan atau
mineral radioaktif;
™ WP meliputi wilayah existing KP, PKP2B dan KK serta WPR;
™ WP dipresentasikan didalam peta Wilayah Pertambangan;
™ WP terdiri dari; WUP,
WUP WPR
WPR, WPN yang ditetapkan oleh
Pemerintah (kecuali WPR oleh Bupati/walikota);
™ WP dikelola dalam suatu sistem Informasi WP
Wil
Wilayah
h Hukum
H k

WUP

Wilayah Pertambangan (WP)

WPR WPN

Indonesia
WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN
(WUP)
Bagian
g dari WP yyang g telah memiliki ketersediaan data,,
potensi dan/atau informasi geologi yang berprospek untuk
diusahakan
– Memiliki satu atau lebih jenis mineral dan atau batubara
– Terdiri dari satu atau lebih Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP) Batubara, Mineral Logam, Bukan
Logam atau Batuan
– Ditetapkan oleh Pemerintah dengan pelaporan ke DPR
– Pemerintah dapat mendelegasikan kewenangannya
kepada Gubernur dalam penetapan WUP Mineral Bukan
Logam dan WUP Batuan
WILAYAH IZIN USAHA
PERTAMBANGAN (WIUP)
™ Terdiri dari WIUP batubara,
batubara WIUP mineral logam,
logam
WIUP mineral bukan logam atau WIUP batuan
™ WIUP batubara dan mineral logam ditetapkan oleh
pemerintah,
h diperoleh
d l h dengan
d cara lelang
l l oleh
l h
Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota sesuai
kewenangannya
™ WIUP bukan logam dan batuan ditetapkan oleh
Pemda dengan cara permohonan wilayah dalam
suatu WUP yang telah ditetapkan Pemerintah
LUAS WIUP/WIUPK
JENIS USAHA LUAS WILAYAH IZIN LUAS WILAYAH IZIN
PERTAMBANGAN EKSPLORASI OPERASI PRODUKSI
(WAKTU MAKSIMUM) (WAKTU MAKSIMUM)
1 Mineral
1. Mi l Logam
L 5.000
5 000 - 100.000
100 000 ha
h 25.000
25 000 ha
h
(8 tahun) (20 tahun plus 2x10 tahun)

2 Mi
2. Minerall Bukan
B k 500 - 25.000
25 000 ha
h 5.000
5 000 ha
h
Logam (3 tahun, untuk intan 7 (10 tahun plus 2x5 tahun)
tahun)
3 Batuan
3. 5 - 5.000
000 ha
h 1.000
000 ha
h
(3 tahun) (5 tahun plus 2x5 tahun)

4. Batubara 5.000 - 50.000 ha 15.000 ha


(7 tahun) (20 tahun plus 2x10 tahun)
WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT (WPR)

Kegiatan pertambangan rakyat dilaksanakan dalam suatu WPR

WPR ditetapkan oleh bupati/walikota dengan dikonsultasikan


dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.

Kegiatan pertambangan rakyat dikelompokan sebagai berikut :


a. Pertambangan mineral logam;
b. Pertambangan
g mineral bukan logam;
g
c. Pertambangan batuan; dan/atau
d. Pertambangan batubara.
KRITERIA UNTUK MENETAPKAN WPR

a. mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai


dan atau tepi dengan tepi sungai;
b. mempunyai cadangan primer logam atau batubara dgn
kedalaman maksimal 25 m;
c. Merupakan
M k endapan
d teras,
t dataran
d t banjir
b ji dan
d endapan
d sungaii
purba;
d. luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25 Ha;
e menyebutkan jenis komoditi yang akan ditambang; dan/atau
e.
f. merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang
sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15 th.
g Tidak tumpang tindih dengan WUP dan WPN
g.
WILAYAH PENCADANGAN NEGARA (WPN)
Wilayah yang mengandung mineral atau batubara yang strategis untuk
kepentingan nasional :
™ Batubara dan mineral logam : Sn, Fe, Ni, Cu dan Al serta mineral lain yang
dinyatakan strategis (sebagai sumber devisa)
™ Memiliki sumber daya atau cadangan besar, atau
y langka,
™ Keberadaannya g , atau
™ Lokasinya strategis, seperti di perbatasan, yang memiliki potensi masalah
internasional, atau
™ Sebagai wilayah konservasi
™ WPN ditetapkan oleh Pemerintah
™ WPN dapat meliputi wilayah kerja pertambangan existing
™ Penetapannya tidak mengganggu kegiatan usaha existing
™ WPN disusun berdasarkan hasil penyelidikan umum dan/atau eksplorasi
PERATURAN PEMERINTAH
No. 22 TAHUN 2010
TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN
WILAYAH PERTAMBANGAN

Penyiapan Wilayah Dilakukan Melalui


Kegiatan:
¾ perencanaan WP; dan
¾ penetapan WP.

Perencanaan WP Disusun Melalui Tahapan:


¾ Inventarisasi potensi pertambangan; dan
¾ Penyusunan rencana WP.
Inventarisasi Potensi Pertambangan

Inventarisasi potensi pertambangan ditujukan untuk


mengumpulkan data dan informasi potensi
pertambangan yang dapat digunakan sebagai dasar
penyusunan rencana penetapan WP.

Potensi Pertambangan Dikelompokkan Atas:


¾ pertambangan mineral; dan
¾ pertambangan
t b b t b
batubara.

Pertambangan
g mineral dan batubara dikelompokan
p
ke dalam 5 (lima) golongan komoditas tambang: (1)
mineral radioaktif; (2) mineral logam; (3) mineral
bukan logam; (4) batuan; dan (5) batubara.
batubara
KEGIATAN PENYELIDIKAN DAN PENELITIAN

¾ Inventarisasi potensi pertambangan dilakukan melalui


kegiatan penyelidikan dan penelitian pertambangan.
¾ Penyelidikan dan penelitian pertambangan dilakukan
untuk memperoleh data dan informasi.

Data dan informasi memuat:


¾ formasi batuan pembawa mineral logam dan/atau batubara;
¾ data geologi hasil evaluasi dari kegiatan yang sedang
berlangsung, telah berakhir, dan/atau telah dikembalikan kepada
Menteri gubernur
Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai dengan
kewenangannya;
¾ data perizinan hasil inventarisasi terhadap perizinan yang masih
berlaku, yang sudah berakhir dan/atau yang sudah dikembalikan
kepada Menteri,
Menteri gubernur,
gubernur atau bupati/ walikota sesuai dengan
kewenangannya; dan/atau
¾ interpretasi penginderaan jauh baik berupa pola struktur maupun
sebaran litologi.
KEWENANGAN DALAM PENYELIDIKAN DAN PENELITIAN

Penyelidikan dan penelitian pertambangan dilakukan oleh:


A. Menteri, untuk penyelidikan dan penelitian pada wilayah:
lintas wilayah provinsi; laut dengan jarak lebih dari 12 (dua belas) mil dari
garis pantai; dan/atau berbatasan langsung dengan negara lain;
B. Gubernur, untuk penyelidikan dan penelitian pada wilayah:
lintas wilayah kabupaten/kota; dan/atau laut dengan jarak 4 (empat)
sampai dengan 12 (dua belas) mil dari garis pantai;
C
C. Bupati/Walikota, untuk penyelidikan dan penelitian pada wilayah:
Bupati/Walikota
kabupaten/kota; dan/atau laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis
pantai.

Dalam hal wilayah laut berada di antara 2 (dua) provinsi yang berbatasan dengan
jarak kurang dari 24 (dua puluh empat) mil, wilayah penyelidikan dan penelitian
masing-masing provinsi dibagi sama jaraknya sesuai prinsip garis tengah.

Kewenangan bupati/walikota pada wilayah laut sejauh 1/3 (sepertiga) dari garis
pantai masing-masing wilayah kewenangan gubernur.
Penyelidikan dan penelitian pertambangan dilaksanakan secara terkoordinasi oleh
Menteri, g
gubernur, dan bupati/walikota
p sesuai dengan
g kewenangannya.
g y
DATA EKSPLORASI

• Data dan informasi hasil eksplorasi yang dilakukan oleh


gubernur dan bupati/walikota wajib
g j diolah menjadi
j peta
potensi/cadangan mineral dan/atau batubara.
• Peta potensi/cadangan mineral dan/atau batubara paling
sedikit memuat sebaran potensi/cadangan mineral
dan/atau batubara.
• Gubernur dan bupati/walikota wajib menyampaikan
potensi/cadangan mineral dan/atau batubara beserta
laporan hasil eksplorasi kepada Menteri.
• Peta potensi/cadangan mineral dan/atau batubara dibuat
d l
dalam bentuk
b t k lembaran
l b peta
t dan
d digital.
di it l
PENUGASAN
¾ Dalam melakukan kegiatan penyelidikan dan penelitian pertambangan
pertambangan, Menteri atau
gubernur dapat memberikan penugasan kepada lembaga riset negara dan/atau
lembaga riset daerah.
¾ Penugasan dilakukan untuk menunjang penyiapan WP dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pertambangan.
¾ D l
Dalam h
hall tertentu,
t t t lembaga
l b riset
i t negara dapat
d t melakukan
l k k kkerja
j sama d dengan
lembaga riset asing setelah mendapat persetujuan dari Menteri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

‰ Lembaga riset negara dan/atau lembaga riset daerah wajib:


– menyimpan, mengamankan, dan merahasiakan data dan informasi potensi
pertambangan hasil penyelidikan dan penelitian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan.
– menyerahkan
y seluruh data dan informasi potensi
p p
pertambangan
g yyangg diperolehnya
p y
kepada Menteri atau gubernur yang memberi penugasan.
‰ Lembaga riset asing wajib:
– menyimpan, mengamankan, dan merahasiakan data dan informasi potensi
pertambangan hasil penyelidikan dan penelitian sesuai dengan ketentuan
peraturan
t perundangan-undangan;
d d d
dan
– menyerahkan seluruh data dan informasi potensi pertambangan yang diperolehnya
kepada lembaga riset negara yang bekerja sama dengannya paling lambat pada
tanggal berakhirnya kerja sama.
• Lanjutan
PENUGASAN
‰ Menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya menetapkan wilayah
penugasan penyelidikan dan penelitian pertambangan yang akan dilaksanakan oleh
l b
lembaga riset
i t negara d dan/atau
/ t llembaga
b riset
i td daerah
hddan dit
dituangkan
k d dalam
l peta.
t
‰ Menteri dalam menetapkan wilayah penugasan) berkoordinasi dengan gubernur dan
bupati/walikota setempat.
‰ Gubernur dalam menetapkan wilayah penugasan berkoordinasi dengan Menteri dan
bupati/walikota setempat
setempat.
‰ Bupati/walikota dapat mengusulkan suatu wilayah penugasan untuk dilakukan
penyelidikan dan penelitian pertambangan kepada Menteri atau gubernur.
‰ Peta dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) sebagai dasar dalam memberikan
penugasan penyelidikan dan penelitian pertambangan kepada lembaga riset negara
d / t lembaga
dan/atau l b riset
i td daerah.
h
PENYUSUNAN
RENCANA WILAYAH PERTAMBANGAN

• Data dan informasi hasil penyelidikan dan penelitian pertambangan


yang dilakukan oleh Menteri, gubernur dan bupati/walikota wajib
di l h menjadi
diolah j di peta
t potensi
t i mineral
i lddan/atau
/ t batubara.
b t b
• Data dan informasi hasil penyelidikan dan penelitian pertambangan
yang dilakukan oleh lembaga riset berdasarkan penugasan dari
Menteri atau g
gubernur wajib
j diolah menjadi
j p
peta p
potensi mineral
dan/atau batubara.
• Peta potensi mineral dan/atau batubara paling sedikit memuat
informasi mengenai formasi batuan pembawa mineral dan/atau
pembawa batubara.
batubara
• Gubernur dan bupati/walikota wajib menyampaikan peta potensi
mineral dan/atau batubara kepada Menteri.
• Berdasarkan peta potensi mineral dan/atau batubara, Menteri
melakukan
l k k evaluasi.
l i
• Hasil evaluasi digunakan oleh Menteri sebagai bahan penyusunan
rencana WP.
RENCANA
WILAYAH PERTAMBANGAN

– Rencana WP dituangkan dalam lembar peta


dan dalam bentuk digital.
g
– Peta dimaksud harus menggambarkan WP
dalam bentuk zona yang di-delineasi dalam
garis putus-putus.
– Rencana WP dimaksud digunakan sebagai
dasar penetapan WP.
PENETAPAN
WILAYAH PERTAMBANGAN

– Rencana WP ditetapkan oleh Menteri menjadi WP


setelah berkoordinasi dengan gubernur,
bupati/walikota dan berkonsultasi dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
– WP dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.
– Gubernur atau bupati/walikota
p sesuai dengan
g
kewenangannya dapat mengusulkan perubahan WP
kepada Menteri berdasarkan hasil penyelidikan dan
penelitian.
Lanjutan

PENETAPAN
WILAYAH PERTAMBANGAN

¾ WUP dan WPN ditetapkan oleh Menteri.


¾ WPR ditetapkan p oleh bupati/walikota.
p
¾ Menteri dapat melimpahkan kewenangan penetapan WUP untuk pertambangan
mineral bukan logam dan WUP untuk pertambangan batuan yang berada pada
lintas kabupaten/ kota dan dalam 1 (satu) kabupaten/kota dalam 1 (satu)
provinsi.
¾ Untuk menetapkan WUP, WPN, dan WPR, Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dapat melakukan eksplorasi.
¾ Eksplorasi dimaksud untuk memperoleh data dan informasi berupa peta, yang
terdiri atas:
ƒ peta t geologi
l id
dan peta
t fformasii b
batuan
t pembawa;
b d
dan/atau
/ t
ƒ peta geokimia dan peta geofisika;
ƒ perkiraan sumber daya dan cadangan.
¾ Menteri dalam melakukan eksplorasi wajib berkoordinasi dengan gubernur dan
bupati/walikota setempat
setempat.
¾ Gubernur dalam melakukan eksplorasi wajib berkoordinasi dengan bupati/
walikota setempat.
¾ Bupati/walikota dalam melakukan eksplorasi wajib berkoordinasi dengan Menteri
dan gubernur
gubernur.
Peran Pemerintah, Daerah dan Pemerintah *)
DPR Dalam Perencanaan Wilayah
Pertambangan (UU Minerba) Koordinasi dengan daerah
Pelaporan ke DPR

WUP

Persetujuan DPR

Wilayah
Hukum WP WPN
Indonesia
Pemda
WP : Wilayah Pertambangan Kab./Kota
WUP : Wilayah Usaha Pertambangan
WPN : Wilayah Pencadangan Negara Konsultasi ke DPRD
WPR : Wilayah
Wil h Pertambangan
P t b Rakyat
R k t

*) Pemerintah dapat mendelegasikannya kepada Gubernur WPR

Anda mungkin juga menyukai