Anda di halaman 1dari 49

3.

1 PENGERTIAN SISTEM UTAMA ENGINE DAN MEKANISME KATUP


Berfungsi untuk mengatur pemasukan gas baru (campuran bahan bakar dan
udara) secara optimal ke dalam silinder dan mengatur pembuangan gas bekas ke
saluran buang.
Mekanisme katup adalah sistem untuk menggerakkan katup baik secara
manual maupun hidrolis, jangka waktu tertentu mekanisme tersebut harus di
standartkan lagi atau di setel ulang agar tenaga mesin bisa seperti semula.

JENIS-JENIS MEKANISME KATUP 


1. OHV (OVERHEAD VALVE)

Katup berada di atas silinder block dan noken as atau camsaft berada di silinder
block, batang pendorong atau yang sering disebut push rod dan juga valve lifter.
2. OHC (OVER HEAD CAMSHAFT)

Pada tipe ini, camsaft langsung menggerakkan rocker arm tanpa push rod
maupun valve lifter
3. DOHC (DOUBEL OVE HEAD CAMSHAFT)

Pada tipe ini sama dengan tipe OHC hanya saja ada 2 camsfat dan tentunya
katupnya bertambah, sehingga pada tipe ini satu silinder menggunakan 4 katup
sekaligus, yaitu 2 katup IN dan 2 katup EX.
CARA KERJA SISTEM UTAMA ENGINE DAN MEKANISME KATUP

1.Cara Kerja Katup OHV


 Saat poros engkol berputar, gigi sproket pada crankshaft akan memutar gigi
sproket poros nok. Akibatnya poros nok ikut berputar selama poros engkol
berputar.
 Putaran poros nok akan memutas cam atau tonjolan, ketika tonjolan tersebut
menyentuh valve lifter maka valve lifter akan terangkat.
 Push rod akan menghubungkan gerakan valve lifter ke rocker arm.
 Akibatnya terjadi efek ayunan, ketika ujung rocker arm terangkat, maka ujung
lainya akan menekan katup.
 Saat katup tertekan rocker arm, maka katup akan terbuka.
 Ketika tekanan dari rocker arm usai, pegas katup akan mengembalikan posisi
katup ke semula.
2.Cara Kerja Katup OHC
 Pada katup OHC, juga prinsipnya sama ketika poros engkol berputar maka
poros nok ikut berputar. Akan tetapi karena poros nok terletak di kepala
silinder, maka diperlukan sebuah belt atau chain untuk menghubungkan
putaran kedua poros.
 Saat poros nok berputar, maka tonjolan akan langsung menekan rocker arm.
Ketika tonjolan tersebut berputar, maka pegas katup akan mengembalikan
posisi valve ke semula.
 Pada beberapa tipe, biasanya OHC dilengkapi dengan rocker arm yang
terletak di antara valve dan cam. Fungsinya sebagai pengatur celah katup
dengan metode HLA (Hydraulic Lash Adjuster).
3. Cara Kerja Katup DOHC
Langkah pertama piston bergerak dari titik mati atas ke titik mati bawah,
posisi katup masuk terbuka dan katup keluar tertutup, mengakibatkan udara atau
gas terhisap masuk ke dalam ruang bakar. Proses udara atau gas sebelum
masuk ke ruang bakar dapat dilihat pada sistem pemasukan.
Selanjutnya piston bergerak dari titik mati bawah ke titik mati atas. Posisi
katup masuk dan keluar tertutup mengakibatkan udara atau gas dalam ruang
bakar terkompresi. Beberapa saat sebelum piston sampai pada posisi titik mati
atas, waktu penyalaan (timing ignition) terjadi pada mesin bensin berupa nyala
busi dan gas yang terbakar dalam ruang bakar akan meningkatkan tekanan
dalam ruang bakar. Hal itu mengakibatkan piston terdorong dari titik mati atas ke
titik mati bawah.
PERBEDAAN ANTARA SOHC DAN DOHC
Pada dasarnya, hal yang membedakan antara SOHC dan DOHC terletak
pada jumlah overhead camshaft di dalamnya. SOHC atau Single Over Head
Camshaft memiliki 1 overhead / noken as yang di dalamnya terdapat 2 klep (untuk
masukan gas [intake] dan buangan gas [exhaust]).
Sementara DOHC atau Double Over Head Camshaft memiliki 2 noken as
yang masing-masing melayani 2 klep untuk intake dan exhaust di tiap nokennya.
3.2 SISTEM PELUMASAN: PENGERTIAN, KOMPONEN DAN CARA KERJANYA
Komponen mesin kendaraan akan menimbulkan panas apabila saling
bergesekan. Untuk mengurangi efek dari gesekan tersebut sistem pelumasan
dibutuhkan. 
Pengertian Sistem Pelumasan Pada Kendaraan pelumasan adalah suatu
sistem atau rangkaian pada kendaraan di mana pelumas ditampung, disedot,
disaring, kemudian didistribusikan secara menyeluruh ke setiap bagian mesin. Media
pelumas yang digunakan pada sistem ini adalah oli yang mampu masuk hingga ke
celah mesin. Oli yang melapisi celah-celah mesin dinamakan oil film.
Lapisan ini menempel sangat kuat pada komponen mesin dan sulit
dilepaskan. Hal ini membuat setiap kali komponen mesin yang mayoritas terbuat dari
logam bergesekan, lapisan tersebut dapat menjadi penghalang terjadinya gesekan
langsung.
Sistem ini dibuat dengan memperhitungkan beberapa fungsi. Sistem ini bekerja
secara langsung sebagai pendingin komponen mesin dan membilas kotoran yang
menempel pada komponen mesin sehingga mesin dapat bekerja lebih baik.
Pelumasan juga dilakukan untuk memberi sekat pada lubang antara silinder
dan torak. Sekat ini berfungsi sebagai pencegah kebocoran tekanan dari ruang
pembakaran. Selain itu, pelumasan juga berfungsi untuk melumasi seluruh
permukaan komponen mesin agar tidak bergesekan secara langsung.
Hal tersebut dilakukan untuk meredam suara yang ditimbulkan dari komponen mesin
yang bergerak. Serta agar tidak terjadi keausan pada komponen mesin, sehingga
mesin menjadi lebih awet dan kendaraan Anda menjadi nyaman untuk dikendarai.
KOMPONEN-KOMPONEN SISTEM PELUMASAN
 Bak oli
Berfungsi untuk menampung oli. Komponen ini menyimpan cadangan oli yang
nantinya akan digunakan untuk melumasi mesin.
 Pompa oli
Berfungsi untuk menghisap dan menyalurkan oli pada mesin. Kinerja komponen
pompa oli bergantung pada putaran mesin dari camshaft, crankshaft, atau timing
belt. Pompa oli bekerja dengan menyalurkan oli yang bertekanan ke semua saluran
mesin.
 Filter oli
Komponen lain yang digunakan dalam sistem pelumasan adalah filter oli. Komponen
ini bertugas sebagai penyaring oli dari kotoran sehingga oli tidak cepat kotor. Apabila
oli yang diproses dalam sistem ini terkontaminasi oleh kotoran, maka pelumasan
tidak akan berfungsi secara maksimal.
Pelumas yang bekerja di sebuah kendaraan tidak boleh mengandung kotoran
sedikitpun. Partikel dan kotoran yang ada dalam oli dapat menyebabkan celah mesin
yang rapat akan tergores.
 Strainer
Komponen ini berfungsi untuk menyempurnakan kerja filter oli. Strainer atau
penyaring dapat menyaring kotoran hingga yang berdiameter satu milimeter.
Komponen pompa oli berada di antara lubang pompa oli dengan pompa oli, yaitu
bertugas sebagai lubang isap pelumas menuju pompa oli.
 Pressure Valve
Pressure valve atau katup tekanan merupakan sebuah komponen pelumasan yang
bertugas untuk mengatur tekanan pelumas. Pengaturan ini dilakukan utamanya
ketika mesin sedang bekerja dengan perputaran yang tinggi.
Ketika mesin berputar tinggi, volume oli yang bergerak dari pompa oli mengalami
pertambahan. Sedangkan saluran oli memiliki batas kemampuan. Oleh karena itu,
pengaturan tekanan pelumas dibutuhkan agar tekanan oli tetap stabil.
Kerja dari komponen yang satu ini memiliki hasil akhir untuk mengembalikan oli
pada carter. Proses ini berlangsung ketika tekanan pelumas atau oli sedang naik.
 Switch Oli
Switch oli merupakan sensor tekanan oli yang berfungsi untuk mengetahui hasil
kerja dari pompa oli. Komponen ini bertugas untuk memberitahukan kepada Anda
terkait cukup atau tidaknya tekanan pompa oli untuk melumasi mesin.
Anda akan dapat mengetahui hal tersebut ketika memutar kunci kontak Anda pada
posisi on. Lihatlah pada dashboard apakah lampu indikator oli kendaraan Anda
menyala. Apabila lampu ini menyala berarti komponen switch berfungsi dengan baik.
Namun sebaliknya, ketika mesin dihidupkan lampu indikator oli harus mati. Apabila
lampu indikator oli hidup saat mesin dihidupkan, periksalah oli mesin Anda.
Kemungkinan ada sesuatu yang bermasalah pada pelumasan kendaraan Anda.
 Oil gallery
Oil gallery adalah saluran pelumasan yang berfungsi sebagai jalan oli atau pelumas
pada mesin. Komponen ini berupa lubang pada blok mesin yang akan dilumasi.
Lubang ini akan mengantarkan pelumas pada perangkat yang harus mendapat
pelumasan.
 Oil jet
Oil jet merupakan sebuah komponen pelumasan yang berada di bawah silinder
mesin. Komponen ini bertugas menyemburkan oli atau pelumas ke batang
penggerak.
 PCV valve
Komponen yang satu ini tidak kalah penting. Komponen Positive Crankcase
Ventilation valve atau disingkat PCV valve merupakan bagian dari rangkaian saluran
mesin. Komponen ini berupa saluran ventilasi udara yang terdapat pada ruang
engkol mesin.
PCV valve berguna untuk mengeluarkan gas atau udara yang telah terkontaminasi.
Pada rangkaian pelumasan mesin kendaraan, PCV valve berfungsi untuk
membuang gas sisa pembakaran dalam mesin. Pada akhirnya, komponen ini dapat
menjaga kestabilan tekanan pada mesin.

CARA KERJA SISTEM PELUMASAN


Cara kerja sistem pelumas mesin kendaraan dapat dikatakan cukup
sederhana namun juga rumit. Sistem ini akan mulai bekerja ketika mesin kendaraan
dihidupkan. Sedangkan pada kondisi normal, yaitu mesin belum dihidupkan,
pelumas atau oli tertampung di dalam karter atau bak oli.
Ketika itu, pompa oli memiliki pasokan pelumas yang berasal dari engkol
mesin. Pompa oli pada umumnya menggunakan rotary pump.
Kemudian ketika mesin dihidupkan, poros engkol memulai kerja sistem
pelumasan dengan memutar pompa oli. Proses ini menyebabkan adanya
penyedotan pada komponen inlet hose oil pump. Pelumas akan masuk pada pompa
oli lewat inlet valve, dan terjadi penekanan pelumas oleh pompa di sisi lainnya.
Pelumas atau oli yang sudah memiliki tekanan mengalir lewat jalur oli menuju filter
oli. Di dalam komponen filter ini pelumas mengalami proses penyaringan agar
terbebas dari berbagai kerak, kotoran, dan partikel.
3.3 SISTEM PENDINGIN

Saat beroperasi, mesin mobil menghasilkan panas tinggi. Panas ini pun perlu dijaga
atau ditransfer dengan komponen lain. Sistem pendingin mesin mobil memiliki peran
penting dalam menjaga temperatur kerja mesin tetap stabil. Menggunakan cairan,
sistem pendingin ini mampu memindahkan panas mesin.
Ketika mesin masih dalam kondisi dingin, sistem pendingin mesin belum
bekerja. Cairan pendingin masih berada di dalam radiator dan belum bersirkulasi
untuk melakukan pendinginan. Begitu mesin mencapai temperatur tertentu, cairan
pendingin baru bersirkulasi untuk memindahkan panas mesin.
Satu komponen sistem pendingin yang mengatur sirkulasi cairan pendingin itu
adalah thermostat. Thermostat akan membuka ketika mesin sudah mencapai suhu
tertentu dan akan tertutup ketika suhu mesin rendah atau di bawah spesifikasi.
Sehingga sistem pendingin ini bertugas menstabilkan suhu kerja mesin.
Lalu mengapa suhu kerja mesin mobil perlu dijaga? Karena mesin mobil
bekerja dari proses pembakaran di ruang bakar, tentu akan menghasilkan panas.
Beberapa komponen mesin yang bergerak dan bergesekan pun juga menghasilkan
panas. Bila suhu mesin terlalu tinggi atau tanpa pendinginan, bisa menyebabkan
kerusakan parah yang dapat membuat mesin malfungsi.
Tak lain karena sebagian besar komponen mesin menggunakan material besi
atau aluminium yang bisa memuai jika terkena panas tertentu. Ketika berada di suhu
kerja mesin, besarnya pemuaian material itu tidak membuat mesin gagal bekerja.
Tapi ketika mesin bekerja di atas suhu kerjanya, pemuaian material itu sudah tidak
lagi memungkinkan mesin untuk bekerja normal.
Seperti pemuaian yang terjadi pada kepala silinder. Jika suhu mesin terlalu
tinggi (mesin overheat), dapat membuat kepala silinder melengkung. Tak hanya itu,
pemuaian material yang terlalu besar dapat membuat komponen yang saling
bergesekan tak lagi dapat bergerak karena saling menghimpit.
Jadi, mesin membutuhkan sistem pendingin yang dapat memindahkan panas
menuju ke lokasi yang jauh dari mesin. Proses pendinginan itu harus berlangsung
secara kontinyu selama mesin itu bekerja. Cairan pada sistem pendingin akan terus
bersirkulasi sambil membawa panas mesin menuju radiator. Ketika mencapai
radiator, suhu cairan akan turun karena ada aliran udara dari depan mobil dan
melewati kisi-kisi radiator serta kipas radiator yang menghisap udara dan
mengembuskan ke arah mesin.
Agar lebih mendetail, sistem pendingin mesin mobil memiliki beberapa komponen
untuk dapat bekerja dan masing-masing memiliki fungsi.
1. Radiator : Berfungsi untuk mendinginkan cairan setelah menyerap panas dari
mesin dengan cara melepas panas melalui kisi-kisi radiator yang mengalir angin
dingin dari kipas. Radiator mobil ini terdiri dari upper tank, inti radiator, lower tank,
dan tutup radiator.
2. Kipas radiator : Fungsinya untuk menciptakan aliran udara setelah radiator
sehingga terjadi pendinginan cairan. Kipas radiator menghisap udara dari radiator
dan menghembuskannya ke arah mesin. Berada di belakang radiator, kipas ini
digerakkan oleh poros engkol menggunakan v-belt.
3. Tutup radiator : Fungsi dari tutup radiator adalah untuk menaikkan titik didih
air dan menjaganya agar tidak mendidih pada suhu 100 derajat Celcius. Pada
tutup radiator ada dua macam katup yakni katup tekan dan vacuum. Katup tekan
akan membuka ketika mesin panas karena kenaikan tekanan di dalam radiator
sehingga uap cairan bisa keluar ke reservoir. Ketika suhu cairan sudah turun,
katup vakum akan bekerja untuk menciptakan kevakuman di dalam radiator dan
menghisap cairan dari reservoir.
4. Pompa air (water pump): Fungsinya untuk mensirkulasikan cairan pendingin
ke seluruh sistem pendingin. Pompa ini juga digerakkan oleh v belt.
5. Thermostat : Komponen ini sebagai pengatur sirkulasi cairan pendingin.
Ketika mesin belum mencapai suhu kerjanya, thermostat akan menahan cairan
tidak bersirkulasi. Begitu panas mesin tercapai, thermostat akan membuka saluran
agar cairan dapat bersirkulasi dan mengalir ke radiator.
6. Reservoir: Selain sebagai tangki cadangan cairan pendingin, tabung ini juga
berguna untuk menampung aliran uap dari radiator saat mesin panas.
7. V-belt : Berfungsi untuk menggerakkan kipas radiator dan juga pompa air.
8. Water jacket : Merupakan saluran cairan pendingin yang berada di sekeliling
mesin untuk memindahkan panas mesin.

3.4 SISTEM BAHAN BAKAR BENSIN KONVENSIONAL/KARBURATOR


Sistem Bahan Bakar Bensin - Pada awal 1980-an, teknologi mesin dengan
sistem karburator sudah sangat maju. Hingga sekarang, nyatanya sistem bahan
bakar komvensional menggunakan karburator tetap diaplikasikan baik pada mobil
ataupun motor. Lantas, bagaimana cara kerja sistem bahan bakar karburator pada
mesin bensin ? simak ukasan lengkapnya dibawah.

Tak bisa dipungkiri, saat ini sistem EFI dengan cepat akan menggantikan
keberadaan karburator atau sistem bahan bakar mekanis pada mesin. Hal itu
didasari dari berbagai alasan, alasan utamanya yakni tingkat efisiensi serta emisi
yang dihasilkan.
Sistem bahan bakar elektronik atau EFi terbukti dapat meningkatkan efisiensi
mesin dengan produksi emisi yang rendah. Hanya saja, sistem bahan bakar
elektronik ini juga didasari dari sistem konvensional seperti pada karburator. Untuk
itu, jika anda belum memahami prinsip kerja sistem bahan bakar ini, maka akan
kesulitan untuk mempelajari EFI.
KOMPONEN SISTEM BAHAN BAKAR KONVENSIONAL

Sebelum melangkah ke sistem kerja, kita bahas dulu komponen penting yang
harus ada dalam satu sistem bahan bakar bensin. Antara lain ;

 Tanki bensin, fungsinya untuk menampung bahan bakar berupa bensin.


 Filter bensin, fungsinya untuk menyaring air dan kotoran dari aliran bensin.
 Pompa bensin, fungsinya untuk menyalurkan bensin dari tanki ke karburator
 Karburator, fungsinya untuk mencampur sejumlah bensin kedalam udara saat
proses intake
 Selang bensin, fungsinya sebagai media untuk mobilisasi bensin dari tanki ke
karburator.

CARA KERJA SISTEM BAHAN BAKAR BENSIN KONVENSIONAL


Dimulai pada pompa bensin yang bersifat mekanis. Pompa ini, terletak pada
blok silinder yang digerakan oleh tonjolan camshaft. Namun dibeberapa mobil sudah
menggunakan pompa bensin elektrik.
 Saat mesin start, pompa akan menyerap bensin dari tanki menuju filter bahan
bakar.
 Didalam filter, bensin disaring serta dipisahkan oleh water sedimenter untuk
menghasilkan bensin murni.
 Bensin murni yang telah disaring mengalir kearah karburator. Didalam
karburator, bensin masuk kedalam ruang pelampung.
Didalam karburator, terdapat berbagai komponen penyusun. Diantara
banyaknya komponen penyusun, terdapat beberapa komponen inti karburator antara
lain
 Ruang pelampung
 Pelampung
 Main Jet
 Ventury
 Throtle Gas
Ketika mesin start, udara mengalir dari filter udara masuk keruang karburator
dan melewati ventury. Ventury merupakan sebuah saluran dengan diameter
dipersempit. Tujuan penyempitan saluran ini adalah untuk meningkatkan kecepatan
aliran udara yang berimbas pada menurunnya tekanan pada ventury.
.

Disisi lain, bensin sudah memenuhi ruang pelampung yang memiliki saluran
bernama main jet ke arah ventury. Sementara tekanan di ventury turun
menyebabkan bensin dari ruang pelampung naik menuju saluran main jet dan keluar
didalam ventury.
Hal diatas menyebabkan bensin keluar ditengah derasnya aliran udara saat
proses hisap. Sehingga saat proses intake, udara sudah bercampur dengan bahan
bakar saat masuk ke ruang bakar.

Sementara itu, untuk mengatur RPM mesin menggunakan komponen throtle


yang terletak setelah ventury. Cara kerja katup gas inu, seperti koin yang menutup
saluran udara. Saat posisi katup ini horizontal maka aliran udara menuju intake
seperti tertahan sehingga RPM mesin berkisar 800 RPM.
Ketika posisi katup gas semakin vertikal, maka lubang intake semakin besar
sehingga proses hisap semakin lancar. Hal itu membuat RPM mesin meningkat.
Sementara suplai bensin sudah teratur secara otomatis karena semakin lebar katup
membuka semakin kecang pula aliran udara yang melewati saluran karburator.
Sehingga semakin cepat aliran semakin turun pula tekanan udaranya hal itu
menyebabkan semakin banyak bensin yang terserap keluar ke ventury.
Demikian artikel lengkap mengenai cara kerja sistem bahan bakar mesin
bensin konvensional semoga bermanfaat.

3.5 SISTEM BAHAN BAKAR BENSIN EFI Eleketronik Fuel Injektion


Pengertian Sistem EFI
EFI adalah kependekan dari Electronic Fuel Injection, kalau diartikan maka
sistem EFI adalah suatu rangkaian penyuplai bahan bakar secara elektronik. Artinya,
sistem suplai bahan bakar dari tanki ke ruang bakar sudah berbasis elektronik.
Bagaimana mungkin dibuat berbasis elektronik ?
Sebelumnya, pada sistem bahan bakar konvensional yang masih
menggunakan karburator bensin dari tanki akan disalurkan ke karbu melalui pompa
mekanis. Pompa mekanis ini bekerja menggunakan sebuah nok yang terhubung ke
camshaft mesin.
Disamping itu, karburator juga bekerja secara mekanis dengan memanfaatkan
perbedaan tekanan udara untuk menyuplai bensin dengan volume yang pas.
Tapi ada kelemahannya dari sistem konvensional ini, volume bensin yang
masuk ke ruang bakar itu tidak bisa 100% ideal. Memang mesin masih bisa bekerja
dengan baik, tetapi ketidakidealan bensin yang masuk tersebut akan berimbas pada
emisi. Kita tahu sendiri, semakin hari standar emisi kendaraan semakin tinggi.
Sehingga dibuatlah sebuah perangkat elektronik yang terdiri dari sensor, processor,
dan actuator untuk memasukan bensin ke ruang bakar secara ideal.
Cara Kerja Sistem EFI
Prinsip kerja sistem EFI juga menggunakan perbedaan tekanan, namun
perbedaan tekanan ini dibuat lebih tinggi. Sehingga akan meningkatkan tekanan
didalam saluran bensin, ini akan menyebabkan bensin mengabut secara sempurna.

Ibaratnya sebuah kran, kalau anda buka kran dengan tekanan air yang rendah maka
air dari kran hanya mengucur. Namun kalau tekanan air besar, air yang keluar dari
kran seperti menyemprot sehingga akan memisahkan tiap molekul airnya
(mengabut).
Lalu siapa yang meningkatkan tekanan bensin ?
Ini adalah tugas dari pompa bensin elektrik, pompa bensin elektrik sudah
bekerja menggunakan motor listrik. Sehingga, kinerjanya tidak lagi dipengaruhi oleh
RPM mesin.
Ini akan membuat tekanan bensin lebih bisa dikontrol dan lebih stabil,
sehingga sangat cocok untuk sistem injeksi. (selengkapnya bisa baca Cara kerja
sistem EFI lengkap )
Mekanisme Sistem EFI

Seperti yang ditujukan gambar diatas, saat kunci kontak ON pompa bensin
akan menyala. Sehingga saat kunci kontak baru ON tekanan bensin sudah
meningkat. Namun pada saat ini, lubang injektor masih tertutup rapat sehingga tidak
ada semprotan bensin yang masuk ke intake manifold.
Ketika kita putar kunci ke posisi start, injektor akan membuka dengan interval
tertentu. Karena lubang injektor kecil, ditambah tekanan bensin besar maka efek ini
akan mengabutkan bensin kedalam intake manifold. Dan bensin yang terkabut
tersebut, akan masuk bersama aliran udara ke dalam ruang bakar.
Bagaimana mekanisme pengaturan volume bensin ?
Itu adalah tugas dari perangkat elektronik sistem EFI. Seperti yang dikatakan diatas,
ada tiga komponen perangakt elektronik sistem EFI yakni ;

 Sensor
 Processor
 Actuator

1. Sensor
Sensor adalah komponen yang berfungsi mendeteksi semua indikator yang
dijadikan acuan untuk menentukan volume bensin yang ideal. Dalam sistem
pengolahan data, sensor berfungsi sebagai input device dimana sensor-sensor ini
akan mendeteksi beberapa indikator seperti temperatur udara intake, masa udara
intake, temperatur mesin, dan lainnya.
Umumnya sensor bekerja dengan memanfaatkan variable resistor. Dimana
ada tegangan referensi yang diberikan, kemudian tegangan referensi tersebut
masuk ke sensor dimana ada variable resistor. Besar hambatan pada variable
resistor ini mengikuti kondisi yang diukur, jadi output dari sensor berupa tegangan
dengan nilai tertentu. Tiap nilai dari tegangan output ini akan diterjemahkan oleh
processor untuk proses pengolahan data.
Setidaknya ada 8 sensor pada mesin injeksi

 IAT (intake air temperature) berfungsi mendeteksi suhu udara intake.


 MAF (mass air flow) mendeteksi masa udara intake.
 TPS (throtle position sensor) berfungsi mendeteksi sudut pembukaan katup.
 MAP (manifold air pressure) mendeteksi tekanan didalam intake manifold.
 ECT (engine coolant temperature) berfungsi mendeteksi suhu air pendingin.
 CKP (cranksfhaft posistion) mendeteksi putaran crankshaft untuk mengetahui
RPM mesin.
 CMP (camshaft position) mendeteksi putaran camshaft untuk mengetahui
posisi TOP mesin.
 O2S (oksigen sensor) berfungsi mendeteksi emisi gas buang dari dalam
exhaust manifold.
2. Processor
Komponen processor pada mesin injeksi disebut ECU (electronic control unit)
atau ECM (engine control module), baik ECU atau ECM sama saja hanya beda
penamaan. Fungsinya untuk mengolah data-data yang diberikan oleh sensor,
kemudian memberi perintah ke aktuator.
ECU bekerja seperti layaknya processor komputer yang akan mengolah
semua data dari input device. Namun ECU sudah diprogram, untuk melakukan
pengolahan data terkait kinerja mesin. Selain menghitung jumlah bensin yang ideal,
ECU juga bertugas menghitung timming pengapian pada sistem pengapian DLI
(distributor less ignition).
Dengan kata lain, ECU adalah perangkat pengontrol elektronik yang menjadi basis
pengolahan data terkait performa mesin.
3. Actuator
Actuator adalah perangkat elektronik yang berfungsi mengeksekusi perintah
dari ECU. Actuator ini mirip seperti output device yang akan melaksanakan perintah
CPU pada komputer.
Bedanya, actuator pada sistem EFI itu injektor. Fungsinya untuk
mengabutkan bensin dari saluran bensin kedalam intake manifold sesuai perintah
dari ECU.
Injektor bekerja dengan menggunakan solenoid, dimana ketika ada aliran
listrik kemagnetan pada solenoid akan membuka lubang injektor. Dan disaat inilah
bensin mengabut. Untuk menentukan volume bensin yang mengabut, ada pada
timming atau waktu solenoid membuka.
Artinya, ECU akan mengirimkan perintah berupa tegangan ke injektor dengan
interval waktu tertentu. Lama interval waktu tersebut, diperoleh dari proses
pengolahan data yang melibatkan berbagai sensor.
Komponen Sistem EFI

Secara umum, komponen pada sistem EFI tidak jauh beda dari sistem bahan bakar
konvensional namun ada tambahan komponen elektronik. Beberapa komponen
pada sistem EFI antara lain ;
 Fuel tank
 Fuel filter
 Fuel pump
 Fuel hose
 Delivery pipe
 Injectors
 Pressure regulator
3.6 ENGINE MANAGEMENT SYSTEM
EMS system (engine management system) mengatur secara luas agar
operasional mesin bisa tetap bekerja secara optimal setiap saat melalui pengaturan
elemen mesin seperti sensor, actuator, controller, dst.
EMS system (engine management system) mengatur secara luas agar
operasional mesin bisa tetap bekerja secara optimal setiap saat melalui pengaturan
elemen mesin seperti sensor,actuator dan controller. Sistem pengaturan mesin
melibatkan pengaturan bahan bakar, air intake dan juga waktu pengapian, agar
diperoleh momen dan tenaga sesuai spesifikasi. Pengemudi dapat mengatur bukaan
throttle valve secara manual dengan sistem koneksi mekanis, yang kemudian
mengatur rasio udara/bahan bakar ke dalam mesin, selanjutnya campuran
udara/bahan bakar yang masuk itu akan menentukan tenaga dan momen yang
dihasilkah oleh mesin.Pengaturan momen mesin biasanya menggunakan sistem
kontrol secara mekanis dan tekanan hampa, misalnya evaporator yang
menghasilkan campuran bahan bakar/udara untuk pembakaran, pemakaian
peralatan yang sudah sesuai dengan aturan international untuk memperoleh energi
pengapian yang tepat, distributor, centrifugal dan sistem oscilation vacuum.Sistem
konfigurasi kontrol secara mekanis dapat dikatakan sangat rumit, susah dalam
pembuatan, dan sulit untuk mendapatkan hasil yang optimal dan efisiens, sehingga
mengakibatkan emisi buangnya tidak bisa mengikuti aturan yang telah
ditetapkan.Sistem pengontrolan secara elektroni untuk sistem injeksi bahan bakar
(Bosch’s DJetronic danL-Jetronic) sudah diperkenalkan untuk menggantikan sistem
konvesional karburator atau injeksi mekanis, dan selanjutnya teknologi pengaturan
secara elektronic untuk aplikasi mesin dan keseluruhan sistem pada kendaraan
berkembang dengan pesat. Penggunaan teknologi pengaturan secara elektronik
akan memungkinkan sistem pengontrolan berjalan secara akurat dan tahan lama,
serta dapat mengurangi polusi lingkungan karena emisinya lebih baik, hemat bahan
bakar, stabilitas dan kontrol sistem juga lebih baik. Perkembangan teknologi
elektronika yang sangat pesat, termasuk di dalamnya semi conductor dan komputer
sejak tahun 1970 juga berperan dalam meningkatkan tingkat kestabilan kendaraan
dan harganya juga sudah semakin terjangkau.

Ada tiga alasan dasar penggunaan kontrol mesin secara elektrik yaitu:

1. Kontrol emisi yang ramah lingkungan sesuai dengan peraturan pemerintahan.


Emisi buang adalah hasil dari proses pembakaran antara campuran bahan
bakar dan udara. Bensin mengandung HC yang bisa mengeluarkan carbon
dan hydrogen. Pembakaran di dalam mesin merupakan reaksi oksidasi antara
oksigen dan bensin yang membangkitkan energy panas dalam bentuk
majemuk. Untuk pembakaran yang sempurna gas buangnya adalah C02 dan
H2O. Namun pembakaran sempura tidak sepenuhnya bisa diwujudkan,
karena reaksi pembakaran itu menghasilkan zat N2, 02, CO, HC yang tidak
terbakar,bermacam NOx, dsb, begitu juga C02 dan H2O. diantara gas buang
zat CO, HC, dan NOx diketahui dapat membahayakan manusia, dan sudah
menjadi standar baku peraturan pembatasan gas, buang disetiap negara.
Emisi C02 merupakan hal pokok yang harus dikurangi pengeluarannya
untuk mencegah terjadinya reaksi pemanasan global.

2. Hemat bahan bakar


Kilometer per liter digunakan untuk menentukan jarak tempuh kendaraan per liter
bahan bakar,dan biasanya dihitung dalam km/jam. Jarak tempuh per liternya
akan beragam tergantung dariukuran kendaraan, bentuk, berat dan pola orang
yang membawa kendaraan. Jarak termpuh per liter sudah menjadi isu sejak awal
tahun 1970an dikarenakan adanya krisis minyak, yang memerlukan pengurangan
konsumsi bahan bakar pada kendaraan. Dan perlu diketahui bahwa akhir-akhir
ini pemanasan cahaya global oleh C02 meningkat, sehingga kontrol zat C02
yangterdapat di dalam gas buang semakin diperketat.Selama bahan bakar jenis
HC dipakai pada mesin kendaraan, meskipun pembakarannya sempurna, namun
tidak bisa mencegah pembentukan C02. oleh karena itulah untuk mengurangi
peredaran C02, maka mobil mobil mutlak harus yang hemat bahan bakar. Salah
satu lembaga yang mengatur pemakaian bahan bakar adalah CAFE (Corporate
Average Fuel Economy) yang mengatur rata-rata pemakaian bahan bakar pada
kendaraan per tahun yang diproduksi oleh para pembuat kendaraan, kemudian
membuat tipe mobil yang hemat bahan bakar.

3. Performa mesin yang lebih baik


Kecepatan mesinnya meningkat dibanding sebelumnya, karena setiap automaker
tetap berusaha , melakukan pengembangan untuk meningkatkan performa
kendaraannya. Agar tujuan diatas dapat terkaksana, maka dibutuhkan performa
mesin yang maksimal dengan kapasitas CC yang tepat, dan pengaturan kontrol
untuk campuran udara/bahan bakar dan waktu pengapian secara tepat untuk
segala kondisi kerja. Sistem suplai bahan bakar dan sistem kontrol pengapian
secara konvensional dengan mekanis tidak bisa akurat, karena itulah
penggunaan sistem kontrol secara elektronik tidak dapat dihindari lagi.

Kontrol Sistem Bahan Bakar


Tujuan dari penggunaan sistem kontrol pada engine adalah untuk menyajikan
dan memberikan daya mesin yang optimal melalui sistem kerja yang akurat yang
disesuaikan untuk menghasilkan emisi gas buang yang seminimal mungkin,
pengunaan bahan bakar yang efisien, menghasilkan pengendaraan yang optimal
untuk semua kondisi kerja mesin, meminimalkan penguapan bahan bakar serta
menyediakan sistem diagnosis untuk mengevaluasi sistem kerja dan kondisi
perangkat perangkat pendukungnya bila terjadi permasalahan-permasalahan yang
tidak dikehendaki pada sistem ini.

Pengontrolan Mesin yang dilakukan secara elektronik terdiri atas peralatan-peralatan


sensor yang secara terus menerus memantau kondisi kerja mesin. Unit pengontrol
elektronik yang dikenal dengan ECU bekerja mengevaluasi data-data masukan dari
berbagai sensor yang terpasang pada engine. Dengan membandingkan data pada
memorinya dan melakukan perhitungan yang akurat, ECU mengaktifkan perangkat-
perangkat penggerak/actuator untuk menghasilkan sistem kerja mesin yang baik.
Dalam menginjeksikan bahan bakar, terdapat tiga pekerjaan utama  
(pengontrolan)   yang   akan   dilakukan   oleh   ECU (khususnya system yang
menggunakan model EMS), yaitu perhitungan kuantitas penginjeksian, pemilihan
mode injeksi dan fuel cut.Perhitungan kuantitas dilaksanakan atas pertimbangan
kondisi kerja mesin yaitu pada saat bekerja normal atau pada saat starter. Control
unit mangkalkulasi waktu pembukaan bagi injector agar sesuai dengan
perbandingan stoichiometric dan kebutuhan mesin pada saat itu. Disamping itu juga
diperhitungkan   mode   injeksi   yang sedang dilaksanakan. Adapun mode injeksi
dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu mode simultan / serempak, group /
kelompok dan sequential.

Pada model simultan, bahan bakar dinjeksikan dalam waktu yang bersamaan untuk
semua silinder. Mode ini merupakan metode penyemprotan model lama dan untuk
model baru diaplikasikan pada saat start dan kondisi temperatur air pendingin masih
rendah.

3.7 SISTEM BAHAN BAKAR DIESEL POMPA INJEKSI IN LINE.


Cara Kerja Pompa In line - Sistem bahan bakar diesel, dibagi menjadi dua kategori,
yaitu tipe konvensional dan common rail. Sistem bahan bakar diesel konvensional
bekerja dengan memanfaatkan kekuatan pompa injeksi agar solar bisa mengabut
pada ujung injektor.

Pompa injeksi sendiri, secara umum ada dua macam yaitu tipe inline dan tipe rotary.
Bedanya, tipe inline bekerja dengan menggunakan plunger segaris, sementara pada
tipe distributor menggunakan pkunger memutar. Untuk pembahasan kali ini, kita
akan membahas cara kerja dan komponen pompa injeksi in line.

Pengertian Pompa Injeksi In line

Pompa injeksi secara umum bisa diartikan sebagai alat khusus pada
mesin diesel yang digunakan untuk menciptakan tekanan tinggi pada
solar.
Tekanan yang tinggi ini digunakan pada injektor agar bisa
mengabutkan solar, sesuai dengan prinsip injektor yang memiliki
noozle dengan lubang cukup kecil. Nozzle ini memiliki niple jet yang
bisa terbuka jika terdapat solar bertekanan.
Meski saat ini teknologi commonrail sudah sangat merebak pada
mesin diesel, namun kehadiran sistem pompa injeksi konvensional
seperti ini masih digunakan. Alasannya lebih awet dan lebih bandel
serta lebih mudah perawatannya.
Sehingga masih banyak digunakan pada mobil-mobil niaga seperti pick
up, bus dan truk.
Komponen Didalam Pompa Injeksi Tipe In line
idalam Pompa Injeksi Tipe In line

Secara umum, letak pompa injeksi ada di samping mesin. Komponen yang
berbentuk kesatuan pompa dengan ukuran memanjang ini bisa anda lihat dengan
mencari pangkal selang injektor. Jika dibongkar, maka akan terdapat beberapa
komponen seperti ;
1. Cam shaft
2. Plunger
3. Input feed
4. Rack adjuster
5. Plunger barel
6. Delivery valve
7. Delivery valve holder
8. Sentrifugal advancer
Cara Kerja Pompa Injeksi Tipe In-Line
Prinsip kerja pada pompa ini, memanfaatkan tonjolan pada camshaft pompa yang
menekan plunger secara tiba-tiba. Smentara penekanan cam diatur oleh sebuah
timming chain yang terhubung dengan poros engkol mesin.
 Langkah awal, solar mengalir dari tanki masuk ke input feed pompa injeksi.
 Saat memasuki pompa, solar akan diarahkan ke komponen plunger barel.
Plunger barel merupakan ruang tempat solar akan disalurkan ke sistem
injeksi.
 Ketika mesin dihidupkan, otomatis camshaft pompa berputar. Sehingga
camshaft menenakan plunger kearah atas.
 Sementara utu dibagian atas plunger terdapat plunger barel yang terisi
dengan solar. Sehingga gerakan plunger akan menekan solar kearah atas,
 Dibagian atas plunger terdapat delivery pipe yang bisa terbuka saat ada
tekanan dari arah pompa namun akan tetap tertutup saat ada tekanan pada
selang injektor.
 Sehingga solar tertekan masuk kesaluran selang injektor dengan tekanan
tinggi,
 Hal itu, akan mendorong solar yang sebelumnya sudah memenuhi saluran
selang injektor, akibatnya pada ujung nozzle akan terbuka.
 Hal itu menyebabkan solar keluar dengan metode mengabut.
 Ketika kabel gas ditarik, maka rack adjuster akan memperbesar volume
plunger barel. Sehingga suplai solar ketika plunger menekan akan lebih
banyak.
 Akhirnya RPM mesin bisa meningkat.
 Sementara komponen sentrifugal advancer digunakan untuk mengatur
timming penginjeksian dengan mengatur sudut camshaf pompa.
Ketika mesin akan dimatikan, maka kita harus menghentikan suplai solar ke dalam
pompa injeksi. Hal ini berbeda dengan mesin bensin karena sistem pengapian diesel
bekerja secara otomatis (self burning) atau akan terbakar dengan sendirinya,
Sebenarnya solar tidak terbakar dengan sendirinya, namun suhu pada ruang bakar
sudah melebihi titik nyala solar. Sehingga ketika solar keluar pada langkah usaha,
otomatis akan terbakar.
Meski menggunakan metode mekanis yang cukup sederhana, terbukti sistem ini
memiliki ketahanan lebih bandel serta perawatan yang tidak serumit sistem common
rail. Hal itu juga dipengaruhi faktor tekanan bahan bakar. Pada sistem common rail
tekanan bahan bakar pada selang bahan bakar bisa mencapai 20.000 KG/Cm2.
Namun secara emisi, dan efisiensi sistem common rail sudah jauh meninggalkan
tipe konvensional.

3.8 JENIS-JENIS BAHAN BAKAR MESIN DIESEL


Sistem bahan bakar pada mesin diesel berbeda dengan mesin bensin, mesin
diesel menggunakan bahan bakar bertekanan tinggi karena mesin ini menggunakan
metode self ignition. Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar betekanan tinggi
tersebut dibuatlah sebuah mekanisme bahan bakar diesel.
Namun, mekanisme sistem bahan bakar diesel tidak hanya satu tipe. Ada beberapa
tipe lain dengan karakter dan kelebihan masing-masing.
Lalu, apa saja jenis sistem bahan bakar pada mesin diesel ? simak artikel dibawah.
A. DILIHAT DARI INJECTED METHODE
Dilihat dari model penginjeksian, ada dua tipe yakni direct injection dan indirect
injection.
1. Direct injection system (DI)

Sistem ini memiliki injektor yang mengarah langsung ke atas piston (ruang
bakar terletak pada permukaan piston). Piston pada fuel system ini, memiliki
cekungan di bagian permukaan atas. Cekungan ini digunakan sebagai ruang
bakar, di cekungan inilah bahan bakar akan di injeksikan secara atomize
(mengabut).
Kelebihan:

 Model lebih ringkas


 Tenaga hasil pembakaran lebih besar
 Efisiensi thermal yang lebih baik
 Emisi lebih rendah
 Tidak memerlukan mekanisme glow plug
Kekurangan:
 Butuh tekanan bahan bakar tinggi
 Butuh injektor khusus (multi point injektor)
2. Indirect injection system (IDI)

IDI banyak digunakan pada mesin diesel keluaran 80 sampai awal 90


an. Namun, sekarang sudah tidak diterapkan karena efisiensi yang lebih
buruk dibandingkan tipe DI. IDI memiliki ruangan khusus disebut pre-
combustion chamber. Injektor akan mengarah kedalam pre-combustion
chamber dan bukan di main cumbustion chamber didalam piston.
Desain seperti ini akan membuat percampuran bahan bakar dan udara
terjadi didalam pre combustion chamber. Hasilnya, tenaga explosive dari
pembakaran menyembur kedalam ruang bakar utama dan membuat piston
bergerak ke bawah.
Kelebihan :

 Dapat dipakai untuk mesin diesel kapasitas kecil


 Tekanan bahan bakar tidak terlalu besar
Kelemahan :

 Thermal efisiensi buruk (dibandingkan DI)


 Emisi lebih buruk
 Tenaga kurang besar
B. DILIHAT DARI MEKANISME PENGINJEKSIAN
Dilihat dari mekanisme, ada tiga jenis yakni rotary pump fuel system, individual fuel
system, dan common rail system.
1. Rotary fuel system

Tipe pompa rotary, hanya memiliki sebuah plunger. Namun, satu plunger ini
dapat menekan semua chanel yang terhubung ke masing-masing injektor. Disebut
sebagai rotary system karena plunger ini bergerak secara rotary dan pergerakan
plunger ini akan menekan semua piston dengan timming sesuai
Kelebihan tipe rotary ada pada desain yang minimalis, sehingga tidak
memakan banyak tempat pada ruang mesin. Selain itu, terdapat sedikit komponen
yang saling bergesekan. Ini membuat efisiensi tenaga lebih baik.
Dan untuk kekurangannya, tipe rotary memiliki tekanan injeksi yang lemah.
Sehingga kurang cocok untuk mesin diesel berkapasitas besar.

2. Individual fuel system

Sesuai namanya, tipe individual menggunakan pompa injeksi tipe inline


dengan individual plunger. Itu artinya jika ada empat injektor maka ada empat
plunger. Meskipun memiliki banyak interaksi komponen, namun tekanan injeksi yang
dihasilkan jauh lebih besar. Sehingga cocok untuk mesin diesel tipe direct injection.
Saat awal pembuatan, tekanan injeksi pada pompa ini, sekitar 3.000 – 5.000 PSI.
namun, sekarang tekanan injeksi pada pompa inline ini bisa mencapai 18.000 PSI.
jelas ini sangat jauh lebih tinggi dari pada tipe rotary yang memiliki tekanan injeksi
sekitar 6.000 sampai 8.000 PSI.
3. Common rail system

Sistem bahan bakar diesel common rail adalah mekanisme bahan


bakar yang dikendalikan secara elektronik. Mekanismenya sangat berbeda
dengan dua tipe diatas. Pada common rail system, pompa yang digunakan
adalah tipe vane yang akan memompa bahan bakar secara berkelanjutan. Ini
menyebabkan tekanan bahan bakar stabil.
Bahan bakar bertekanan tinggi tersebut disalurkan kedalam sebuah
pipa yang disebut fuel rail. Fuel rail memiliki beberapa chanel yang menuju ke
masing-masing injektor, dengan kata lain tekanan didalam fuel rail itu sama
dengan tekanan didalam injektor.
Bahan bakar akan mengabut saat solenoid didalam injektor terbuka,
siapa yang mengontrol kinerja solenoid injektor ? ini adalah tugas ECU
sebagai pengontrol elektronik.

Kelebihan
 Memiliki tekanan injeksi tinggi (diatas 2.000 bar)
 Produksi NOx sangat rendah
 Tenaga yang dihasilkan lebih besar
 Suara lebih ringan (clean diesel)

Kelemahan
 Sangat bergantung pada elektrikal control system
 Salah pilih solar, berakibat pada kerusakan injektor
 Rangkaian cukup rumit.
PSPTKR/Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga Kendaraan Ringan
3.1 PERAWATAN KOPLING
Jenis dan fungsi kopling juga sangat beragam yang disesuaikan dengan desain
mobil yang digunakan. Seiring perkembangan dunia otomotif, kopling juga mulai
dikembangkan dengan berbagai elemen tambahan yang membuat performa
kendaraan roda empat semakin baik.
Komponen Kopling Mobil
Bagian kopling untuk mobil terdiri dari beberapa komponen yang saling
bekerjasama. Setidaknya ada delapan komponen yang terdapat pada kampas
kopling mobil, diantarnya
Component Name Pictures
a. Pedal Kopling
Pedal kopling adalah salah satu komponen utama dari
kopling kendaraan. Fungsi pedal kopling adalah untuk
memutus atau menyambung kopling.
b. Release Bearing
Release bearing adalah komponen yang berfungsi untuk
menekan komponen clutch cover.

c. Clutch Cover
Clutch cover adalah komponen yang berfungsi untuk
menekan clutch disc agar bisa menyalurkan tenaga
mesin ke transmisi dan clutch disc sendiri

d. Release Fork
Komponen kopling lainnya adalah release fork. Lalu,
apakah fungsi dari release fork pada sistem kopling ini?
Release fork adalah komponen yang berfungsi untuk
mengubah tekanan hidrolik menjadi gerak mekanik.

e. Master Clutch
Master clutch adalah komponen yang berfungsi
mengubah tenaga mekanik menjadi hidrolik.

f. Flywheel
Flywheel adalah komponen yang berfungsi meneruskan
putaran mesin dan menjadi dudukan untuk komponen
clutch cover serta clutch disc.
Cara Kerja Kopling Mobil
Kopling tersebut menjadi penghubung antara poros engkol dengan gigi transmisi.
Saat berkendara, kopling memiliki peran penting untuk mempengaruhi kecepatan
mesin kendaraan sesuai dengan keinginan pengendara. Secara garis besar, cara
kerja kopling pada kendaraan yang utama adalah memutus dan menyambung
tenaga dari mesin ke transmisi gigi. Cara kerja kopling dibedakan kembali menjadi
dua kondisi, yaitu:
1. Ketika pedal kopling ditekan
Kopling berperan untuk menghubungkan putaran pada dua buah poros, yaitu poros
engkol dan poros roda gigi transmisi. Fungsi yang paling utama adalah sebagai
penerus dan pemutus putaran mesin terhadap transmisi. Ketika kamu menekan
pedal kopling, maka putaran dari mesin menuju transmisi akan terputus. Saat tidak
ada putaran maka posisi release fork menekan release bearing. Dengan adanya
penekanan tersebut, kendaraan akan dapat melaju.
2. Ketika pedal kopling tidak ditekan
Ketika pedal kopling tidak ditekan, maka putaran dari mesin menuju transmisi akan
terhubung. Kondisi ini membuat release fork akan kembali ke posisi semula dan
tidak ada tekanan menuju diafragma spring. Pada posisi kopling seperti ini, pegas
pada clutch cover akan bebas dari tekanan release bearing. Selanjutnya, plat
penekan yang berada di clutch cover menekan dan menjepit bagian clutch disc.
Dalam keadaan ini, tenaga dari mesin menuju transmisi akan tetap terhubung yang
membuat kendaraan tidak bisa melaju.
Fungsi Kopling Pada Mobil
Fungsi dari kopling merupakan salah satu komponen yang paling penting pada
kendaraan. Oleh sebab itu, harus memastikan komponen ini berfungsi dengan baik.
Jika kopling mengalami masalah segera siapkan biaya ganti kampas kopling mobil
demi keselamatan saat berkendara.
a. Memutus dan Menyambung Tenaga Mesin ke Roda
Fungsi kampas kopling mobil yang pertama adalah untuk memutus dan
menyambung tenaga mesin ke roda melalui transmisi.
b. Mengangkat Engine
Kopling pada kendaraan roda empat berperan untuk mengangkat engine pada
saat mobil akan bergerak. Hal ini akan mengakibatkan pergerakan mobil yang lebih
halus dan lancar.
c. Mempermudah Pindah Gigi
Kopling juga mempermudah performa kendaraan saat kamu memindahkan gigi
mobil. Perpindahan gigi mobil ini akan menjadi lebih halus saat mobil mulai berjalan
atau digunakan.
d. Membantu Menghentikan Mobil Tanpa Mati Mesin
Dengan adanya kopling, kamu bisa menghentikan mobil tanpa perlu mematikan
mesin. Hal ni sangat berguna pada saat macet atau lampu merah di jalan besar
yang padat.
e. Menunjang Performa Kendaraan
Kopling menunjang performa kendaraan dan mesin sehingga dapat bekerja dengan
lebih maksimal dan optimal.
f. Meningkatkan Performa Rem
Fungsi kopling yang terakhir adalah untuk meningkatkan performa rem kendaraan.
Hal ini amat penting, terutama saat kamu melakukan pengereman dadakan atau
darurat.
Melihat vitalnya fungsi dari kopling pada kendaraan, membuat kamu harus
memastikan komponen tersebut berfungsi dengan baik sebelum digunakan. Jangan
untuk selalu lakukan melakukan perawatan seperti membersihkan dan memberikan
minyak kopling mobil agar tidak selip atau macet saat digunakan berkendara.
Jenis-jenis Kopling Mobil
Berfungsi untuk memutus dan menyambung tenaga mesin ke roda melalui transmisi
ini ternyata memiliki jenis yang sangat beragam. Jenis kopling tergantung dari jenis
mesin kendaraan yang digunakan.
1. Kopling Manual
Kopling manual merupakan jenis kopling yang digunakan dengan secara manual,
dengan kata lain pengemudi yang memiliki kendali terhadap kopling tersebut. Cara
kerja kopling manual ini membuat pengendara bebas mengoperasikan mesin dan
kendaraan sesuai dengan kebutuhannya, termasuk mengatur kecepatan.
Meskipun terlihat mudah, akan tetapi untuk mengoperasikan kopling mobil manual
dibutuhkan skill dan keterampilan yang baik. Pengemudi juga dituntut untuk selalu
fokus saat berkendara agar tidak terjadi hal tidak diharapkan. Akan tetapi
penggunaan kopling manual yang terlalu lama bisa membuat performa dan
kecepatan mobil menjadi menurun.
2. Kopling Otomatis
Kopling otomatis menggunakan teknologi yang lebih canggih jika dibandingkan
dengan kopling manual. Kopling jenis ini memiliki cara kerja sesuai dengan
kecepatan putaran poros engkol dengan cara memutus dan menghubungkan poros
engkol dengan roda belakang. Kopling mobil otomatis biasanya digunakan pada
jenis mobil matic dan lebih mudah digunakan dibandingkan dengan kopling manual.
3. Kopling Gesek
Kopling gesek merupakan jenis kopling dengan sistem kerja yang memanfaatkan
gaya gesek pada dua piringan kopling saat memindahkan daya. Kopling jenis ini
memiliki dua bagian dalam gaya gesek, yaitu kopling piringan dan kopling konis.
Kopling piringan bergesekan dengan dua unik bidan gesek berbentuk piringan.
Sedangkan kopling konis merupakan jenis kopling gesek yang bekerja pada dua unit
piringan berbentuk kerucut terpancang. Agar kopling gesek berfungsi dengan baik,
pastikan perhatikan ciri-ciri kampas kopling mobil habis dan segera lakukan
pergantian.
4. Kopling Plat Ganda
Kopling plat ganda memiliki bidang dengan kepingan yang jumlahnya banyak atau
lebih dari dua buah. Kopling jenis ini biasanya lebih sering digunakan untuk mobil
manual karena sistem kerja kopling pada mobil adalah dengan menggesekkan
komponen pada mesin. Kopling plat ganda memiliki lebih banyak plat atau
komponen karena masih bekerja secara manual.
5. Kopling Plat Tunggal
Kebalikan dari plat kopling mobil ganda, kopling plat tunggal hanya memiliki satu
piringan saja. Jika kamu bertanya kopling plat tunggal mobil untuk apa? Kopling plat
tunggal ini lebih banyak digunakan untuk mobil matic dengan kopling otomatis.
Kopling jenis ini memiliki cara kerja yang lebih mudah dan simple jika dibandingkan
dengan kopling plat ganda. Fungsi plat kopling jenis ini lebih praktis dan efektif
karena dapat melengkapi kekurangan yang ada pada kopling plat ganda.
6. Kopling Mobil Basah
Kopling basah merupakan jenis kopling yang memerlukan pendingin karena sering
mengalami gesekan. Untuk menjaga performa agar tetap awet, kopling basah
membutuhkan pelumas atau oli agar tetap dalam kondisi baik saat digunakan.
Kopling jenis ini biasanya lebih banyak digunakan pada motor.
7. Kopling Mobil Kering
Kopling adalah komponen penting dalam mobil yang mempengaruhi laju kendaraan.
Kopling kering merupakan kebalikan dari kopling basah sehingga tidak
membutuhkan pelumas untuk mendinginkan agar tidak selip. Kopling jenis ini lebih
mudah digunakan jika dibandingkan dengan kopling basah, akan tetapi tetap
membutuhkan perawatan agar kondisinya selalu baik dan prima saat digunakan.
SETELAN KOPLING MOBIL YANG BENAR
Cara Merawat Kopling Mobil yang Tepat agar performanya tetap maksimal,
dibutuhkan perawatan yang baik. Dengan perawatan kopling yang baik, umur
kopling juga akan semakin panjang sehingga lebih awet dan tahan lama.
1. Hindari Penggunaan Setengah Kopling Saat Mengemudi
Kopling adalah komponen yang berfungsi untuk mengatur laju kendaraan. Jika ingin
kopling awet dan dapat berfungsi dengan baik, salah satu cara merawatnya adalah
dengan menghindari penggunaan setengah kopling saat mengemudi. Kebiasaan ini
akan membuat kopling lebih cepat habis dan juga mempengaruhi keselamatan saat
berkendara. Oleh sebab itulah, hindari kebiasaan ini dan jika terpaksa harus
melakukannya maka usahakan saat suhu kopling mulai menurun.
2. Jangan Paksa Mobil Untuk Menerjang Banjir
Cara merawat kopling yang tepat selanjutnya adalah dengan tidak memaksa
kendaraan roda empat kesayangan kamu untuk menerjang banjir. Air yang masuk
ke dalam mesin mobil membuat sistem kerja kopling menjadi terganggu sekaligus
bisa membuat cepat rusak. Oleh karena itu, sebisa mungkin hindari untuk menerjang
banjir kecuali jika mobil kamu sudah dilengkapi dengan automatic transmission.
Mau melindungi mobil kamu dari risiko kerusakan yang bisa terjadi, termasuk akibat
banjir? Miliki perlindungan tepat untuk mobil dengan asuransi mobil terbaik sekarang
juga.
3. Lakukan Pemeriksaan Volume Minyak Rem Secara Berkala
Agar performa kopling tetap maksimal, jangan lupa lakukan pemeriksaan volume
minyak rem secara berkala. Cari tahu di mana letak kopling mobil sebelah mana.
Mengambil contoh pada mobil manual, letak pedal yang berada di kaki kiri atau
sebelah kiri merupakan pedal untuk kopling, sementara pedal yang berada di tengah
berfungsi sebagai rem, dan pedal yang berada di sebelah kanan adalah pedal gas.
Setelah mengetahui lokasi keberadaan kopling, cek dan pastikan volume minyak
dalam kadar normal. Jika volume kurang, segera lakukan penambahan agar kopling
tidak selip saat digunakan. Akan tetapi jika volume berlebih, segera kurangi karena
bisa menimbulkan efek negatif yaitu kopling blong.
4. Lakukanlah Penyetelan Pada Celah Kopling
Kopling tersebut biasanya kerap berubah kondisi jika mobil sering digunakan. Hal ini
biasanya akan membuat celah kopling menjadi berubah. Untuk menjaga kopling
dalam posisi aman, selalu lakukan penyetelan pada celah kopling jika merasakan
ada perubahan. Penyetelan pada celah kopling ini juga berfungsi untuk membuat
transisi energi dari mesin menjadi semakin lancar sehingga kopling lebih nyaman
untuk digunakan. Untuk yang pengemudi yang baru belajar kopling mobil, kamu
cukup memutar mur penyetel kearah yang diinginkan jika ingin melakukan
penyetelan celah kopling.
5. Jangan Membiarkan Mobil Tidak Terpakai Dalam Waktu Lama
Mobil yang lama tidak digunakan justru bisa membuat kerusakan di beberapa
bagian, termasuk kopling. Jika ingin kopling tetap nyaman digunakan, pastikan mobil
lebih sering dioperasikan meskipun hanya sekedar untuk keliling komplek. Pastikan
juga cara menggunakan kopling mobil dengan baik agar lebih awet dan bisa
berfungsi dengan baik.
CIRI-CIRI KOPLING MOBIL HARUS DIGANTI
Seperti komponen mobil yang lainnya, kopling juga bisa rusak jika terlalu
sering digunakan. Jika terjadi demikian, biasanya fungsi kopling akan berkurang dan
bisa membahayakan pengemudi saat berkendara. Oleh karena itu, jika kopling
menunjukkan gejala kerusakan ada baiknya segera lakukan pergantian. Lalu, kapan
dan berapa lama harus ganti kampas kopling mobil? Berikut ini beberapa ciri kopling
yang harus diganti.
1. Kopling Harus Diganti Saat Akselerasi Mesin Terasa Menurun
Salah satu ciri-ciri bahwa kopling harus segera diganti adalah jika akselerasi
mesin terasa menurun. Ketika kampas kopling habis, biasanya tenaga yang
dihasilkan dari rotasi mesin menjadi tidak tersalurkan dengan baik kepada transisi.
Kondisi ini biasanya akan membuat mesin berdecit saat pedal gas diinjak. Jika
menemukan mobil dalam kondisi tersebut, ada baiknya segera lakukan pemeriksaan
dan penggantian kampas kopling.
2. Pedal Kopling Mobil Tampak Lebih Tinggi
Ciri lainnya jika kopling harus segera diganti adalah pedal kopling tampak
lebih tinggi. Hal ini bisa kamu lihat pada mobil manual dimana jarak injakan pedal
menjadi lebih pendek. Selain pedal kopling tampak lebih tinggi, gigi kopling pada
mobil juga menipis sehingga pedal akan naik tiba-tiba. Jika menemukan mobil dalam
kondisi tersebut, segera ke bengkel untuk melakukan penggantian kopling.
3. Tercium Bau Hangus Tanda Kopling Mobil Harus Diganti
Munculnya bau hangus juga bisa menjadi salah satu ciri jika kopling pada
mobil harus segera diganti. Kampas kopling yang aus menyebabkan gesekan dan
terbakar sehingga akan mengeluarkan bau hangus. Kampas kopling biasanya akan
lebih mudah terbakar saat sedang melalui tanjakan atau turunan tajam. Kondisi
jalanan yang  naik turun membuat perpindahan transmisi menjadi intens sehingga
membuat gesekan tinggi antara flywheel dan plat penekan yang membuat terbakar.
Kondisi ini lebih sering terjadi pada kopling pada mobil yang bertransmisi manual.
4. Mesin Mobil Menjadi Cepat Panas
Jika mesin mobil lebih cepat panas dibandingkan biasanya, ini bisa menjadi
salah satu indikasi bahwa kopling tersebut bermasalah. Biasanya kopling yang habis
membuat mesin mobil menjadi lebih cepat panas. Menipisnya kampas membuat
permukaan kopling menjadi licin sehingga rotasi mesin menjadi semakin cepat. Oleh
sebab itulah, jika merasa mesin mobil lebih cepat panas, periksa letak kopling mobil
dan periksa apakah kondisinya masih bagus atau tidak.
5. Saat Pindah Perseneling Terasa Berat
Ciri selanjutnya untuk mengenal kopling pada mobil yang harus diganti dapat
dilihat ketika perpindahan perseneling terasa berat. Perpindahan persneling
biasanya dilakukan dengan mudah ketika kondisi normal. Akan tetapi jika kampas
kopling habis maka akan membuat mesin berputar tanpa henti. Hal ini membuat
transmisi sulit terhubung sehingga lebih sulit saat akan memindahkan perseneling
pada jenis mobil manual.
6. Kopling Mobil Los
Ciri kopling kendaraan yang harus diganti adalah saat kopling los. Kenapa
kopling mobil ngelos? Kopling kendaraan yang jebol bisa diakibatkan oleh rusaknya
master kopling. Apabila fungsi master kopling tidak bekerja dengan baik, hal ini
dapat memicu terjadinya kopling yang los atau jebol. Selain itu, masalah minyak
kopling yang sudah habis pada tabung juga akan memicu terjadinya masalah pada
kopling.
7. Kopling Berbunyi saat Diinjak atau Dilepas
Tanda lainnya yang penting kamu kenali adalah saat kopling berbunyi ketika diinjak
maupun dilepas. Sebenarnya, kenapa kopling mobil bunyi? Penyebab kopling bunyi
bisa jadi karena hal-hal berikut ini.
1. Kampas kopling yang sudah tipis atau aus
2. Release bearing pada kopling rusak ataupun aus dan kering
3. Plat penekan pada kopling mengalami keolengan
4. Mekanisme penggerak pada kopling mengalami kekeringan karena kurang
minyak
5. Pegas kopling sudah lemah
6. Permukaan flywheel atau pressure plate tidak rata
7. Gerak renggang pada pressure plate terlalu kecil
8. Kemungkinan bunyi lainnya bisa jadi berasal dari persneling
8. Jarak Tempuh Mobil yang Sudah Mencapai atau Melampaui Batas
Pertanyaan selanjutnya adalah sebenarnya berapa km harus ganti kampas
kopling mobil? Selain faktor cara mengemudi mobil, kualitas dari kampas kopling,
serta seberapa terjal medan yang ditempuh, kamu juga perlu mengecek indikator
kilometer secara berkala. Berdasarkan perhitungan pada daya tahan rata-rata
kampas kopling mobil, kampas kopling sebaiknya diganti setiap mobil sudah
mencapai jarak tempuh 30 ribu km atau 50 ribu kilometer.
Mobil terdiri dari berbagai komponen yang saling terhubung agar bisa
beroperasi dengan baik. Salah satu komponen yang paling penting untuk membuat
mobil bisa beroperasi dengan baik adalah kopling ini. Kopling berfungsi untuk
memutus dan menyambung pergerakan roda dan transmisi yang mempengaruhi laju
kendaraan. Melihat pentingnya peran komponen tersebut, kamu juga perlu tahu
letaknya sebelah mana agar lebih mudah melakukan pengecekan.
Seperti yang telah dijabarkan di atas, jenis kopling untuk kendaraan sangat
beragam. Masing-masing jenis tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Pastikan pilih
jenis kopling yang sesuai dengan tipe kendaraan yang kamu gunakan. Dengan
pemilihan yang tepat, fungsinya akan lebih maksimal.
Sama seperti komponen mobil yang lainnya, kopling juga harus dirawat
dengan baik agar bisa berfungsi dengan baik. Jika terjadi masalah pada kopling
kendaraan, bisa mengakibatkan kecelakaan saat berkendara. Jadi, lakukan
perawatan dengan rutin dan segera ganti kampas kopling mobil jika telah habis atau
menipis agar performa mobil tetap maksimal.

3.2 TRANSMISI MANUAL


Pengertian Transmisi Manual
Transmisi manual adalah sebuah komponen yang ada di mesin dan berfungsi
untuk mengubah kecepatan dan tenaga dari mesin menuju ke roda yang dapat
bergerak.
Sistem pemindahan tenaga ini mempunya beberapa komponen yaitu kopling
deferensial, transmisi, roda, dan poros kendaraan. Beberapa komponen ini saling
berkaitan dan terhubung sebagai penggerak laju mobil. Untuk transmisi manual,
posisi dan komponennya terletak pada ujung depan setelah kopling.
Dengan transmisi tersebut tenaga yang dihasilkan berasal dari mesin yang
yang diteruskan menuju poros prospeller shaft sehingga mobil bisa berjalan. Jadi,
pengertian transmisi manual secara singkatnya yaitu komponen-komponen
perpindahan tenaga yang dihasilkan di mesin menuju ke poros roda yang
menggerakkan atau berjalan dengan kecepatan yang ditentukan.

GAMBARAN KESELURUHAN KOMPONEN TRANSMISI MANUAL

KOMPONEN TRANSMISI MANUAL PADA MOBIL


Component Name Pictures
1. Poros Input Transmisi
(Transmission Input Shaft)
Komponen ini merupakan poros atau
roda gigi yang bekerja sama dengan
kopling. Fungsinya adalah untuk
memutar gigi pada gear box.

2. Gigi Transmisi (Gear


Transmission)
Sebagai pengubah input tenaga yang
dihasilkan oleh mesin menjadi output
gaya torsi. Pengubahan ini pun
tentunya akan disesuaikan dengan apa
yang dibutuhkan oleh kendaraan.

3. Gigi Penyesuaian (Synchcroniser)


Peran dari komponen ini terlihat pada
saat pengendara tetap bisa
memindahkan gigi dengan aman dan
juga nyaman meskipun mobil Anda
sedang dalam keadaan berjalan.

4. Garpu Pemindah (Shift Fork)


Untuk memindahkan gigi pada
porosnya sehingga gigi akan lebih
mudah untuk dipasang atau bahkan
dipindahkan.

5. Tuas Penghubung (Shift Linkage)


Fungsi dari komponen ini yaitu sebagai
penghubung antara tuas persneling
dengan shift fork atau yang sering
disebut dengan garpu pemindah.

6. Tuas Transmisi/ Tuas Pemindah


Persneling (Gear Shift Lever)
Sebagai pengendali pengemudi agar
bisa melakukan pemindahan gigi
transmisi sesuai dengan kondisi
mengemudi yang mereka inginkan.
Komponen ini biasanya terletak
berdekatan dengan sang pengemudi.

7. Bak Transmisi (Transmission


Case)
Bak transmisi digunakan sebagai
dudukan bearing transmisi beserta
dengan poros-porosnya. Selain itu, bisa
juga digunakan sebagai wadah untuk
menyimpan oli transmisi mobil. Dengan
demikian, pergerakan atau pergeseran
setiap komponen di dalam sistem
transmisi mobil bisa tetap lancar dan
juga halus.

8. Output Shaft
Output shaft yaitu sebuah poros yang
memiliki fungsi untuk memindahkan
torsi yang berasal dari sistem transmisi
ke gigi terakhir. Selain itu, komponen
tersebut juga bisa digunakan sebagai
dudukan persneling pada sebuah mobil.
9. Bantalan atau Bearing (Main
Bearing)
Berikutnya, komponen ini berfungsi
untuk mengurangi gesekan yang terjadi
antara permukaan komponen yang
berputar di dalam sistem transmisi.

10. Counter Gear


Counter gear digunakan untuk
menghasilkan torsi dari gigi input
menuju gigi kecepatan.

11. Reverse Gear


Komponen yang satu ini berguna untuk
mengubah arah putaran output shaft.
Hal inilah yang membuat mobil kita bisa
berjalan mundur ketika Anda
menggerakkan tuas persneling ke arah
reverse gear.

12. Hub Slave


Hub slave berfungsi sebagai pengunci
penyesuaian gigi percepatan. Dengan
adanya komponen ini maka dapat
membuat output shaft menjadi bisa
berputar dan juga berhenti.

13. Speedometer Gear


Dengan adanya speedometer gear
membuat kecepatan dari mobil yang
Anda kendarai tersebut dapat terukur.

3.3 TRRANSIMISI OTOMATIS


Pengertian Transmisi Otomatis
Pengertian transmisi otomatis atau A/T dapat dikatakan sebagai jenis
transmisi dengan gigi-gigi yang bisa melakukan perpindahan sendiri atau otomatis
berdasarkan pada beban mesin yang berasal dari besaranya tekanan gas pedal dan
kecepatan kendaraan itu sendiri.
Pengoperasiannya berbeda dengan transmisi manual yang memerlukan
perpindahan gigi dengan memakai tuas pemindah gigi. Melalui transmisi otomatis,
gigi-gigi bisa berpindah dengan sendirinya untuk menyesuaikan kondisi jalan dan
jumlah muatan yang beragam.
Pengertian transmisi otomatis ini memang berbeda dengan transmisi manual
pasalnya, transmisi otomatis dilengkapi dengan torque conventor atau pengubah
puntiran yang difungsikan sebagai kopling otomatis. Pada transmisi otomatis,
minyak transmisi memiliki fungsi ganda karena tak hanya melumasi dan
mendinginkan tetapi juga memindahkan gigi dan fluida kopling secara otomatis.
Sehingga minyak transmisi ini jumlahnya harus selalu mencukupi agar bisa
melakukan fungsinya dengan baik. Penggantian minyak transmisi secara rutin
merupakan hal yang penting untuk dilakukan sebab jika jarak tempuhnya bertambah
maka kualitasnya akan menurun.

Fungsi Transmisi Otomatis


Fungsi transmisi otomatis tentu untuk memindahkan gigi-gigi transmisi ketika
kendaraan sedang dijalankan secara otomatis dengan menyesuaikan pada beban
mesin dan kecepatan kendaraan.
Fungsi dari transmisi otomatis juga bisa dibedakan dari jenisnya.
Transmisi otomatis dibedakan menjadi 2 Jenis :
1. Full Hydraulic berfungsi untuk mengatur waktu perpindahan gigi dan lock up
sepenuhnya secara hidraulis.
2. Powertrain Control Module (CPM) fungsinya adalah mengatur waktu
perpindahan gigi dan lock up secara elektronik. Selain memakai data yang
berupa shift dan lock pattern pada PCM sebagai pengontrol, jenis transmisi
otomatis yang satu ini juga memiliki fungsi sebagai diagnosa dan fail-safe.
Dari kedua jenis transmisi tersebut tersebut mempunyai fungsi yang sama untuk
menjalankan sistem secara otomatis.
Kesimpulan:
Keduanya dibedakan dalam kinerjanya karena yang satu mengandalkan tenaga
hidraulik sementara yang satunya mengandalkan elektronik.

KOMPONEN TRANSMISI OTOMATIS


Berikut ini adalah komponen transmisi otomatis:
 Torque conventer
Torque coventer merupakan komponen transmisi otomatis yang dipasang pada
bagian input shaft transmisi dan dikencangkan dengan baut ke flywheel crankshaft.

Komponen ini biasanya diisi dengan minyak transmisi otomatis (ATF) yang berguna
untuk memperbesar momen mesin dan akan dilanjutkan ke bagian transmisi.

Selain untuk memperbesar momen yang dihasilkan mesin, komponen transmisi


otomatis yang satu ini juga berfungsi sebagai kopling otomatis untuk memindah atau
memutus momen mesin ke transmisi. Torque conventer juga bekerja untuk
memperlembut mesin, meredam getaran, dan menggerakkan pompa oli.

 Planetary gear unit

Planetary gear unit merupakan komponen yang digunakan untuk menaikkan dan
menurunkan momen mesin serta kecepatan kendaraan.

Komponen transmisi otomatis yang satu ini pada dasarnya digunakan untuk
menghasilkan tenaga dan menggerakkan kendaraan yang memiliki beban berat
dengan tenaga yang ringan.

Salah satu bagian penting yang ada pada planetary gear unit adalah brake yang
fungsinya adalah bergerak untuk memperoleh perbandingan gigi yang dibutuhkan.
Brake ini merupakan komponen transmisi otomatis yang dioperasikan dengan
memakai tekanan hidraulik.

 Hydraulic control unit


Hydraulic control unit merupakan komponen transmisi otomatis yang Berfungsi untuk
mengontrol kerja dari rem dan kopling pada transmisi otomatis memakai tekanan
yang dihasilkan dari pompa oli.  Komponen ini memiliki oil pan yang berguna
sebagai reservoir fluida, pompa oli untuk meningkatkan tekanan hidraulik, serta
berbagai macam katup dan pipa yang akan mengalirkan minyak transmisi ke bagian
clutch, brake dan bagian-bagian lain pada komponen transmisi otomatis ini.
Kebanyakan katup hydraulic control unit bisa ditemukan pada valve body assembly
yang letaknya di bawah planetary gear.

 Manual linkage

Meskipun transmisi otomatis melakukan perpindahan gigi secara otomatis, namun


jenis transmisi ini tetap mempunyai dua buah linkage yang membuatnya masih
mungkin dioperasikan secara manual oleh pengemudi yang terhubung dengan
transmisi otomatis. Manual linkage merupakan komponen transmisi otomatis yang
berupa selector lever dengan kabel, akselerator, dan kable throttle.

 Automatic transmission fluida


Komponen utama lain dari sistem transmisi otomatis adalah automatic transmission
fluida atau oli khusus yang dicampur dengan berbagai bahan tambahan untuk
dipakai melumasi transmisi ini. Komponen transmisi otomatis ini populer dengan
sebutan automatic transmission fluid atau ATF untuk membedakannya dengan jenis
minyak yang lain. Transmisi otomatis harus mengunakkan ATF yang telah
ditentukan karena jika menggunakan yang lain, hal ini bisa berakibat pada
menurunnya kemampuan transmisi itu sendiri. Pemeriksaan level minyak juga harus
selalu dilakukan untuk memastikan bahwa transmisi bisa bekerja dengan benar.
Pemeriksaan pada komponen transmisi otomatis ini biasanya dilakukan saat mesin
melakukan perputaran idle dan transmisi memiliki suhu kerja normal serta tuas
transmisi berada pada posisi P.

Transmisi otomatis terbagi ke dalam beberapa jenis dan dibuat dengan cara yang
berbeda-beda pula. Meski begitu, fungsi dasarnya tetap sama sehingga komponen
transmisi otomatis pun sama. Masing-masing komponen yang ada pada transmisi ini
harus bekerja dengan tepat dan dalam keadaan yang baik agar kinerja dari transmisi
otomatis secara keseluruhan bisa berjalan dengan lancar.
CARA KERJA TRANSMISI OTOMATIS

Berikut ini merupakan cara kerja transmisi otomatis:

 Cara kerja transmisi otomatis ini dimulai dari torque conventer yang berfungsi
sebagai kopling mekanikal sehingga lewat komponen ini torsi ditransfer dengan
mekanisme pompa dan turbin. Baling-baling pertama di dalam torque conventer
bekerja sebagai pompa yang dikopel langsung memakai mesin. Yang kedua
mengkopel langsung turbin dengan planetary gear dan yang terakhir berfungsi
sebagai stator untuk mengembangkan sistem 2 baling-baling menjadi 3 baling-
baling. Pada saat cara kerja transmisi otomatis berjalan, baling-baling yang terkopel
ke mesin berputar untuk memompa oli transmisi pada ruangan tertutup. Kemudian
tekanan oli dipakai untuk mendorong turbin. Sistem ini menghasilkan peningkatan
torsi pada turbin saat RPM mesin mengalami peningkatan.
 Pada cara kerja transmisi otomatis planetary gear berfungsi sama seperti gigi-
gigi rasio pada transmisi manual untuk merubah rasio putaran turbin pada roda
sehingga mirip dengan tuas persneling yang dipakai untuk menjalankan mobil.
Perbedaannya terletak pada desain fisik karena pada planetary gear tidak ditemukan
adanya dua barisan roda gigi yang saling dihubungkan dengan rasio berbeda-beda.
Namun, pada cara kerja transmisi otomatis ini planetary gear hanya memiliki sebuah
roda gigi yang di sekelilingnya terdapat banyak roda gigi kecil dan bagian bernama
rumah planetary yang terdapat gigi di bagian dalamnya. Sedangkan untuk merubah
rasio planetary gear secara hidraulik merupakan kinerja dari valve body.

Itulah gambaran cara kerja transmisi otomatis yang banyak digunakan pada mobil-
monil saat ini. Jenis transmisi ini didesain dengan komponen-komponen khusus
yang memiliki fungsi seperti komponen-komponen pada transmisi manual seperti
torque conventer dan planetary gear. Torque gear menawarkan sensasi mobil
berjalan dengan kopling yang selip. Sementara planetary gear membuat mobil
mampu memindahkan giginya secara otomatis.

3.4 POROS PROPELER


Propeller shaft atau poros kopel merupakan salah satu komponen sistem
pemindah tenaga. poros propeller terdapat pada tipe kendaraan berpenggerak roda
belakang atau FR (Front Wheel Rear Drive) dan kendaraan berpenggerak semua
roda atau 4WD (Four Wheel Drive)yang mana pada kendaraan jenis ini jarak antara
mesin dengan roda penggeraknya berjauhan sehingga memerlukan komponen
tambahan agar tenaga yang dihaslkan oleh mesin dapat diteruskan ke roda
belakang. Poros propeller terletak diantara transmisi dan differential (gardan). Untuk
lebih jelasnya tentang letak poros propeller sahabat dapat perhatikan gambar di
berikut ini :

Poros Propeller
Poros propeller berfungsi untuk meneruskan sekaligus memindahkan tenaga putar
yang dihasilakan oleh mesin dari transmisi menuju ke differential atau gardan.
Kontruksi poros propeller dibuat sedemikian rupa agar saat memindahkan tenaga
putar dari transmisi ke differential dapat dilakukan dengan lembut tanpa dipengaruhi
dari kondisi permukaan jalan dan jumlah beban yang dibawa kendaraan.

Berikut ini beberapa fungsi utama poros propeller pada mobil :

 Untuk meneruskan atau memindahkan tenaga putar yang dihasilakan oleh


mesin dari transmisi menuju ke differential dengan lembut.
 Untuk meneruskan tenaga atau memindahkan tenaga putar dari transmisi
menuju ke gardan atau differensial pada saat kendaraan berjalan pada jalan
yang tidak rata (naik turun).
 Untuk menyesuaikan terhadap perubahan jarak antara transmisi dengan
differential ketika kendaraan berjalan pada jalan yang tidak rata atau
bergelombang naik turun.

Komponen Poros Propeller


Pada poros propeller dilengkapi dengan komponen yang disebut balance
weight (bandul penyeimbang) yang terpasang pada bagian luar pipa poros propeller
dengan tujuan untuk menjaga poros propeller agar tetap seimbang ketika berputar
sehingga tidak terjadi getaran pada poros propeller tersebut saat berputar.
 Slip Yoke, berfungsi untuk menghubungkan poros output transmisi ke
sambungan universal atau universal joint pada bagian depan.
 Front Universal Joint, berfungsi untuk mengikat slip yoke pada drive shaft
atau poros penggerak.
 Drive shaft atau poros penggerak, Komponen ini berfungsi untuk meneruskan
atau memindahkan tenaga putar dari front universal joint ke rear universal
joint (sambungan universal pada bagian belakang).
 Rear universal joint atau sambungan universal belakang berfungsi untuk
melenturkan sambungan yang menghubungkan antara poros penggerak
(drive shaft) ke yoke.
 Yoke, berfungsi untuk memegang rear universal joint atau sambungan
universal belakang dan menghubungkan poros propeller ke differential
belakang.

Tipe-Tipe Poros Propeller


Pada umunya poros propeller terdiri dari 2 tipe, yaitu tipe 2 universal joint dan tipe 3
universal joint:
 Tipe 2 universal joint, Pada poros propeller tipe 2 universal joint, poros
propeller ini memiliki 2 buah sambungan universal (universal joint). Jenis 2
joint ini biasanya digunakan untuk kendaraan yang memunyai jarak transmisi
dengan difrensial yang pendek seperti pada mobil - mobil minibus
 Tipe 3 universal joint, Pada poros propeller tipe 3 universal joint, poros
propeller ini memiliki 3 buah sambungan universal (universal joint). Type 3
joint mempunyai 3 persambungan. Persambungan tersebut terlatak pada
bagian poros output transmisi, bagian tengah menggunakan center bearing
yang menempel pada rangka dan yang terakhir persambungan pada
difrensial. Penyambungnnya juga menggunakan universal joint seperti pada
jenis 2 joint. Jenis persambungan 3 joint digunakan pada kendaraan-
kendaraan yang mempunyai panjang maksimal, seperti pada truck ataupun
bus.
Universal join yang terdapat pada poros propeller harus dapat mengatasi segala
kondisi untuk menyalurkan tenaga putar dari transmisi ke differential jika poros
propeller sedang berputar tanpa mengalami kerusakan atau patah. Sehingga pada
universal joint harus memenuhi beberapa syarat di bawah ini :

 Harus dapat menghindari dari kemungkinan terjadi kerusakan pada saat


poros propeller bergerak naik turun.
 Harus dapat berputar halus tanpa adanya suara (berisik).
 Harus memiliki kontruksi yang sederhana dan tidak mudah rusak.
Jenis-Jenis Universal Joint
Sambungan universal atau universal joint dilihat dari kontruksinya dapat dibedakan
sebagai berikut :
1. Hooke’s Joint

Pada universal joint jenis hooke’s joint terdapat 2 macam yaitu tipe solid bearing cup
(sambungan universal yang dapat dibongkar) dan tipe sheel bearing cup
(sambungan universal yang tidak dapat dibongkar). Pada umumnya poros propeller
menggunakan konstruksi tipe ini, karena selain konstruksinya yang sederhana tipe
ini juga berfungsi secara akurat dan konstan.

2. Slip Joint

Panjang dari poros propeller dapat berubah-ubah karena disebabkan adanya


perubahan jarak atau posisi dari transmisi dan differential. Pada bagian ujung poros
propeller yang terhubung pada output transmisi dihubungkan dengan alur-alur untuk
pemasangan slip joint. Hal ini bertujuan agar panjang dari poros propeller dapat
menyesuaikan dengan jarak antara output transmisi dengan differential.
3. Trunion Joint

Pada universal joint jenis trunion joint, sambungan ini merupakan kombinasi dari
jenis hooke’s joint dengan slip joint. Didalam bodi terdapat alur yang berfungsi
sebagai tempat masuknya poros propeller dan ujung pin dipasangkan ball. Model ini
sudah jarang digunakan, karena dalam pemindahan tenaga putar dari mesin kurang
baik dengan jenis slip joint sendiri.

4. Flexible Joint

Pada universal joint jenis flexible joint ini terdiri dari karet kopling yang keras dan
terletak diantara dua buah yoke yang berbentuk kaki tiga. 
Model ini mempunyai keuntungan tidak mudah aus, tidak berisik, dan tidak
memerlukan minyak/grease. Tetapi apabila sudut antara drive shaft dan driven shaft
melebihi 7-10o maka akan timbul juga vibrasi, untuk menghindari hal ini, maka
dipasangkan center ring ball pada ujungnya
5. Constant Velocity Joint

Pada universal joint jenis constant velocity joint dapat memindahkan gaya putar lebih
lembut dibandingkan dengan jenis hooke’s joint.
Model ini dapat membuat kecepatan sudut yang lebih baiksehingga dapat
mengurangi getaran dan suara bising, akan tetapi harganya lebih mahal. Tipe ini
digunakan pada kendaraan yang menggunakan sistem pemindah daya tipe front
engine front drive (FF).

3.5 DIFERENTIAL

Pengertian Differential

Sistem differential atau disebut juga dengan gardan merupakan salah satu
komponen dari sistem pemindah daya pada kendaraan termasuk mobil yang
berfungsi untuk meneruskan tenaga dari mesin ke poros roda. Pada kendaraan
dengan transmisi FR, tenaga yang dialirkan dari mesin akan melewati transmisi dan
propeller shaft terlebih dahulu sebelum mangalir ke differential (gardan). Pada
kendaraan dengan transmisi FF (transaxle), tenaga yang dialirkan dari mesin akan
melewati transmisi dan menuju ke differential (gardan).

Fungsi dari diferential Gear


- Memperbesar momen
- Merubah arah putaran poros penggerak (propeller) ke roda dengan
sudut 90®
- Membedakan putaran roda kiri dan roda kanan saat membelok
Pada dasarnya difirential atau garden, terdapat dua bagian utama, yaitu :
- Final Gear
- Differential Gear
Tipe-Tipe Differential
 Tipe FR (Front Engine Rear Drive)
     Pemindah daya tipe ini mentransfer tenaga mesin ke roda belakang mobil,
sementara mesin dipasang dibagian depan dari mobil.
 Tipe FF (Front Engine Front Drive)
     Pemindah daya tipe ini mentransfer tenaga dan putaran mesin ke roda depan,
sementara roda belakang tidak digerakkan oleh mesin.
 Tipe RR (Rear Engine Rear Drive)
     Pemindah daya ini, mesin dipasangkan pada bagian belakang dari mobil dan roda
yang digerakkan oleh mesin adalah roda belakang, sedangkan roda depan tidak
digerakkan oleh mesin.
 Tipe 4 FWD
     Pada tipe ini, ke-empat roda mobil digerakkan oleh mesin, sementara mesin
diletakkan pada bagian depan dari mobil.

https://fajardwi26.blogspot.com/2020/09/pengertian-differential-komponen-dan-cara-
kerja.html

3.6 POROS RODA


http://habibikanziprabowo.blogspot.com/2016/03/poros-penggerak-roda-
laporan-prakerin.html

3.7 SISTEM REM KONVENSIOAL


Pengertian Rem Tromol
Rem tromol adalah salah satu tipe rem yang biasanya dipakai dalam
kendaraan roda dua atau roda empat. Cara kerja rem tromol di motor dan
mobil hampirlah sama. Rem tromol pada mobil biasanya sudah
menggunakan sistem rem hidrolik, karena sudah memanfaatkan tekanan
hidrolik untuk membantu melakukan tekanan kanvas rem.
Component Meaning Pictures and Component Name
Backing plate adalah salah satu
komponen rem tromol yang berbentuk
pitingan berbahan dasar logam yang
cukup tipis dan diletakan di bagian
belakang sistem rem tromol. Pada
dasarnya, komponen ini berfungsi
sebagai pelindung untuk komponen
rem tromol yang lainnya.

Bentuk dari backing plate adalah


lingkaran yang memiliki banyak lubang
dan memiliki banyak tonjolan. Tujuan
utama banyaknya lubang
dalam backing plate adalah untuk
menyesuaikan dengan part standar
dari rem tromol.

Silinder roda menjadi komponen rem


tromol yang berguna untuk mengubah
tekanan fluida menjadi gerakan yang
mekanis. Secara umum, ada beberapa tipe
silinder roda yang biasanya ditemukan
atau dipakai dalam sistem rem tromol.

Tipe silinder roda yang berbentuk dual


piston merupakan tipe yang paling populer,
karena banyak dipakai untuk mendampingi
tromol jenis leading dan juga jenis trailing.
Tipe dual piston memiliki ciri yang terbaik
oleh baut ke backing plate.

Silinder roda terdiri dari beberapa bagian


seperti bagian wheel cylinder housing,
bleeder nut, piston boot, spring  dan  piston.
Apabila salah satu bagian silinder roda
tidak bekerja dengan baik, maka akan
berpengaruh terhadap kinerja rem tromol
secara keseluruhan.

Sepatu rem & kampas juga menjadi Sepatu Rem & Kampas
komponen yang sering ditemukan dalam
sebuah rem tromol. Brake shoe atau
sepatu rem adalah tempat yang biasanya
dipakai untuk meletakan kampas rem pada
sistem rem tromol. Sementara tempat
meletakan kampas rem di komponen rem
cakram adalah brake pad.
Sepatu rem biasanya memiliki bentuk
menyerupai lingkaran yang terdiri dari 2
buah sepatu dengan bentuk yang
setengah lingkaran. Komponen ini
diletakan di salah satu bagian rem tromol,
namun sepatu rem tidak akan
bersinggungan atau berhubungan
langsung dengan tromol.
Kampas rem adalah komponen yang
diletakan langsung di bagian atas
permukaan sepatu rem. Bahan pembuatan
kampas rem adalah keramik organik yang
bisa dirubah atau diganti ketika kondisi
kampas rem sudah menipis atau jelek.
Return spring adalah komponen rem
tromol yang tidak kalah pentingnya, karena Return Spring
komponen ini berfungsi untuk
mengembalikan posisi sepatu rem ke
posisi yang awal sebelum adanya tekanan
dari tuas rem atau pedal. Dalam sistem
kerja rem tromol, return spring terdiri dari 2
yaitu uper spring dan lower spring.
Uper spring yaitu pegas atau per
yang posisinya berada pada sisi atas atau
tepatnya berada di bawah roda silinder.
Fungsi utama dari uper spring adalah
mengembalikan posisi sepatu rem ke
posisi yang awalnya.
Lower Spring yaitu pegas atau per
yang letaknya berada pada
sisi adjuster dan fungsinya sangat berbeda
dengan uper spring. Lower spring
berfungsi untuk menjaga posisi 2 buah
sepatu rem tromol, supaya bisa menekan
di bagian adjuster.
Dalam sebuah sistem pengereman tromol Brake Shoe Holder
mobil, tentu sepatu rem akan diletakan atau
disimpan menempel di bagian backing plate.
Brake shoe holder memiliki sifat yang dinamis
atau mudah untuk digerakkan. Dengan cara itu,
maka mekanisme holder yang dipakai bisa
menunjang rem tromol dengan baik.
Brake shoe holder juga terdiri dari berbagai
bagian yang termasuk dalam rangkaian pin
yang punya pengunci per atau pegas dan juga
plat penekan. Ketiga komponen saat disatukan
akan menjadi bagian penting yang menempel
pada backing plate.
Brake shoe adjuster adalah salah satu Brake Shoe Adjuster
komponen rem tromol yang terletak di bagian
bawah rem tromol dan bentuk dari komponen
ini menyerupai screw yang berada di adjuster.
Brake shoe adjuster menjadi komponen yang
terbilang penting dalam rem tromol.
Brake shoe adjuster berfungsi untuk menyetel
celah yang muncul di antara kampas rem
tromol dengan permukaan tromol saat adanya
gerakan dari pedal rem, baik itu gerakan
menekan atau penarikan bagian tuas rem.
Parking brake lever merupakan salah satu Parking Brake Lever
komponen rem tromol yang hanya bisa
ditemukan di mobil saja, karena tidak akan
dipakai dalam motor. Dengan adanya parking
brake lever, maka kontruksi rem tromol akan
terlihat lebih rumit. Dalam sistem kerja parking
brake lever, tentu ada 2 buah lever yang akan
dijumpai yaitu park brake lever dan brake shoe
link.
Park brake lever dibuat dengan salah satu
ujung lengannya memiliki bagian engsel yang
akan terhubung dengan brake shoe di bagian
sisi atas dan pada bagian ujungnya akan
terhubung dengan kabel rem. Sedangkan brake
shoe link akan menghubungkan antara park
brake lever dengan brake shoe yang satunya.
Drum brake atau tromol rem adalah komponen Drum atau Rem Tromol
yang memiliki peranan sangat penting dalam
sistem kerja rem tromol. Komponen ini terbuat
dari bahan baja tuang, sehingga teksturnya
sangatlah keras dan bentuknya menyerupai
drum atau tabung.
Drum brake memiliki fungsi utama yaitu
sebagai media gesekan bersama kampas rem
untuk tujuan agar putaran roda akan berhenti di
jalan. Komponen ini juga langsung terhubung
dengan baut roda, sehingga tromol akan
berputar mengikuti baut roda.
Parking brake cable merupakan komponen rem Parking Brake Cable
tromol yang berbentuk kabel baja yang biasa
dipakai untuk menarik sistem rem tromol. Jenis
kabel yang dipakai tidak jauh berbeda dengan
jenis kabel baja yang lainnya. Fungsi utama
parking brake cable adalah menghubungkan
gerakan tuas rem parkir dengan parking brake
lever yang posisinya berada dalam sistem rem
tromol.

Kesmipulan dan Cara Kerja Rem Tromol Mobil


Rem tromol memang akan bekerja saat adanya gesekan yang diubah menjadi energi putar
atau energi gerak. Dengan adanya gerakan, maka secara otomatis roda akan berhenti

3.8 ANTI LOCK BREAKE SYSTEM (ABS)


Pengertian Abs
Rem ABS adalah singkatan anti lock braking system yang merupakan dari inovasi
sistem pengereman pada kendaraan untuk menjaga keselamatan pengendara dengan
mekanismenya dapat menghindari terjadinya penguncian roda ketika dilakukan penghentian
laju secara mendadak. 

Fungsi Rem ABS


Membantu mempertahankan traksi roda terhadap jalanan ketika pengendara
melakukan pengereman, mencegah terkuncinya ban kendaraan, serta membantu
mengendalikan laju kendaraan yang tidak terkontrol saat dilakukan pengereman mendadak.
Ketika Anda mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi maupun saat di jalanan
licin akibat hujan, tentunya melakukan pengereman mendadak merupakan hal yang paling
dihindari. 
Akan tetapi, terkadang ada kondisi tertentu yang membuat Anda harus mengambil tindakan
pengereman secara mendadak, misalnya saja ada orang melintas. 
Dalam hal ini, biasanya kendaraan menjadi sulit untuk dikendalikan. Adanya
teknologi ABS, akan membantu Anda dalam mengendalikan mobil saat Anda melakukan
pengereman secara spontan. 
Cara Kerja Sistem Rem ABS
Teknologi ABS, akan berperan dalam membantu pengguna saat melakukan
penghentian laju kendaraan secara mendadak. Adanya ABS, ketika terjadi pengereman
roda tidak akan terkunci, sehingga meminimalisir slip pada ban kendaraan. 
Dengan demikian, laju mobil maupun motor bisa dikendalikan dengan baik oleh
pengemudi. Jika mobil tidak dilengkapi dengan sistem ABS, maka ketika dilakukan
pengereman kendaraan akan tetap meluncur tak terkendali. Pada dasarnya, teknologi
keamanan ini akan bekerja ketika Anda menarik tuas rem secara mendadak. Di kondisi
tersebut, sensor sistem akan mendeteksi roda yang terkunci.
Deteksi sensor tersebut, akan membuat piston rem secara otomatis melepaskan
tekanan ke titik normal. Namun, saat roda berputar tekanan piston akan dikeraskan
kembali. 
Biasanya, proses dari titik normal menuju pengerasan piston ini akan berlangsung dengan
cepat. Kondisi tersebutlah yang berperan dalam membuat mobil mudah dikendalikan.

Komponen Rem ABS 


Terdapat empat komponen penting yang bekerja dalam sistem pengereman ABS,
yaitu sensor kecepatan, katup pengereman, pompa, dan kontroler.
Keempat material tersebut mempunyai fungsi yang berbeda, namun tepat berkaitan satu
sama lain. Pada sensor, mengambil peran penting dalam membaca kecepatan putaran roda
mobil saat berkendara. 
Biasanya, komponen ini terdapat pada setiap roda kendaraan, tetapi kadang ada
yang diferensial, tergantung pada pabrik yang mengeluarkan. Katup pengereman
memainkan fungsi dalam penyaluran minyak rem. Pompa rem berperan dalam
mengembalikan tekanan yang dilepas katup rem. 
Sedangkan, kontroler sebagai pengendali katup pengereman serta pengolah data
dari sensor kecepatan.

3.9 SISTEM SUSPENSI


Sistem suspensi mobil memiliki tugas untuk meredam getaran serta guncangan saat Anda melewati
jalan yang bergelombang.
suspensi adalah elemen penting untuk memberikan kenyamanan berkendara. Di mana terdapat
berbagai komponen yang saling berintegerasi satu sama lain demi meredam getaran serta goncangan
ketika berkendara. 

1. Pegas (Spring)
2. Shock Absorber
3. Ball joint
4. Stabiliser Bar
5. Sturt Bar
6. Knuckle Arm
7. Upper Arm
8. Lower Arm
9. Lateral Control Road
10. Bumper Suspensi

3.10 SISTEM KEMUDI DAN POWER STEERING

PKKR/Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan


3.1 SISTEM STATER
3.2 SISTEM PENGISIAN
3.3 SISTEM PENERANGAN, TANDA DAN PENGHAPUS KACA
3.4 SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
3.5 SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIS
3.6 SISTEM INJEKSI BENSIN
3.7 SISTEM BAHAN BAKAR DIESEL COMMON RAIL
3.8 SISTEM KENYAMAAN DAN PENGAMAN
3.9 SISTEM PENDINGIN RUANGAN AC

Anda mungkin juga menyukai