Anda di halaman 1dari 158

1

PENGARUH MODERNISASI ALUTSISTA TD-2000B

TERHADAP KESIAPAN OPERASIONAL

SATUAN DETASEMEN ARHANUD-001 KODAM IM

( Studi Kasus : Kualitas Alutsista dan Transfer Teknologi )

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian.

Eksistensi kedaulatan wilayah suatu negara saat ini dan masa yang

akan datang sangat tergantung kepada seberapa kuat sistem pertahanan

yang dimiliki negara tersebut, semakin kuat sistem pertahanan suatu

negara terhadap segala kemungkinan ancaman, cenderung akan semakin

besar deterrence effect (efek tangkal) yang dimiliki negara tersebut. Efek

tangkal suatu negara akan terwujud bersama dengan terbangunnya

sistem pertahanan yang kuat, jika efek tangkal terwujud maka akan

menyurutkan niat negara-negara lain untuk melakukan pelanggaran lintas

batas wilayah suatu negara. Hanya negara yang memiliki kekuatan

pertahanan yang tinggi dan didukung oleh penguasaan teknologi Alutsista

modern, yang akan memiliki bargaining power dan disegani oleh negara

lain. Untuk mencapai kondisi saat ini beberapa negara terus berlomba

menciptakan sistem senjata baru yang memiliki daya rusak yang besar

dan daya jangkau yang jauh dengan ketepatan yang sangat akurat. Di
2

masa perkembangan teknologi militer (Revolution in Military Affairs) trend

inilah yang mendorong banyak negara di dunia untuk terus melakukan

penataan dan pembangunan sistem pertahanan militer terutama teknologi

persenjataan, termasuk Persenjataan Artileri pertahanan udara.

Kondisi Alutsista yang dimiliki oleh TNI/TNI-AD saat ini pada

umumnya merupakan senjata asset lama dengan teknologi tahun 1960-

an dan sudah kurang efektif untuk menghadapi kemudian ancaman udara

yang sudah menggunakan teknologi tinggi, sebaliknya untuk Alutsista

Arhanud TNI-AD yang dimiliki Satuan-satuan Arhanud saat ini

teknologinya sudah jauh tertinggal jika dibanding dengan Sista Hanud

yang dimiliki oleh negara-negara Asia lainnya sehingga berdampak

terhadap rendahnya efek tangkal (deterrence effect) Sistem Pertahanan

Negara. Di tengah keterbatasan anggaran pertahanan negara saat ini,

TNI/TNI AD menyusun dan melaksanakan konsep pertahanan berbasis

kemampuan (based defence capabilities), kekuatan dan gelar satuan

guna membangun kekuatan TNI AD diarahkan kepada tercapainya

Kekuatan Pokok Minimum Esential Force (MEF) yang diwujudkan antara

lain dengan melakukan modernisasi berbagai Alutsista yang dimilki

termasuk Alutsista Arhanud TNI AD. Memodernisasi Alutsista meriam

maupun Rudal Hanud darat ke udara (surface to air) tersebut harus terus-

menerus dilakukan agar mampu mengimbangi kemajuan teknologi senjata

udara musuh sehingga Tugas Pokok menyelenggarakan Pertahanan

Udara aktif untuk menghancurkan, meniadakan/mengurangi daya guna


3

dan hasil guna serangan udara musuh baik dalam rangka Pertahanan

Udara melindungi pasukan manuver maupun dalam rangka Pertahanan

Udara Nasional (Hanudnas1) dapat dilaksanakan secara optimal.

Pada awal 2014, modernisasi Alutsista di lingkungan TNI AD dapat

dinikmati dan dirasakan oleh Satuan Denarhanud-001 Kodam IM.

Tentunya ini menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi prajurit yang ada

di satuan tersebut. Hal ini menjadi suatu kebanggaan karena semenjak

berdirinya satuan Denarhanud-001 pada tahun 1987 dimana Alutsista

yang dimiliki saat itu adalah rudal Rapier, prajurit tidak pernah

melaksanakan latihan dengan maksimal. Prajurit yang ada disatuan

tersebut tidak pernah melaksanakan latihan menembak senjata berat

sama sekali dalam hal ini menembak basah rudal Rapier. Tentunya ini

akan sangat mempengaruhi kesiapan operasional dalam rangka

pelaksanaan tugas pokoknya. Modernisasi alutsista ini harapannya

adalah satuan Denarhanud-001 mampu menjawab tantangan tugas ke

depan yang semakin berat dihadapkan perkembangan teknologi yang

semakin canggih.

Tahun 2013 Denarhanud Rudal-001 (saat itu masih orgas lama)

sudah memulai tahapan pergantian Alutsista. Rudal Rapier yang sudah

tidak operasional dari tahun 2003 digantikan dengan sistem Alutsista TD

2000B. Alut Sista ini terdiri dari 1 unit Radar SR-74, 4 unit Ran Kodalbak

(FCDV-1), 8 unit Ran Peluncur Rudal QW-3 (FCV-1), dan 12 unit Meriam

Keputusan Kasad Nomor Kep/23/IV/2007 tanggal 24 April 2007 tentang Naskah


1

Sementara Doktrin TNI-AD “Kartika Eka Paksi”.


4

57mm Anti Pesawat Udara. Sebagai sebuah sistem Komposit, TD-2000B

telah memenuhi Prinsip-prinsip penggelaran satuan Arhanud yang berlaku

universal yaitu : 1) Massal, dengan adanya sistem senjata berupa 12

pucuk meriam dan 8 Satbak Rudal; 2) Campuran, dengan

mengkombinasikan jenis Meriam 57mm dengan Rudal V-SHORAD; 3)

Mobilitas, dengan 8 unit Kendaraan Peluncur Rudal QW-3 (FCV-1)

memiliki kemampuan mobilitas yang cukup tinggi untuk dapat mengikuti

mobilitas satuan manuver. 4) Integrasi, semua Sista tersebut dikendalikan

dalam satu komando pada Kendaraan Radar SR-74.

Proses penerimaan Alutsista TD2000B sudah dilaksanakan

semenjak Tahun 2012, dimana diadakannya kunjungan pejabat beserta

tim dari Pussenarhanud Kodiklat TNI AD ke Detasemen Arhanud Rudal-

001. Orientasi awal dari kunjungan melihat kesiapan pangkalan yang

fungsi awalnya untuk Rudal Repier disesuaikan untuk Alutsista TD

2000B.Pada saat itu belum ada gambaran tentang bentuk dan dimensi

dari Alutsista TD 2000B.Orientasi selanjutnya yaitu melihat kesiapan awal

Satuan untuk melaksanakan MTT baik secara personel maupun fasilitas-

fasilitas pendukung kegiatan MTT.Personel pada saat itu masih dalam

hubungan Organisasi Repier.Bujuk Orgas TD 2000B baru disahkan 15

Agustus 2013 dan baru bisa dilaksanakan pada Februari 2014.

Kegiatan pelatihan sudah dimulai semenjak akhir 2012 dengan

mengirimkan tim pelatihan yang datang langsung ke Tiongkok (Produsen

Alutsista TD 2000B). Pasca kegiatan di Tiongkok tim tersebut melanjutkan


5

program pelatihan secara parsiil di satuan. Kegiatan di fokuskan pada

bintara-bintara yang akan menduduki jabatan Danmer, Dansatbak dan

Bintara Operator. Oktober 2013 pelatihan teknisi dilaksanakan di

Denarhanud-003 Cikupa Tanggerang.Pelatihan diikuti kader dari

Denarhanud-001, Pusdik Arhanud dan Tim dari kecabangan Pal (dari

pusat dan kotama).Setelah Alutsista gelombang I datang ke Denarhanud-

001 melalui pelabuhan Kruenggukuh Aceh Utara, pelatihan berupa

penataran awak dilaksanakan di Denarhanud-001. Ketiga pelatihan

menggunakan nara sumber langsung dari pihak Produsen Alutsista.

Kondisi materiil pada tahap awal penerimaan di Denarhanud-001

(Maret 2014) terjadi kerusakan hampir di seluruh jenis Alutsista baik itu

meriam, peluncur rudal, radar, alat test missil, alat kendali tembak,

kendaraan dan generator. Terlepas dari kualitas senjata penulis disini

menggambarkan ketika terjadi kerusakan tersebut mulai dari kendala

ringan sampai dengan kondisi berat tim teknisi satuan (tim Pemeliharaan)

belum bisa mengatasi kerusakan dan masih tergantung pada teknisi dari

pihak produsen. Bulan April dan Desember (Pasca latihan menembak

senjata berat meriam 57 mm) tahun 2014 dilaksanakan perbaikan untuk

menuntaskan kerusakan-kerusakan pada sebagian Alutsista.Akan tetapi,

tidak bisa dilaksanakan dengan maksimal karena keterbatasan suku

cadang. Tahun 2015 sesuai dengan rencana pihak pengadaan Alutsista

akan dilaksanakan perbaikan (menyelesaikan kerusakan yang belum

diselesaikan akhir 2014) tetapi tidak dapat terlaksana.


6

Kondisi ini akan berdampak pada kesiapan operasional satuan

Denarhanud-001 dalam pencapaian tugas pokoknya. Apabila melihat

kondisi Alutsista yang tergolong baru tapi banyak terdapat kendala akan

mempengaruhi ketrampilan prajurit dalam mengwaki Alutsista tersebut.

Secara otomatis akan berdampak pada profesionalisme prajurit yang ada

di satuan tersebut.

Dari beberapa penelitian terdahulu, yang menulis mengenai

pengaruh modernisasi dan kondisi Alutsista terhadap kesiapan

operasional satuan Denarhanud-001 belum ada yang meneliti.

Penelitian tentang Pemilihan Alutsista pernah diteliti oleh mahasiswa S-2

UNHAN atas nama Mayor Arh Pulung Patria Daga dengan judul tesis

Analisa Efektivitas Rudal Arhanud Dengan Metode Value Focussed

Thinking (Vft) Untuk Pemilihan Rudal Arhanud Kostrad.

Berdasarkan uraian diatas dan mengingat betapa pentingnya

proses modernisasi Alutsista Arhanud ini, maka dalam pelaksanaannya

harus dapat berjalan secara optimal. Modernisasi harus membawa

dampak terhadap tercapainya kesiapan operasional dalam rangka

mendukung pelaksanaan tugas pokok satuan. Atas dasar hal tersebut,

penulis mencoba meneliti tentang “Pengaruh Modernisasi Alutsista TD-

2000B Terhadap Kesiapan Operasional Satuan Detasemen Arhanud-

001 Kodam IM”.


7

1.2. Rumusan Masalah.

Permasalahan sering terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara

harapan dan kenyataan. Modernisasi Alutsista diharapkan dapat

meningkatkan profesionalisme prajurit sehingga mampu melaksanakan

tugas pokoknya dengan baik, tapi dihadapkan dengan kenyataan kondisi

Alutsista yang sering mengalami masalah maka pencapaian

profesionalisme tersebut masih terkendala. Dalam proses modernisasi

Alutsista aspek penting yang perlu diperhatikan adalah kualitas Alutsista

dan proses transfer teknologi. Kedua aspek tersebut sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan dari pelaksanaan modernisasi Alutsista yang

dilaksanakan.

Berdasarkan uraian permasalahan yang dijelaskan dalam latar

belakang penelitian tersebut ada beberapa masalah yang dapat

diindentifikasikan dalam penelitian ini, antara lain:

1.2.1. Bagaimanakah pengaruh kualitas Alutsista terhadap

kesiapan operasional satuan Arhanud?

1.2.2. Bagaimanakah pengaruh transfer teknologi terhadap

kesiapan operasional satuan Arhanud?

1.3. Tujuan Penelitian.

Secara umum penelitian ini bertujuan mengetahui permasalahan

yang menyebabkan belum maksimalnya proses medernisasi Alutsista

disatuan Arhanud sehingga mengganggu dalam kesiapan operasional

satuan tersebut dalam rangka pencapaian tugas pokoknya. Selain itu


8

bertujuan untuk memberikan masukan kepada Pussenarhanud dan

Komando atas dalam menentukan suatu kebijakan dalam proses

modernisasi Alutsista Arhanud.

1.3.1. Mengukur seberapa jauh pengaruh kualitas Alutsista

terhadap kesiapan operasional Satuan Denarhanud-001.

1.3.2. Mengukur seberapa jauh proses transfer teknologi dalam

modernisasi Alutsista terhadap kemampuan mengoperasionalkan

senjata baru.

1.4. Manfaat Penelitian.

Secara Akademik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi tentang konsep modernisasi Alutsista yang dilaksanakan pada

Satuan-satuan jajaran TNI AD. Hal ini sangat penting karena dalam

beberapa tahun kedepan secara terprogram TNI AD akan terus

melaksanakan modernisasi Alutsista sesuai dengan konsep Transformasi.

Selain itu hasil analisa Penelitian ini bisa dikembangkan dan dikaji lebih

mendalam untuk kepentingan Transformasi TNI AD.

Secara praktis hasil penelitian ini sebagai masukan bagi Komando

Atas dan gambaran bagi para Komandan Satuan (Satuan-satuan yang

akan menerima Alutsista baru). Diharapkan dalam proses modernisasi

Alutsista yang dilaksanakan dapat mencapai kondisi yang diharapkan.

Hasil penelitian ini juga diharapkan bisa memberikan gambaran tentang


9

kemungkinan-kemungkinan tantangan (resistensi) yang dihadapi Satuan

dalam proses perubahan, sehingga Satuan lebih siap menghadapi

tantangan tersebut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Tinjauan Pustaka.

2.1.1. Modernisasi

Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu

perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai

aspek dalam kehidupan masyarakat. Secara sederhana, dapat

dikatakan bahwa modernisasi adalah proses perubahan dari cara-

cara tradisional ke cara-cara baru yang lebih maju dalam rangka

untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat. Sebagai suatu

bentuk perubahan sosial, modernisasi biasanya merupakan bentuk

perubahan sosial yang terarah dan terencana. Perencanaan sosial

(social planning) dewasa ini menjadi ciri umum bagi masyarakat

atau negara yang sedang mengalami perkembangan.Suatu

perencanaan sosial haruslah didasarkan pada pengertian yang

mendalam tentang bagaimana suatu kebudayaan dapat

berkembang dari taraf yang lebih rendah ke taraf yang lebih maju

atau modern.
10

Di Indonesia, bentuk-bentuk modernisasi banyak kita jumpai

di berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik dari segi pertanian,

industri, perdagangan, sosial budaya dan dalam hal

kemeliteran.Salah satu bentuk modernisasi di bidang militer adalah

dengan adanya penggunaan Alutsista yang berbasis komputerisasi,

memiliki akurasi yang konstan, meminimalkan tenaga dan waktu,

yang pada akhirnya memberikan keunggulan dalam pertempuran.

Menurut Wilbert E Moore moderenisasi mencakup suatu

transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra

modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial ke arah pola-

pola ekonomi dan politis yang menjadi ciri negara-negara barat

yang stabil. Karakteristik umum modernisasi yang menyangkut

aspek-aspek sosio-demografis masyarakat dan aspek-aspek sosio-

demografis digambarkan dengan istilah gerak sosial (social

mobility). Artinya suatu proses unsur-unsur sosial ekonomis dan

psikologis mulai menunjukkan peluang-peluang ke arah pola-pola

baru melalui sosialisasi dan pola-pola perilaku. Perwujudannya

adalah aspek-aspek kehidupan modern seperti misalnya

mekanisasi, mass media yang teratur, urbanisasi, peningkatan

pendapatan perkapita dan sebagainya.

Agar memperoleh nilai positif dari moderenisasi yang

berdampak pada kesiapan operasional satuan maka modernisasi


11

Alutsista harus mampu memproyeksikan kecenderungan yang ada

dalam organisasi Satuan, indikator tersebut antara lain:

1) Cara berpikir yang ilmiah yang melembaga seluruh

manusia yang ada dalam organisasi

2) Sistem administrasi yang baik dan benar.

3) Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan

teratur.

4) Adanya iklim kerja yang kondusif dalam organisasi.

5) Seluruh personel di satuan memiliki Disiplin pribadi

yang tinggi.

6) Kewenangan yang jelas dalam organisasi.

Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas,

sehingga batas-batasnya tidak dapat ditetapkan secara mutlak. Di

Detasemen Arhanud-001 modernisasi dilakukan dengan

penggantian Alutsista Rapier dengan TD 2000B, di satuan lain

mungkin saja dilakukan modernisasi dalam hal sistem atau

peningkatan kualitas SDM lainnya. Modernisasi mencakup suatu

transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra

modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, pola-polanya

menuju ke arah ekonomis dan teratur yang mengarah kepada

bentuk stabil.
12

2.1.2 Metode Perubahan Organisasi.

Dalam kajian ilmu tentang Perubahan Organisasi, dikenal

beberapa Model Perubahan. Penulis dalam tulisan ini mencoba

memaparkan proses perubahan menurut Pasmore (1994 dalam

Wursanto, 2003: 142) berlangsung dalam delapan tahap.

Kedelapan tahap perubahan organisasi tersebut meliputi:

1) Tahap Persiapan (preperation)

Tahap ini dimulai dengan mengumpulkan sejumlah

pengetahuan tentang perlunya organisasi bersangkutan

untuk segera melakukan perubahan. Dalam tahap ini juga

mempersiapkan dan menyakinkan para stakeholdersagar

mau dan mendukung perubahan.

2) Tahap Analisis kekuatan dan Kelemahan

Setelah dilakukan persiapan matang, aktivitas

selanjutnya adalah melakukan anlisis kondisi internal dan

eksternal terkait kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh

organisasi. Dalam tahap ini juga penting untuk menganalisis

lingkungan khusus dan umum yang dapat

mempengaruhi performance organisasi di masa mendatang.

3) Tahap Mendesain Sub Unit Organisasi Baru

Perubahan secara umum bertujuan agar organisasi

semakin adaptif terhadap perubahan. Guna mendukung


13

tujuan tersebut dilakukan sub unit organisasi yang memiliki

fleksibilitas dalam menghadapi perubahan lingkungan.

4) Tahap Mendesain Proyek

Proyek dalam hal ini adalah perubahan yang

menyeluruh dan integratif. Agar perubahan yang terjadi

terintegrasi, maka seluruh anggota organisasi disertakan

agar dapat memahami dan memilki rasa memiliki perubahan

yang sedang terjadi.

5) Tahap Mendesain Sistem Kerja

Sistem kerja ini adalah bagian pentinguntuk

memformalisasikan pekerjaan terutama yang bersifat rutin.

Sistem kerja yang didesain akan memudahkan evaluasi dan

standarisasi pekerjaan.

6) Tahap Mendesain Sistem Pendukung

Agar proses perubahan dapat terintegrasi dan terjadi

proses pembelajaran yang berjangka panjang, maka perlu

didesain sistem yang mendukung tujuan tersebut. Sistem

pendukung ini merupakan sarana untuk melanggengkan

perubahan yang sedang dan akan dilakukan.

7) Tahap Mendesain Mekanisme Integratif

Mendesain mekanisme integratif merupakan proses

untuk menjadikan sistem kerja dapat terkoordinasi secara

baik dan berkesinambungan. Guan mencapai keinginan


14

tersebut harus didukung adanya usaha untuk

mengumpulkan dan menyebarkan informasi. Dengan

adanya pengumpulan informasi, maka sebuah

permasalahan tidak diselesaikan secara parsial. Selanjutnya

mekanisme tersebut dikontrol legitimasi kekuasaan agar

mekanisme tersebut dapat berjalan.

8) Tahap Implementasi dan Perubahan

Tahap terakhir dari model perubahan dari Pasmore

adalah tahap implementasi perubahan dengan didukung

semua pihak dan dipimpin olehdecision maker organisasi.

2.1.3 Proses Perubahan Organisasi.

Proses terjadinya suatu perubahan di dalam organisasi

meliputi enam tahap, hal ini diungkapkan oleh L.C. Megginson,

Donald C.M. dan Paul H.P.,Jr. seperti dikutip oleh T.Hani Handoko.

Adapun tahap-tahap tersebuat adalah sebagai berikut:

1) Tekanan dan Desakan.

Pada tahap ini manajemen tingkat atas mulai

merasakan adanya masalah, tekanan, desakan dan

kebutuhan akan suatu perubahan. Hal ini ditandai dengan

adanya penurunan produktivitas, volume penjualan dan laba,

perputaran tenaga kerja tinggi dan kalahnya persaingan

produk dipasaran, dan sebagainya.


15

2) Intervensi dan Reorientasi.

Setelah merasakan adanya tekanan dan desakan,

para manajer mulai mencoba berusaha menyelesaikannya

dengan mencari dan menentukan serta merumuskan

permasalahan, untuk itu mereka biasanya menyewa

seseorang atau beberapa konsultan atau bisa juga pihak

internal (karyawan perusahaan) sebagai pengantar

perubahan. 

3) Diagnosa dan Pengenalan Masalah.

Pada tahap ini pengantar perubahan mulai

mengumpulkan berbagai informasi (data), kemudian

menganalisanya.Masalah yang paling penting dikenali dan

diperhatikan untuk dipecahkan.

4) Penemuan dan Komitmen penyelesaian

Pada tahap ke empat ini, pengantar perubahan dan

merangsang pemikiran, kretivitas serta mulai meninggalkan

“metode-metode kerja lama”, menggantinya dengan mtode-

metode baru yang lebih afektif.Begitu juga untuk

penyesuaian dibuatlah rencana program-program latihan,

keterampilan, peningkatan wawasan, dll.


16

5) Percobaan dan Pencarian Hasil.

Setelah alternatif terbaik untuk penyelesaian

ditemukan dan dikembangkan, selanjutnya diadakan

percobaan penerapannya untuk diketahui hasilnya.

6) Penguatan dan Penerimaan.

Pada tahap ini, setelah penerapan program-program

kegiatan dalam rangka penyesuaian dengan perubahan

ataupun pengembangannya telah berhasil dan sesuai

dengan keinginan, maka kegiatan untuk perubahan tersebut

diusahakan harus diterima oleh para karyawan dan menjadi

penguat yang dapat mengikat semua karyawan pada

perubahan.

2.1.4 Transfer Teknologi.

Sejumlah penelitian telah mengungkapkan bahwa antara

pendidikan berkualitas dengan produktivitas mempunyai korelasi

yang positif. Hal ini bermuara pada kualitas SDM yang akhirnya

akan dapat memungkinkan produktivitas organisasi. Sarah Tang,

sebagaimana dikutip Supriadi (1996:57), mengemukakan bahwa

“Pertumbuhan ekonomi yang cepat di negara-negara Asia dan

perubahan progresif dalam produksi menuju industri dan jasa

berteknologi tinggi mengakibatkan meningkatnya tuntutan dari


17

dunia usaha terhadap perlunya tenaga (SDM) yang terampil dan

terdidik (berkualitas).” 

Menelaah ungkapan di atas jelaslah bahwa SDM sebagai

tenaga kerja sangat diperlukan keterampilannya dalam

melaksanakan tugas peningkatan kualitas organisasi dan dalam

organisasi kemiliteran menunjang kesiapan operasional satuan

tersebut. Dalam proses penerimaan Alutsista TD 2000B Transfer

Teknologi sebagai bentuk transfer pengetahuan berpengaruh

terhadap kualitas SDM prajurit yang ada di Denarhanud-

001. Transfer teknologi, disebut juga dengan komersialisasi

teknologi, adalah proses memindahkan  kemampuan, 

pengetahuan,  teknologi, metode manufaktur, sampel hasil

manufaktur, dan fasilitas, antara pemerintah, universitas, dan

institusi lainnya yang menjamin bahwa perkembangan ilmu dan

teknologi dapat diakses oleh banyak pengguna. Hal ini penting

demi pengembangan lebih lanjut dan penggunaannya

menjadi produk, proses, aplikasi, material, dan produk jasa baru.

Transfer teknologi sangat erat kaitannya dengan transfer

pengetahuan. Transfer teknologi dibagi menjadi dua, yaitu transfer

secara horisontal dan transfer secara vertikal. Secara vertikal

adalah perpindahan teknologi dari riset ke penerapan. Sedangkan

secara horisontal adalah perpindahan teknologi dari satu bidang ke


18

bidang lainnya transfer, transfer horizontal inilah yang dilaksanakan

pada proses penerimaan Alutsista TD 2000B.

2.1.5. Teori Kualitas.

Pengertian produk (product) menurut Kotler (2009) adalah

segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan

perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat

memuaskan keinginan atau kebutuhan. Secara konseptual produk

adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa

ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi

melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai

dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar.

Menurut Kotler dan Keller (2008), produk adalah elemen

kunci dalam keseluruhan penawaran pasar. Selain itu produk dapat

pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh

produsen melalui hasil produksinya (Tjiptono, 2008).

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka produk

didefinisikan sebagai kumpulan dari atribut-atribut yang nyata

maupun tidak nyata, termasuk di dalamnya kemasan, warna,

harga, kualitas dan merek ditambah dengan jasa dan reputasi

penjualannya.

Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu

produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan


19

keandalan, ketepatan kemudahan operasi dan perbaikan, serta

atribut bernilai lainnya. Untuk meningkatkan kualitas produk

perusahaan dapat menerapkan program ”Total Quality Manajemen

(TQM)". Selain mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok

kualitas total adalah untuk meningkatkan nilai konsumen.

Menurut Kotler dan Amstrong (2008) kualitas adalah

karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat laten.

Sedangkan menurut Garvin dan A. Dale Timpe (1990, dalam Alma,

2011) kualitas adalah keunggulan yang dimiliki oleh produk

tersebut. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang

mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas

dalam pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk yang

biasa dikenal kualitas sebenarnya. 

Menurut Kotler (2009), kualitas didefinisikan sebagai

keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada

kemampuan memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun yang

tersirat. Sedangkan menurut Tjiptono (2008), kualitas merupakan

perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh

mana keluaran dapat memenuhi prasyarat kebutuhan pelanggan

atau menilai sampai seberapa jauh sifat dan karakteristik itu

memenuhi kebutuhannya.
20

Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa kualitas merupakan suatu produk dan jasa yang melalui

beberapa tahapan proses dengan memperhitungkan nilai suatu

produk dan jasa tanpa adanya kekurangan sedikitpun nilai suatu

produk dan jasa, dan menghasilkan produk dan jasa sesuai

harapan tinggi dari pelanggan.

Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka

diperlukan suatu standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk

menjaga agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang

telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan

kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Pemasar yang

tidak memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan

menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga penjualan

produknya pun akan cenderung menurun. Jika pemasar

memperhatikan kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan dan

harga yang wajar maka konsumen tidak akan berpikir panjang

untuk melakukan pembelian terhadap produk (Kotler dan Amstrong,

2008). 

Menurut Kotler and Amstrong (2008) arti dari kualitas produk

adalah “the ability of a product to perform its functions, it includes

the product’s overall durability, reliability, precision, ease of

operation and repair, and other valued attributes” yang artinya

kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal


21

itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan,

kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk

lainnya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa kualitas produk adalah keseluruhan barang dan jasa yang

berkaitan dengan keinginan konsumer yang secara keunggulan

produk sudah layak diperjualkan sesuai harapan dari pelanggan.

Kualitas produk dibentuk oleh beberapa indikator antara lain

kemudahan penggunaan, daya tahan, kejelasan fungsi, keragaman

ukuran produk, dan lain-lain (Zeithalm, 1988 dalam Kotler, 2009).

Konsumen senantiasa melakukan penilaian terhadap kinerja

suatu produk, hal ini dapat dilihat dari kemampuan produk

menciptakan kualitas produk dengan segala spesifikasinya

sehingga dapat menarik minat konsumen untuk melakukan

pembelian terhadap produk tersebut. Berdasarkan bahasan di atas

dapat dikatakan bahwa kualitas yang diberikan suatu produk dapat

mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produk

yang ditawarkan.

Menurut Tjiptono (2008), kualitas mencerminkan semua

dimensi penawaran produk yang menghasilkan manfaat (benefits)

bagi pelanggan. Kualitas suatu produk baik berupa barang atau

jasa ditentukan melalui dimensi-dimensinya. Dimensi kualitas

produk menurut Tjiptono (2008) adalah:


22

1) Performance (kinerja), berhubungan dengan

karakteristik operasi dasar dari sebuah produk.

2) Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau

umur produk yang bersangkutan bertahan sebelum produk

tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian

konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya

produk.

3) Conformance to specifications (kesesuaian dengan

spesifikasi), yaitu sejauh mana karakteristik operasi dasar

dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari

konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk.

4) Features (fitur), adalah karakteristik produk yang

dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk atau

menambah ketertarikan konsumen terhadap produk.

5) Reliability (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa

produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam

periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan

terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat

diandalkan.

6) Aesthetics (estetika), berhubungan dengan

bagaimana penampilan produk.

7) Perceived quality (kesan kualitas), sering dibilang

merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang


23

dilakukan secara tidak langsung karena terdapat

kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau

kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan.

8) Serviceability, meliputi kecepatan dan kemudahan

untuk direparasi, serta kompetensi dan keramahtamahan

staf layanan.

Kemudian, menurut Vincent Gaspersz (2005 dalam Alma,

2011) dimensi-dimensi kualitas produk terdiri dari: 

1) Kinerja (performance), yaitu karakteristik operasi

pokok dari produk inti. 

2) Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu

karakteristik sekunder atau pelengkap.

3) Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan

mengalami kerusakan atau gagal pakai. 

4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to

specification), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan

operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan

sebelumnya. 

5) Daya tahan (durability), yaitu berkaitan dengan

berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. 


24

6) Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi,

kenyamanan, mudah direparasi, penanganan keluhan yang

memuaskan. 

7) Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca

indera.

Berdasarkan dimensi-dimensi diatas, dapat

disimpulkan bahwa suatu dimensi kualitas merupakan syarat

agar suatu nilai dari produk memungkinkan untuk bisa

memuaskan pelanggan sesuai harapan, adapun dimensi

kualitas produk meliputi kinerja, estetika, keistimewaan,

kehandalan, dan juga kesesuaian

2.1.6. Landasan.

1) Landasan Hukum. Ketahanan Nasional (Tahnas)

merupakan kondisi dinamis bangsa Indonesia yang meliputi

segenap aspek kehidupan nasional yang terpadu, sinergis

dan terintegrasi.Kondisi ini yang menjadi landasan

konsepsional penulis dalam membuat karya tulis militer ini.

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 alinea keempat memuat tujuan

nasional, salah satunya yaitu melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Amanat ini


25

menjadi tanggung jawab TNI sebagai alat negara dan

komponen utama pertahanan Negara.

2) Landasan Historis. Pada awal berdirinya Detasemen

Arhanud Rudal-001 menggunakan Alutsista Rudal

Rapier.Rapier mulai dikembangkan pada tahun 1960-an

sebagai proyek ET.316 sebagai cadangan bagi pembelian

sistem rudal Mauler dari USA. Proyek ini dimaksudkan untuk

melawan pesawat supersonik yang lincah dan terbang

rendah. British Aircraft Corporation pada saat itu mempunyai

program mandiri Sightline yang menjadi dasar dari ET.316.

Pembatalan pembelian Mauler berarti ET.316 akan

dikembangkan. Masuk operasi di mlilter inggris pada tahun

1971 , karena keakuratanya , rudal ini mengandalkan hulu

ledak tumbukan langsung , bukan hulu ledak proximity fuse

besar seperti rudal yang lainya.Versi awal mengandalkan

penjejak optik , versi selanjutnya ditambahkan penjejak radar

Blindfire (DN181) dan penjejak optronik (optik elektronik).

Versi eksport yang lebih murah dengan penjejak laser

dikenal dengan nama Laser fire.Rapier pada awalnya

berbentuk sebuah peluncur beroda dengan 4 buah rudal ,

sebuah unit penjejak optik FSB2 dan trailer untuk

penyompanan , seluruh paket ini beserta kru diangkut oleh 3

buah kendaraan Land Rover. Biasanya untuk pertahanan


26

lapangan udara. Dengan penambahan unit penjejak radar

maka pesawat musuh bisa dikenali lebih awall sehingga

operator bisa memilih apakah peluncuran berlangsung

otomatis atau manual.Versi Tracked Rapier menggunakan

M548 tracked carrier buatan USA dirancang atas pesanan

pemerintah shah iran, tetapi batal dikirimkan menyusul

revolusi islam di Iran. Tracked Rapier siap diopeasikan

dalam waktu 30 detik saja bandingkan dengan versi tarik

yang memerlukan waktu 30 menit.,rudal ini terbukti ampuh

saat PERANG MALVINAS, rudal buatan BRITISH

AEROSPACE ini adalah RUDAL SAM(surface to air missile),

rudal ini berjarak pendek dan berkecepatan 2.5 mach, jarak

jangkauannya sekitar 400-6800. Rapier dilengkapi

IFF(identification friend or foe). Pada tahun 2003 Rudal

rapier sudah tidak digunakan dan baru ditarik dari

Denarhanud Rudal-001 pada Tahun 2013.

Alut Sista Arhanud Terintegrasi TD-2000B merupakan

salah satu Alutsista Arhanud Terbaru yang diterima Arhanud

TNI-AD dan didislokasikan untuk satuan Denarhanud-001

Kodam IM pada awal tahun 2014. Alut Sista ini terdiri dari 1

unit Radar SR-74, 4 unit Ran Kodalbak (FCDV-1), 8 unit Ran

Peluncur Rudal QW-3 (FCV-1), dan 12 unit Meriam 57mm

Anti Pesawat Udara. Sebagai sebuah sistem Komposit, TD-


27

2000B telah memenuhi Prinsip-prinsip penggelaran satuan

Arhanud yang berlaku universal yaitu : 1) Massal, dengan

adanya sistem senjata berupa 12 pucuk meriam dan 8

Satbak Rudal; 2) Campuran, dengan mengkombinasikan

jenis Meriam 57mm dengan Rudal V-SHORAD; 3) Mobilitas,

dengan 8 unit Kendaraan Peluncur Rudal QW-3 (FCV-1)

memiliki kemampuan mobilitas yang cukup tinggi untuk

dapat mengikuti mobilitas satuan manuver. 4) Integrasi,

semua Sista tersebut dikendalikan dalam satu komando

pada Kendaraan Radar SR-74. Untuk memaksimalkan

pengoperasionalan Alutsista tersebut, maka penulis

memberikan saran sebuah konsep taktik Alutsista Arhanud

Terintegrasi TD-2000B dalam Brigade Tim Pertempuran

dalam serangan.

Alutsista Arhanud Terintegrasi TD-2000B memiliki

kemampuan sebagai berikut : 1) mampu menyelenggarakan

pertahanan udara jarak pendek dan sangat pendek (Short

Range Air Defence dan Very Short Range Air Defence)

dengan mobilitas tinggi; 2) mampu memberikan

perlindungan udara terhadap 2 obyek rawan yang

berdekatan dalam satu Daerah Pertahanan Udara

(Dahanud) dengan syarat jarak antara obyek rawan dengan

Radar SR-74 maksimal 20 km; 3) mampu


28

menyelenggarakan pertahanan udara secara berdiri sendiri

maupun dengan unsur pertahanan udara (Hanud) lainnya

dalam melindungi obyek rawan; 4) mampu beroperasi pada

segala cuaca dan malam hari; dan 5) mampu

menyelenggarakan sistem peringatan setempat dan

pengendalian operasi pertahanan udara dalam suatu Daerah

Pertahanan Udara (Dahanud) yang dibentuk. Batas

kemampuan yang dimiliki Denarhanud-001 adalah sebagai

berikut : 1) memiliki kemampuan terbatas terhadap serangan

darat; 2) memiliki kemampuan terbatas lawan Pernika; dan

3) memiliki kemampuan terbatas dalam serangan Nubika.

Sistem penggelaran Alutsista TD-2000B ini dapat

disusun dengan beberapa Alternatif sesuai dengan

kebutuhan yaitu 4 Satbak TD-2000B yang masing-masing

Satbak terdiri dari 2 Pucuk Peluncur Rudal QW-3 (FCV-1)

dan 3 Pucuk Meriam 57mm atau dapat disusun menjadi 12

Satbak yang terdiri dari 8 Satbak Rudal QW-3 (FCV-1) dan 4

Satbak Meriam 57mm . Alutsista TD-2000B dapat menyusun

pola gelar perlindungan udara maksimal seluas 124,75 KM 2

atau radius 6,3 KM dengan pola gelar melingkar 12 Satbak

dan jarak antar satbak 2/3 R. Konsep Gelar tersebut

digunakan untuk melindungi Obyek Rawan yang terpusat

dan bersifat statis, sedangkan untuk melindungi Obyek


29

Rawan yang terpisah-pisah dan bersifat dinamis, maka

Alutsista TD-2000B dapat dipisah-pisah menjadi satuan-

satuan yang lebih kecil (minimal 3 Satbak) berupa satbak

meriam, satbak Rudal atau kombinasi keduanya sesuai

dengan kebutuhan satuan yang dibantu.

3) Landasan Operasional. Doktrin Kartika Eka Paksi

merupakan doktrin operasional yang berada pada tataran

tertinggi doktrin di TNI Angkatan Darat dan menjadi acuan

dalam pembuatan doktrin-doktrin di bawahnya.Doktrin ini

melandasi pengembangan pola pembinaan dan penggunaan

TNI AD sesuai dengan peran dan fungsi dalam rangka

pertahanan Negara. Didalam Doktrin Kartika Eka Paksi

Pembinaan materiil dan Alutsista ditujukan untuk

memelihara kesiapan operasional dan memperpanjang usia

pakai materiil dan Alutsista. Pengadaan materiil dan

Alutsista tetap berorientasi pada pemenuhan kebutuhan

secara mandiri, diutamakan berasal dari produk dalam

negeri yang memenuhi standar teknologi, menjamin

kesiapsiagaan operasional yang mendukung kekuatan,

kemampuan dan gelar kekuatan TNI-AD.

Pembinaan materiil dan Alutsista diarahkan untuk

mendukung terwujudnya daya tangkal dan kekuatan tangkal

yang tangguh melalui upaya pengembangan seluruh


30

kekuatan dan kemampuan yang ada pada TNI-AD. Alutsista

TNI-AD digunakan untuk mendukung kesiapan operasional,

meliputi pengoptimalan pembinaan dengan melakukan

kegiatan pembangunan, pengadaan, pemeliharaan,

perawatan dan perbaikan guna meningkatkan,

mempertahankan dan memelihara kondisi materiil.

Penyelenggaraan dukungan materiil dan Alutsista

diprioritaskan pada pemenuhan dan kelanjutan kebutuhan

satuan seperti senjata, munisi, Rantis, Matsus Intel, Aloptik,

Alkom/Alkomsus, Kaporsatlap, obat-obatan dan lain-lain bagi

satuan operasional TNI-AD yang akan bertugas ke daerah

rawan dan melaksanakan tugas-tugas TNI-AD lainnya.

Selain itu, pemenuhan kebutuhan materiil diutamakan untuk

mendukung kegiatan pendidikan dan latihan.lam

mempertahankan keseimbangan ekonomi. 

2.2. Kerangka Pemikiran

Modern berasal dari bahasa Latin yakni Modernus yang dibentuk

dari kata Modo yang berarti cara dan Ernus menunjuk pada adanya

periode waktu masa kini. Modernisasi adalah suatu proses transformasi

dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai

aspek dalam kehidupan. Secara sederhana, dapat dikatakan

bahwa modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara tradisional ke


31

cara-cara baru yang lebih maju dalam rangka untuk peningkatan kualitas.

Modernisasi biasanya merupakan bentuk perubahan yang terarah dan

terencana. Moderenisasi Alutsista merupakan salah satu motif pendorong

dalam perubahan Organisasi di TNI AD.

Moderenisasi berjalan dengan baik jika terdapat 6 indikator.

Pertama cara berpikir yang ilmiah yang melembaga seluruh manusia yang

ada dalam organisasi. Kedua terdapat sistem administrasi yang baik dan

benar dalam organisasi. Ketiga adanya sistem pengumpulan data yang

baik dan teratur. Keempat adanya iklim kerja yang kondusif dalam

organisasi. Kelima seluruh peronel di satuan memiliki Disiplin pribadi yang

tinggi. Keenam Dalam modernisasi harus memiliki sentralisasi wewenang

dalam pelaksanaan perencanaan. Apabila itu tidak dilakukan, maka

perencanaan akan terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan dari kepentingan-

kepentingan yang ingin mengubah perencanaan tersebut demi

kepentingan kelompok atau individu.

Transfer teknologi yang dilaksanakan pada proses penerimaan

Alutsista TD 2000B di Denarhanud-001, merupakan bagian dari proses

Perubahan dari Organisasi. Proses nyata dilapangan pada saat

dilaksanakan MTT di Denarhanud-001 pada awal tahun 2014, sasarannya

langsung mengarahkan kemampuan personel untuk bisa mengawaki

Alutsista TD 2000B. Untuk proses transfer ilmu berupa teori telah

dilaksanakan sebelumnya pada tahun 2013 secara parsiil di satuan,

dilatihkan oleh personel yang melaksanakan peninjauan Alutsista ke


32

Tiongkok dan personel yang melaksanakan pelatihan Teknisi di

Denarhanud-003 Cikupa. Untuk mengukur keberhasilan dari proses

transfer teknologi, dapat dilakukan dengan cara menilai tahapan

perubahan organisasi mulai dari tahapan persiapan, analisa, mendesain

sub unit organisasi baru, mendisain proyek, mendisain sistem kerja,

mendisain sistem pendukung dan mekanisme integratif.

Selain proses trasnfer teknologi, kualitas Alutsista dalam

modernisasi TD 2000B memiliki pengaruh terhadap kesiapan operasional

satuan. Kualitas Alutsista TD 2000B dapat dilihat dari 8 Aspek. Pertama

yaitu Performance (kinerja) Alutsista TD 2000B dihadapkan dengan tugas

pokok Denarhanud-001. Kedua durability (daya tahan) Alutsista TD 2000B

yaitu berupa lamanya masa pakai dan kemampuan untuk melaksanakan

operasi disegala cuaca dan medan. Ketiga Conformance to specifications

(kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana karakteristik Alutsista

TD 2000B sesuai dengan kemampuan nyata dilapangan. Keempat

features (fitur), adalah bentuk-bentuk tambahan dari Alutsista yang bisa

menambah keunggulan dan kemampuan Alutsista TD 2000B. Kelima

reliability (reliabilitas), adalah probabilitas Alutsista TD 2000B untuk selalu

dapat bekerja Optimal. Keenam Aesthetics (estetika), berhubungan

dengan bagaimana penampilan Alutsista TD 2000B, hal ini lebih

mengarah kepada kemampuan Alutsista untuk disamar. Ketujuh perceived

quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan

pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat


33

emungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi

atas produk yang bersangkutan. Kedelapan serviceability, meliputi

kecepatan dan kemudahan dalam pemeliharaan dan perbaikan jika

Alutsista TD 2000B mengalami kerusakan.

Kualitas Alutsista
1. Performance (kinerja)
2. Durability (daya tahan)
3. Conformance to
specifications (kesesuaian
dengan spesifikasi)
4. Features (fitur)
5. Reliability (reliabilitas)
6. Aesthetics (estetika)
7. Perceived quality (kesan
kualitas) KESIAPAN
8. Serviceability OPERASIONAL
MODERNISASI
• Kemantapan Personel
ALUTSISTA
• Kemantapan Materiil
Transfer Teknologi • Kemantapan Latihan
1. Tekanan dan Desakan
2. Intervensi dan Reorientasi
3. Diagnosa dan Pengenalan
Masalah
4. Penemuan dan Komitmen
penyelesaian
5. Percobaan dan Pencarian
Hasil
6. Penguatan dan
Penerimaan

2.3. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu gambaran yang bersifat

sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui

data yang terkumpul (Arikunto, 1998:67). Dari rumusan permasalahan

yang ada, maka dapat ditarik sebuah hipotesis bahwa variabel kualitas
34

Alutsista (X1) dan transfer teknologi (X2) memiliki pola hubungan

langsung dengan variabel kesiapan operasional (Y) sebagai berikut :

2.3.1. Hipotesis 1.

1) H1 : Adanya pengaruh positif dan signifikan yang

disebabkan oleh kualitas Alutsista terhadap kesiapan

operasional Satuan Denarhanud-001.

2) H0 : Tidak ada pengaruh positif dan signifikan yang

disebabkan oleh kualitas Alutsista terhadap kesiapan

operasional Satuan Denarhanud-001.

2.3.2. Hipotesis 2.

1) H1 : Adanya pengaruh positif dan signifikan akibat dari

proses transfer teknologi dalam modernisasi Alutsista

terhadap kemampuan mengoperasionalkan senjata baru.

2) H0 : Tidak ada pengaruh positif dan signifikan akibat

dari proses transfer teknologi dalam modernisasi Alutsista

terhadap kemampuan mengoperasionalkan senjata baru


35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian atau Rancangan Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu komitmen penulis guna

mengendalikan arah penelitian, oleh sebab itu harus disesuaikan dengan

kondisi di lapangan dan seimbang dengan dalam dangkalnya penelitian

yang akan dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Surachman

(Nazir, 1988:99), yang menyebutkan bahwa, “Desain penelitian adalah

semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan

penelitian”. Sehingga dapat disimpulkan desain penelitian merupakan

serangkaian proses kegiatan yang dilakukan oleh peneliti mulai dari

perencanaan sampai dengan pelaksanaannya.

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan

hubungan antar variabel dengan menganalisis data numerik (angka)

menggunakan metode statistik melalui pengujian hipotesa. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode survey crossectional yaitu suatu

penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko

dengan efek dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2005).

Penerapannya pada penelitian ini, penulis menganalisa tentang

Moderenisasi Alutsista TD 2000B yang mengarah kepada faktor kualitas

dan faktor transfer pengetahuan/ teknologi yang berpengaruh terhadap


36

kesiapan operasional Denarhanud-001. Penelitian ini akan memberikan

informasi kepada Komando Atas bahwa dalam Transformasi TNI AD,

terutama dalam hal Remetalisasi Alutsista perlu mempertimbangkan

ketiga faktor tersebut

Pengujian
Instrument

Populasi Pengembangan
& Instrument
Sampel

Perumusa
Landasan Pengump
Rumusan n Analisa
teori ulan data
Masalah Hipotesis data

Kesimpu
lan dan
saran

Gb 3.1. Komponen dan Proses penelitian Kuantitatif (Sugiyono:2015).

Penelitian menggunakakan metode Kuantitatif dengan langkah-

langkah: 1) Menentukan rumusan masalah ; 2) Menentukan Landasan

teori untuk memecahkan rumusan masalah pada penelitian ; 3)

Merumuskan Hipotesis yang merupakan jawaban sementara ; 5) Untuk

menjawab hipotesis dilaksanakan pengumpulan data, pada tahapan ini

ditentukan Populasi dan sampel, selanjutnya pengembangan istrument


37

sebagai skala penilaian, agar instrumen dapat dipercaya dilakukan

pengujian instrumen; 6) Analisa data berupa penyajian data dan

pembahasan secara mendalam; dan 7) Kesimpulan yaitu rumusan singkat

dari hasil analisa data berdasarkan masalah yang sudah ditentukan pada

tahap awal penelitian yang sudah ditentukan, selain itu juga diberikan

saran-saran yang diharapkan bisa memecahkan masalah yang ada.

3.2. Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Sumber Data

3.2.1. Data

1). Sumber Data

Salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada

penelitian adalah sumber data yang merupakan kumpulan

informasi yang berhubungan dengan kegiatan penelitian,

menurut Arikunto (1998:114) bahwa : ”sumber data adalah

subyek darimana data dapat diperoleh yang bila dilihat dari

subyek dimana data menempel dapat dibagi:

(1). Person (sumber data berupa orang), data

person di sini adalah orang-orang yang berhubungan

dengan permasalahan yang diteliti dalam hal ini

penulis fokus pada seluruh personel yang ada di

Peleton 1 dan 2 TD 2000B Denarhanud-001. Penulis

menetapkan hal tersebut dengan alasan pada Tahun

Anggaran 2015 peleton tersebut melaksanakan


38

latihan secara penuh dan utuh dari latihan tingkat

perorangan sampai dengan latihan tingkat satuan;

(2). Place (sumber data berupa tempat), place

dalam penelitian ini adalah tempat yang diamati

dalam melakukan penelitian, yakni Detasemen

Arhanud-001/CSBY Kodam Iskandar Muda;

(3). Paper (sumber data berupa simbol), yakni

arsip-arsip dan data yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti. Arsip-arsip yang digunakan

berupa Laporan EKKO Detasemen Arhanud-001 TA

2015 dan Laporan Kondisi Alutsista TA.2015

Selanjutnya sumber data dalam penelitian ini dapat diperinci

dalam 2 (dua) hak yakni :

(1). Data Primer

Menurut S. Nasution (1992) data primer adalah

data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan

atau tempat penelitian, yaitu di Denarhanud-

001/CSBY. Secara umum merupakan perolehan data

melalui aktivitas penulis secara langsung di tempat

penelitian untuk mendapatkan data yang lengkap dan

sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Data

primer juga dapat diartikan sebagai pendapat-

pendapat dari responden yang merupakan persepsi


39

pribadi dan disampaikan langsung.

(2). Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh

melalui sumber-sumber tertulis berupa surat-surat,

arsip-arsip, dokumen, serta laporan tertulis atau data

obyektif yang teruji dan terukur, biasanya diperoleh

dari suatu organisasi dapat berasal dari pihak yang

telah mengumpulkan dan mengolahnya. Sumber data

sekunder yang diambil penulis dalam penelitian ini

adalah berupa dokumen-dokumen pada Denarhanud-

001 yang mendukung penelitian.

2). Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka, skala-

skala, tabel, formula dan sebagainya yang menggunakan

matematika. Skala data dapat dikelompokkan menjadi 4

(empat) jenis yaitu:

(1). Ratio adalah Proporsi untuk mengukur menurut

perimbangan dimana titik nol yang absolut dengan

bilangan 0;

(2). Interval adalah Proporsi untuk mengukur

menurut perimbangan dimana terdapat angka skala

yang mempunyai jarak sama antara titik yang


40

berbatasan;

(3). Ordinal adalah Proporsi untuk mengukur

menurut perimbangan dimana angka yang

menunjukkan posisi dalam suatu urutan-urutan

(4). Nominal adalah Proporsi untuk mengukur

menurut perimbangan dimana menetapkan gejala

yang hanya dapat digolongkan secara terpisah,

diskrit, kategorik. Dalam penelitian ini yang digunakan

untuk mengetahui jawaban responden merupakan

variabel-variabel penelitian adalah jenis data ordinal.

3). Variabel

Berdasarkan pendapatnya Nazir (1988:147)

disebutkan, bahwa ”sesudah masalah penelitian dirumuskan

dan studi kepustakaan dilakukan, maka peneliti harus

menentukan variabel-variabel yang diidentifikasi dan

diklasifikasi”. Sehingga supaya konsep yang masih bersifat

umum tersebut dapat di ukur dan diketahui karakternya

harus terlebih dahulu dikonkritisasi sejelas dan sesederhana

mungkin. Berangkat dari permasalahan yang ingin diteliti,

maka variabel penelitian pada tesis ini meliputi :

(1). Variabel bebas (X) yaitu:

(a) Kualitas Alutsista (X1)

i. Performance (kinerja)
41

ii. Durability (daya tahan)

iii. Conformance to specifications

(kesesuaian dengan spesifikasi)

iv. Features (fitur)

v. Reliability (reliabilitas)

vi. Aesthetics (estetika)

vii. Perceived quality (kesan kualitas)

viii. Serviceability

(b) Transfer Teknologi (X2). Instrument

yang digunakan adalah penilaian terhadap

tahapan dari perubahan organisasi, sebagai

berikut:

i. Tekanan dan desakan pada awal

perubahan organisasi

ii. Tingkat Intervensi dan

Reorientasi.

iii. Kondisi Diagnosa dan

Pengenalan Masalah.

iv. Tahap Penemuan dan Komitmen

penyelesaian

v. Tahap Percobaan dan Pencarian

Hasil.
42

vi. Tahap Penguatan dan

Penerimaan.

(2). Variabel tergantung (Y) yaitu:

Kesiapan Operasional (Y) yang terdiri dari :

i. Kemantapan Personel.

ii. Kemantapan Materiil

iii. Kemantapan Latihan

X1 rx1y

X2
rx2y

Gb 3.2. Hubungan Variabel.

Ket :

X1 : Kualitas Alutsista.

X2 : Transfer Teknologi.

Y : Kesiapan Operasional.

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian. Hal ini karena tujuan utama dari

penelitian itu sendiri adalah untuk memperoleh data. Dengan


43

demikian, maka tanpa mengetahui tehnik pengumpulan data, maka

peneliti tidak akan memperoleh data yang memenuhi standar yang

ditetapkan.

Menurut Sutopo (2006: 9), metode pengumpulan data dalam

penelitian kualitatif secara umum dikelompokkan ke dalam dua

jenis cara, yaitu teknik yang bersifat interaktif dan non-

interaktif. Metode interaktif meliputi interview dan observasi

berperanserta, sedangkan metode noninteraktif meliputi observasi

takberperanserta, tehnik kuesioner,  mencatat dokumen, dan

partisipasi tidak berperan.

Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik

pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung

bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat

pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh

responden (Sutopo, 2006: 82). Responden mempunyai kebebasan

untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan

persepsinya.

Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya,

dimana peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden

(Sutopo, 2006: 87). Karena angket dijawab atau diisi oleh


44

responden dan peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan

responden, maka dalam menyusun angket perlu diperhatikan

beberapa hal. Pertama, sebelum butir-butir pertanyaan atau

peryataan ada pengantar atau petunjuk pengisian. Kedua, butir-

butir pertanyaan dirumuskan secara jelas menggunakan kata-kata

yang lazim digunakan (popular), kalimat tidak terlalu panjang. Dan

ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan

berstruktur disesuaikan kolom untuk menuliskan jawaban atau

respon dari responden secukupnya.

Untuk memperoleh data dan informasi, teknik pengumpulan

data yang digunakan oleh penulis meliputi studi kepustakaan

melalui literatur yang ada, serta secara langsung di lapangan

dengan memberikan kuesioner kepada beberapa responden yang

sudah dipilih secara random. Penyebaran kuesioner pada

penelitian ini dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan yang

sudah disediakan atau ditentukan pilihan jawabannya, yakni

ditujukan kepada responden yang telah ditentukan.

3.2.3. Sumber Data

1) Instrumen Penelitian

Sesuai dengan sumber dan jenis data yang akan

diperoleh, maka Instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :
45

(1). Kuesioner

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini

bersifat tertutup dengan jawaban berjenjang dengan

tujuan untuk memperoleh data ordinal yang

selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan

menggunakan rumus-rumus statistik.

(2) Dokumentasi

Dokumentasi, yakni digunakan untuk

mengumpulkan data-data sekunder dalam bentuk

tulisan maupun gambar.

2). Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

(1). Populasi

Dalam penelitian ini, terdiri dari elemen yang

terkait yakni Komadan Pleton dan seluruh

presonelnya di Denarhanud-001/CSBY Kodam IM.

(2). Sampel

Penggunaan sampel dilakukan karena

banyaknya jumlah populasi dan terbatasnya waktu

dalam melakukan penelitian, sehingga tidak

memungkinkan untuk mengambil populasi secara

keseluruhan. Menurut Sugiyono (1997:57) sampel

adalah : ”sebagian dari jumlah dan karakteristik yang


46

dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan

peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada

pada populasi, misalnya karena keterbatasan waktu,

dana dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi yang harus betul-

betul mewakili”. Selanjutnya Nazir (1988:325)

menyatakan, bahwa ”sampel adalah sebagian dari

populasi yang diambil dan dipergunakan untuk

menentukan ciri dan sifat yang dikehendaki oleh

penulis”.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

model penarikan sampel Non Probabilitas dengan

teknik penarikan Purposive sampling (merupakan

cara penarikan sample yang dilakukan memiih subjek

berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan peneliti).

Pertimbangan yang diambil oleh penulis karena

dalam penilaian EKKO TA 2015 pada komponen

latihan sesuai dengan Progja TA 2015 hanya 2

peleton yang melaksanakan latihan sampai dengan

tingkat UST peleton. Hal ini juga dikarenakan dalam

kesiapan operasional dalam melaksanakan fungsi

Hanud, Denarhanud-001 dilibatkan sejumlah 2

Peleton. Sedangkan 2 Peleton lainnya tidak


47

melaksanakan latihan Satuan. Sehingga terdapat

perlakuan yang berbeda tehadap masing-masing 2

Peleton tersebut. Jadi jumlah sampel yang diambil

adalah 4 Peleton dimana setiap peleton ini terdiri atas

39 personel, dan 6 unit Alutsista ( 3 Meriam 57 mm, 2

FCV-1 dan 1 FCDV-1).

Berdasarkan dengan Buku Petunjuk Orgas Uji

Coba TD 2000B, maka komposisi personel sebagai

sampel sebagai berikut

(a) Perwira : 4 orang

(b) Bintara : 16 orang

(c) Tamtama : 136 orang

Jumlah : 156 orang

3.3. Analisis Data

3.3.1. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data berdasarkan analisis kuantitatif

diperuntukkan bagi datum yang dapat diklasifikasikan ke dalam

kategori dan berujud angka. Adapun dalam penelitian ini

pengolahan data menggunakan analisis data ialah data kuantitatif,

yakni data yang berupa angka-angka yang dalam penyimpulan

atau penganalisaannya dengan menggunakan teknik statistik, yang

dalam penelitian ini dengan menggunakan SPSS Ver 21.0.

Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam mengolah


48

data adalah sebagai berikut :

1). Editing

Data yang telah diperoleh di lapangan harus diteliti

kembali, sehingga akan terkumpul data yang benar-benar

akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Musa

dan Nurfitri (1998:95), ”Editing ialah penelitian kembali

catatan yang telah diambil dari lapangan”. Data yang telah

diperoleh dikumpulkan, direduksi, dipilih kemudian data yang

relevan dirangkum. Dengan cara editing ini, diharapkan

dapat meningkatkan mutu (reliabilitas) data yang hendak

diolah dan dianalisis.

2). Klasifikasi

Data yang diperoleh di lapangan kemudian dipisah

dan diklasifikasikan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Asyari (1983:100), ”Klasifikasi adalah

penggolongan data dalam bentuk pola, kedudukan dan

kuantitas”. Klasifikasi bertujuan untuk melihat kedudukan

masing-masing fenomena.

3). Tabulasi

Kegiatan tabulasi secara umum diartikan sebagai

penyusunan data ke dalam bentuk tabel. Dengan demikian

data lapangan akan lebih ringkas dan mempermudah

peneliti menghitung data yang masuk secara keseluruhan.


49

4). Interpretasi

Tahap akhir dalam menganalisis data adalah kegiatan

interpretasi, yakni untuk mencari arti lebih luas dan

mendalam dari jawaban diperoleh. Hal ini sejalan dengan

pendapat Nasution (1996), yang menyatakan bahwa

”interpretasi adalah tafsiran atau memberikan makna kepada

analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari konsep

hubungan antara berbagai konsep”. Adapun dalam

pengolahan data yang dihasilkan dari penyebaran angket,

penulis menggunakan langkah – langkah sebagai berikut :

(1) Penentuan kualitas jawaban

Jawaban responden diolah dengan

menggunakan perhitungan Skala Likert. Menurut

Sugiyono(1997:3), ” Sekala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”, :

i. Jawaban a (sangat setuju) diberi nilai 5

i. Jawaban b (setuju) diberi nilai 4

ii. Jawaban c (ragu-ragu) diberi nilai 3

iii. Jawaban d (tidak setuju) diberi nilai 2

iv. Jawaban e (sangat tidak setuju) diberi

nilai 1

Nilai jawaban tertinggi adalah 5 dan terendah ialah 1


50

(2). Penentuan skor.

Skor rata – rata dari jawaban tersebut

ditentukan dengan rumus:

Skor = Frekuensi Jawaban (f) X Nilai Skor

(3). Penentuan Prosentase.

Prosentase = frekuensi (f) x100%


Jumlah responden

3.3.2. Teknik Analisis Data

Analisa data dan pengujian hipotesis dilaksanakan dengan

metode kolerasi dan regresi dengan uji persyaratan

validitas/reliabilitas dan statistik deskriptif untuk skor keempat

instrument

1). Uji Validitas dan Reliabilitas

Sugiyono (2004, 137 – 154) menjelaskan bahwa uji

validitas dan reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah

butir-butir pernyataan dalam kuisioner sudah valid dan

reliabel, sehingga bisa mengukur faktor-faktornya. Butir-butir

pernyataan dikatakan valid bila r hitung > r tabel dan reliabel

bila r alpha > r tabel. Pada output SPSS akan tampak bahwa

pada analisis validitas nilai r hitung adalah nilai yang

terdapat pada kolom Corrected Total-Item Correlation.

Sedangkan untuk reliabilitas, nilai rhitung dibaca dengan

nilai ralpha pada output SPSS untuk item pertaanyaan yang


51

bebar-benar valid. Kedua uji ini menggunakan perhitungan

nilai r hitung sesuai dengan rumus korelasi yang

dibandingkan dengan nilai r tabel untuk setiap item

pertanyaan angket penelitian dari variabel bebas terhadap

variabel terikat. Sementara untuk analisis reliabilitas, nilai r

hitung didasarkan dengan perhitungan teknik belah dua dari

Spearman Brown (split half) dengan rumus :

2rb
r i=
1+ r b

dimana:

ri : reliabilitas internal seluruh instrument

r b : kolerasi product moment antara belahan pertama dan

kedua

2). Analisa Regresi Berganda

Dalam teknik statistik, regresi dimaksudkan untuk

memprediksi seberapa besar nilai Kesiapan Operasional

Denarhanud-001 sebagai variabel terikat apabila nilai

Transfer teknologi dan kualitas alutssista sebagai variabel

bebas dirubah dengan model persamaan regresi. Adapun

rumus persamaan regresi linier berganda yaitu :


^ = a + b1X1 + b2X2
Y

dimana :
52

Y : nilai prediksi variabel terikat (Kesiapan Operasional)

a : konstanta regresi linier berganda

b1X1 : koefisien regresi variabel Kualitas Alutsista(X1)

b2X2 : koefisien regresi variabel transfer teknologi (X2)

Untuk menguji hipotesis, dimana dinyatakan adanya

pengaruh secara bersama-sama antar variabel Transfer

teknologi dan kualitas alutssista terhadap Kesiapan

Operasional Denarhanud-001, maka korelasi ganda R y X1,

X2, X3 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

b1∑X1Y + b2∑X2Y
R y (1,2,) =
∑Y²

dimana :

R y X1 X2 : Korelasi ganda antara X1 dan X2 secara

bersama-sama terhadap variabel Y

r y X1 : Korelasi sederhana antara X1 dengan Y

r y X2 : Korelasi sederhana antara X2 dengan Y

Dari rumus di atas dapat diketahui hubungan/tidak

adanya hubungan antar variabel bebas (X) seperti variabel

Kualitas Alutsista dan Transfer teknologi dengan variabel

terikat Kesiapan Operasional Denarhanud-001 (Y), untuk

dapat memberikan interpretasi seberapa kuat hubungan itu


53

maka dapat digunakan pedoman seperti pada tabel di

bawah ini :

Tabel 3.1. Pedoman Interpretasi Koefisien Kolerasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 – 0,199 Sangat Lemah

0,20 – 0,399 Lemah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat Kuat

Sedangkan untuk nilai koefisien determinasi dengan

mengkwadratkan nilai R (R²) atau dapat juga dihitung

dengan menggunakan rumus :

∑ ei²
R² = 1 - ∑ yi²

dimana :

R² : koefisien determinasi

ei : standar error

yi : Y sample

Sedangkan uji lanjutan yaitu uji signifikansi berfungsi apabila

peneliti ingin mencari makna hubungan variabel X terhadap

Y. Maka hasil korelasi PPM tersebut dapat diuji dengan Uji

Signifikansi dengan rumus sebagai berikut:


54

r n2
t 
n  r2

Dimana

thitung = Nilai t

r = Nilai koefisien korelasi

n = Jumlah Sampel

Untuk menguji koefisien ganda dilakukan dengan rumus :

R²/k
F= (1-R²)/(n-k-1)

dimana :

R² : Koefisien korelasi berganda

k : Jumlah variabel bebas

n : Jumlah sampel

F : F hitung yang selanjutnya dibandingkan dengan F tabel.

Adapun formulasi hipo sebagai berikut :

Ho : β1 = β2 = 0, tidak pengaruh variabel X1 X2 terhadap variabel Y

Ha : β1 ≠ β2, variabel X1 X2 berpengaruh terhadap variabel Y

Dengan dasar pengambilan keputusan :

1) Apabila F hitung > F tabel maka Ha diterima atau Ho

ditolak, sebaliknya
55

2) Apabila F hitung < F tabel maka Ho diterima atau Ha

ditolak.

Sementara untuk menguji signifikansi parsial pengaruh dari

X1 X2 terhadap variabel Y digunakan uji t sebagai berikut :

bj
t hitung= sbj

dimana :

t hitung : nilai

bj : koefisien regresi

sbj : standar error of regression coefficient

Dengan dasar pengambilan keputusan :

(1) Apabila t hitung > t tabel maka Ha diterima

atau Ho ditolak, sebaliknya

(2) Apabila thitung < t tabel maka Ho diterima atau

Ha ditolak.

Pada penelitian ini seluruh pengolahan data dan analisis

dilakukan dengan menggunakan piranti lunak (software) SPSS

(Statistical Product and Service Solution) versi 21.0.

3.4. Sistematika Penulisan

Eksplanasi ilmu terdiri dari penelitian kausalitas dan non kausalitas.


56

Dalam penelitian ini merupakan jenis kausalitas untuk mencari hubungan

sebab akibat (causal effect) antara beberapa variabel. Satu atau lebih

variabel bebas mempengaruhi satu variabel tidak bebas. Adanya

pengaruh moderenisasi, transfer teknologi dan kondisi alutsista dalam

proses penggatian Alutsista Rapier menjadi Alutsista TD 2000B terhadap

kesiapan Operasional Detasemen Arhanud-001.

Metode ekplanasi ilmu yang digunakan Penulis adalah “ Hypothesis

testing research” dimana bertujuan untuk mengembangkan hipotesis dan

menguji secara empiris. Hipotesis yang dibangun berdasrkan kepada hasil

telaah pustaka sehingga memiliki penguatan empiris. Selanjutnya

penelitian ini dilanjutkan dengan pengembangan instrumen pengumpulan

data, analisis data untuk menguji hipotesis sehingga diperoleh jawaban.

Hasil dari penelitian untuk tahapan selanjutnya dijabarkan berupa

data-data, hasil pengolahan data dan analisanya menggunakan

instrument SPSS Ver 21.0. Selanjutnya dibahas keterkaitan antara

variabel bebas dan tidak bebas dengan tetap berpedoman pada hasil

pengolahan data.

3.5. Lokasi dan Jadwal Penelitian

3.5.1. Lokasi.
57

Lokasi penelitian berada di wilayah Aceh tepatnya di

Denarhanud-001 Desa Pulo Rungkom Kecamatan Dewantara

Kabupaten Aceh Utara.

3.5.2. Jadwal Penelitian

Waktu pembuatan Karlismil ini dimulai tanggal 7 Februari

2016 sampai dengan 30 September 2016. Pelaksanaannya selain

menggunakan waktu khusus yang telah disediakan oleh lembaga,

juga dapat dilakukan di waktu luang setelah kegiatan belajar

mengajar yang terprogram di Seskoad.

1) Penyusunan proposal dilaksanakan mulai bulan

Februari sampai dengan akhir Maret 2016.

2) Penyusunan instrumen dilaksanakan mulai

pertengahan bulan Maret sampai dengan April 2016.

3) Seminar proposal dilaksanakan pada tanggal 9 April

2016.

4) Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen

dilaksanakan pada bulan April 2016.

5) Penentuan Sampel dilaksanakan pada pertengahan

April 2016.

6) Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 6 s.d

10 Mei 2016.

7) Analisis data dilaksanakan mulai tanggal 11 Mei 2016

s.d peretengahan Agustus 2016.


58

8) Pembuatan Draft laporan dilaksanakan pada

pertengahan Agustus 2016.

9) Seminar laporan dilaksanakan pada bulan Agustus

s.d September 2016.

10) Penggandaan laporan penelitian pada bulan

September 2016.

Tabel 3.2. Rencana Waktu Penelitian

Bulan
No Kegiatan
2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Penyusunan proposal
2. Penyusunan Instrumen
Seminar proposal dan instrumen
3.
penelitian
Pengujian validitas dan reliabilitas
4.
instrumen
5. Penentuan sampel
6. Pengumpulan data
7. Analisis data
8. Pembuatan Draft laporan
9. Seminar laporan
10 Penyempurnaan laporan
11. Penggandaan laporan penelitian

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


59

Hasil pengolahan data dan pembahasan dalam penelitian ini

diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada responden sebagai sumber

data utama. Kuesioner disebarkan kepada 151 orang responden yang

terdiri dari 4 peleton, yang masing-masing peleton terdiri dari 39 orang

personel yang diberi perlakuan berbeda terhadap masing-masing 2

peleton tersebut antara yang mengikuti latihan kesatuan dan yang tidak.

Kuesioner ini terdiri dari 64 item pernyataan yang diuraikan berdasarkan

variabel kualitas alutsista sebanyak 20 item pernyataan, variabel transfer

teknologi sebanyak 24 item pernyataan dan variabel kesiapan operasional

sebanyak 20 pernyataan.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai hasil penelitian ini,

terlebih dahulu akan dibahas mengenai gambaran umum dari responden

yang berisi tentang golongan dan jabatan personel dijadikan responden.

4.1.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

1) Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat

ukur yang telah dirancang dalam bentuk kuesioner benar-

benar dapat menjalankan fungsinya. Seperti telah dijelaskan

pada metodologi penelitian bahwa untuk melihat valid

tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara

statistika, yaitu melalui nilai koefisien korelasi skor butir

pernyataan dengan skor total butir pernyataan, apabila

koefisien korelasinya lebih besar atau sama dengan 0,30


60

maka pernyataan tersebut dinyatakan valid. Berdasarkan

hasil pengolahan data menggunakan korelasi pearson

product moment (r) diperoleh hasil uji validitas sebagai

berikut:

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Alutsista


No. r- r- No. r- r-
Variabel Hasil Hasil
Item hasil kritis Item hasil kritis
1 0,438 0,3 Valid 11 0,751 0,3 Valid
2 0,371 0,3 Valid 12 0,466 0,3 Valid
3 0,389 0,3 Valid 13 0,766 0,3 Valid
4 0,601 0,3 Valid 14 0,871 0,3 Valid
Kualitas 5 0,858 0,3 Valid 15 0,876 0,3 Valid
Alustsista 6 0,441 0,3 Valid 16 0,593 0,3 Valid
7 0,443 0,3 Valid 17 0,700 0,3 Valid
8 0,390 0,3 Valid 18 0,460 0,3 Valid
9 0,723 0,3 Valid 19 0,583 0,3 Valid
10 0,846 0,3 Valid 20 0,316 0,3 Valid
Sumber : Olah Data Software SPSS v21.0 (Terlampir)

Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas Variabel Transfer Teknologi


No. No.
r- r- r-
Variabel Hasil r-hasil Hasil
Item hasil kritis Item kritis
Transfer 21 0,404 0,3 Valid 33 0,548 0,3 Valid
Teknologi
22 0,697 0,3 Valid 34 0,772 0,3 Valid
23 0,320 0,3 Valid 35 0,771 0,3 Valid
61

24 0,482 0,3 Valid 36 0,705 0,3 Valid


25 0,746 0,3 Valid 37 0,578 0,3 Valid
26 0,797 0,3 Valid 38 0,531 0,3 Valid
27 0,755 0,3 Valid 39 0,657 0,3 Valid
28 0,764 0,3 Valid 40 0,680 0,3 Valid
29 0,610 0,3 Valid 41 0,556 0,3 Valid
30 0,636 0,3 Valid 42 0,778 0,3 Valid
31 0,575 0,3 Valid 43 0,729 0,3 Valid
32 0,421 0,3 Valid 44 0,565 0,3 Valid
Sumber : Olah Data Software SPSS v21.0 (Terlampir)

Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas Variabel Kesiapan Operasional


No. r- r- No. r- r-
Variabel Hasil Hasil
Item hasil kritis Item hasil kritis
Kesiapan 45 0,856 0,3 Valid 55 0,397 0,3 Valid
Operasional
46 0,859 0,3 Valid 56 0,790 0,3 Valid
47 0,794 0,3 Valid 57 0,451 0,3 Valid
48 0,872 0,3 Valid 58 0,672 0,3 Valid
49 0,474 0,3 Valid 59 0,782 0,3 Valid
50 0,812 0,3 Valid 60 0,513 0,3 Valid
51 0,894 0,3 Valid 61 0,724 0,3 Valid
52 0,881 0,3 Valid 62 0,425 0,3 Valid
53 0,754 0,3 Valid 63 0,584 0,3 Valid
54 0,412 0,3 Valid 64 0,655 0,3 Valid
62

Pada ketiga tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien

validitas dari setiap butir pernyataan lebih besar dari nilai

kritis 0,30. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa semua

butir pernyataan untuk kedua variabel sudah valid dan layak

dijadikan sebagai alat ukur penelitian serta dapat digunakan

untuk analisis selanjutnya.

2) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah

alat ukur yang dirancang dalam bentuk kuesioner dapat

diandalkan, suatu alat ukur dapat diandalkan jika alat ukur

tersebut digunakan berulangkali akan memberikan hasil

yang relatif sama (tidak berbeda jauh). Untuk melihat andal

tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara

statistika, yaitu melalui koefisien reliabilitas dan apabila

koefisien reliabilitasnya lebih besar dari 0,50 maka secara

keseluruhan pernyataan tersebut dinyatakan andal (reliabel).

Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan metode Split-

Half diperoleh hasil uji reliabilitas kuesioner masing-masing

variabel sebagai berikut.


63

Tabel 4.3.

Hasil Uji Reliabilitas

Split Nilai
Variabel Hasil
Half Kritis
Kualitas Alustsista 0,893 0,6 Reliable
Transfer Teknologi 0,945 0,6 Reliable
Kesiapan
0,911 0,6 Reliable
Operasional

Untuk nilai koefesien reliabilitas masing-masing variabel

diperoleh nilai sebesar 0,893, 0,945 dan 0,911. Nilai ini

berada di atas titik kritis 0,6 yang menunjukkan bahwa ketiga

variabel memiliki nilai koefesien reliabilitas lebih besar dari

titik kritis (0,600) dan dinyatakan sudah reliabel. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa semua item pernyataan yang

mewakili variabelnya masing-masing sudah memenuhi

syarat atau sudah layak digunakan dalam penelitian

selanjutnya.

4.1.2. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif data hasil tanggapan responden dapat

digunakan untuk memperkaya pembahasan, melalui analisis

deskriptif data tanggapan responden dapat diketahui bagaimana

kondisi setiap dimensi variabel yang sedang diteliti. Agar lebih

mudah dalam menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti,

dilakukan kategorisasi terhadap tanggapan responden berdasarkan

rata-rata skor tanggapan responden. Adapun cara mencari nilai


64

rata-rata adalah dengan dibuat interval, dalam penelitian ini penulis

menentukan banyak kelas interval sebanyak 5 kategori sesuai

banyaknya opsi jawaban pada setiap item pernyataan. Rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut:

1) Nilai jawaban tertinggi adalah 5 dan terendah ialah 1

2) Penentuan skor.

3) Skor rata – rata dari jawaban tersebut ditentukan

dengan rumus:

Skor = Frekuensi Jawaban (f) X Nilai Skor

4) Penentuan Prosentase.

Prosentase = frekuensi (f) x100%


Jumlah responden

Maka interval dari kriteria penilaian diasumsikan seperti yang


tertera pada tabel 4. berikut :
Tabel 4.4.
Pedoman Kategorisasi Prosentase Skor Tanggapan Responden
No % Jumlah Skor Kriteria
Tidak Baik/Sangat
1 20.00% - 36.00%
Rendah
2 36.01% - 52.00% Kurang Baik/Rendah
3 52.01% - 68.00% Cukup
4 68.01 – 84.00% Baik/Tinggi
Sangat Baik/Sangat
5 84.01% - 100%
Tinggi
65

1) Kualitas Alutsista

(1) Performance (Kinerja)

Tabel 4.5.

Tanggapan Responden Tentang Kinerja Alutsista

Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase


No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)

Selama dioperasionalkan
1 Alutsista TD 2000B dapat 12 37 26 0 0 286 375 76,3%
bekerja dengan baik

Kemampuan dan fasilitas


yang ada pada Alutsista TD
2 7 51 17 0 0 290 375 77,3%
2000B memudahkan dalam
mengawaki Alutsista tersebut
Total Akumulasi 576 750 76,8%

Tabel 4.5. Di atas merupakan rekapitulasi jawaban

responden yang diukur menggunakan 2 item pernyataan.

Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor aktual sebesar 576,

nilai ini akan dibandingkan dengan skor ideal yaitu skor

tertinggi yang mungkin dicapai oleh responden dan diperoleh

nilai prosentase sebesar 76,8%. Jika di gambarkan dalam

garis kontinum, maka akan tampak sebagai berikut:

76,8%
76,8%
66

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.1.
Garis Kontinum Indikator Performance/Kinerja
Gambar 4.1. di atas menunjukkan tanggapan responden

mengenai indikator kinerja . nilai prosentase yang diperoleh

sebesar 76,8%. Angka tersebut berada pada interval 68% -

84% dan termasuk dalam kategori baik, sehingga dapat

disimpulkan bahwa kinerja Alutsista TD-2000B tergolong

baik.

(2) Durability (Daya Tahan)

Tabel 4.6.

Tanggapan Responden Tentang Daya Tahan Alutsista

Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase


No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)
Alutsista TD 2000B bisa
3 dioperasionalkan pada siang 5 48 22 0 0 283 375 75,5%
dan malam hari
Saat kondisi Hujan ataupun
berawan Alutsista TD 2000B
4 16 38 21 0 0 295 375 78,7%
masih bisa bekerja dengan
baik
Waktu operasional Alutsista
dapat dimaksimalkan sampai
5 dengan batas waktunya, tanpa 17 38 20 0 0 297 375 79,2%
mengalami kendala yang
berarti
Total Akumulasi 875 1125 77,8%

Tabel 4.6. Di atas merupakan rekapitulasi jawaban

responden yang diukur menggunakan 3 item pernyataan.

Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor aktual sebesar 875,


67

nilai ini akan dibandingkan dengan skor ideal yaitu skor

tertinggi yang mungkin dicapai oleh responden sebesar 1125

dan diperoleh nilai prosentase sebesar 77,8%. Jika di

gambarkan dalam garis kontinum, maka akan tampak

sebagai berikut:

77,8%
77,8%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.2
Garis Kontinum Indikator Durability/Daya Tahan

Gambar 4.2. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai indikator daya tahan. nilai prosentase

yang diperoleh sebesar 77,8%. Angka tersebut berada pada

interval 68% - 84% dan termasuk dalam kategori baik,

sehingga dapat disimpulkan bahwa daya tahan Alutsista TD-

2000B di Detasemen Arhanud-001/CSBY Kodam Iskandar

Muda tergolong baik.


68

(3) Conformance to Specifications (Kesesuaian

dengan Spesifikasi)

Tabel 4.7.

Tanggapan Responden Tentang Kesesuaian Spesifikasi Alutsista

Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase


No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)

Kemampuan Alutsista TD
6 2000B sesuai dengan 17 41 17 0 0 300 375 80,0%
Spesifikasi pada manual book

Kendali Alutsista TD 2000B


7 secara otomatis dapat 16 33 26 0 0 290 375 77,3%
beroperasi dengan baik
Alutsista TD 2000B
khususnya pada meriam 57
8 mm memiliki tingkat akurasi 12 25 38 0 0 274 375 73,1%
yang tinggi dalam
penembakan
Total Akumulasi 864 1125 76,8%

Tabel 4.7. Di atas merupakan rekapitulasi

jawaban responden pada indikator kesesuaian

dengan spesifikasi yang diukur menggunakan 3 item

pernyataan. Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor

aktual sebesar 864, nilai ini akan dibandingkan

dengan skor ideal yaitu skor tertinggi yang mungkin

dicapai oleh responden dan diperoleh nilai prosentase

sebesar 76,8%. Jika di gambarkan dalam garis

kontinum, maka akan tampak sebagai berikut:


69

76,8%
76,8%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.3.
Garis Kontinum Indikator Kesesuaian dengan Spesifikasi

Gambar 4.3. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai indikator kesesuaian dengan

spesifikasi. nilai prosentase yang diperoleh sebesar 76,8%.

Angka tersebut berada pada interval 68% - 84% dan

termasuk dalam kategori baik, sehingga dapat disimpulkan

bahwa kesesuaian dengan spesifikasi Alutsista TD-2000B di

Detasemen Arhanud-001/CSBY Kodam Iskandar Muda telah

sesuai.
70

(4) Features (Fitur)

Tabel 4.8.

Tanggapan Responden Tentang Fitur Alutsista

Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase


No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)
Bentuk disain Alutsista TD
2000B mendukung kegiatan
9 9 38 28 0 0 281 375 74,9%
manuver Alutsista dalam
pelaksanaan tugas

Sistem komputerisasi dalam


pengendalian Alutsista TD
10 15 37 23 0 0 292 375 77,9%
2000B mempermudah dalam
mengawaki Alutsista tersebut

Kemampuan operasional
secara otomatis, semi
otomatis dan manual
11 25 37 13 0 0 312 375 83,2%
memungkinkan Alutsista
dapat beroperasi dalam
kondisi terburuk
Total Akumulasi 885 1125 78,7%

Tabel 4.8. Di atas merupakan rekapitulasi

jawaban responden mengenai indikator fitur yang

diukur menggunakan 3 item pernyataan. Dari tabel

tersebut diperoleh nilai skor aktual sebesar 885, nilai

ini akan dibandingkan dengan skor ideal yaitu skor

tertinggi yang mungkin dicapai oleh responden dan

diperoleh nilai prosentase sebesar 78,7%. Jika di

gambarkan dalam garis kontinum, maka akan tampak

sebagai berikut:
71

78,7%
78,7%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.4.
Garis Kontinum Indikator Feature/Fitur

Gambar 4.4. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai indikator kinerja . nilai

prosentase yang diperoleh sebesar 78,7%. Angka

tersebut berada pada interval 68% - 84% dan

termasuk dalam kategori baik, sehingga dapat

disimpulkan bahwa fitur Alutsista TD-2000B di

Detasemen Arhanud-001/CSBY Kodam Iskandar

Muda tergolong baik.


72

(5) Reliability (Reliability)

Tabel 4.9.

Tanggapan Responden Tentang Keandalan Alutsista

Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase


No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)
Alutsista TD 2000B dengan
perawatan rutin dan terkontrol,
setiap saat siap untuk
12 26 27 22 0 0 304 375 81,1%
dioperasionalkan dengan
kemungkinan sangat kecil
terjadi kerusakan
Intensitas kendala yang
dialami Alutsista TD 2000B
13 21 34 20 0 0 301 375 80,3%
saat melaksanakan Latihan
sangat kecil
Total Akumulasi 605 750 80,7%

Tabel 4.9. Di atas merupakan rekapitulasi

jawaban responden tentang reliabilitas yang diukur

menggunakan 2 item pernyataan. Dari tabel tersebut

diperoleh nilai skor aktual sebesar 605, nilai ini akan

dibandingkan dengan skor ideal yaitu skor tertinggi

yang mungkin dicapai oleh responden dan diperoleh

nilai prosentase sebesar 80,7%. Jika di gambarkan

dalam garis kontinum, maka akan tampak sebagai

berikut:
73

80,7%
80,7%
20% 36% 52% 68% 84% 100
%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.5.
Garis Kontinum Indikator Reliability/Reliabilitas

Gambar 4.5. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai indikator reliabilitas. nilai

prosentase yang diperoleh sebesar 80,7%. Angka

tersebut berada pada interval 68% - 84% dan

termasuk dalam kategori baik, sehingga dapat

disimpulkan bahwa reliabilitas Alutsista TD-2000B di

Detasemen Arhanud-001/CSBY Kodam Iskandar

Muda tergolong baik.


74

(6) Aesthetics (Estetika)

Tabel 4.10.

Tanggapan Responden Tentang Estetika Alutsista

Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase


No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)
Penampilan Alutsista TD
2000B mendukung
14 16 34 25 0 0 291 375 77,6%
kemampuan dari Alutsista itu
sendiri
Alutsista TD 2000B sangat
mudah di samar sehingga
15 20 34 21 0 0 299 375 79,7%
mendukung pelaksanaan
operasi
Total Akumulasi 590 750 78,7%

Tabel 4.10. Di atas merupakan rekapitulasi

jawaban responden mengenai indikator estetika yang

diukur menggunakan 2 item pernyataan. Dari tabel

tersebut diperoleh nilai skor aktual sebesar 590, nilai

ini akan dibandingkan dengan skor ideal yaitu skor

tertinggi yang mungkin dicapai oleh responden dan

diperoleh nilai prosentase sebesar 78,7%. Jika di

gambarkan dalam garis kontinum, maka akan tampak

sebagai berikut:
75

78,7%
78,7%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.6.
Garis Kontinum Indikator Aesthetics/Estetika

Gambar 4.6. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai indikator estetika. nilai

prosentase yang diperoleh sebesar 78,7%. Angka

tersebut berada pada interval 68% - 84% dan

termasuk dalam kategori baik, sehingga dapat

disimpulkan bahwa estetika Alutsista TD-2000B di

Detasemen Arhanud-001/CSBY Kodam Iskandar

Muda tergolong baik.


76

(7) Perceived Quality (Kesan Kualitas)

Tabel 4.11.

Tanggapan Responden Tentang Kesan Kualitas Alutsista

Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase


No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)
Secara visual Alutsista TD
16 2000B lebih baik daripada 17 38 20 0 0 297 375 79,2%
Alutsista sebelumnya
Berdasarkan kemampuan
(saat latihan) Alutsista TD
17 9 33 33 0 0 276 375 73,6%
2000B lebih baik daripada
Alutsista sebelumnya
Total Akumulasi 573 750 76,4%

Tabel 4.11. Di atas merupakan rekapitulasi

jawaban responden mengenai indikator kesan

kualitas yang diukur menggunakan 2 item pernyataan.

Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor aktual sebesar

573, nilai ini akan dibandingkan dengan skor ideal

yaitu skor tertinggi yang mungkin dicapai oleh

responden dan diperoleh nilai prosentase sebesar

76,4%. Jika di gambarkan dalam garis kontinum,

maka akan tampak sebagai berikut:

76,4%
76,4%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.7.
Garis Kontinum Indikator Kesan Kualitas
77

Gambar 4.7. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai indikator kesan kualitas. nilai

prosentase yang diperoleh sebesar 76,4%. Angka

tersebut berada pada interval 68% - 84% dan

termasuk dalam kategori baik, sehingga dapat

disimpulkan bahwa kesan kualitas Alutsista TD-2000B

di Detasemen Arhanud-001/CSBY Kodam Iskandar

Muda tergolong baik.

(8) Serviceability

Tabel 4.12.

Tanggapan Responden Tentang Serviceability Alutsista

Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase


No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)
Pemeliharaan tingkat 0
Alutsista TD 2000B sangat
18 17 40 18 0 0 299 375 79,7%
mudah dilakukan dan mudah
dipelajari

Jika terjadi kerusakan dan


membutuhkan penggantian
suku cadang, maka perbaikan
19 15 33 27 0 0 288 375 76,8%
dapat dilakukan dan Alutsista
dapat operasional dengan baik
kembali

Suku cadang Alutsista TD


20 2000B cukup tersedia dan 4 48 23 0 0 281 375 74,9%
mudah didapatkan
Total Akumulasi 868 1125 77,2%

Tabel 4.12. Di atas merupakan rekapitulasi

jawaban responden mengenai serviceability yang

diukur menggunakan 3 item pernyataan. Dari tabel

tersebut diperoleh nilai skor aktual sebesar 868, nilai


78

ini akan dibandingkan dengan skor ideal yaitu skor

tertinggi yang mungkin dicapai oleh responden dan

diperoleh nilai prosentase sebesar 77,2%. Jika di

gambarkan dalam garis kontinum, maka akan tampak

sebagai berikut:

77,2%
77,2%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.8.
Garis Kontinum Indikator Serviceability

Gambar 4.8. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai indikator serviceability. nilai

prosentase yang diperoleh sebesar 77,2%. Angka

tersebut berada pada interval 68% - 84% dan

termasuk dalam kategori baik, sehingga dapat

disimpulkan bahwa serviceability Alutsista TD-2000B

di Detasemen Arhanud-001/CSBY Kodam Iskandar

Muda tergolong baik.


79

Tabel 4.13.

Rekapitulasi Skor Jawaban Responden Terhadap Variabel Kualitas

Alutsista TD-2000B

Skor Skor
No. Variabel Indikator Prosentase Kategori
Aktual Ideal
1 Kinerja 576 750 76,8% Baik
2 Daya Tahan 875 1125 77,8% Baik
3 Kesesuaian dengan Spesifikasi 864 1125 76,8% Baik
Kualitas
4 Fitur 885 1125 78,7% Baik
Alutsista
5 Reliabilitas 605 750 80,7% Baik
TD-2000B
6 Estetika 590 750 78,7% Baik
7 Kesan Kualitas 573 750 76,4% Baik
8 Serviceability 868 1125 77,2% Baik
Total Skor 5836 7500 77,8% Baik

Tabel 4.13. Di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden

mengenai variabel kualitas alutsista TD-2000B di Detasemen Arhanud-

001/CSBY Kodam Iskandar Muda yang diukur menggunakan 8 indikator.

Dari tabel tersebut diperoleh nilai total skor aktual sebesar 5836, nilai ini

akan dibandingkan dengan skor ideal yaitu skor tertinggi yang mungkin

dicapai oleh responden sebesar 7500 dan diperoleh nilai prosentase

sebesar 77,8%. Jika di gambarkan dalam garis kontinum, maka akan

tampak sebagai berikut:

77,8%
77,8%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.9.
Garis Kontinum Variabel Kualitas Alutsista TD-2000B
80

Gambar 4.9. di atas menunjukkan tanggapan responden mengenai

variabel kualitas alutsista TD-2000B. nilai prosentase yang diperoleh

sebesar 77,8%. Angka tersebut berada pada interval 68% - 84% dan

termasuk dalam kategori baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas

Alutsista TD-2000B yang ada di Detasemen Arhanud-001/CSBY Kodam

Iskandar Muda masih tergolong baik.

2) Transfer Teknologi

(1) Tekanan dan Desakan

Tabel 4.14.

Tanggapan Responden Tentang Tekanan dan Desakan

Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase


No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)
Sebelum melaksanakan penggantian
Alutsista Pussenarhanud Kodiklat TNI
21 22 34 19 0 0 303 375 80,8%
AD memberikan perhatian khusus
terhadap Denarhanud-001
Sebelum melaksanakan penggantian
Alutsista Kodam IM memberikan
22 18 34 23 0 0 295 375 78,7%
perhatian khusus terhadap Denarhanud-
001
Sebelum melaksanakan penggantian
23 Alutsista Prajurit memiliki motifasi untuk 15 31 29 0 0 286 375 76,3%
menerima perubahan
Keinginan untuk memeperoleh Alutsista
baru sebagai pengganti Rapier
24 16 37 22 0 0 294 375 78,4%
merupakan gambaran awal kondisi
prajurit
Total Akumulasi 1178 1500 78,5%

Tabel 4.14. Di atas merupakan rekapitulasi

jawaban responden mengenai indikator tekanan dan

desakan yang diukur menggunakan 4 item

pernyataan. Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor

aktual sebesar 1178, nilai ini akan dibandingkan


81

dengan skor ideal yaitu skor tertinggi yang mungkin

dicapai oleh responden dan diperoleh nilai prosentase

sebesar 78,5%. Jika di gambarkan dalam garis

kontinum, maka akan tampak sebagai berikut:

78,5%
78,5%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.10.
Garis Kontinum Indikator Tekanan dan Desakan

Gambar 4.10. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai indikator tekanan dan desakan.

nilai prosentase yang diperoleh sebesar

78,2%.Angka tersebut berada pada interval 68% -

84% dan termasuk dalam kategori baik, sehingga

dapat disimpulkan bahwa tekanan dan desakan yang

terapkan di Detasemen Arhanud-001/CSBY Kodam

Iskandar Muda tergolong baik.


82

(2) Intervensi dan Reorientasi

Tabel 4.15.

Tanggapan Responden Tentang Intervensi dan Reorientasi

Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase


No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)
Pussenarhanud Kodiklat TNI AD
mengarahkan dengan baik kegiatan-
25 18 34 23 0 0 295 375 78,7%
kegiatan awal sebelum penggantian
Alutsista TD 2000B

Kodam IM mengarahkan dengan baik


26 kegiatan-kegiatan awal sebelum 20 25 30 0 0 290 375 77,3%
penggantian Alutsista TD 2000B

Komandan Detasemen dan Perwira Staf


pada saat sebelum penerimaan Alutsista
27 18 42 15 0 0 303 375 80,8%
melaksanakan persiapan sesuai dengan
arahan Komando Atas
Prajurit Denarhanud-001 pada saat
sebelum penerimaan Alutsista
28 18 29 28 0 0 290 375 77,3%
melaksanakan persiapan sesuai dengan
arahan Komando Atas
Pangkalan Denarhanud-001 sudah
disesuaikan dengan kebutuhan Alutsista
29 22 28 25 0 0 297 375 79,2%
baru sebelum penerimaan Alutsista
tersebut
Total Akumulasi 1475 1875 78,7%

Tabel 4.15. Di atas merupakan rekapitulasi

jawaban responden mengenai intervensi dan

reorientasi yang diukur menggunakan 5 item

pernyataan. Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor

aktual sebesar 1475, nilai ini akan dibandingkan

dengan skor ideal yaitu skor tertinggi yang mungkin

dicapai oleh responden dan diperoleh nilai prosentase

sebesar 78,7%. Jika di gambarkan dalam garis

kontinum, maka akan tampak sebagai berikut:


83

78,7%
78,7%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.11.
Garis Kontinum Indikator Intervensi dan Reorientasi

Gambar 4.11. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai intervensi dan reorientasi. nilai

prosentase yang diperoleh sebesar 78,7%. Angka

tersebut berada pada interval 68% - 84% dan

termasuk dalam kategori baik, sehingga dapat

disimpulkan bahwa intervensi dan reorientasi yang

terapkan di Detasemen Arhanud-001/CSBY Kodam

Iskandar Muda tergolong baik.


84

(3) Diagnosa dan Pengenalan Masalah

Tabel 4.16.

Tanggapan Responden Tentang Diagnosa dan Pengenalan Masalah

Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase


No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)

Sebelum penerimaan Alutsista sudah


dilaksanakan pengambilan data awal
30 tentang Organisasi, Personel, Materiil, 17 40 18 0 0 299 375 79,7%
Pangkalan, latihan dan peranti lunak
sesuai kondisi nyata satuan

Data awal yang dikumpulkan cukup


memberikan gambaran dengan baik
31 terhadap prajurit tentang kondisi awal 21 33 21 0 0 300 375 80,0%
dihapakan kepada kondisi yang akan
dicapai
Prajurit mengetahui dengan baik
masalah-masalah yang berhubungan
32 dengan penerimaan Alutsista yang harus 17 40 18 0 0 299 375 79,7%
diatasi agar proses Transfer
pengetahuan dapat optimal
Total Akumulasi 898 1125 79,8%

Tabel 4.16. Di atas merupakan rekapitulasi

jawaban responden yang diukur menggunakan 3

item pernyataan. Dari tabel tersebut diperoleh nilai

skor aktual sebesar 898, nilai ini akan dibandingkan

dengan skor ideal yaitu skor tertinggi yang mungkin

dicapai oleh responden dan diperoleh nilai prosentase

sebesar 79,8%. Jika di gambarkan dalam garis

kontinum, maka akan tampak sebagai berikut:


85

79,8%
79,8%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.12.
Garis Kontinum Indikator Diagnosa dan Pengenalan Masalah

Gambar 4.12. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai indikator kinerja . nilai

prosentase yang diperoleh sebesar 79,8%. Angka

tersebut berada pada interval 68% - 84% dan

termasuk dalam kategori baik, sehingga dapat

disimpulkan bahwa diagnosa dan pengenalan

masalah yang terapkan di Detasemen Arhanud-

001/CSBY Kodam Iskandar Muda tergolong baik.


86

(4) Tahap Penemuan dan Komitmen

Tabel 4.17.

Tanggapan Responden Tentang Tahap Penemuan dan Komitmen

Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase


No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)
Prajurit melaksanakan dengan baik
33 proses pemberian materi teori Alutsista 27 27 21 0 0 306 375 81,6%
TD 2000B
Prajurit melaksanakan dengan baik
34 proses pemberian materi praktek 15 36 24 0 0 291 375 77,6%
Alutsista TD 2000B
Prajurit memahami pentingnya proses
transfer pengetahuan berupa materi teori
35 15 25 35 0 0 280 375 74,7%
dan praktek dalam mengawaki Alutsista
TD 2000B
Proses transfer pengetahuan berupa
materi teori dan praktek dalam
36 15 44 16 0 0 299 375 79,7%
mengawaki Alutsista TD 2000B,
terencana dan berjalan dengan baik
Total Akumulasi 1176 1500 78,4%

Tabel 4.17. Di atas merupakan rekapitulasi

jawaban responden mengenai indikator penemuan

dan komitmen yang diukur menggunakan 4 item

pernyataan. Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor

aktual sebesar 1176, nilai ini akan dibandingkan

dengan skor ideal yaitu skor tertinggi yang mungkin

dicapai oleh responden dan diperoleh nilai prosentase

sebesar 78,4%. Jika di gambarkan dalam garis

kontinum, maka akan tampak sebagai berikut:


87

78,4%
78,4%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.13.
Garis Kontinum Indikator Tahap Penemuan dan Komitmen

Gambar 4.13. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai indikator tahap penemuan dan

komitmen. nilai prosentase yang diperoleh sebesar

78,4%. Angka tersebut berada pada interval 68% -

84% dan termasuk dalam kategori baik, sehingga

dapat disimpulkan bahwa percobaan dan pencarian

hasil yang terapkan di Detasemen Arhanud-

001/CSBY Kodam Iskandar Muda tergolong baik.


88

(5) Percobaan dan Pencarian Hasil

Tabel 4.18.

Tanggapan Responden Tentang Percobaan dan Pencarian Hasil

Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase


No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)
Prajurit memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi saat prosses pemberian materi
37 7 41 27 0 0 280 375 74,7%
teori dan praktek dalam mengawaki
Alutsista TD 2000B
Prajurit memahami bahwa prosses
pemberian materi teori merupakan dasar
38 9 47 19 0 0 290 375 77,3%
pengetahuan dalam melaksanakan
praktek mengawaki Alutsista TD 2000B

Ketika proses transfer pengetahuan,


Prajurit ketika mengawaki Alutsista
terjadi kendala maka tindakan yang
39 30 25 20 0 0 310 375 82,7%
dilakukan adalah mengulangi prosedur,
dan bertanya kepada petatar tentang
penyebab kendala tersebut

Kendala dalan mengawaki Alutsista TD


40 2000B menambah motifasi rasa ingin 10 41 24 0 0 286 375 76,3%
tahu prajurit.
Total Akumulasi 1166 1500 77,7%

Tabel 4.18. Di atas merupakan rekapitulasi

jawaban responden mengenai indikator percobaan

dan pencarian yang diukur menggunakan 4 item

pernyataan. Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor

aktual sebesar 1166, nilai ini akan dibandingkan

dengan skor ideal yaitu skor tertinggi yang mungkin

dicapai oleh responden dan diperoleh nilai prosentase

sebesar 77,7%. Jika di gambarkan dalam garis

kontinum, maka akan tampak sebagai berikut:


89

77,7%
77,7%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.14.
Garis Kontinum Indikator Tahap Percobaan dan Pencarian Hasil

Gambar 4.14. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai indikator tahap percobaan dan

pencarian hasil. nilai prosentase yang diperoleh

sebesar 77,7%. Angka tersebut berada pada interval

68% - 84% dan termasuk dalam kategori baik,

sehingga dapat disimpulkan bahwa tahap percobaan

dan pencarian hasil yang terapkan di Detasemen

Arhanud-001/CSBY Kodam Iskandar Muda tergolong

baik.
90

3) Penguatan dan Penerimaan

Tabel 4.19.

Tanggapan Responden Tentang Penguatan dan Penerimaan

Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase


No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)
Setelah proses transfer pengetahuan
41 Prajurit memiliki kepercayaan diri dalam 12 40 23 0 0 289 375 77,1%
mengawaki Alutsista
Pasca kegiatan transfer pengetahuan,
Prajurit mampu mengatasi kendala-
42 15 32 28 0 0 287 375 76,5%
kendala ringan dalam mengawaki
Alutsista
Berdasarkan hasil transfer pengetahuan
dan latihan-latihan, Prajurit mampu
43 9 48 18 0 0 291 375 77,6%
menjelaskan tugas-tugas dalam
mengawaki Alutsista TD 2000B

Prajurit mampu melatihkan kemampuan


44 mengawaki Alutsista kepada awak baru 27 31 17 0 0 310 375 82,7%
(junior) sesuai dengan tugas dan jabatan
Total Akumulasi 1177 1500 78,5%

Tabel 4.19. Di atas merupakan rekapitulasi jawaban

responden mengenai indikator Penguatan dan Penerimaan

yang diukur menggunakan 4 item pernyataan. Dari tabel

tersebut diperoleh nilai skor aktual sebesar 1177, nilai ini

akan dibandingkan dengan skor ideal yaitu skor tertinggi

yang mungkin dicapai oleh responden dan diperoleh nilai

prosentase sebesar 78,5%. Jika di gambarkan dalam garis

kontinum, maka akan tampak sebagai berikut:

78,5%
78,5%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik
91

Gambar 4.15.
Garis Kontinum Indikator Penguatan dan Penerimaan

Gambar 4.15. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai indikator penguatan dan penerimaan.

nilai prosentase yang diperoleh sebesar 78,5%. Angka

tersebut berada pada interval 68% - 84% dan termasuk

dalam kategori baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa

penguatan dan penerimaan yang terapkan di Detasemen

Arhanud-001/CSBY Kodam Iskandar Muda tergolong baik.

Tabel 4.20.

Rekapitulasi Tanggapan Responden Tentang Variabel Transfer

Teknologi

Skor Skor
No. Variabel Indikator Prosentase Kategori
Aktual Ideal
1 Tekanan dan Desakan 1178 1500 78,5% Baik
2 Intervensi dan Reorientasi 1475 1875 78,7% Baik
3 Transfer Diagnosa dan Pengenalan Masalah 898 1125 79,8% Baik
4 Teknologi Penemuan dan Komitmen 1176 1500 78,4% Baik
5 Percobaan dan Pencarian Hasil 1166 1500 77,7% Baik
6 Penguatan dan Penerimaan 1177 1500 78,5% Baik
Total Skor 7070 9000 78,6% Baik

Tabel 4.20. Di atas merupakan rekapitulasi jawaban

responden mengenai variabel transfer teknologi di

Detasemen Arhanud-001/CSBY Kodam Iskandar Muda yang

diukur menggunakan 6 indikator. Dari tabel tersebut

diperoleh nilai total skor aktual sebesar 7070, nilai ini akan

dibandingkan dengan skor ideal yaitu skor tertinggi yang

mungkin dicapai oleh responden sebesar 9000 dan


92

diperoleh nilai prosentase sebesar 78,6%. Jika di gambarkan

dalam garis kontinum, maka akan tampak sebagai berikut:

78,6%
78,6%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.16.
Garis Kontinum Variabel Transfer Teknologi

Gambar 4.16. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai variabel transfer teknologi. nilai

prosentase yang diperoleh sebesar 78,6%. Angka tersebut

berada pada interval 68% - 84% dan termasuk dalam

kategori baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa transfer

teknologi yang diterapkan di Detasemen Arhanud-001/CSBY

Kodam Iskandar Muda masih tergolong baik.


93

4.1.3 Kesiapan Operasional

Pada variabel ini diuraikan tanggapan responden

berdasarkan masing-masing indikator pada variabel kesiapan

operasional yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 2 peleton

personel yang mengikuti latihan kesatuan dan 2 peleton lainnya

yang tidak mengikuti latihan kesatuan.


94

1) Kemantapan Personel

Tabel 4.21.

Gambaran Kemantapan Personel Terhadap Personel yang


95

Melaksanakan Latihan Kesatuan(N=75)


96

Tabel 4.21. Di atas merupakan rekapitulasi jawaban

responden yang diukur menggunakan 7 item pernyataan.

Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor aktual sebesar 2046,

nilai ini akan dibandingkan dengan skor ideal yaitu skor

tertinggi yang mungkin dicapai oleh responden dan diperoleh

nilai prosentase sebesar 77,9%. Jika di gambarkan dalam

garis kontinum, maka akan tampak sebagai berikut:

77,9%
77,9%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.17.
Garis Kontinum Indikator Kemantapan Personel

Gambar 4.21. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai indikator kemantapan personel. nilai

prosentase yang diperoleh sebesar 77,9%. Angka tersebut

berada pada interval 68% - 84% dan termasuk dalam

kategori baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa

kemantapan personel yang mengikuti pelatihan kesatuan di

Detasemen Arhanud-001/CSBY Kodam Iskandar Muda

tergolong baik.
97

Tabel 4.22.

Gambaran Kemantapan Personel Terhadap Personel yang Tidak

Melaksanakan Latihan Kesatuan (N = 76)


98

Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase


No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)

Alutsista TD 2000B
yang diterima dapat
45 digunakan untuk 0 16 32 27 0 214 375 57,1%
mendukung tugas
pokok Denarhanud-001

Alutsista TD 2000B
mudah
46 dioperasionalkan oleh 0 7 39 29 0 203 375 54,1%
awaknya pada saat
latihan
Dalam melaksanakan
latihan selama ini,
47 Alutsista TD 2000B 0 15 50 10 0 230 375 61,3%
dapat digunakan
dengan baik

Dengan kedatangan
Alutsista TD 2000B ini,
program latihan yang
48 sudah terjadwal dari 0 20 35 20 0 225 375 60,0%
Komando atas dapat
dilaksanakan dengan
baik.

Sistem dalam
Alutsista TD 2000B ini
49 jarang mengalami 0 16 36 23 0 218 375 58,1%
gangguan ataupun
kendala

Alutsista TD 2000B ini


dapat digunakan dalam
50 kondisi medan apapun 0 10 35 30 0 205 375 54,7%
pada saat
melaksanakan latihan

Alutsista Alutsista TD
2000B ini memiliki
51 0 15 46 14 0 226 375 60,3%
tingkat mobilitas yang
tinggi

Total Akumulasi 1521 2625 57,9%

Tabel 4.22. Di atas merupakan rekapitulasi jawaban

responden yang diukur menggunakan 7 item pernyataan.

Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor aktual sebesar 1521,

nilai ini akan dibandingkan dengan skor ideal yaitu skor

tertinggi yang mungkin dicapai oleh responden dan diperoleh


99

nilai prosentase sebesar 57,9%. Jika di gambarkan dalam

garis kontinum, maka akan tampak sebagai berikut:

57,9%
57,9%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.18.
Garis Kontinum Indikator Kemantapan Personel

Gambar 4.18. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai indikator kemantapan personel. nilai

prosentase yang diperoleh sebesar 57,9%. Angka tersebut

berada pada interval 52% - 68% dan termasuk dalam

kategori cukup baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa

kemantapan personel yang tidak melaksanakan pelatihan

kesatuan di Detasemen Arhanud-001/CSBY Kodam

Iskandar Muda masih tergolong cukup baik.


100

2) Kemantapan Materiil

Tabel 4.23.

Gambaran Kemantapan Materiil Terhadap Personel yang

Melaksanakan Latihan Kesatuan (N = 75)


Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase
No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)
Kemampuan personel
yang mengawaki
Alutsista TD 2000B
52 sekarang ini sudah 13 37 25 0 0 288 375 76,8%
menguasai sistem
pengoperasionalnya
dengan baik
Personel yang
mengawaki Alutsista TD
2000B ini semua sudah
53 dibekali dengan 13 33 29 0 0 284 375 75,7%
pengetahuan tentang
sistem dalam Alutsista
TD 2000B
Personel yang
mengawaki Alutsista TD
2000B ini memiliki
54 disiplin ilmu yang 18 33 24 0 0 294 375 78,4%
menunjang dalam
mengoperasionalkan
Alutsista TD 2000B
Personel yang
mengawaki Alutsista TD
2000B mampu
melaksanakan
55 16 41 18 0 0 298 375 79,5%
perbaikan secara
mandiri apabila terjadi
kerusakan pada
Alutsista TD 2000B

Personel yang
mengawaki Radar SR
56 74 memahami sistem 11 33 31 0 0 280 375 74,7%
komputerisasi yang ada
pada Alutsista tersebut

Tim Pemeliharaan yang


ada di satuan mampu
melaksanakan
57 17 34 24 0 0 293 375 78,1%
perbaikan apabila
Alutsista TD 2000B ini
mengalami kerusakan

Total Akumulasi 1737 2250 77,2%


101

Tabel 4.23. Di atas merupakan rekapitulasi jawaban

responden yang diukur menggunakan 6 item pernyataan.

Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor aktual sebesar 1737,

nilai ini akan dibandingkan dengan skor ideal yaitu skor

tertinggi yang mungkin dicapai oleh responden dan diperoleh

nilai prosentase sebesar 77,2%. Jika di gambarkan dalam

garis kontinum, maka akan tampak sebagai berikut:

77,2%
77,2%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.19.
Garis Kontinum Indikator Kemantapan Materiil

Gambar 4.23. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai indikator kemantapan materiil. nilai

prosentase yang diperoleh sebesar 77,2%. Angka tersebut

berada pada interval 68% - 84% dan termasuk dalam

kategori baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa

kemantapan materiil pada personel yang melaksanakan

pelatihan di Detasemen Arhanud-001/CSBY Kodam

Iskandar Muda kesatuan tergolong baik.


102

Tabel 4.24.

Gambaran Kemantapan Materiil Terhadap Personel yang Tidak

Melaksanakan Latihan Kesatuan (N = 76)

Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase


No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)
Kemampuan personel
yang mengawaki
Alutsista TD 2000B
52 sekarang ini sudah 0 22 29 24 0 223 375 59,5%
menguasai sistem
pengoperasionalnya
dengan baik
Personel yang
mengawaki Alutsista
TD 2000B ini semua
53 sudah dibekali dengan 0 12 36 27 0 210 375 56,0%
pengetahuan tentang
sistem dalam Alutsista
TD 2000B
Personel yang
mengawaki Alutsista
TD 2000B ini memiliki
54 disiplin ilmu yang 0 20 37 18 0 227 375 60,5%
menunjang dalam
mengoperasionalkan
Alutsista TD 2000B
Personel yang
mengawaki Alutsista
TD 2000B mampu
melaksanakan
55 0 13 39 23 0 215 375 57,3%
perbaikan secara
mandiri apabila terjadi
kerusakan pada
Alutsista TD 2000B
Personel yang
mengawaki Radar SR
74 memahami sistem
56 0 11 40 24 0 212 375 56,5%
komputerisasi yang
ada pada Alutsista
tersebut

Tim Pemeliharaan
yang ada di satuan
mampu melaksanakan
57 0 16 40 19 0 222 375 59,2%
perbaikan apabila
Alutsista TD 2000B ini
mengalami kerusakan

Total Akumulasi 1309 2250 58,2%

Tabel 4.24. Di atas merupakan rekapitulasi jawaban

responden mengenai kemantapan materiil yang diukur


103

menggunakan 6 item pernyataan. Dari tabel tersebut

diperoleh nilai skor aktual sebesar 1309, nilai ini akan

dibandingkan dengan skor ideal yaitu skor tertinggi yang

mungkin dicapai oleh responden dan diperoleh nilai

prosentase sebesar 58,2%. Jika di gambarkan dalam garis

kontinum, maka akan tampak sebagai berikut:

58,2%
58,2%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.20.
Garis Kontinum Indikator Kemantapan Materiil
Gambar 4.20. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai indikator kemantapan materiil. nilai

prosentase yang diperoleh sebesar 58,2%. Angka tersebut

berada pada interval 52% - 68% dan termasuk dalam

kategori cukup baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa

kemantapan materiil pada personel yang tidak

melaksanakan pelatihan kesatuan di Detasemen Arhanud-

001/CSBY Kodam Iskandar Muda masih tergolong cukup

baik.
104

3) Kemantapan Latihan

Tabel 4.25.

Gambaran Kemantapan Latihan Terhadap Personel yang

Melaksanakan Latihan Kesatuan (N = 75)

Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase


No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)
Suku cadang Alutsista
TD 2000B tersedia
58 15 28 32 0 0 283 375 75,5%
secara lengkap
disatuan

Apabila terjadi
kerusakan Alutsista TD
59 9 42 24 0 0 285 375 76,0%
2000B ini mudah
dilaksanakan perbaikan

Gudang penyimpanan
Alutsista TD 2000B
60 20 38 17 0 0 303 375 80,8%
yang sudah ada dapat
digunakan dengan baik

Apabila terjadi
kerusakan pada
Alutsista TD 2000B ini,
61 19 34 22 0 0 297 375 79,2%
suku cadang mudah
didapatkan di pasar luar
( toko onderdil )

Tingkat kerusakan pada


62 Alutsista TD 2000B ini 16 32 27 0 0 289 375 77,1%
tergolong kecil

Kemampuan yang ada


pada Alutsista TD
63 2000B ini sudah sesuai 15 38 22 0 0 293 375 78,1%
dengan manual book
yang ada

Alutsista TD 2000B ini


memiliki daya tahan
64 18 37 20 0 0 298 375 79,5%
yang lebih daripada
Alutsista yang lama
Total Akumulasi 2048 2625 78,0%
105

Tabel 4.25. Di atas merupakan rekapitulasi jawaban

responden yang diukur menggunakan 7 item pernyataan.

Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor aktual sebesar 2048,

nilai ini akan dibandingkan dengan skor ideal yaitu skor

tertinggi yang mungkin dicapai oleh responden dan diperoleh

nilai prosentase sebesar 78,0%. Jika di gambarkan dalam

garis kontinum, maka akan tampak sebagai berikut:

78,0%
78,0%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.21.
Garis Kontinum Indikator Kemantapan Latihan
Gambar 4.21. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai indikator kemantapan latihan. nilai

prosentase yang diperoleh sebesar 78,0%. Angka tersebut

berada pada interval 68% - 84% dan termasuk dalam

kategori baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa

kemantapan latihan pada personel yang melaksanakan

pelatihan kesatuan di Detasemen Arhanud-001/CSBY

Kodam Iskandar Muda tergolong baik.


106

Tabel 4.26.

Gambaran Kemantapan Latihan Terhadap Personel yang Tidak

Melaksanakan Latihan Kesatuan (N = 76)

Alternatif Jawaban Skor Skor Persentase


No. Butir Kuesioner
SS S KS TS STS Aktual Ideal (%)
Suku cadang
Alutsista TD 2000B
58 0 16 39 20 0 221 375 58,9%
tersedia secara
lengkap disatuan
Apabila terjadi
kerusakan Alutsista
59 TD 2000B ini mudah 0 12 30 33 0 204 375 54,4%
dilaksanakan
perbaikan

Gudang penyimpanan
Alutsista TD 2000B
60 0 10 48 17 0 218 375 58,1%
yang sudah ada dapat
digunakan dengan baik

Apabila terjadi
kerusakan pada
Alutsista TD 2000B ini,
61 0 11 39 25 0 211 375 56,3%
suku cadang mudah
didapatkan di pasar
luar ( toko onderdil )
Tingkat kerusakan
pada Alutsista TD
62 0 15 41 19 0 221 375 58,9%
2000B ini tergolong
kecil
Kemampuan yang ada
pada Alutsista TD
63 2000B ini sudah 0 18 32 25 0 218 375 58,1%
sesuai dengan manual
book yang ada

Alutsista TD 2000B ini


memiliki daya tahan
64 0 18 36 21 0 222 375 59,2%
yang lebih daripada
Alutsista yang lama
Total Akumulasi 1515 2625 57,7%

Tabel 4.26. Di atas merupakan rekapitulasi jawaban

responden mengenai kemantapan latihan yang diukur


107

menggunakan 6 item pernyataan. Dari tabel tersebut

diperoleh nilai skor aktual sebesar 1515, nilai ini akan

dibandingkan dengan skor ideal yaitu skor tertinggi yang

mungkin dicapai oleh responden dan diperoleh nilai

prosentase sebesar 57,7%. Jika di gambarkan dalam garis

kontinum, maka akan tampak sebagai berikut:

57,7%
57,7%

20% 36% 52% 68% 84% 100


%
Sangat Cukup Sangat
Buruk Buruk Baik Baik Baik

Gambar 4.22.
Garis Kontinum Indikator Kemantapan Latihan
Gambar 4.22. di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai indikator kemantapan latihan. nilai

prosentase yang diperoleh sebesar 57,7%. Angka tersebut

berada pada interval 52% - 68% dan termasuk dalam

kategori cukup baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa

kemantapan latihan pada personel yang tidak melaksanakan

pelatihan kesatuan di Detasemen Arhanud-001/CSBY

Kodam Iskandar Muda masih tergolong cukup baik.

4.1.4. Analisis Pengaruh Kualitas Alutsista TD-2000B dan Transfer

Teknologi Terhadap Kesiapan Operasional di Satuan Detasemen


108

ARHANUD-001 KODAM IM (Substruktur Pertama terhadap 75

orang personel yang telah melaksanakan latihan satuan)

1) Analisis Regresi (Multiple Regression)

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk

membuat estimasi koefisien-koefisien persamaan linier,

mencakup satu atau dua variabel bebas yang dapat

digunakan secara tepat untuk memprediksi nilai variabel

terikat.

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3


Keterangan :

Y = Nilai taksiran variabel Kesiapan Operasional

X1 = Kualitas Alutsista

X2 = Transfer Teknologi

b0 = Konstanta

b1,b2 = Koefisien Regresi

Dengan menggunakan software SPSS 21, diperoleh

hasil analisis regresi linier berganda sebagai berikut:


109

Tabel 4.27.

Hasil Analisis Regresi

Dari perhitungan regresi yang telah diolah diatas,

maka diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut:

Y = -5,412 + 0,497 X1 + 0,509 X2

Koefisien yang terdapat pada persamaan diatas dapat


dijelaskan sebagai berikut :
b0= -5,412 Artinya jika kedua variabel bebas

(kualitas alutsista dan transfer energi) bernilai

konstan (nol) maka diasumsikan kesiapan

operasional akan bernilai sebesar -5,412.

b1= 0,497 Artinya jika kualitas alutsista

meningkat dan variabel bebas lainnya konstan, maka

diprediksikan akan meningkatkan kesiapan

operasional sebesar 0,497.

b2= 0,509 Artinya jika transfer teknologi meningkat

dan variabel bebas lainnya konstan, maka


110

diprediksikan akan meningkatkan kesiapan

operasional sebesar 0,509.

2) Analisis Korelasi Parsial

Analisis korelasi berfungsi untuk mencari kuatnya

hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat

(Y). Berdasarkan pengolahan SPSS maka diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.28.

Hasil Analisis Korelasi Parsial

Transfer Teknologi

Hubungan Kualitas Alutsista dengan Kesiapan

Operasional

Nilai korelasi yang diperoleh antara antara kualitas alutsista

dengan kesiapan operasional adalah sebesar 0,837. Nilai

korelasi bertanda positif yang menunjukkan bahwa

hubungan yang terjadi adalah searah, dimana semakin baik

kualitas alutsista maka akan diikuti dengan semakin baiknya


111

kesiapan operasional. Berdasarkan interpretasi koefisien

korelasi, angka sebesar 0,837 termasuk dalam kategori

hubungan yang sangat kuat karena berada pada rentang

interval 0,80-1,000.

Hubungan Transfer Teknologi dengan Kesiapan

Operasional

Nilai korelasi yang diperoleh antara antara transfer teknologi

dengan kesiapan operasional adalah sebesar 0,871. Nilai

korelasi bertanda positif yang menunjukkan bahwa

hubungan yang terjadi adalah searah, dimana semakin baik

transfer teknologi yang diterapkan maka akan diikuti dengan

semakin baiknya kesiapan operasional. Berdasarkan

interpretasi koefisien korelasi, angka sebesar 0,871

termasuk dalam kategori hubungan yang kuat karena berada

pada rentang interval 0,80-1,000.

3) Koefisien Determinasi (KD)

Koefisien determinasi merupakan suatu nilai yang

menyatakan besar pengaruh secara secara simultan

variabel independen terhadap variabel dependen. Pada

permasalahan yang sedang diteliti yaitu pengaruh kualitas

alutsista dan transfer teknologi secara simultan dalam

memberikan kontribusi pengaruh terhadap kesiapan


112

operasional. Dengan menggunakan SPSS, diperoleh output

sebagai berikut:

Tabel 4.29.

Hasil Analisis Koefisien Determinasi (KD)

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa

R-square sebesar 0,834 atau 83,4%. Nilai tersebut

menunjukan bahwa kualitas alutsista dan transfer teknologi

secara simultan dalam memberikan kontribusi atau

pengaruh terhadap kesiapan operasional sebesar 83,4%.

Sedangkan sisanya sebesar 100% - 83,4% = 16,6% lainnya

merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti.

Sedangkan untuk melihat besar pengaruh dari

masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat,

dilakukan perhitungan dengan menggunakan formula Beta x

Zero Order. Beta adalah koefisien regresi yang telah

distandarkan, sedangkan zero order merupakan korelasi


113

parsial dari setiap variabel bebas terhadap variabel terikat.

Dengan menggunakan SPSS diperoleh nilai beta dan zero

order sebagai berikut:

Tabel 4.30.

Hasil Analisis Koefisien Determinasi Parsial

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilakukan

perhitungan untuk memperoleh pengaruh parsial dari setiap

variabel bebas sebagai berikut:

Kualitas Alutsista 0,418 x 0,837 = 0,350 atau 35,0%


Transfer Energi 0,557 x 0,871 = 0,485 atau 48,5%
Total Pengaruh = 0,834 atau 83,4%

Berdasarkan perhitungan di atas, diketahui bahwa

pengaruh variabel kualitas alutsista terhadap kesiapan

operasional adalah sebesar 35,0%, dan transfer teknologi

memberikan kontribusi pengaruh sebesar 48,5% Sehingga

dapat disimpulkan variabel yang paling dominan

mempengaruhi kesiapan operasional adalah transfer

teknologi dengan besaran pengaruh yang diberikan sebesar

48,5%.
114

4) Uji Hipotesis Parsial (Uji T)

Pengujian hipotesis parsial (uji-t) dilakukan untuk

membuktikan apakah kualitas alutsista, dan transfer

teknologi secara parsial berpengaruh secara signifikan

terhadap kesiapan operasional dengan menggunakan

program SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.31.

Hasil Uji Hipotesis Parsial (T Test)

Adapun hipotesis statistik secara parsial yang akan

diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Kualitas Alutsista

H1 : Adanya pengaruh positif dan signifikan yang disebabkan oleh

kualitas Alutsista terhadap kesiapan operasional Satuan

Denarhanud-001.
115

H0 : Tidak ada pengaruh positif dan signifikan yang disebabkan oleh

kualitas Alutsista terhadap kesiapan operasional Satuan

Denarhanud-001.

 Transfer Teknologi

H1 : Adanya pengaruh positif dan signifikan akibat dari proses

transfer teknologi dalam modernisasi Alutsista terhadap

kemampuan mengoperasionalkan senjata baru.

H0 : Tidak ada pengaruh positif dan signifikan akibat dari proses

transfer teknologi dalam modernisasi Alutsista terhadap

kemampuan mengoperasionalkan senjata baru

Kriteria:
Tolak H0 jika thitung > ttabel / -thitung < -ttabel
Tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05 dk= (n-k-1) 75-2-1 = 72,

dengan pengujian 2 pihak sehingga diperoleh t-tabel sebesar 1,993.

Daerah penolakan Daerah penolakan


Daerah Penerimaan H0 Ho
Ho

t tabel = -1,993 0 t tabel = 1,993


t hitung = 5,732
116

Grafik 4. Grafik Penolakan dan Penerimaan Ho Variabel Kualitas


Alutsista Terhadap Kesiapan Operasional
Kualitas alutsista berpengaruh signifikan terhadap kesiapan

operasional karena nilai t-hitung (5,732) lebih besar dari t tabel (1,993)

dan t hitung berada pada daerah penolakan H 0, H1 diterima, artinya

Adanya pengaruh positif dan signifikan yang disebabkan oleh kualitas

Alutsista terhadap kesiapan operasional Satuan Denarhanud-001.

Daerah penolakan Daerah penolakan


Daerah Penerimaan H0 Ho
Ho

t tabel = -1,993 0 t tabel = 1,993


t hitung = 7,637

Grafik 4. Grafik Penolakan dan Penerimaan Ho Variabel Transfer


Teknologi Terhadap Kesiapan Operasional
Transfer teknologi berpengaruh signifikan terhadap kesiapan
operasional karena nilai t-hitung (7,637) lebih besar dari t tabel
(1,993) dan t hitung berada pada daerah penolakan H 0, H1 diterima,
artinya Adanya pengaruh positif dan signifikan yang disebabkan
oleh transfer teknologi terhadap kesiapan operasional Satuan
Denarhanud-001.
117

4.2. Pembahasan.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan sebelumnya,

maka terbukti bahwa modernisasi Alutsista TD-2000B berpengaruh secara

signifikan terhadap kesiapan operasional satuan Denarhanud-001 Kodam

IM. Sesuai hasil analisis korelasi parsial diperoleh data sebagai berikut :

4.2.1. Variabel Reward (X1) terhadap Variabel Kinerja Prajurit (Y).

Nilai korelasi yang diperoleh antara antara kualitas alutsista

dengan kesiapan operasional adalah sebesar 0,837. Nilai korelasi

bertanda positif yang menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi

adalah searah, dimana semakin baik kualitas alutsista maka akan

diikuti dengan semakin baiknya kesiapan operasional. Berdasarkan

interpretasi koefisien korelasi, angka sebesar 0,837 termasuk

dalam kategori hubungan yang sangat kuat karena berada pada

rentang interval 0,80-1,000.

4.2.2. Variabel Punishment (X2) terhadap Variabel Kinerja Prajurit

(Y).

Nilai korelasi yang diperoleh antara antara transfer teknologi

dengan kesiapan operasional adalah sebesar 0,871. Nilai korelasi

bertanda positif yang menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi

adalah searah, dimana semakin baik transfer teknologi yang

diterapkan maka akan diikuti dengan semakin baiknya kesiapan

operasional. Berdasarkan interpretasi koefisien korelasi, angka


118

sebesar 0,871 termasuk dalam kategori hubungan yang kuat

karena berada pada rentang interval 0,80-1,000.

Sedangkan berdasarkan Analisis Koefisien Determinasi (KD)

diperoleh informasi bahwa R-square sebesar 0,834 atau 83,4%. Nilai

tersebut menunjukan bahwa kualitas alutsista dan transfer teknologi

secara simultan dalam memberikan kontribusi atau pengaruh terhadap

kesiapan operasional sebesar 83,4%. Sedangkan sisanya sebesar 100%

- 83,4% = 16,6% lainnya merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak

diteliti.
119

BAB V
PEMECAHAN MASALAH

5.1. Metode Pemecahan Masalah.

Secara umum pelaksanaan Modernisasi Alutsista di satuan

Arhanud bertujuan untuk mengganti Alutsista lama yang sudah tidak

sesuai dengan perkembangan teknologi terkini. Rata-rata Alutsista yang

dimiliki dibuat pada era tahun 1960-1970 yang sebagian sudah tidak bisa

dioperasionalkan lagi. Selain itu harapan dari modernisasi ini tentunya

akan lebih meningkatkan profesionalisme prajurit dengan hasil akhir tugas

pokok dari satuan Arhanud dapat terlaksana dengan baik.

Berkaitan dengan pelaksanaan modernisasi Alutsista disatuan

Arhanud yaitu dengan dengan di gantinya Alutsista Rudal Rapier dengan

Alutsista TD-2000B disatuan Denarhanud-001 Kodam IM, hal ini

dirasakan oleh penulis kurang memberikan dampak yang signifikan

terhadap tujuan dari modernisasi itu sendiri. Dari data yang diperoleh

khususnya dari laporan Evaluasi Kesiapan dan Kemantapan Operasional

(EKKO) dan laporan kondisi Alutsista, dapat ditemukan adanya sebagian

Alutsista dalam kondisi rusak sehingga tidak dapat dioperasionalkan.

Dampaknya adalah akan mengganggu dalam kesiapan operasional

satuan tersebut dalam rangka pencapaian tugas pokoknya.

Berkaitan dengan penjelasan diatas, maka perlu adanya upaya-

upaya yang perlu dilakukan untuk mewujudkan kondisi yang diharapkan


120

dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki. Berupaya

untuk mengurangi kelemahan dan mengatasi hambatan yang dapat

merugikan organisasi.

5.1.1. Tujuan. Secara umum penelitian ini bertujuan mengetahui

permasalahan yang menyebabkan belum maksimalnya proses

medernisasi Alutsista disatuan Arhanud sehingga mengganggu

dalam kesiapan operasional satuan tersebut dalam rangka

pencapaian tugas pokoknya. Selain itu bertujuan untuk

memberikan masukan kepada Pussenarhanud dan Komando atas

dalam menentukan suatu kebijakan dalam proses modernisasi

Alutsista Arhanud.

5.1.2. Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian

pengaruh modernsasi Alutsista TD-2000B terhadap kesiapan

operasional satuan Denarhanud-001 Kodam IM ini adalah :

1) Terwujudnya satuan Denarhanud-001 Dam IM yang

siap operasional termasuk seluruh satuan Arhanud yang

akan menerima Alutsista baru. Siap operasional ini adalah

satuan Denarhanud-001 siap digerakan setiap saat baik

personel maupun materiilnya.


121

2) Terwujudnya pencapaian tugas pokok satuan. Tugas

pokok yang diemban oleh Denarhanud-001 Kodam IM

adalah menyelenggarakan pertahanan udara aktif di wilayah

Kodam Iskandar Muda dan tugas-tugas lain sesuai perintah

Komando Atas.

3) Terwujudnya prajurit Denarhanud-001 Kodam IM

yang profesional sehingga mahir dalam mengoperasionalkan

Alutsista yang dimiliki.

5.1.3. Obyek. Dalam penelitian tentang pengaruh modernisasi

Alutsista TD-2000B terhadap kesiapan operasional Denarhanud-

001 Kodam IM ini yang menjadi obyek penelitian adalah prajurit

yang mengawaki Alutsista tersebut. Prajurit yang mengawaki di

jadikan obyek karena merekalah yang secara langsung

mengoperasionalkan Alutsista tersebut dan dapat merasakan

manfaat dari adanya modernisasi Alutsista. Selain itu Alutsista juga

dijadikan obyek karena berkaitan denga kondisi nyata pada saat

mulai diterima sampai dengan dioperasionalkan sekarang ini.

5.1.4. Subyek. Bertindak sebagai subjek dalam penelitian tentang

pengaruh modernisasi Alutsista TD-2000B terhadap kesiapan

operasional Denarhanud-001 Kodam IM ini sehingga dapat

mendukung pelaksanaan tugas Tentara Nasional Indonesia

khususnya Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, yaitu:


122

1) Kasad. Sebagai penentu kebijakan di tingkat pusat,

berkaitan dengan pengadaan Alutsista.

2) Pangdam IM. Sebagai penentu kebijakan teknis

pembinaan dan operasional di tingkat Kotama.

3) Danpussenarhanud. Sebagai pembina kecabangan

yang membuat kajian tentang Alutsista yang diperlukan oleh

satuan Arhanud.

4) Danden Arhanud-001. Sebagai komandan satuan

yang bertugas menyiapkan satuan untuk pencapaian tugas

pokok.

5.1.5 Prosedur Pemecahan Masalah.

Menurut Freddy Rangkuti (2009), Analisis SWOT adalah

identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan

strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunity),

namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weakness) dan kendala (Threat). Kedua faktor tersebut harus

dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT

membandingkan antara faktor eksternal (Peluang dan Kendala)

dengan faktor internal (Kekuatan dan Kelemahan). Sebelum

menentukan alternatif strategis yang layak, perencana strategis

harus mengevaluasi dan meninjau kembali misi dan tujuan


123

organisasi. Selanjutnya dilaksanakan evaluasi dan pemilihan

alternatif strategi yang terbaik. Analisis situasi membutuhkan

keterlibatan manajemen puncak secara penuh untuk menentukan

strategi yang sesuai dengan peluang eksternal dan kekuatan

internal.

Analisis SWOT digunakan untuk melihat dan mendapatkan

pengaruh dari modernisasi Alutsista TD-2000B terhadap kesiapan

operasional satuan Denarhanud-001 Kodam IM berkaitan dengan

kualitas alutsista dan transfer teknologinya, sehingga segala

permasalahan yang masih ditemukan dalam pelaksanaan

modernisasi ini dapat ditemukan suatu strategi yang tepat.

Analisis ini dibagi dalam dua katagori yaitu faktor internal,

untuk mendapatkan faktor-faktor yang menjadi kekuatan (Strength)

dan kelemahan (Weakness) serta faktor eksternal, untuk

mendapatkan faktor-faktor yang menjadi peluang (Opportunity) dan

kendala (Threat).

Berdasarkan hasil survey dan studi literatur, penulis dapat

mengidentifikasi faktor-faktor baik faktor internal maupun faktor

eksternal tentang Pengaruh Modernisasi Alutsista TD-2000B

terhadap kesiapan operasional satuan Denarhanud-001 Kodam IM.

Penentuan strategi terpilih berdasarkan dari hasil perhitungan

matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan EFAS


124

(Eksternal Factor Analysis Summary). Untuk melihat posisi/kuadran

strategi terpilih seperti pada Gambar. 5.1

OPPORTUNITY

3. Mendukung
Strategi turn-around 1. Mendukung
Strategi Agresif

WEAKNESS STRENGTH

4. Mendukung 2. Mendukung Strategi


Strategi Defensif Diversifikasi

THREAT

Gambar 5.1. Penentuan Grand Strategi

Kombinasi keempat faktor tersebut memungkinkan

terbentuknya strategi alternatif yang terpilih, yaitu :

1) Kuadran I (Strategi SO). Situasi yang sangat

menguntungkan karena memiliki peluang dan kekuatan.

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan,

yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk

merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah

mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.


125

2) Kuadran II (Strategi ST). Strategi dalam

menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk

mengatasi ancaman. Strategi yang harus diterapkan dengan

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

jangka panjang dengan melaksanakan strategi diversifikasi.

3) Kuadran III (Strategi WO). Strategi ini diterapkan

berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

4) Kuadran IV (Strategi WT). Ini merupakan situasi yang

sangat tidak menguntungkan. Strategi ini didasarkan pada

kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan

kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

5.1.6. Hasil Evaluasi Faktor-Faktor Strategis.

1) Fakor Internal.

(1) Kekuatan (Strength).

i. Budaya organisasi yang kuat.

Pemahaman budaya organisasi sebagai

kesepakatan bersama mengenai nilai-nilai

yang mengikat semua individu dalam sebuah

organisasi seharusnya menentukan batas-

batas normatif perilaku anggota organisasi.

Secara spesifik, peranan budaya organisasi

adalah membantu menciptakan rasa memiliki


126

terhadap organisasi, menciptakan jati diri

setiap prajurit, menciptakan keterikatan

emosional antara organisasi dan prajurit yang

terlibat di dalamnya, membantu menciptakan

stabilitas organisasi sebagai sistem sosial dan

menemukan pola pedoman perilaku sebagai

hasil dari norma-norma kebiasaan yang

terbentuk dalam keseharian. Norma-norma

kebiasaan yang diamalkan prajurit berupa

Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan Delapan

Wajib TNI akan menjadikannya berjiwa

kesatria, patuh dan taat atas keputusan

Pimpinan.

ii. Motivasi kerja yang baik. Motivasi

berasal dari kata latin “movere” yang berarti

“dorongan atau daya penggerak”. Motivasi ini

sangat diperlukan bagi prajurit dalam

menjalankan segala aktivitasnya. Dalam

menjalankan tugas, prajurit memerlukan

banyak motivasi agar ia dapat menjalankan

segala sesuatu yang dapat mempertahankan

kelangsungan hidupnya. Dalam dunia

pendidikan, seorang anak memerlukan


127

motivasi baik dari orang tua, guru, maupun

teman-temannya agar ia mampu meningkatkan

prestasi belajarnya. Hal ini pula yang

dibutuhkan orang dalam dunia kerja.

Seseorang hanya dapat bekerja dengan baik

apabila ia mendapatkan motivasi kerja yang

baik pula. Motivasi kerja tidak hanya

bersumber dari dalam diri orang itu saja,

melainkan memerlukan perpaduan baik dari

diri sendiri, atasan, maupun lingkungan kerja

itu sendiri. Terkadang lingkungan dimana

prajurit berdinas juga mempengaruhi dalam

motivasi kerja. Adanya kecenderungan apabila

ditempatkan di daerah terpencil atau daerah

konflik menjadikan motivasi kerja menurun.

Tetapi ini tidak ditemukan bagi prajurit di

satuan Denarhanud-001. Walaupun tergolong

daerah yang masih rawan konflik, tetapi

motivasi kerja prajurit yang ada di satuan

tersebut cukup tinggi. Namun di balik

semuanya itu, kita perlu mengetahui cara

meningkatkan motivasi kerja bawahan.

Sehingga kelak kita sebagai seorang pemimpin


128

bisa meningkatkan motivasi kerja kepada para

bawahan kita.

iii. Kreatitas yang tinggi. Organisasi

merupakan sarana sekumpulan individu yang

bekerja sama untuk mencapai tujuan dan

sasaran tertentu. Hal ini merupakan salah satu

kebutuhan manusia untuk berinteraksi dan

bersosialisasi dengan sesamanya. Dengan

berorganisasi, setiap individu dapat belajar

untuk mengutamakan kepentingan organisasi

daripada kepentingan pribadi mereka.

Sehingga proses pembentukan karakter dari

lingkungan organisasi ini sangat

mempengaruhi keputusan dan tindakan yang

dilakukan oleh anggota dari suatu organisasi.

Hal yang sangat penting dan fundamental di

dalam sebuah organisasi TNI adalah kreatifitas

dari setiap prajuritnya. Dengan kreatifitasini

terkadang organisasi akanmampu bertahan

dengan tantangan yang datang setiap saat..


129

(2) Kelemahan (Weakness).

i. Sumber daya manusia yang terbatas.

Manusia merupakan sumber daya terpenting

dalam suatu organisasi. Sumber daya manusia

harus memadai, baik dilihat dari segi kuantitas

maupun kualitas. Segi kuantitas bersangkut

paut dengan jumlah, sedangkan kualitas

terutama terutama dilihat dari aspek tingkat

pendidikan. Apabila melihat perkembangan

teknologi pada Alutsista Arhanud yang semakin

canggih dengan sistem komputerisasi dan

dihadapkan kemampuan pesawat udara yang

semakin canggih pula, maka tuntutan SDM

yang mumpuni merupakan suatu keharusan

agar dapat melaksanakan tugasnya dengan

baik.

ii. Tidak tersedianya peranti lunak yang

mengatur operasional Alutsista. Yang di

maksud Peranti lunak disini adalah buku

pedoman yang membimbing personel yang

mengawaki untuk mengoperasionalkan

Alutsista TD-2000B. Dengan sistem

pengoperasionalan yang rumit dah


130

dibutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi

maka buku pedoman semacam ini

sebenarnya sangat diperlukan. Belum

adanya buku ini tentunya akan menghambat

dalam proses transfer teknologi dari negara

pembuat ke negara pemakai. Kondisi ini juga

akan menyulitkan Pimpinan satuan untuk

merawat Alutsista apabila terjadi gangguan

terhadap sistem kerja dari Alutsista tersebut.

1) Fakor Eksternal.

(1) Peluang (Opportunity).

i. Peningkatan Dukungan Alokasi

Anggaran pengadaan Alutsista. Anggaran

belanja negara yang di berikan kepada TNI

mulai meningkat secara signifikan. Konsentrasi

alokasi anggaran yang direncanakan untuk

meningkatkan profesionalisme prajurit yaitu

salah satunya dengan adanya modernisasi

Alutsista. Modernisasi adalah mengganti

Alutsista lama dengan Alutsista baru yang

mempunyai kemampuan lebih canggih. Kondisi

ini merupakan peluang bagi satuan Arhanud

untuk meningkatkan profesionalisme


131

prajuritnya. Dengan demikian seluruh satuan

Arhanud siap operasional dalam rangka

mendukung pelaksanaan tugas pokoknya.

ii. Keberadaan Pussenarhanud sebagai

LKT. Pusat Kesenjataan Arhanud

(pussenarhanud) melaksanakan peran, tugas

dan fungsinya membina satuan-satuan

Arhanud yang memiliki tugas pokok untuk

memberikan perlindungan udara terhadap

obyek vital maupun titik rawan. Dengan

keberadaan pussenarhanud sebagai pembina

kecabangan ini merupakan peluang untuk

semakin berkembangnya satuan Arhanud ke

depannya. Peranan Litbang Pussenarhanud

dalam mengkaji setiap Alutsista yang

dibutuhkan oleh satuan Arhanud diharapkan

mampu menjawab tantangan tugas kedepan

yang semakain berat.

iii. Perkembangan penetahuan dan

teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang sangat cepat saat ini telah

memberikan dampak besar terhadap kemajuan

teknologi militer sistem persenjataan dan


132

peralatan perang lainnya.Negara-negara maju

telah berhasil menciptakan berbagai jenis

senjata antara lain sistem senjata peluru

kendali (misil) yang dilengkapi dengan

teknologi modern dengan kemampuan daya

hancur, jarak capai dan kecepatan serta presisi

yang sangat tinggi. Demikian juga

perkembangan sistem senjata pesawat udara

yang mendapatkan prioritas utama dalam

melaksanakan pertempuran guna

menghancurkan center of gravity dan moril

bertempuh musuh yang telah memiliki

persenjataan sedemikian canggih sehingga

memiliki kecepatan di atas 3 mach dengan

kemampuan bombardemen dan Rudal yang

akurat. Persenjataan udara tersebut

diantaranya adalah Balistic Missile, Cruise

Missile (CM) dan Unmanned Aerial Vehicle

(UAV). Perkembangan pengetahuan dan

teknologi ini tentunya dapat di jadikan peluang

bagi Satuan Arhanud untuk mengembangkan

diri.
133

(2) Kendala (Threat).

i. Ketergantungan terhadap negara

pembuat Alutsista. Setiap persenjataan mliter

dibuat pasti mempunyai standar tersendiri.

Dalam bahasa familiarnya sering dikatakan

“standart militer”. Secara normal senjata ini

harus memiliki daya tahan yang bagus,

mobilitas yang tinggi dan kemampuan yang

handal. Oleh karenanya suku cadang yang

melekat dalam Alutsista tidak dibuat

sembarangan atau dibuat secara khusus.

Karena ke khususan tersebut membuat sucu

cadang dari persenjataan militer sulit

ditemukan dipasar bebas. Sehingga yang

terjadi apabila terjadi kerusakan kita sangat

tergantung dari negara pebuat Alutsista

tersebut.

Selain ketergantungan terhadap suku

cadang kita juga masih tergantungan terhadap

teknisi dalam rangka perbaikan Alutsista.

Adanya proses transfer teknologi yang tidak

berjalan dengan optimal membuat personil

yang mengawaki kurang mahir dalam


134

mengoperasionalkan Alutsista tersebut. Kita

masih sering harus mendatangkan teknisi dari

luar untuk memperbaiki apabila masih terjadi

kerusakan pada Alutsista TD-2000B.

ii. Alutsista yang rentan dengan

kerusakan. Adanya perbedaan musim antara

negara pembuat Alutsistadengan negara

penerima sangat mempengaruhi kondisi

Alutsista. Apabila persenjataan tersebut dibuat

di negara yang terdapat musim dinginnya

maka secara otomatis persenjataan tersebut

akan menyesuaikan dengan kondisi yang ada

disekitarnya. Manakala alutsista tersebut dibeli

oleh negara yang mayoritas bermusim panas

llebih besar maka secara tidak langsung akan

mempengaruhi kondisi dan kemampuannya.

Selain pengaruh alam, kwalitas alutsista juga

mempengaruhi tingkat kerentanan dari

kerusakan. Mengingat pemakaian pada kondisi

alam yang cukup berat dan apabila itu

tidakdidukung dengan kwalitas yang baik maka

tingkat kerusakannya akan tinggi. Hal ini terjadi

pada Alutsista TD-2000B yang ada di satuan


135

Denarhanud-001 Dam IM. Walaupun tergolong

jenis Alutsista baru tapi tingkat kerusakan pada

Alutsista ini tergolong tinggi.

iii. Suku cadang yang terbatas. Aspek

pendukung kelangsungan dari Alutsista adalah

ketersediannya suku cadang. Suku cadang

yang mudah didapatkan akan sangat

berpengaruh pada profesionalisme prajurit. Hal

ini sangat berkaitan dengan perasional

Alutsista. Apabila ada Alutsista yang rusak

yang tidak bisa digunakan maka akan

mengganggu kemampuan prajurit dalam

pengoperasionalannya. Karena Alutsista TD-

2000B yang ada di satuan Denarhanud-001 ini

merupakan suatu sistem maka apabila terjadi

kerusakan pada salah satu bagian akan

berpengaruh secara keseluruhan.

5.1.6. Ringkasan Analisis dan Penentuan Strategi.

Dari analisis terhadap faktor internal dan faktor eksternal

didapat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam

Pengaruh Modernisasi Alutsista TD-2000B terhadap kesiapan

operasional satuan Denarhanud-001 Kodam IM. Untuk


136

mempermudah gambaran analisis SWOT dari faktor-faktor tersebut

maka disusun dalam bentuk tabulasi pada Tabel. 5.1

Tabel. 5.1 Tabulasi Faktor Internal dan Eksternal

FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL

Kekuatan (Strength) : Peluang (Opportunity) :

1. Budaya organisasi yang kuat. 1. Peningkatan Dukungan Alokasi


2. Motivasi kerja yang baik . Anggaran pengadaan Alutsista.
3. Loyalitas yang tinggi. 2. Keberadaan Pussenarhanud
sebagai LKT.
3. Perkembangan pengetahuan
dan teknologi.

Kelemahan (Weakness) : Kendala (Threat) :

1. Sumber daya manusia yang 1. Ketergantungan terhadap


terbatas . negara pembuat Alutsista .
2. Tidak tersedianya peranti lunak 2. Alutsista yang rentan dengan
yang mengatur operasional kerusakan.
Alutsista . 3. Suku cadang yang terbatas.

1) Matriks Faktor Strategi Internal.

Setelah faktor-faktor strategis internal diidentifikasi,

maka dibuat suatu tabel untuk melakukan evaluasi terhadap

variabel tersebut melalui pembobotan nilai dan rating dalam

bentuk angka-angka. Total nilai pembobotan faktor internal

tidak melebihi angka satu (1,00). Pembobotan masing-

masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling


137

penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh

faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis organisasi,

jumlah semua bobot tidak melebihi dari 1,00. Sementara

nilai rating untuk variabel kekuatan diberi nilai mulai +1

sampai +4 sedangkan variabel kelemahan mulai dari -1

sampai -4. Hasil pembobotan dan rating seperti pada Tabel.

36

Tabel. 5.2 Internal Factor Analysis Summary (IFAS)


Bobot
Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot Rating x Keterangan
Rating
Kekuatan (Strength) :
1. Budaya organisasi yang kuat. 0,20 3 0,60 Nilai Rating :
2. Motivasi kerja yang baik. 0,20 4 0,80 1 = Buruk
2 = Cukup
3. Kreatifitas yang tinggi. 0,20 3 0,60 3 = Baik
4 = Baik Sekali
Jumlah 2,00
Kelemahan (Weakness) :
1. Sumber daya manusia yang terbatas . 0,2 -4 - 0,80 Tanda (-) negatif
menunjukkan
kelemahan
2. Tidak tersedianya peranti lunak yang 0,2 -3 - 0,60
mengatur operasional Alutsista
Jumlah 1,00 - 1,4
Selisih Kekuatan dan Kelemahan 0,60

2) Matriks Faktor Strategi Eksternal.

Dengan cara yang sama, setelah faktor-faktor

strategis eksternal diidentifikasi, maka dibuat suatu tabel

untuk melakukan evaluasi terhadap variabel tersebut melalui

pembobotan nilai dan rating dalam bentuk angka-angka.

Total nilai pembobotan faktor eksternal tidak melebihi angka

satu (1,00). Pemberian bobot masing-masing faktor tersebut


138

dengan skala mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai 0,0

(tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat

memberikan dampak terhadap faktor strategis. Sementara

nilai rating untuk variabel peluang diberi nilai mulai +1

sampai +4 sedangkan variabel kendala mulai dari -1 sampai

-4. Hasil pembobotan dan rating seperti pada Tabel. 37

Tabel. 5,3 Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS)


Bobot
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating x Keterangan
Rating
Peluang (Opportunity) :
Nilai Rating :
1. Peningkatan Dukungan Alokasi 0,2 3 0,6 1 = Buruk
Anggaran pengadaan Alutsista. 2 = Cukup
2. Keberadaan Pussenarhanud sebagai 0,2 3 0,6 3 = Baik
LKT. 4 = Baik Sekali
3. Perkembangan pengetahuan dan 0,1 3 0,3
teknologi.
Jumlah 1,5
Kendala (Threat) :
Tanda (-) negatif
1. Ketergantungan terhadap negara 0,2 -4 - 0,8 menunjukkan
pembuat Alutsista . kelemahan
2. Alutsista yang rentan dengan 0,2 -4 - 0,8
kerusakan.
3. Suku cadang yang terbatas. 0,1 -3 - 0,3

Jumlah 1,00 - 1,9


Selisih Peluang dan Ancaman - 0,4

3) Penentuan Strategi dalam proses modernisasi

pengadaan Alutsista.

Penentuan strategi dalam proses modernisasi

pengadaan Alutsista harus memberikan dampak yang positif

bagi satuan yang menerima Alutsista tersebut. Sehingga

satuan dapat merasakan manfaat dari keberadaan dari


139

Alutsista tersebut. Berdasarkan dari hasil perhitungan

matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan EFAS

(Eksternal Factor Analysis Summary) diperoleh data sebagai

berikut :

(1) Selisih Kekuatan dan Kelemahan (IFAS)

= 2,00 + (-1,4) = 0,60

(2) Selisih Peluang dan Ancaman (EFAS)

= 1,5 + (-1,9) = - 0,4

Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka posisi

strategi dalam proses modernisasi Alutsista dalam rangka

mewujudkan kesiapan operasional satuan berada pada

kuadran III, sehingga strategi yang digunakan adalah strategi

WO (Weakness-Opportunity). Dimana pada posisi ini

merupakan situasi yang cukup menguntungkan karena

memiliki peluang yang dapat dimanfaatkan dengan sebesar-

besarnya untuk meminimalisir kendala yang ada. Strategi

yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah Mendukung

Strategi turn-around, seperti pada Gambar. 26


140

OPPORTUNITY

1,00

0,6

WEAKNESS STRENGTH

- 0,4
-1,00 1,00

-1,00

THREAT

Gambar. 5.2 Matriks Strategi Posisi Proses modernisasi Alutsista


Terpilih Berdasarkan Hasil Analisis SWOT.

4) Perumusan Strategi Alternatif.

Kombinasi faktor internal dan faktor eksternal tersebut

memungkinkan terbentuknya strategi alternatif yang terpilih


141

untuk penentuan strategi proses Modernisasi Alutsista dalam

rangka medukung operasional satuan.

Keempat strategi tersebut dijabarkan dalam bentuk matriks

pada Tabel. 38
142

Tabel. 5.4 Matriks Strategi Alternatif proses pengaruh modernisasi .


OPPORTUNITY (Peluang) THREAT (Kendala)
Faktor 1. Peningkatan Dukungan 1. Ketergantungan terhadap
Eksternal Alokasi Anggaran pengadaan negara pembuat Alutsista .
Faktor Alutsista. 2. Alutsista yang rentan
2. Keberadaan Pussenarhanud dengan kerusakan.
Internal sebagai LKT. 3. Suku cadang yang
3. Perkembangan pengetahuan terbatas.
dan teknologi.

STRENGTH (kekuatan)
Strategi SO Strategi ST

1. Memanfaatkan budaya 1. Meningkatkan Budaya


organisasi yang kuat dan organisasi untuk
1. Budaya organisasi yang kuat. kreatifitas yang tinggi untuk menghilangkan
2. Motivasi kerja yang baik . mendukung adanya kebijakan ketergantungan terhadap
3. Kreatifitas yang tinggi. peningkatan Alokasi Anggaran negara pembuat Alutsista.
dalam rangka modernisasi (S1 ; T1)
Alutsista. (S1,3 : O1) 2. Meningkatkan Motivasi
2. Memanfaatkan Motivasi kerja kerja, dan kreatifitas
yang baik untuk menangkap prajurit untuk menekan
peluang Keberadaan kerusakan alutsista serta
Pussenarhanud sebagai LKT mengurangi keterbatasan
serta serta Perkembangan suku cadang.
pengetahuan dan teknologi (S2,3 ; T2,3)
dalam rangka proses
modernisasi Alutsista.
(S2 ; O2,3)

WEAKNESS (Kelemahan)
Strategi WO Strategi WT

1. Membuat komitmen 1. Meningkatkan komitmen


1. Sumber daya manusia yang peningkatan SDM dengan peningkatan SDM untuk
terbatas . Memanfaatkan Peningkatan memperkecil pengaruh
2. Tidak tersedianya peranti lunak Dukungan Alokasi Anggaran ketergantungan dari
yang mengatur operasional pengadaan Alutsista dan negara pembuat dan
Alutsista. Keberadaan Pussenarhanud keterbatasan suku cadang.
sebagai LKT. (W1 ; T1,3)
(W1 ; O1,2) 2. Menyediakan peranti lunak
2. Membuat peranti lunak yang yang mengatur operasional
mengatur operasional Alutsista Alutsista untukmengurangi
untuk menangkap peluang dampak terhadap Alutsista
Keberadaan Pussenarhanud yang rentan dengan
sebagai LKT dan kerusakan. (W2 ; T2)
perkembangan pengetahuan
dan teknologi. (W2 ; O2,3)
143

5.1.8. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana yang dapat

mendukung modernisasi Alutsista di Denarhanud-001 antara lain :

1) Sarana. Segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai

alat dan bahan yang dapat mempengaruhi secara langsung

dalam mendukung modernisasi Alutsista. Adapun yang

dimaksud sarana dalam upaya mendukung modernisasi

Alutsista dapat berupa peranti lunak. Dalam pelaksanaan

modernisasi Alutsista disatuan Arhanud termasuk di

Denarhanud-001, maka sangat diperlukan peranti lunak

berupa buku petunjuk serta Protap-protap yang dapat

digunakan seorang Komandan satuan sebagai pedoman

dalam rangka pengoperasionalan Alutsista tersebut.

2) Prasarana. Segala sesuatu yang merupakan

penunjang dan dapat mempengaruhi secara langsung/tidak

langsung dalam mendukung proses modernisasi Alutsista di

satuan Arhanud. Diantaranya dengan adanya penambahan

fasilitas seperti garasi, gudang munisi dan misil, ruang

simulator dan gudang suku cadang.

5.2. Gagasan Inovatif.

Dari analisis SWOT, yang terdapat pada Tabel IFAS (Internal

Factor Analysis Summary) dan EFAS (Eksternal Factor Analysis

Summary), selanjutnya dijabarkan pada Matriks pengaruh modernisasi


144

Alutsista TD-2000B terhadap kesiapan operasional satuan Denarhanud-

001 dan Strategi proses modernisasi Alutsista bagi satuan Arhanud,

maka dapat disimpulkan strategis proes modernisasi Alutsista berada

pada kuadran III dengan Strategi WO (Weakness-Opportunity Strategy)

yang bersifat agresif yaitu :

5.2.1. Membuat komitmen peningkatan SDM dengan

Memanfaatkan peningkatan dukungan anggaran pengadaan

Alutsista serta keberadaan Pussenarhanud sebagai LKT untuk

mewujudkan kesiapan operasional satuan Arhanud.

1) Melaksanakan penataran atau khursus yang

berkaitan dengan Alutsista. Pembinaan personel yang

menjadi salah satu kunci dalam penyiapan satuan untuk

menghadapi datangnya Alut sista baru sebab sumber daya

manusia yang akan mengawaki peralatan yang memiliki

tingkat tehnologi tinggi jika tidak dipersiapkan secara benar

dan terencana dapat mengakibatkan kerusakan dan

berkurangnya masa pakai peralatan tersebut. Kondisi

Sumber daya manusia atau prajurit di Satuan Arhanud saat

ini masih perlu ditingkatkan baik dari segi kualitas

pengetahuan dan keterampilan maupun dari penguasaan

bahasa asing. Beberapa prajurit Arhanud di satuan masih

ditemui merupakan lulusan SMU jurusan ilmu sosial dan

SMU jurusan pengetahuan Alam. Seharusnya adalah


145

sekolah yang berbasis ketrampilan atau sekolah teknik

sehingga akan menyulitkan proses Transfer of Technology

( ToT ) dan Transfer of Knowledge (ToK). Seluruh

pengetahuan dan ilmu yang digunakan dalam

mengoperasionalkan peralatan Arhanud yang baru bersifat

teknik sehingga prajurit yang berbasis pendidikan ilmu sosial

akan mengalami kesulitan untuk mengerti dan menerima

materi tersebut karena seperti menemukan barang baru

yang belum pernah dihadapi sebelumnya. Disamping itu

kendala penggunaan bahasa asing terutama Inggris sebagai

pengantar penyampaian ToT dan ToK akan menambah

permasalahan Komandan Satuan dalam menyiapkan

personel untuk menghadapi Alut Sista baru ini. Guna

mengantisipasi permasalahan tentang sumber daya manusia

di satuan Arhanud ini , Dansat dapat melaksanakan

pembinaan personel dengan memilih prajurit yang berbasis

atau memiliki dasar pengetahuan dalam bidang tehnik dan

komputerisasi sebagai pejabat atau personel yang

dipromosikan akan menjadi awak dari peralatan Alut Sista

yang baru dalam tahap awal, sehingga nantinya akan

menjadi kader pelatih bagi prajurit yang belum memiliki

kemampuan dan pengetahauan dalam bidang tehnis

sehingga perlu mendapatkan pembinaan atau akselerasi


146

untuk menerima transfer of technologi tersebut. Untuk

menyiapkan kesiapan satuan menghadapi alut sista baru

dalam bidang personel, komandan satuan dapat

memberikan kesempatan kepada prajurit untuk mengikuti

pendidikan di Pusdik Arhanud , STTAD atau lembaga

pendidikan di jajaran TNI AD. Kesempatan mengikuti

pendidikan ini bertujuan untuk membekali prajurit yang akan

mengawaki Alut Sista dengan ilmu pengetahuan pendukung

misalnya generator, radar , mekanik dan elektronik serta

ilmu pengetahuan komputerisasi dari lembaga di luar jajaran

TNI AD. Pengusulan ini ditindak lanjuti dengan penempatan

jabatan pada jabatan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang

didapatkan dari lembaga pendidikan tersebut, sehingga

kemapuan dan pengetahuan yang didapat selama

pendidikan mampu diaplikasikan untuk kemajuan satuan

terutama dalam menyongsong datangnya Alat utama sistem

senjata yang baru.

2) Rekruitmen Bintara dan tamtama baru. Pemilihan

personel yang memilliki kualifikasi atau kemampuan dalam

bidang tehnis sebenarnya dapat dilakukan pada saat

rekruitmen memasuki kecabangan Arhanud. Prajurit yang

telah mengikuti pendidikan pembentukan pertama tahap I

dan segera dibagi dalam beberapa kecabangan harus


147

berdasarkan kepada pendidikan umum yang sesuai dengan

tehnis kecabangan yang akan menjadi profesinya. Sehingga

satuan tidak akan mendapatkan permasalahan yang

mendasar dalam penggunaan personel terutama dalam

penempatan jabatannya. Selanjutnya permasalahan jabatan

yang akan dominan dalam program datangnya alut sista

baru ini adalah operator dan tehnisi Arhanud, untuk jabatan

operator di Batalyon Arhanud rata – rata sudah terisi dan

telah disiapkan dengan baik melalui pembekalan dan

penataran yang diselenggarakan oleh pihak produsen dan

kegiatan ini akan tercantum dalam perjanjian proyek

pengadaan alut sista tersebut. Namun untuk jabatan tehnisi

akan sulit didapatkan sebab personel yang memiliki dasar

pengetahuan tehnis di kecabangan Arhanud masih sangat

terbatas ditambah lagi dengan pelaksanaan Transfer of

technology yang tidak lengkap terkadang hanya sampai How

to operate , tidak sampai dengan bagaimana pengembangan

tehnologinya pada masa mendatang dan penanganan

setelah beberapa tahun berjalan. Jika terjadi kendala dan

kerusakan maka prajurit di satuan tidak akan mampu

mengatasi kerusakan tersebut dan menyerahkan kepada

area service atau rekanan yang mengadakan pembelian

senjata tersebut untuk ditindak lanjuti ke pabrik produsen


148

peralatan yang rusak tersebut sehingga membutuhkan

prosedur dan waktu yang lama.

3) Membuat tim Pokja dalam setiap pengadaan

Alutsista. Seperti dijelaskan diatas salah satu peranan

pussenarhanud adalah melaksanakan pembinaan

kecabangan Arhanud termasuk didalamnya adalahbidang

kesenjataan. Maksudnya disini adalah setiap rencana

pengadaan Alutsista Arhanud oleh pusad dalam hal ini

Mabesad harus dikoordinasikan dengan kecabangan terlebih

dahulu. Karena pada prinsipnya Pussenarhanud lah yangtau

tentang senjata yang dibutuhkan oleh satuan Arhanud dalam

rangka mendukung tugas pokoknya. Kejadian yang dialami

oleh satuan Denarhanud-001 dengan modernisasi Alutsista

TD-2000B ini menimbulkan tanda tanya besar setelah kitta

melihat tingkat kerusakan yang cukup tinggi pada Alutsista

tersebut. Pernah ditanyakan ke staf Litbang Pussenarhanud

bahwa bahwa pengadaan Alutsista tersebut tidak melalui

kajian atau rekomendasi dari kecabangan. Senjata tersebut

“given” langsung dari pusat yang diperuntukan langsung ke

satuan Denarhanud-001 Dam IM. Keberadaan Alutsista

tersebut lebih cenderung ada nuansa politik antar kedua

negara.
149

Berdasarkan kejadian tersebut hal itu sebenarnya

tidak boleh terjadi. Semua pengadaan Alutsista tentunya

harus melalui kajian yang mendalam agar tepat pada

sasaran yang dituju. Kemampuan untuk mengkaji

pengadaan Alutsista tersebut dapat diakukan oleh

Pussenarhanud melalui staf Litbangnya. Untuk mendukung

hasilkajian yang berkualitas tentunya staf Litbang

Pussenarhanud harus di isi oleh personel yang mempunyai

wawasan yang luas di bidang pertahanan udara. Karena

harus bisa mengkaitkan dengan potensi ancaman kedepan,

kemajuan teknologi dan yang tak kalah pentingnya adalah

alokasi anggaran yang disiapkan untuk pengadaan Alutsista.

Memang semua akan bergantung kepada pemerintah pusat

dalam mengambil keputusan, tapi apabila kita sudah

memberikan saran yang baik dan diikuti dengan penjelasan

serta alasan yang rasional tentunya saran dan masukan dari

kita akan menjadi pertimbangan utama dalam pengadan

Alutsista.

5.2.2. Membuat peranti lunak yang mengatur operasional Alutsista

untuk menangkap peluang Keberadaan Pussenarhanud sebagai

LKT dan perkembangan pengetahuan dan teknologi. dalam rangka

proses modernisasi Alutsista di satuan.


150

1) Membuat manual book secara lengkap dan terperinci.

Dalam pengadaan Alutsista, manual book sangat diperlukan.

Manual book inilah nantinya yang akan menjadi pegangan

bagi satuan yang akan menerima Alutsista. Manual book

harus bisa menjelaskan secara rinci tentang cara

pengoperasionalan dan menjelaskan sistem yang ada di

alutsista tersebut.

Dikaitkan dengan modernisasi yang ada di satuan

Denarhanud-001, justru manual book yang ada dalam

Alutsista lama lebih baik dari manual book yang ada pada

Alutsista baru yaitu TD-2000B. Pada Alutsista lama di

jelaskan secara rinci tentang sistem pengoperasiannya

sampai sistem yang ada dalam Alutsista tersebut. Dengan

demikian apabila terjadi kendala maka prajurit ada tuntunan

yang bisa dipertanggungjawabkan apabila sewaktu-waktu

ada kesalahan dalam prosedur. Pada Alutsita TD-2000B ini

ada kencenderungan manual book tidak dibat secara rinci

dengan harapan kita akan bergantung terus kepada mereka.

Tentunya apabila ini benar maka hal tersebut tidak boleh

terjadi lagi. Kita sebagai negara pemakai akan dirugikan

secara langsung. Apabila ada embargo kita tidak akan bisa

berbuat apa-apa lg.


151

2) Membuat bujuk-bujuk untuk mendukung latihan.

Dalam pelaksanaan latihan, peranti lunak yang

berupa buku petunjuk sangat diperlukan. Buku petunjuk atau

bujuk akan di jadikan pedoman dan arahan bagi

penyelenggara latihan sehingga pelaksanaan latihan sesuai

dengan sasaran dan tujuan yang sudah ditetapkan. Melihat

kondisi nyata di satuan Denarhanud-001 masih ditemukan

belum adanya bujuk yang mendukung pelaksnaan latihan

yang berkaitan dengan Alutsista baru tersebut.

Dalam pengadaan Alutsista sering terjadi kendala

dalam penyusunan bujuk. Beberapa satuan yang baru

menerima Alutsista baru termasuk satuan Denarhanud-001

terlambat dalam mendapatkan bujuk tersebut. Sehingga hal

ini cukup berpengaruh pada pelaksanaan latihan yang sudah

diprogramkan.

Dari uraian pembahasan di atas, maka terbukti bahwa proses

modernisasi Alutsista TD-2000B yang ada disatuan Denarhanud-001 Dam

IM cukup berpengaruh terhadap kesiapan operasional satuan tersebut.

Sehingga dalam proses modernisasi dapat dilaksanakan sesuai dengan

tujuan yang diharapkan. Jangan sampai modernisasi tidak membawa

dampak terhadap satuan yang menerima Alutsista tersebut yang

disebabkan oleh kwalitas Alutsista yang kurang bagus serta transfer

teknologi dan transfer pengetahuannya tidak berjalan secara maksimal.


152

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan

pembahasan strategi tentanng pengaruh mdernisasi Alutsista terhadap

kesiapan operasional satuan Denarhanud-001 dengan studi kasus pada

kualitas Alutsista dan proses transfer teknologi dengan teknik Analisis

SWOT kuantitatif, maka dapat disimpulkan bahwa :

6.1.1. Berdasarkan hasil analisis data penelitian.

1) Bila kesiapan operasional satuan Didenarhanud-001

yang dilihat dari tiga aspek yaitu aspek kemantapan

personel, kemantapan materiil dan kemantapan latihan

antara peleton yang siap melaksanakan latihan karena

memiliki Alutsista yang dalam kondisi bagus semua dengan

peleton yang tidak siap melaksanaka latihan karena

Alutsistanya dalam kodisi sebagian rusak maka diperoleh

data bahwa peleton yang alutsistanya bagus mempunyai

nilai yang lebih tinggi dari ketiga aspek yang diujikan. Artinya

peleton 1 dan 2 dari aspek personel, materiil dan latihan

lebih bagus dari peleton 3 dan 4.

2) Variabel Reward (X1) terhadap Variabel Kinerja

Prajurit (Y). Nilai korelasi yang diperoleh antara antara

kualitas alutsista dengan kesiapan operasional adalah


153

sebesar 0,837. Nilai korelasi bertanda positif yang

menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi adalah searah,

dimana semakin baik kualitas alutsista maka akan diikuti

dengan semakin baiknya kesiapan operasional. Berdasarkan

interpretasi koefisien korelasi, angka sebesar 0,837

termasuk dalam kategori hubungan yang sangat kuat karena

berada pada rentang interval 0,80-1,000.

3) Variabel Punishment (X2) terhadap Variabel Kinerja

Prajurit (Y). Nilai korelasi yang diperoleh antara antara

transfer teknologi dengan kesiapan operasional adalah

sebesar 0,871. Nilai korelasi bertanda positif yang

menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi adalah searah,

dimana semakin baik transfer teknologi yang diterapkan

maka akan diikuti dengan semakin baiknya kesiapan

operasional. Berdasarkan interpretasi koefisien korelasi,

angka sebesar 0,871 termasuk dalam kategori hubungan

yang kuat karena berada pada rentang interval 0,80-1,000.

4) Sedangkan berdasarkan Analisis Koefisien

Determinasi (KD) diperoleh informasi bahwa R-square

sebesar 0,834 atau 83,4%. Nilai tersebut menunjukan bahwa

kualitas alutsista dan transfer teknologi secara simultan

dalam memberikan kontribusi atau pengaruh terhadap

kesiapan operasional sebesar 83,4%. Sedangkan sisanya


154

sebesar 100% - 83,4% = 16,6% lainnya merupakan

pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti.

5) Tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05 dk= (n-k-1) 75-2-

1 = 72, dengan pengujian 2 pihak sehingga diperoleh t-tabel

sebesar 1,993. Kualitas alutsista berpengaruh signifikan

terhadap kesiapan operasional karena nilai t-hitung (5,732)

lebih besar dari t tabel (1,993) dan t hitung berada pada

daerah penolakan H0, H1 diterima, artinya Adanya pengaruh

positif dan signifikan yang disebabkan oleh kualitas Alutsista

terhadap kesiapan operasional Satuan Denarhanud-001.

Transfer teknologi berpengaruh signifikan terhadap kesiapan

operasional karena nilai t-hitung (7,637) lebih besar dari t

tabel (1,993) dan t hitung berada pada daerah penolakan H 0,

H1 diterima, artinya Adanya pengaruh positif dan signifikan

yang disebabkan oleh transfer teknologi terhadap kesiapan

operasional Satuan Denarhanud-001.

6.1.2. Berdasarkan data sekunder dan hasil kemampuan drill

Alutsista.

1) Hasil data sekunder. Data sekunder yang dapat

digunakan untuk memperkuat dari hasil data primer yang

ada adalah laporan evaluasi kemantapan dan kesiapan

operasional satuan Denarhanud-001 Dam IM semester ke-2

TA. 2015 serta laporan kondisi Alutsista. Dari laporan


155

tersebut terdapat dua kondisi yang berbeda dimana ada 2

peleton yang Alutsistanya dalam kondisi bagus dan 2

peleton yang Alutsistanya ada sebagian yang dalam kondisi

rusak. Artinya disini adalah satuan sudah berupaya untuk

menutupi keadaan tersebut dengan menyiapkan 2 peleton

saja yang siap dioperasionalkan karena dari segi personil

dan materiil memang dalm kondisi siap pakai. Sedangkan 2

peleton yang lain hanya personelnya saja yang siap. Untuk

materiil karena tidak siap operasional maka tidak bisa

digunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan untuk

melaksanakan tugas pertahanan udara.

2) Berdasarkan tingkat kemampuan untuk

melaksanakan drill Alutsista. Berdasarkan hasil pengamatan

secara langsung tentang pelaksanaan drill Alutsista antar ke

empat peleton tersebut dapat dilihat pebedaan yang cukup

terhadap kemapuan dalam mengawakinya. Walaupun

secara umum semua dapat melaksanakan kegiatan sesuai

produr gelarnya, akan tetapi dihadapkan pada tingkat

kecakapan dan penguasaan materinya cukup berbeda.

Peleton yang mempunyai Alutsista dalam kondisi bagus

lebih mahir dalm mengoperasionalkan Alutsista. Sedangkan

peleton yang sebagian Alutsista dalam kondisi rusak terlihat

ragu-ragudan kurang percaya diri.


156

6.1.3. Berdasarkan hasil analisis SWOT. Dari analisis SWOT, yang

terdapat pada Tabel IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan

EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary), selanjutnya dijabarkan

pada Matriks pengaruh modernisasi Alutsista TD-2000B terhadap

kesiapan operasional satuan Denarhanud-001 dan Strategi proses

modernisasi Alutsista bagi satuan Arhanud dengan studi kasus

pada kualitas Alutsista dan transfer teknologi, maka dapat

disimpulkan strategis proes modernisasi Alutsista berada pada

kuadran III dengan Strategi WO (Weakness-Opportunity Strategy).

Strategi pada kuadran ini adalah memanfaatkan peluang yang ada

untuk menguarangi dan meminimalisir kendala yang muncul.

Dengan demikian proses modernisasi Alutsista bagi satuan

Arhanud dapat dilaksanakan dengan baik sesuai tujuan dan

sasaran dari pelaksanaan modernisasi Alutsista itu sendiri.

Berdasarkan dari penjelasan di atas maka secara garis besar dapat

disimpulkan bahwa Terdapat pengaruh positif dan signifikan yang

disebabkan oleh kualitas Alutsista terhadap kesiapan operasional Satuan

Denarhanud-001 dengan kontribusi pengaruh yang diberikan sebesar

35,0%. Serta terdapat pengaruh positif dan signifikan yang disebabkan

oleh transfer teknologi terhadap kesiapan operasional Satuan

Denarhanud-001 dengan kontribusi pengaruh yang diberikan sebesar

48,5%. Dari data diatas menyatakan pelaksanaan transfer teknologi

mempunyai pengaruh yang lebih besar di bandingkan dengan kualitas


157

Alutsista terhadap kesiapan operasional satuan Arhanud dalam rangka

modernisasi Alutsista Arhanud.

6.2. Saran. Dari kesimpulan yang diperoleh, maka disarankan beberapa

hal sebagai berikut :

6.2.1. sebelum proses mederniasasi Alutsista, perlu adanya suatu

kajian yang mendalam dengan melibatkan berbagai pihak yang

berkopenten dibidangnya dibawah superfisi Pusenarhanud sebagai

LKT atau pembina kecabangan sehingga diperoleh Alutsista yang

memiliki kualitas yang bagus dan transfer teknologinya dapat

dilaksanakan dengan tepat dan benar.

6.2.2. tidak lagi memnggunakan perantara dalam setiap

pengadaan Alutsista sehingga dana yang dipersiapkan dalam

pembelian Alutsista dapat dimanfaatkan untuk menjaga kualitas

Alutsista yang akan di beli.

6.2.3. Perlunya merekrut prajurit khususnya yang berpangkat

bintara dari sekolah yang berasal dari disiplin ilmu teknik seperti

listrik, komputer, mesin, elektronik. Sehingga dapat menunjang

pelaksanaan tugas dalam mengoperasionalkan Alutsista yang

semakain canggih. Selain itu dapat menunjang pada saat transfer

teknologi sehingga pelaksanaan transfer teknologi dapat berjalan

dengan maksimal.
158

6.2.4. Dalam proses modernisasi diupayakan menggunakan

produk dalam negeri agar mengarangi ketergantungan kita pada

negara produsen.

Anda mungkin juga menyukai