Anda di halaman 1dari 3

Eksepsi Dalam Hukum Acara Perdata

Eksepsi adalah suatu tangkisan atau sanggahan yang tidak menyangkut pokok perkara. Eksepsi
disusun dan diajukan berdasarkan isi gugatan yang dibuat penggugat dengan cara mencari
kelemahan-kelemahan ataupun hal lain diluar gugatan yang dapat menjadi alasan
menolak/menerima gugatan.

Eksepsi dibagi menjadi 2 :

1. Eksepsi Absolut ( menyangkut kompetensi pengadilan ) yakni :

a. Kompentensi absolut (pasal 134 HIR/Pasal 160 RBG) Kompentensi absolut dari
pengadilan adalah menyangkut kewenangan dari jenis pengadilan (Pengadilan
Negeri, Pengadilan Militer, Pengadilan Agama, Pengadilan Tata Usaha Negara)
termasuk juga Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuan Daerah (P4D)/ Panitia
Penyelesaian Perselisihan Perburuan Pusat (P4P) & wewenang Kantor Urusan
Perumahan (KUP)

b. Kompentensi Relatif ( Psl. 133 HIR/Psl59 RBG/Putusan MA-RI tgl 13-9-1972 Reg.
NO. 1340/K/Sip/1971 ) Kompentensi relatif adalah menyangkut wewenang
pengadilan. Eksepsi kompentensi relatif diajukan sebagi keberatan pada saat
kesempatan pertama tegugat ketika mengajukan JAWABAN. Eksepsi Absolut yang
menyatakan Pengadilan tidak berwenang memeriksa perkara ( Eksepsi van
onbevoegdheid )

2. Eksepsi Relatif : adalah suatu eksepsi yang tidak mengenai pokok perkara yang harus
diajukan pada jawaban pertama tergugat memberikan jawaban meliputi :

a. Declinatoire Exceptie : Adalah eksepsi yang menyatakan bahwa pengadilan tidak


berwewang memeriksa perkara /gugatan batal/perkara yang pada hakikatnya sama
dan/atau masih dalam proses dan putusan belum mempunyai kekuatan hukum yang
pasti.

b. Dilatoire Exceptie : Adalah eksepsi yang tidak menyangkut gugatan pokok sama sekali
atau gugatan premature.

c. Premtoire Exceptie : Adalah eksepsi menyangkut gugatan pokok atau meskipun


mengakui kebenaran dalil gugatan, tetapi mengemukan tambahan yang sangat
prinsipal dan karenanya gugatan itu gagal

d. Disqualification Exceptie : Adalah eksepsi yang menyatakan bukan pengugat yang


seharusnya mengugat, atau orang yang mengajukan gugatan itu dinyatakan tidak
berhak.
e. Exceptie Obscuri Libelli : Adalah eksepsi yang menyatakan bahwa gugatan Penggugat
kabur ( Psl 125 ayat (1) HIR/Ps 149 ayat (1) RBG

f. Exceptie Plurium Litis Consortium : Adalah eksepsi yang menyatakan bahwa


seharusnya digugat yang lain juga digugat. Hal ini karena ada keharusan para pihak
dalam gugatan harus lengkap.

g. Exeptie Non–Adimpleti Contractus : Adalah eksepsi yang menyatakan saya tidak


memenuhi prestasi saya, karena pihak lawan juga wanpresetasi. Keadaan ini dapat
terjadi dalam hal persetujuan imbal balik.

h. Exceptie : yang menyatakan bahwa perkara sudah pernah diputus dan telah
mempunyai hukum tetap (azas ne bis in idem atau tidak dapat diadili lagi) Psl. 1917
BW ne bis in idem terjadi bila tututan berdasarkan alasan yang sama, dimajukan oleh
dan terhadap orang yang sama dalam hubungan yang sama.

i. Exceptie Van Litispendentie : Adalah Eksepsi yang menyatakan bahwa perkara yang
sama masih tergantung/masih dalam proses keadilan (belum ada kepastian hukum)

j. Exceptie Van Connexteit : Adalah eksepsi yang menyatakan bahwa perkara itu ada
hubungannya dengan perkara yang masih ditangani oleh pengadilan/Instansi lain dan
belum ada putusan.

k. Exceptie Van Beraad : Adalah Eksepsi yang menyatakan bahwa gugatan belum
waktunya diajukan

Eksepsi relatif tidak hanya terbatas pada alasan–alasan seperti diatas. Dalam praktek
dapat juga menjadi alasan mengajukan eksepsi relatif sebagai berikut :

a. Posita dan Petitum berbeda, misalkan terdapat hal–hal yang dimintakan dalam
pentitum padahal sebelumnya hal itu tidak pernah disinggung dalam posita, Petitum
tidak boleh lebih dari posita.

b. Kerugian tidak dirinci : dalam hal timbulnya kerugian harus dirinci maka kerugian
mana harus dirinci satu persatu. Jika tidak dirinci dalam gugatan juga menjadi alasan
mengajukan eksepsi.

c. Daluwarsa : suatu gugatan yang diajukan telah melebihi tenggang waktu Daluwarsa ,
maka hal tersebut menjadi alasan eksepsi.

d. Kualifikasi perbuatan Tergugat tidak jelas : Perumusan perbuatan/kesalahan tergugat


yang tidak jelas akan menjadi alasan tergugat untuk mengajukan eksepsi.

e. Obyek gugatan tidak jelas : Obyek gugatan harus jelas, dapat dengan mudah
dimengerti dan dirinci ciri–cirinya. Ketidak-jelasan obyek gugatan akan menjadi
alasan bagi Tergugat mengajukan eksepsi.
f. Dan lain-lain eksepsi : eksepsi tersebut berbeda dengan jawaban (sangkalan) yang
ditujukan terhadap pokok perkara. Sebaliknya eksepsi adalah eksepsi yang tiudak
menyangkut perkara. Eksepsi yang diajukan tergugat kecuali mengenai tidak
berwenangnya hakim (eksepsi absolut) tidak boleh diusulkan dan dipertimbangkan
secara terpisah–pisah tetapi harus bersama–sama diperiksa dan diputuskan dengan
pokok perkara (Pasal 136 HIR/Psl 162 RBG). Intisari dari isi eksepsi adalah agar
Pengadilan menyatakan tidak dapat menerima atau tidak berwenang memeriksa
perkara ( Psl 1454,Psl 1930,Psl 1941 BW, Psl 125/Psl 149 RBG, Ps 133 HIR/Psl 159
RBG dan Psl 136/Psl 162 RBG)

Anda mungkin juga menyukai