TUMOR OTAK
Disusun Oleh:
SITI KIRMAN
14420202131
( ) ( )
d. Virus
Hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
perkembangan tumor pada system saraf pusat
e. Trauma kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak
massa otak akhirnya terjadi tumor otak. (Yueniwati, 2017)
3. Klasifikasi
a. Tumor Otak Jinak
1) Chordomas adalah tumor otak jinak yang tumbuh secara lambat,
paling umum terjadi pada orang berusia 50 hingga 60 tahun. Lokasi
tersering adalah dasar tengkorak dan bagian bawah tulang belakang.
Meskipun tumor ini jinak, tumor tersebut dapat menyerang tulang
yang berdekatan dan memberi tekanan pada jaringan saraf di
dekatnya. Ini adalah tumor langka, yang berkontribusi hanya 0,2%
dari semua tumor otak.
2) Craniopharyngiomas adalah tumor otak yang biasanya jinak, tetapi
tumor ini sulit untuk diangkat karena lokasinya dekat dengan
struktur kritis dan jauh di dalam otak. Tumot tersebut muncul dari
Sebagian kelenjar pituitary (struktur yang mengatur banyak hormone
dalam tubuh), sehingga hamper semua pasien memerlukan terapi
penggantian hormone.
3) Gangliocytomas, gangliomas, dan anaplastikc gangliogliomas adalah
tumor otot langka yang mencakup sel saraf neoplastic yang relative
berdiferensiasi baik, terutama terjadi pada orang dewasa.
4) Glomus jugulare adalah tumor yangpaling bersifat jinak dan
biasanya terletak tepat di bawah dasar tengkorak, di bagian atas vena
jugularis. Tumor disana merupakan bentuk tumor glomus yang
paling umum. Namun, tumor glomus secara umum hanya
berkontribusi 0,6% dari neoplasma kepala dan leher.
5) Meningiomas adalah tumor intracranial jinak yang paling umum,
terdiri dari 10 hingga 15% dari semua neoplasma otak, meskipun
sebagaian kecil merupakan tumor ganas. Tumor ini berasal dari
meninges, yaitu struktur mirip membrane yang mengelilingi otak
dan sumsum tulang belakang.
6) Pineocytomas
Pineocytomas adalah tumor otak yang jinak, muncul dari sel pineal,
terutama terjadi pada orang dewasa. Tumor tersebut yang paling
sering terdefinisi dengan baik, tidak invasive, homogen, dan tumbuh
lambat.
7) Pituitary adenomas adalah tumor intrakranial yang paling umum
setelah glioma, meningioma, dan schwannoma. Sebagian besar
pituitary adenoma merupakan tumor jinak dan tumbuh cukup
lambat. Bahkan tumor ganas pituitary jarang menyebar ke bagian
tubuh yang lain. Adenoma sejauh ini merupakan penyakit paling
umum yang menyerang jaringan pituitary. Tumor tersebut biasanya
menyerang orang-orang berusia 30-an atau 40-an bahkan orang
dewasa. Sebagian besar tumor ini dapat diobati sampai hilang.
8) Schwannomas adalah tumor otak jinak yang umum pada orang
dewasa. Tumor ini muncul di sepanjang saraf, terdiri dari sel-sel
yang biasanya menyediakan "hambatan listrik" untuk sel-sel saraf.
Acoustic neuromas adalah schwannoma yang paling umum, muncul
dari saraf vestibularcochlear, yang bermula dari otak hingga ke
telinga. Meskipun tumor ini jinak, tetapi bisa menyebabkan
komplikasi serius dan bahkan kematian jika tumbuh dan menekan
saraf dan akhirnya pada otak.
9) Hemangioblastomas adalah tumor otak yang tumbuh lambat,
umumnya terletak di otak kecil. Tumor ini berasal dari pembuluh
darah, bisa berukuran besar dan sering disertai kista. Tumor tersebut
paling sering terjadi pada orang berusia 40 hingga 60 tahun dan lebih
umum pada pria daripada wanita. (Ghozali & Sumarti, 2021)
Edema serebri bisa terjadi secara ekstrasel atau vasogenic atau intrasel.
b. Hidrofalus
Gangguan ditandai dengan meningkatnya intracranial yang
disebabkan oleh adanya ekspansi massa yang ada di dalam rongga
cranium yang tertutup.
c. Hernia otak
Komplikasi heriniasi ditandai dengan meningkatkanya cairan
intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, singuli, dan unkus.
d. Epilepsy
e. Metastase ke tempat lainnya. (Yueniwati, 2017)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan dan MRI
b. Foto polos dada
c. Pemeriksaan cairan serebrospinal
d. Biopsy stereostatik
e. Angiografi serebral
f. Elektroensefalogram (EEG). (Nurarif & Kusuma, 2016)
8. Penatalaksanaan
a. Operasi Bedah
Dalam pengobatan tumor otak adalah bagi ahli bedah saraf untuk
mengangkat tumor secara aman tanpa mempengaruhi fungsi normal otak.
Operasi bedah atau bisa dikombinasikan dengan terapi radiasi dapat
mengontrol atau menyembuhkan berbagai jenis tumor, diantaranya
astrositoma derajat rendah, ependimoma, kraniofaringgioma,
ganglioglioma, dan meningioma. Tumor cenderung menyebar luas ke
otak terdekat sampai jaringan sumsum tulang belakang, seperti
astrositoma anaplastik atau glioblastoma, biasanya tidak dapat
disembuhkan dengan operasi bedah.
Proses pembedahan sering dilakukan terlebih dahulu untuk
mengurangi jumlah tumor, kemudian diobati dengan radiasi atau
kemoterapi, hal ini membantu pengobatan ini berhasil dan bisa
memperpanjang hidup pada orang tersebut terutama pasien orang
dewasa, bahkan jika semua tumor tidak dapat diangkat.
b. Terapi Radiasi
Dalam terapi radiasi difokuskan pada tumor dari sumber di luar
tubuh. Ini disebut terapi radiasi sinar eksternal (EBRT). Jenis terapi
radiasi ini sama seperti mendapatkan x-ray, tetapi dosis radiasinya jauh
lebih tinggi. Terapi radiasi bisa digunakan sebagai pengobatan primer
atau tambahan setelah operasi bedah. Radioterapi sinar eksternal
fraksionasi standar adalah pendekatan yang paling umum, meskipun
pilihan lain termasuk brakiterapi, radioterapi stereotaktik fraksionasi, dan
bedah radio stereotaktik. Hipofraksionasi radioterapi dapat
dipertimbangkan untuk pasien yang dewasa atau pasien yang mengalami
gangguan sistem imun.
Radioterapi dapat meningkatkan kelangsungan hidup secara
keseluruhan pada pasien dengan risiko tinggi tumor glioma derajat
rendah, didefinisikan sebagai pasien yang lebih muda dari 40 tahun
dengan operasi subtotal atau biopsi, atau pasien yang lebih tua dari 40
tahun dengan operasi bedah bebas. Terapi radiasi dengan sinar yang
mempunyai energi sangat tinggi atau partikel kecil untuk menghancurkan
sel tumor. Jenis pengobatan ini diberikan oleh dokter yang disebut ahli
onkologi radiasi dibantu oleh fisikawan medis.
Beberapa terapi radiasi tumor otak untuk orang dewasa diantaranya
adalah :
1) Three-dimensional conformal radiation therapy (3D-CRT)
2) Intensity modulated radion therapy (IMRT)
3) Volume modulated arc therapy (VMAT)
4) Conformal proton beam radiation therapy
5) Stereotactic radiosurgery (SRS) atau Stereotactic radiotherapy (SRT)
6) Imagine-guided radiation therapy (IGRT)
7) Brachytherapy (terapi radiasi internal)
8) Terapi radiasi seluruh otak (radiasi kraniospinal)
c. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan bisa dikombinasikan dengan radiasi
telah terbukti meningkatkan kelangsungan hidup pada kasus tertentu.
Misalnya, pemberian obat kemoterapi waf er carmustine (Gliadel), atau
temozolomide (Temodar) pada pasien yang lebih muda sampai dewasa
ditempatkan selama operasi telah meningkatkan kelangsungan hidup
pada pasien tumor otak dan glioma derajat tinggi. Pasien dengan O6-
methylguanine-DNA methyltransferase (MGMT) promotor gen dan
glioblastoma mendapat manfaat dari temozolomide. (Ghozali & Sumarti,
2021)
B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
Penting untuk mengetahui bagaimana pasien bisa mengalami
cedera/biomekanik, sehingga menyebabkan pasien mengalami fraktur.
Pemeriksaan yang pertama kali dilakukan selain memperhatikan aman
penolong, aman lingkungan serta aman pasien adalah dengan
memperhatikan atau memeriksa adanya gangguan pada ABC (airway,
breathing, circulation) dan mengatasinya. (Ambulans Gawat Darurat
118,
2018)
b. Pengkajian Sekunder
Dalam melakukan pengkajian harus menggerakan semua indra dan
tenaga untuk melakukan pengkajian secara cermat baik melalui
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik untuk menggali data akurat
meliputi (Kasiati & Rosmalawati, 2016).
1) Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat,
penanggung jawab, dll 2) Riwayat kesehatan :
a) Keluhan utama
b) Riwayat kesehatan sekarang
c) Riwayat Kesehatan lalu
d) Riwayat Kesehatan Keluarga 3) Pemeriksaan fisik :
a) Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia,
penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai, berdesis.
b) Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
c) Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
d) Jantung : bradikardi, hipertensi
e) Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial
obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler
f) Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus
g) Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Pola Napas Tidak Efektif
b. Hipervolemia
c. Nyeri Kronik
d. Defisit Nutrisi
e. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif
f. Risiko Jatuh. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
Pemantauan Respirasi
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya
napas
2. Monitor pola napas (mis.
Bradypnea, takipnea,
hiperventilasi)
3. Monitor adanya sumbatan
jalan napas
4. Auskultasi bunyinapas
5. Monitor saturasi oksigen
6. Monitor nilai AGD
Terapeutik
7. Atur interval pemantauan
repirasi sesuai kondisi
pasien
8. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
9. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
10. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu.
2. Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia
intervensi keperawatan, Observasi
maka diharapkan 1. Periksa tanda dan gejala
keseimbangan cairan hypervolemia
meningkat. Dengan 2. Identifikasi penyebab
kriteria hasil: hypervolemia
1. Keluaran urin 3. Monitor status dinamik,
meningkat jika perlu
2. Edema menurun 4. Monitor intake dan output
3. Tekanan darah cairan
membaik 5. Monitor tanda
4. Tekanan arteri hemokonsentrasi
ratarata membaik 6. Monitor kecepatan infus
5. Berat badan secara ketat
membaik 7. Monitor efek samping
. diuretik
Terapeutik
8. Batasi asupan cairan dan
garam
Edukasi
9. Anjurkan melapor jika BB
bertambah > 1 kg dalam
sehari
10. Ajarkan cara mengukur
dan mencatat asupan dan
keluaran cairan
11. Ajarkan cara membatasi
cairan
Pemantauan Cairan
Observasi
1. Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi napas
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor waktu pengisian
kapiler
5. Monitor jumlah dan,
warna dan berat jenis
urinidentifikasi tandatanda
hypervolemia
6. Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
7. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
8. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
9. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
10. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu.
3. Nyeri Kronik Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
intervensi keperawatan, Observasi
maka diharapkan tingkat 1. Identifikasi lokasi,
nyeri menurun. Dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil: frekuensi,kualitas,itensitas
nyeri
1. Kemampuan 2. Identifikasi skala nyeri
menentukan aktivitas 3. Identifikasi respon nyeri
meningkat non verbal
2. Keluhan nyeri 4. Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
3. Meringis menurun memperingan nyeri
4. Gelisah menurun
5. Identifikasi pengaruh nyeri
5. Kesulitan diri
pada kualitas hidup
menurun
6. Monitor efek samping
6. Diaphoresis menurun
penggunaan analgetik
7. Anoreksia menurun
Terapeutik
8. Pupil dilatasi
7. Control lingkungan yang
menurun
memperberat nyeri
9. Muntal menurun
8. Fasilitasi istirahat dan
10. Mual menurun
tidur Edukasi
11. Frekuensi nadi
9. Jelaskan penyebab,
membaik
periode, dan pemicu yeri
12. Tekanan darah
10. Jelaskan strategi
membaik
meredakan nyeri
13. Pola napas membaik
Kolaborasi
14. Nafsu makan
11. Kolaborasi pemberian
membaik analgetic, jika perlu
15. Pola tidur membaik
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti konvulsan,
jika perlu
11. Kolaborasi pelunak tinja,
jika perlu.
6. Risiko Jatuh Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh
intervensi keperawatan, Observasi
maka diharapkan tingkat 1. Identifikasi faktor risiko
jatuh menurun. Dengan jatuh
kriteria hasil:
Faktor risiko
Pertumbuhan sel
otak abnormal
Tumor otak
Timbul manifestasi
Obstruksi sirkulasi Penurunan suplai klinik / gejala local
cairan serebrospinal O2 kejaringan otak sesual fokal tumor
dari ventrikel lateral akibat obstruksi
ke sub arachnoid sirkulasi otak
Tumor di
cerebellum,
Hidrochepalus Hipoksia cerebral hipotalamus,
fossaposterior
Hipervolemia
Kompensasi dengan
cara
1. Penurunan
volume darah
intracranial
2. Penurunan
volume cairan
cerebrospinal
Kematian 3. Penurunan
kangan cairan
intrasel
Herniasi cerebral 4. Mengurangi sel-
sel parenkim
Bergesernya ginus
medialis labis
Tidak
temporal ke inferion Nyeri Kronik
terkompensasi
melalui insisura
tentorial Kompresi
subkortikal &
Obstruksi system batang otak
cerebral, obstruksi
Statis vena serebral
drainage vena Kehilangan auto
retina,tumor pada regulasi serebral
Subkortikal tertekan
lobus oksipital
Deficit Nutrisi
Gangguan
penglihatan
Risiko Jatuh
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, M., & Sumarti, H. (2021). Pengobatan Klinis Tumor Otak Pada Orang
Dewasa. Jurnal PHI : Jurnal Pendidikan Fisika Dan Fisika Terapan, 2(1),
1–
14. https://doi.org/ISSN: 2549-7162
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisidan Indikator Diagnostik (Edisi 1). DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan (Edisi 1). DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1). DPP PPNI.
Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118. (2018). BT & CLS (Basic Trauma &
Cardiac Life Support) (A. D. Puspanegoro, S. Soedarmo, R. Suhartono, & Z.
A. Isma (eds.); Edisi 7). Ambulans Gawat Darurat 118.