Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR OTAK

Disusun Oleh:
SITI KIRMAN
14420202131

Preceptor Klinik Preceptor Institusi

( ) ( )

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
A. KONSEP MEDIS 1. Definisi
Tumor otak adalah adanya pertumbuhan jaringan pertumbuhan
jaringan abnormal dimanas el terus tumbuh dan bermultiplikasi secara tidak
terkontrol. Tumor otak termasuk neoplasma yang berasl dari parenkim otak,
meningen, dan dari glandula pituitary atau struktur tulang intracranial yang
secara tidak langsung dapat mempengaruhi jaringan otak. (Yueniwati, 2017)
Tumor otak adalah suatu massa jaringan yang tidak wajar dimana
selsel berkembang serta tumbuh secara tidak terkontrol. Lebihdari 150 jenis
tumor otak yang berbeda didokumentasikan, namun ada 2 kelompok tumor
otak yaitu primer dan metastasis. (Ghozali & Sumarti, 2021)
2. Etiologi
Pemicu terbentuknya tumor merupakan dari aspek genetik yang mana
terdapat gen yang tidak normal sebagai pengendali perkembangan sel otak.
Kelainan ini bisa diakibatkan secara langsung menimpa gen ataupun
terdapatnya hambatan pada kromosom yang bisa mengubah peranan dari
gen itu sendiri. Sebagian riset menampilkan jika paparan radiasi serta bahan
kimia pula bisa mengakibatkan munculnya tumor. Tampaknya paparan
bahan tersebut bisa menimbulkan transformasi struktur dari gen. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa tingkatan tumor otak dibagi dari
tingkatan I sampai tingkatan IV. Pengelompokan tersebut berdasarkan pada
karakteristik tumor itu sendiri, misalnya posisi tumbuhnya tumor, kecepatan
perkembangan, serta teknik penyebarannya. Tumor otak yang terkategori
jinak serta tidak berpotensi ganas terletak pada tingkatan I serta II.
Identitas tumor otak jinak merupakan berkembang secara terbatas,
mempunyai selubung, tidak menyebar serta apabila dioperasi bisa
dikeluarkan secara utuh sehingga bisa sembuh sempurna. Sebaliknya pada
tingkatan III serta IV, umumnya telah berpotensi jadi kanker yang disebut
tumor otak ganas atau kanker otak. Kanker ataupun tumor ganas merupakan
perkembangan sel atau jaringan yang tidak terkontrol, terus bertumbuh dan
immortal (tidak bisa mati). Sel kanker bisa menyusup ke jaringan dekat
kemudian menyebar dengan cepat. Kanker otak ini mempunyai identitas
bisa menyusup ke jaringan sekitarnya, dan juga sel kanker bisa ditemui pada
perkembangan tumor (Ghozali & Sumarti, 2021).
Masih belum diketahui penyebab seorang mengidap tumor otak primer
(tumor yang timbul awal kali di otak maupun jaringan dekat otak).
Diperkirakan tumor otak tersebut mulai timbul pada saat jaringan normal
mengalami kelainan atau disebut mutasi DNA. Mutasi inilah yang membuat
sel-sel berkembang serta tumbuh biak sangat cepat, dan senantiasa hidup
kala sel-sel sehat telah mati. Hal ini berdampak adanya penimbunan sel-sel
abnormal serta membentuk tumor. Ada sebagian aspek yang dapat
tingkatkan resiko seorang terserang tumor otak. Aspek generasi atau
keturunan, lalu dampak dari prosedur radioterapi menjadi penyebabnya.
Tumor otak primer tidak sering terjadi dibanding tumor otak sekunder
(tumor otak yang berasal dari tumor yang berkembang di bagian organ lain
kemudian menyebar ke otak). (Ghozali & Sumarti, 2021).
Menurun (Nurarif & Kusuma, 2016) belum ada penyebab yang jelas
untuk tumor otak, namun ada beberapa faktor yang perlu ditinjau yaitu: a.
Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai
pada anggota-anggota sekeluarga.
b. Sisa-Sisa Sel Embional
Ada kalanya sebagiandari bangunan emrional tertinggal dalam tubuh
yang menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan
abnormal itu dapat terjadi karena kraniofaringioma, terutama intracranial
dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam system saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma.

d. Virus
Hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
perkembangan tumor pada system saraf pusat
e. Trauma kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak
massa otak akhirnya terjadi tumor otak. (Yueniwati, 2017)
3. Klasifikasi
a. Tumor Otak Jinak
1) Chordomas adalah tumor otak jinak yang tumbuh secara lambat,
paling umum terjadi pada orang berusia 50 hingga 60 tahun. Lokasi
tersering adalah dasar tengkorak dan bagian bawah tulang belakang.
Meskipun tumor ini jinak, tumor tersebut dapat menyerang tulang
yang berdekatan dan memberi tekanan pada jaringan saraf di
dekatnya. Ini adalah tumor langka, yang berkontribusi hanya 0,2%
dari semua tumor otak.
2) Craniopharyngiomas adalah tumor otak yang biasanya jinak, tetapi
tumor ini sulit untuk diangkat karena lokasinya dekat dengan
struktur kritis dan jauh di dalam otak. Tumot tersebut muncul dari
Sebagian kelenjar pituitary (struktur yang mengatur banyak hormone
dalam tubuh), sehingga hamper semua pasien memerlukan terapi
penggantian hormone.
3) Gangliocytomas, gangliomas, dan anaplastikc gangliogliomas adalah
tumor otot langka yang mencakup sel saraf neoplastic yang relative
berdiferensiasi baik, terutama terjadi pada orang dewasa.
4) Glomus jugulare adalah tumor yangpaling bersifat jinak dan
biasanya terletak tepat di bawah dasar tengkorak, di bagian atas vena
jugularis. Tumor disana merupakan bentuk tumor glomus yang
paling umum. Namun, tumor glomus secara umum hanya
berkontribusi 0,6% dari neoplasma kepala dan leher.
5) Meningiomas adalah tumor intracranial jinak yang paling umum,
terdiri dari 10 hingga 15% dari semua neoplasma otak, meskipun
sebagaian kecil merupakan tumor ganas. Tumor ini berasal dari
meninges, yaitu struktur mirip membrane yang mengelilingi otak
dan sumsum tulang belakang.
6) Pineocytomas
Pineocytomas adalah tumor otak yang jinak, muncul dari sel pineal,
terutama terjadi pada orang dewasa. Tumor tersebut yang paling
sering terdefinisi dengan baik, tidak invasive, homogen, dan tumbuh
lambat.
7) Pituitary adenomas adalah tumor intrakranial yang paling umum
setelah glioma, meningioma, dan schwannoma. Sebagian besar
pituitary adenoma merupakan tumor jinak dan tumbuh cukup
lambat. Bahkan tumor ganas pituitary jarang menyebar ke bagian
tubuh yang lain. Adenoma sejauh ini merupakan penyakit paling
umum yang menyerang jaringan pituitary. Tumor tersebut biasanya
menyerang orang-orang berusia 30-an atau 40-an bahkan orang
dewasa. Sebagian besar tumor ini dapat diobati sampai hilang.
8) Schwannomas adalah tumor otak jinak yang umum pada orang
dewasa. Tumor ini muncul di sepanjang saraf, terdiri dari sel-sel
yang biasanya menyediakan "hambatan listrik" untuk sel-sel saraf.
Acoustic neuromas adalah schwannoma yang paling umum, muncul
dari saraf vestibularcochlear, yang bermula dari otak hingga ke
telinga. Meskipun tumor ini jinak, tetapi bisa menyebabkan
komplikasi serius dan bahkan kematian jika tumbuh dan menekan
saraf dan akhirnya pada otak.
9) Hemangioblastomas adalah tumor otak yang tumbuh lambat,
umumnya terletak di otak kecil. Tumor ini berasal dari pembuluh
darah, bisa berukuran besar dan sering disertai kista. Tumor tersebut
paling sering terjadi pada orang berusia 40 hingga 60 tahun dan lebih
umum pada pria daripada wanita. (Ghozali & Sumarti, 2021)

b. Tumor Otak Ganas


1) Glioma adalah jenis tumor otak orang dewasa yang paling umum,
terhitung 78% dari tumor otak ganas. Tumor tersebut muncul dari sel
pendukung otak, yang disebut glia. Sel-sel ini dibagi lagi menjadi
astrosit, sel ependymal, dan sel oligodendroglial (atau oligo). Tumor
glial terdiri dari :
a) Astrositoma adalah glioma yang paling umum, terhitung sekitar
sete ngah dari semua tumor otak primer dan sumsum tulang
belakang. Astrositoma berkembang dari sel glial berbentuk
bintang yang disebut astrosit, bagian dari jaringan pendukung
otak. Hal ini terjadi di beberapa bagian otak, namun paling sering
terdapat di otak besar. Orang dari segala usia dapat
mengembangkan astrositoma, tetapi lebih sering terjadi pada
orang dewasa terutama pria paruh baya (usia diatas 40 tahun) dan
sebagian besar stadium tinggi. Astrositoma di dasar otak lebih
umum terjadi pada anak-anak atau orang yang lebih muda atau
remaja.
b) Ependimoma adalah glioma yang berasal dari transformasi
neoplastik dari sel ependymal yang melapisi sistem ventrikel dan
menyebabkan 2% hingga 3% dari semua tumor otak.
c) Glioblastoma multiforme (GBM) adalah jenis tumor glial yang
paling invasif. Tumor ini cenderung tumbuh cepat, menyebar ke
jaringan lain dan memiliki prognosis yang buruk. Tumor ini
terdiri dari beberapa jenis sel, seperti astrosit dan oligodendrosit.
GBM lebih sering terjadi pada orang berusia 50 hingga 70 tahun
dan lebih umum pada pria daripada Wanita.
d) Medulloblastomas adalah glioma yang biasanya muncul di otak
kecil, paling sering pada anak-anak. Tumor tersebut adalah
tumor tingkat tinggi, tetapi biasanya responsif terhadap radiasi
dan kemoterapi.
e) Oligodendroglioma adalah glioma yang berasal dari sel-sel yang
membuat myelin, yang merupakan penghambat pengiriman pada
saraf otak.
f) Tumor Rhabdoid adalah tumor otak yang jarang terjadi, tumor
ini sangat agresif yang cende rung menyebar ke seluruh sistem
saraf pusat. Tumor tersebut sering muncul di banyak tempat di
tubuh, terutama di ginjal dan lebih sering terjadi pada anak kecil,
tetapi juga dapat terjadi pada orang dewasa. (Ghozali & Sumarti,
2021)
4. Manifestasi Klinis
a. Sakit kepala
b. Keletihan
c. Kelesuan
d. Kejang
e. Anggota badan tidak stabil
f. Gangguan Bahasa
g. Kebingungan
h. Mati rasa unilateral
i. Keterlambatan kognitif
j. Sering mengantuk
k. Disfagia
l. Halusinasi
m. Lupa hingga hilang ingatan
n. Mual dan muntah
o. Nyeri hebat pada kepala
p. Kaku pada leher
q. Gejala neurologis yang dapat berkembang menjadi dimensia. (Ghozali &
Sumarti, 2021)
5. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis,gejala-gejala terjadi
berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan.
Gejala neurologic pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua
faktor gangguan local, disebabkan oleh tumor dan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabia penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Tentunya disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang
tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertambah menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah
arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut
dan mungkin dapat dikacaukan dengan avebrovaskuler primer. Sedangkan
kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan
kompresi invasi dan perubahan suplaidarahke jaringan.
Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak
sekitarnya sehigga memperberat gangguan neurologis fokal. Peningkatan
TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalam
tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi
cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa,
karena akan menimbulkan edema dalam jaringan otak. Mekanisme belum
seluruhnya dipahami, anmum diduga disebabkan selisih osmotic yang
menyebabkan perdarahan.obstruksi vena dan edema yang disebabkan
kerusakan sawar darah orak, semuanya menimbulkan kenaikan volume
intracranial.obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke
ruang subaralinoid menimbulkan hidrochepalus. (Nurarif & Kusuma, 2016)
6. Komplikasi
Tumor pada otak juga dapat menimbulkan komplikasi seperti berikut ini : a.
Edema serebral
Edema serebralterjadi karena adanya suatu peningkatan yang
terjadi pada cairan otak secara berlebihan yang kemudian mengalami
penumpukan I sekitar lesi sehingga menyebabkan efek massa bertambah.

Edema serebri bisa terjadi secara ekstrasel atau vasogenic atau intrasel.
b. Hidrofalus
Gangguan ditandai dengan meningkatnya intracranial yang
disebabkan oleh adanya ekspansi massa yang ada di dalam rongga
cranium yang tertutup.
c. Hernia otak
Komplikasi heriniasi ditandai dengan meningkatkanya cairan
intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, singuli, dan unkus.
d. Epilepsy
e. Metastase ke tempat lainnya. (Yueniwati, 2017)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan dan MRI
b. Foto polos dada
c. Pemeriksaan cairan serebrospinal
d. Biopsy stereostatik
e. Angiografi serebral
f. Elektroensefalogram (EEG). (Nurarif & Kusuma, 2016)
8. Penatalaksanaan
a. Operasi Bedah
Dalam pengobatan tumor otak adalah bagi ahli bedah saraf untuk
mengangkat tumor secara aman tanpa mempengaruhi fungsi normal otak.
Operasi bedah atau bisa dikombinasikan dengan terapi radiasi dapat
mengontrol atau menyembuhkan berbagai jenis tumor, diantaranya
astrositoma derajat rendah, ependimoma, kraniofaringgioma,
ganglioglioma, dan meningioma. Tumor cenderung menyebar luas ke
otak terdekat sampai jaringan sumsum tulang belakang, seperti
astrositoma anaplastik atau glioblastoma, biasanya tidak dapat
disembuhkan dengan operasi bedah.
Proses pembedahan sering dilakukan terlebih dahulu untuk
mengurangi jumlah tumor, kemudian diobati dengan radiasi atau
kemoterapi, hal ini membantu pengobatan ini berhasil dan bisa
memperpanjang hidup pada orang tersebut terutama pasien orang
dewasa, bahkan jika semua tumor tidak dapat diangkat.
b. Terapi Radiasi
Dalam terapi radiasi difokuskan pada tumor dari sumber di luar
tubuh. Ini disebut terapi radiasi sinar eksternal (EBRT). Jenis terapi
radiasi ini sama seperti mendapatkan x-ray, tetapi dosis radiasinya jauh
lebih tinggi. Terapi radiasi bisa digunakan sebagai pengobatan primer
atau tambahan setelah operasi bedah. Radioterapi sinar eksternal
fraksionasi standar adalah pendekatan yang paling umum, meskipun
pilihan lain termasuk brakiterapi, radioterapi stereotaktik fraksionasi, dan
bedah radio stereotaktik. Hipofraksionasi radioterapi dapat
dipertimbangkan untuk pasien yang dewasa atau pasien yang mengalami
gangguan sistem imun.
Radioterapi dapat meningkatkan kelangsungan hidup secara
keseluruhan pada pasien dengan risiko tinggi tumor glioma derajat
rendah, didefinisikan sebagai pasien yang lebih muda dari 40 tahun
dengan operasi subtotal atau biopsi, atau pasien yang lebih tua dari 40
tahun dengan operasi bedah bebas. Terapi radiasi dengan sinar yang
mempunyai energi sangat tinggi atau partikel kecil untuk menghancurkan
sel tumor. Jenis pengobatan ini diberikan oleh dokter yang disebut ahli
onkologi radiasi dibantu oleh fisikawan medis.
Beberapa terapi radiasi tumor otak untuk orang dewasa diantaranya
adalah :
1) Three-dimensional conformal radiation therapy (3D-CRT)
2) Intensity modulated radion therapy (IMRT)
3) Volume modulated arc therapy (VMAT)
4) Conformal proton beam radiation therapy
5) Stereotactic radiosurgery (SRS) atau Stereotactic radiotherapy (SRT)
6) Imagine-guided radiation therapy (IGRT)
7) Brachytherapy (terapi radiasi internal)
8) Terapi radiasi seluruh otak (radiasi kraniospinal)
c. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan bisa dikombinasikan dengan radiasi
telah terbukti meningkatkan kelangsungan hidup pada kasus tertentu.
Misalnya, pemberian obat kemoterapi waf er carmustine (Gliadel), atau
temozolomide (Temodar) pada pasien yang lebih muda sampai dewasa
ditempatkan selama operasi telah meningkatkan kelangsungan hidup
pada pasien tumor otak dan glioma derajat tinggi. Pasien dengan O6-
methylguanine-DNA methyltransferase (MGMT) promotor gen dan
glioblastoma mendapat manfaat dari temozolomide. (Ghozali & Sumarti,
2021)
B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
Penting untuk mengetahui bagaimana pasien bisa mengalami
cedera/biomekanik, sehingga menyebabkan pasien mengalami fraktur.
Pemeriksaan yang pertama kali dilakukan selain memperhatikan aman
penolong, aman lingkungan serta aman pasien adalah dengan
memperhatikan atau memeriksa adanya gangguan pada ABC (airway,
breathing, circulation) dan mengatasinya. (Ambulans Gawat Darurat
118,
2018)
b. Pengkajian Sekunder
Dalam melakukan pengkajian harus menggerakan semua indra dan
tenaga untuk melakukan pengkajian secara cermat baik melalui
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik untuk menggali data akurat
meliputi (Kasiati & Rosmalawati, 2016).
1) Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat,
penanggung jawab, dll 2) Riwayat kesehatan :
a) Keluhan utama
b) Riwayat kesehatan sekarang
c) Riwayat Kesehatan lalu
d) Riwayat Kesehatan Keluarga 3) Pemeriksaan fisik :
a) Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia,
penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai, berdesis.
b) Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
c) Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
d) Jantung : bradikardi, hipertensi
e) Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial
obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler
f) Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus
g) Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Pola Napas Tidak Efektif
b. Hipervolemia
c. Nyeri Kronik
d. Defisit Nutrisi
e. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif
f. Risiko Jatuh. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil

1. Pola Napas Tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas


Efektif intervensi keperawatan, Observasi
maka diharapkan pola 1. Monitor pola napas
napas membaik. Dengan (frekuensi, kedalaman,
kriteria hasil: usaha napas)
1. Diapenea menurun 2. Monitor bunyi napas
tambahan
Terapeutik
2. Penggunaan otot 3. Lakukan penghisapan
bantu napas menurun lender kurang dari 15
3. Ortopnea menurun detik
4. Frekuensi napas 4. Berikan oksigen, jika
membaik perlu
5. Kedalaman napas
membaik

Pemantauan Respirasi
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya
napas
2. Monitor pola napas (mis.
Bradypnea, takipnea,
hiperventilasi)
3. Monitor adanya sumbatan
jalan napas
4. Auskultasi bunyinapas
5. Monitor saturasi oksigen
6. Monitor nilai AGD
Terapeutik
7. Atur interval pemantauan
repirasi sesuai kondisi
pasien
8. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
9. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
10. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu.
2. Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia
intervensi keperawatan, Observasi
maka diharapkan 1. Periksa tanda dan gejala
keseimbangan cairan hypervolemia
meningkat. Dengan 2. Identifikasi penyebab
kriteria hasil: hypervolemia
1. Keluaran urin 3. Monitor status dinamik,
meningkat jika perlu
2. Edema menurun 4. Monitor intake dan output
3. Tekanan darah cairan
membaik 5. Monitor tanda
4. Tekanan arteri hemokonsentrasi
ratarata membaik 6. Monitor kecepatan infus
5. Berat badan secara ketat
membaik 7. Monitor efek samping
. diuretik
Terapeutik
8. Batasi asupan cairan dan
garam
Edukasi
9. Anjurkan melapor jika BB
bertambah > 1 kg dalam
sehari
10. Ajarkan cara mengukur
dan mencatat asupan dan
keluaran cairan
11. Ajarkan cara membatasi
cairan
Pemantauan Cairan
Observasi
1. Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi napas
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor waktu pengisian
kapiler
5. Monitor jumlah dan,
warna dan berat jenis
urinidentifikasi tandatanda
hypervolemia
6. Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
7. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
8. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
9. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
10. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu.
3. Nyeri Kronik Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
intervensi keperawatan, Observasi
maka diharapkan tingkat 1. Identifikasi lokasi,
nyeri menurun. Dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil: frekuensi,kualitas,itensitas
nyeri
1. Kemampuan 2. Identifikasi skala nyeri
menentukan aktivitas 3. Identifikasi respon nyeri
meningkat non verbal
2. Keluhan nyeri 4. Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
3. Meringis menurun memperingan nyeri
4. Gelisah menurun
5. Identifikasi pengaruh nyeri
5. Kesulitan diri
pada kualitas hidup
menurun
6. Monitor efek samping
6. Diaphoresis menurun
penggunaan analgetik
7. Anoreksia menurun
Terapeutik
8. Pupil dilatasi
7. Control lingkungan yang
menurun
memperberat nyeri
9. Muntal menurun
8. Fasilitasi istirahat dan
10. Mual menurun
tidur Edukasi
11. Frekuensi nadi
9. Jelaskan penyebab,
membaik
periode, dan pemicu yeri
12. Tekanan darah
10. Jelaskan strategi
membaik
meredakan nyeri
13. Pola napas membaik
Kolaborasi
14. Nafsu makan
11. Kolaborasi pemberian
membaik analgetic, jika perlu
15. Pola tidur membaik

4. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


intervensi keperawatan, Observasi
maka diharapkan status 1. Identifikasi status nutrisi
nutrisi. Dengan kriteria
hasil: 2. Identifikasialergi dan
intoleransi makanan
1. Porsi makan yang 3. Identifikasi kebutuhan
dihabiskan kalori dan jenis nutrient
meningkat 4. Identifikasi perlunya
2. Perasaan cepat penggunaan selang
kenyang menurun nasogastric
3. Berat badan 5. Monitor asupan makanan
membaik 6. Monitor berat badan
4. Indeks massa tubuh 7. Monitor hasil pemeriksaan
membaik laboratorium
5. Frekuensi makan Terapeutik
membaik 8. Lakukan oral hygiene, jika
6. Nafsu makan perlu
membaik 9. Berikan makanan tinggi
7. Membran mukosa serat untuk mencegah
membaik. konstipasi
10. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi
11. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
Kolaborasi
12. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlahkalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.
5. Risiko Perfusi Jaringan Setelah dilakukan Manajemen Peningkatan
Serebral Tidak Efektif intervensi keperawatan, Tekanan Intrakranial
Observasi
maka diharapkan perfusi
1. Identifikasi penyebab
serebral membaik. peningkatan tekanan TIK
Dengan kriteria hasil:

1. Tingkat kesadaran 2. Monitor tanda dan gejala


meningkat peningkatan TIK
2. Kognitif meningkat 3. Monitor status pernapasan
3. Tekanan intra kranial 4. Monitor intake dan output
menurun cairan
4. Sakit kepala menurun 5. Monitor cairan
5. Gelisah menurun serebrospinalis
6. Agitasi menurun Terapeutik
7. Demam menurun 6. Minimalkan stimulus
8. Nilai rata-rata dengan menyediakan
tekanan darah lingkungan yang tenang
membaik 7. Berikan posisi semi fowler
9. Kesadaran membaik 8. Cegah terjadinya kejang
10. Refleks saraf 9. Atur ventilator agar
PaCO2 optimal

Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti konvulsan,
jika perlu
11. Kolaborasi pelunak tinja,
jika perlu.
6. Risiko Jatuh Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh
intervensi keperawatan, Observasi
maka diharapkan tingkat 1. Identifikasi faktor risiko
jatuh menurun. Dengan jatuh
kriteria hasil:

1. Jatuh saat berdiri 2. Identifikasi faktor


menurun lingkungan yang
2. Jatuh saat berjalan meningkatkan risiko jatuh
menurun 3. Hitung risiko jatuh dengan
3. Jatuh saat menggunakan skala
dipindahkan Terapeutik
menurun 4. Orientasikan ruangan pada
4. Jatuh saat kekamar pasien dan keluarga
mandi menurun 5. Pasang hendrail tempat
5. Jatuh saat naik tidur
tangga menurun. 6. Atur tempat tidur mekanis
pada posisi terendah
Edukasi
7. Anjurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan bantuan
untuk berpindah
8. Anjurkan menggunakan
alas kaki yang tidak licin
9. Ajarkan cara
menggunakan
belpemanggil untuk
memanggil perawat.
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018), dan
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)

C. KAJIAN ISLAMI TENTANG PENYAKIT


Islam sebagai sebuah ajaran yang tidak hanya mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur bagaiamana hubungan manusia
dengan sesama manusia yang mencakup segala aspek kehidupan termasuk
penyakit ataupun permasalahan kesehatan. Kitab pengobatan dalam Shahib al-
Bukhari merefleksikan pandangan imam al-Bukhari tentang kesehatan dan
pengobatan dalam islam.
Pada abad IX Hijriah ilmu dan sistem medis diperkenalkan dan
dikembangkan secara luas oleh umat islam, dimulai dari hadis Nabi
Muhammad SAW terkait kesehatan dan perobatan dalam cakupan dan
wawasan yang lebih luas dan mendalam dengan mencermati perkembangan
kemajuan ilmu kesehatan dan kedokteran pada waktu itu.
Imam al-Bukhari menyadari bahwa dalam kesehatan terdapat tiga gris
besar, yaitu promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan langkah-langkah
pencegahan penyakit. Pelestarian kesehatan harus menjadi tujuan utama semua
petugas dan pelayan kesehatan. Sepanjang sejarah peradaban islam, tuga utama
sistem medis adalah mempertahankan kesehatan ketimbang menyembuhkan
penyakit atau pemulihan kesehatan.
Ini sejalan dengan tujuan hukum islam yang menyatakan bahwa menjaga
kesehatan lebih baik daripada menanggulangi penyakit. Peringatan dan
kehatihatian terhadap penyakit juga telah dikenal luas sejak masa hidup
Nabiullah Muhammad SAW. Rasulullah menasehati masyarakat agar
menghindari penyakit (mis. Lepra) sebagaiamana mereka merakian diri daro
singa.
Dizaman Nabi, para sahabat sukses menyembuhkan berbagai penyakit
tanpa menguasi pengetahuan dan teknologi medis seperti hari ini karena
sematamata mengamalkan arahan Nabi Muhammad SAW dengan
menggunakan upaya seperti mengonsumsi madu, berbekam (hijamah),
memberikan ramuan herbal untuk menghentikan perdarahan dan mencegah
infeksi. (Nurhayati, 2016)
D. PENYIMPANGAN KDM (Nurarif & Kusuma, 2016)

Faktor risiko

Pertumbuhan sel
otak abnormal

Tumor otak

Massa dalam otak


bertambah

Penekanan jaringan Mengganggu


otak terhadap spesifik bagian otak
sirkulasi darah dan tempat tumor
O2

Timbul manifestasi
Obstruksi sirkulasi Penurunan suplai klinik / gejala local
cairan serebrospinal O2 kejaringan otak sesual fokal tumor
dari ventrikel lateral akibat obstruksi
ke sub arachnoid sirkulasi otak
Tumor di
cerebellum,
Hidrochepalus Hipoksia cerebral hipotalamus,
fossaposterior

Kerusakan aliran Tubuh melakukan


darah ke otak kompensasi dengan
mempercepat
Perpindahan cairan pernapasan
intravaskuler
kejaringan serebral Risiko Perfusi
Pola Napas Tidak
Serebral Tidak
Efektif
Efektif
Peningkatan volume
intracranial

Hipervolemia
Kompensasi dengan
cara
1. Penurunan
volume darah
intracranial
2. Penurunan
volume cairan
cerebrospinal
Kematian 3. Penurunan
kangan cairan
intrasel
Herniasi cerebral 4. Mengurangi sel-
sel parenkim
Bergesernya ginus
medialis labis
Tidak
temporal ke inferion Nyeri Kronik
terkompensasi
melalui insisura
tentorial Kompresi
subkortikal &
Obstruksi system batang otak
cerebral, obstruksi
Statis vena serebral
drainage vena Kehilangan auto
retina,tumor pada regulasi serebral
Subkortikal tertekan
lobus oksipital

Suhu tubuh Iritasi pusat vegal


Papil edema meningkat dimedulaoblongata

Kompresi saraf Muntah


Hipertermia
optic (N.III/IV)

Deficit Nutrisi
Gangguan
penglihatan

Risiko Jatuh
DAFTAR PUSTAKA

Ghozali, M., & Sumarti, H. (2021). Pengobatan Klinis Tumor Otak Pada Orang
Dewasa. Jurnal PHI : Jurnal Pendidikan Fisika Dan Fisika Terapan, 2(1),
1–
14. https://doi.org/ISSN: 2549-7162

Kasiati, & Rosmalawati, N. W. D. (2016). KEBUTUHAN DASAR MANUSIA 1.


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PRAKTIS


BERDASARKAN PENERAPAN DIAGNOSA NANDA, NIC, NOC DALAM
BERBAGAI KASUS (Jilid 1). Mediacion Publishing.

Nurhayati. (2016). Kesehatan DanPerobatan Dalam tradisi Islam : Kajian kitab


Shahih Al-Bukhari. Jurnal Ilmu Syariah, 14(2), 223–228.
https://doi.org/10.15408/ajis.v16i2.4452

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisidan Indikator Diagnostik (Edisi 1). DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan (Edisi 1). DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1). DPP PPNI.

Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118. (2018). BT & CLS (Basic Trauma &
Cardiac Life Support) (A. D. Puspanegoro, S. Soedarmo, R. Suhartono, & Z.
A. Isma (eds.); Edisi 7). Ambulans Gawat Darurat 118.

Yueniwati, Y. (2017). Pencitraan Pada Tumor Otak Modalitas Dan


Interpretasinya (R. Ria (ed.)). Tim UB Press.

Anda mungkin juga menyukai