Anda di halaman 1dari 12

DIAGNOSIS KESULITAN DAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP

MURID LAMBAT BELAJAR


Ulfa Danni Rosada, M.Pd
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan
rosada_ulfa@yahoo.co.id
Abstract. The failure to the learning process to reach ketuntasan material may not be
returned in one factor , but on several factors involved in the process of teaching and
learning. In the process diagnosis a learning disability what is important is finding the
difficulty and types of difficulty teaching improvements conducted by effectively. A
diagnosis is finding the a learning disability students and determine the possibility of
how to overcome by taking into account the factors that affect the success of learning
activities.
Keyword : diagnosis difficulty, early education services, slow student learning

PENGANTAR berkesulitan belajar perlu lebih dahulu


memahami hakikat kesulitan belajar
Pengertian tentang anak kesulitan
sebelum melakukan pengkajian yang lebih
belajar sangat diperlukan karena dalam
mendalam tentang penanggulangannya.
kehidupan sehari-hari sering ditemukan
adanya penggunaan istilah tersebut secara Setiap siswa pada prinsipnya
keliru. Banyak orang, termasuk sebagian berhak memperoleh peluang untuk
besar para guru, tidak dapat membedakan mencapai kinerja akademik (academic
antara kesulitan belajar, lambat, dan tuna performance) yang memuaskan. Namun
grahita. Tanpa memahami pengertian dari kenyataan sehari-hari tampak jelas
kesulitan belajar, akan sulit pula bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam
menentukan jumlah anak berkesulitan hal kemampuan intelektual, latar belakang
belajar sehingga pada gilirannya juga sulit keluarga, kebiasaan dan pendekatan
untuk membuat kebijakan pendidikan bagi belajar yang terkadang sangat mencolok
mereka. Dengan memahami kesulitan antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
belajar, jumlah dan klasifikasinya dapat
Sementara itu, penyelenggaraan
ditentukan strategi penanggulangan yang
pendidikan di sekolah-sekolah kita pada
efektif dan efisien. Penyebab kesulitan
umumnya hanya ditujukan kepada para
belajar juga perlu dipahami karena dengan
siswa yang berkemampuan rata-rata,
pengetahuan tersebut dapat dilakukan
sehingga siswa yang berkemampuan lebih
usaha-usaha preventif maupun kuratif.
atau yang berkemampuan kurang tidak
Oleh karena itu, guru bagi anak
dihiraukan. Dengan demikian, siswa-siswa putus asa yang tidak hanya berakibat buruk
yang yang berkategori di luar rata- rata itu bagi pencapaian prestasi belajar yang
(sangat pintar dan sangat bodoh) tidak optimal tetapi juga berakibat buruk bagi
mendapat kesempatan yang memadai pembentukan kepribadiannya.
untuk berkembang sesuai dengan
Oleh karena itu, guru perlu
kapasitasnya. Dari sini kemudian
memiliki pengetahuan teoritik yang dapat
timbullah apa yang disebut kesulitan
digunakan sebagai bekal dalam
belajar (learning difficulty) rendah,
menciptakan strategi pembelajaran yang
kesulitan belajar juga dapat dialami oleh
tidak hanya efektif untuk mencapau tujuan
siswa yang berkemampuan tinggi. Selain
pembelajaran tetapi juga efektif untuk
itu, kesulitan belajar juga dapat dialami
membangun kepribadian yang sehat pada
oleh siswa yang berkemampuan rata-rata
anak. Penanganan anak berkesulitan
(normal) disebabkan beberapa factor
belajar memerlukan pemahaman tentang
tertentu yang menghambat tercapainya
peran teori dalam penanganan anak
kinerja akademik yang sesuai dengan
berkesulitan belajar, prosedur diagnosis,
harapan.
hubungan antara pendidikan bagi anak
Penanganan anak berkesulitan
berkesulitan belajar dengan pendidikan
belajar yang tidak didasarkan atas landasan
pada umumnya dan berbagai teori tentang
teoritik yang dapat diandalkan mungkin
proses dan hasil belajar.
hanya tidak efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan tetapi juga menimbulkan PEMBAHASAN

kerugian bagi anak. Sebagai contoh, semua Makna Belajar


guru mengetahui bahwa motivasi dapat
Belajar adalah suatu kata yang
meningkatkan prestasi belajar anak. Guru
sudah akrab dengan semua lapisan
tersebut lupa bahwa kompetisi
masyarakat. Bagi para pelajar atau
antarindividu yang memiliki kekuatan
mahasiswa kata “belajar” merupakan kata
tidak seimbang dapat menimbulkan
yang tidak asing. Bahkas sudah merupakan
ketidakberdayaan yang dipelajari bagi
bagian yang tak terpisahkan bagi semua
yang lemah dan menimbulkan kebosanan
kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di
bagi yang terlalu kuat. Jika anak
lembaga pendidikan formal. Kegiatannya
berkesulitan belajar berada dalam kelas
pun dapat dilakukan sesuai dengan
dengan suasana belajar kompetitif
keinginan mereka, baik diwaktu pagi hari,
semacam itu maka dapat diramalkan
siang, sore, maupun pada malam hari.
bahawa mereka akan menajadi anak yang
Cronbach (dalam Djamarah : 2011) 532) dalam Makmun (2012), diagnosis
berpendapat bahwa learning is shown by dapat diartikan sebagai : (1) upaya atau
change in behavior as a result of proses menemukan kelemahan atau
experience. Belajar sebagai suatu aktivitas penyakit apa yang dialami seseorang
yang ditunjukkan oelh perubahan tingkah dengan melalui pengujian dan studi
laku sebagai hasil dari pengalaman. seksama mengenai gejala-gejalanya, (2)
Belajar adalah perubahan yang relatif studi yang seksama terhadap fakta tentang
permanen dalam perilaku atau potensi suatu hal untuk menemukan karakteristik
perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya
atau latihan yang diperkuat. yang esensial, (3) keputusan yang dicapai
setelah dilakukan suatu studi yang
Howard L. Kingskey dalam
seksama atas gejala-gejala atau fakta
(Djamarah : 2011) mengatakan bahwa
tentang suatu hal.
learning is the process by which behavior
(in the broader sense) is origanated or Pekerjaan diagnosis bukan hanya
changed through practice or training. sekedar mengidentifikasi jenis dan
Balajar adalah proses dimana tingkah laku karakteristiknya, serta latar belakang dari
(dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah suatu kelemahan atau penyakit tertentu,
melalui praktik atau latihan. melakinkan juga mengimplikasikan suatu
upaya untuk meramalkan kemungkinan
Belajar menurut Sarwono dalam
dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Khairani (2013), adalah suatu proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau Pada umumnya ‘kesulitan”
diperbaiki melalui serentetan reaksi atau merupakan suatu kondisi tertentu yang
situasi (atau rangsangan) yang terjadi. ditandai dengan adanya hambatan-
Perubahan yang terjadi dalam diri hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan,
seseorang banyak sekali baik sifat maupun sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi
jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap untuk dapat mengatasi. Menurut Mulyadi
perubahan dalam diri seseorang (2010), Kesulitan belajar dapat diartikan
marupakan perubahan dalam arti belajar. sebagai suatu kondisi dalam suatu proses
belajar yang ditandai adanya hambatan-
Makna Diagnosis Kesulitan Belajar
hambatan tertentu untuk mencapai hasil
Diagnosis, merupaka istilah teknis belajar. Hambatan-hambatan ini mungkin
yang kita adopsi dari bidang medis. disadari dan mungkin juga tidak disadari
Menurut Thorndike dan Hagen (1955:530- oleh orang yang mengalaminya, dan dapat
bersifat sosiologis, psikologis ataupun Suatu pendapat yang keliru dengan
fisiologis dalam keseluruhan proses mengatakan bahwa kesulitan belajar anak
belajarnya. didik disebabkan rendahnya inteligensi.
Karena dalam kenyataannya cukup banyak
Kesulitan belajar pada dasarnya
anak didik yang memiliki inteligensi yang
suatu gejala yang nampak dalam berbagai
tinggi, tetapi hasil belajarnya rendah, jauh
jenis manifestasi tingkah laku baik secara
dari yang diharapkan. Dan masih banyak
langsung ataupun tidak langsung. Gejala
anak didik dengan inteligensi yang rata-
ini akan nampak dalam aspek-aspek
rata normal, tetapi dapat meraih prestasi
kognitif, motoris, dan afektif baik dalam
belajar yang tinggi melebihi kepandaian
proses maupun hasil proses maupun hasil
anak didik dengan kepandaian anak didik
belajar yang dicapai.
dengan inteligensi yang tinggi. Tetapi juga
Menurut Syah (2003), diagnostik disangkal bahwa inteligensi yang tinggi
kesulitan belajar adalah langkah - langkah memberi peluang yang besar bagi anak
dalam upaya penentuan secara ilmiah jenis didik untuk meraih prestasi belajar yang
- jenis gangguan yang menyebabkan siswa tinggi. Oleh karena itu, selain faktor
gagal mencapai tujuan yang dipersyaratkan inteligensi, faktor non inteligensi juga
dalam proses pembelajaran, ditinjau dari diakui dapat menjadi penyebab kesulitan
tujuan pendidikan, kedudukan dalam belajar bagi anak didik dalam belajar.
kelompok, perbandingan antara potensi (Djamarah :2011).
dengan prestasi, dan kepribadiannya, agar
Menurut Mulyadi (2010) ada ciri-
perbaikannya dapat dilakukan secara
ciri tingkah laku yang merupakan
efektif.
pernyataan manifestasi gejala kesulitan
Disetiap sekolah dalam berbagai belajar adalah : (1) menunjukkan hasil
jenis dan tingkatan pasti memiliki anak belajar yang rendah dibawah rata-rata nilai
didik yang berkesulitan belajar. Masalah yang dicapai oleh kelompoknya atau di
yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh bawah potensi yang dimiliki, (2) hasil
sekolah modern di perkotaan, tapi juga yang dicapai tidak seimbang dengan usaha
dimiliki oleh sekolah tradisional di yang telah dilakukan, (3) lambat dalam
pedesaan dengan segala keminiman dan melakukan tugas-tugas kegiatan belajar,
kesederhanaannya. Hanya yang (4) menunjukkan sikap yang kurang ajar
membedakannya pada sifat, jenis, faktor seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-
penyebabnya. pura, dusta (5) menunjukkan tingkah laku
yang kurang wajar seperti membolos, ada faktor ektern yang berpengaruh
datang terlambat, tidak tertib dalam terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan
kegiatan belajar mengajar, mengasingkan menjadi tiga faktor, yaitu: (1) faktor
diri, dan lain sebagainya (6) menunjukkan keluarga, siswa yang belajar akan
sikap emosional yang kurang wajar, seperti menerima pengaruh dari keluarga berupa :
pemurung, mudah tersinggung, pemarah, cara orangtua mendidik, relasi antara
dan lain-lain. anggota keluarga, suasana rumah tangga
dan keadaan ekonomi keluarga (2) Faktor
Penyebab Kesulitan Belajar
sekolah, faktor sekolah yang
Banyak sudah para ahli yang mempengaruhi belajar ini mencakup
mengemukakan faktor-faktor penyebab metode mengajar, kurikulum, relasi guru
kesulitan belajar dengan sudut pandang dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
mereka masing-masing. Ada yang disiplin sekolah, pelajaran dan waktu
meninjaunya dari sudut intern anak didik sekolah, standar pelajaran, keadaan
dan ektern anak. Faktor intern adalah gedung, metode belajar dan tugas rumah
faktor yang ada dalam diri individu yang (3) faktor masyarakat, membahas tentang
sedang belajar, sedangkan faktor ektern kegiatan siswa dalam masyarakat, mass
adalah faktor yang ada di luar individu. media, teman bergaul bentuk kehidupan

Slameto (2013), misalnya masyarakat.

melihatnya dari kedua aspek tersebut. Menurut Syah (2000) fenomena


Menurutnya faktor-faktor anak didik kesulitan belajar seorang siswa biasanya
meliputi gangguan atau kekurangpahaman tampak jelas dari menurunnya kinerja
psiko-fisik anak didik, yakni faktor intern akademik atau prestasi belajarnya. Namun,
ini akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu kesulitan belajar juga dapat dibuktikan
faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan dengan munculnya kelainan perilaku
faktor kelelahan. (1) Faktor jasmaniah, ada (misbehavior) siswa seperti kesukaan
dua faktor yakni faktor kesehatan dan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik
cacat tubuh, (2) faktor psikologis , teman, berkelahi, sering tidak masuk
sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang sekolah, dan sering minggat dari sekolah.
tergolong kedalam faktor psikologis yang Secara garis besar, faktor-faktor penyebab
mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua
adalah inteligensi, perhatian, bakat, minat, macam, yakni : (1). Faktor Intern, meliputi
motif kematangan dan kelelahan. Selain itu gangguan atau ketidakmampuan psiko-
fisik siswa seperti yang bersifat kognitif motivasi; (4) situasi pribadi (emosi); (5)
(ranah cipta), yang bersifat afektif (ranah faktor jasmaniah; (6) faktor bawaan,
rasa), yang bersifat psikomotor (ranah seperti buta warna, kidal, dan cacat tubuh.
karsa). (2) Faktor ekstern, meliputi semua Faktor eksternal meliputi: (1) faktor
situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang lingkungan sekolah seperti, sikap guru,
tidak mendukung aktivitas belajar siswa cara mengajar, situasi soaial, ruang belajar
seperti lingkungan keluarga, lingkungan dan waktu belajar; (2) situasi dalam
perkampungan/masyarakat, lingkungan keluarga siswa, sikap orang tua dan (3)
sekolah. lingkungan sosial (Natawidjaja, 1984).

Selain itu faktor-faktor yang Perubahan yang terjadi itu sebagai


bersifat umum tersebut, ada pula faktor- akibat dari kegiatan belajar yang telah
faktor lain yang juga menimbulkan dilakukan oleh individu. Perubahan itu
kesulitan belajar siswa. Diantara faktor- adalah hasil yang telah dicapai dari proses
faktor lain yang dapat dipandang sebagai belajar. Jadi untuk mendapatkan hasil
faktor khusus ini ialah sindrom psikologis belajar dalam bentuk “perubahan” harus
berupa learning disability melalui proses tertentu yang dipengaruhi
(ketidakmampuan belajar). Sindrom yang oleh faktor dari dalam diri individu dan di
berarti satuan gejala yang muncul sebagai luar individu. Proses disini tidak dapat
indikator adanya keabnormalan psikis dilihat karena bersifat psikologis. Kecuali
yang menimbulkan kesulitan belajar itu bila seseorang telah berhasil dalam
ialah (1) disleksia, ketidakmampuan berhasil , maka seseorang itu telah
belajar membaca (2) disgrafia, yakni mengalami proses tertentu dalam belajar.
ketidakmampuan belajar menulis, (3) Oleh karena itu, proses belajar telah terjadi
diskalkulia, yakni ketidakmampuan belajar dalam diri seseorang hanya dapat
matematika. Kesulitan belajar siswa yang disimpulkan dari hasilnya, karena aktivitas
menderita sindrom-sindrom tadi mungkin belajar yang telah dilakukan.
hanya disebabkan oleh adanya minimal
Murid Lambat Belajar
brain dysfunction, yaitu gangguan ringan
pada otak. Murid lambat belajar (Slow
Learner) adalah sekelompok murid di
Penyebab kesulitan belajar dapat
sekolah yang perkembangan belajarnya
berasal dari faktor internal dan eksternal.
lebih lambat dibandingkan dengan
Faktor internal meliputi: (1) intelegensi;
perkembangan rata-rata teman seusianya.
(2) kurangnya bakat khusus; (3) kurangnya
Murid lambat belajar berbeda dengan untuk menguraikan, menganalisis atau
murid yang prestasi belajarnya rendah memecahkan suatu persoalan atau berpikir
(under achiever). Murid lambat belajar kritis, (11) tidak mempunyai kesanggupan
perkembangan atau prestasi belajarnya untuk menggunakan proses mental yang
lebih rendah dari rata-rata karena tinggi.
mempunyai kemampuan kecerdasan yang
Pengajaran Remedial
lebih rendah dari rata-rata. Sedangkan
murid yang berprstasi rendah (under Pengajaran remedial sebagi suatu

achiever) prestasi belajarnya lebih rendah bentuk khusus pengajaran bertujuan

dari rata-rata, tetapi kemampuan memperbaiki sebagian atau seluruh

kecerdasannya normal atau mungkin lebih kesulitan belajar yang dihadapi oleh murid.

tinggi (Mulyadi, 2010). Perbaikan diarahkan untuk mencapai hasil


belajar yang optimal sesuai dengan
Ciri-ciri lambat belajar
kemampuan masing-masing melalui
diidentifikasikan sebagai berikut : (1)
perbaikan keseluruh proses belajar
kemampuan kecerdasan rendah atau di
mengajar dan keseluruhan kepribadian
bawah rata-rata, (2) perhatian dan
murid. Tujuan pengajaran remedial
konsentrasinya terbatas, (3) terbatasnya
sebenarnya tidak berbeda dengan tujuan
kemampuan untuk menilai bahan-bahan
pengajaran pada umumnya, yaitu agar
pelajaran yang relevan, (4) terbatasnya
murid dapat mencapai prestasi belajar
kemampuan untuk mengarahkan diri, (5)
sesuai dengan tujuan yang telah
terbatasnya kemampuan mengabstraksi
ditetapkan. Secara khusus pengajaran
dan menggeneralisasi yang membutuhkan
remedial bertujuan agar murid yang
pengalaman-pengalaman konkret, (6)
mengalami kesulitan belajar dapat
lambat dalam melihat dan menciptakan
mencapai prestasi belajar yang diharapkan
hubungan antara kata dan pengertian, (7)
melalui proses penyembauhan atau
sering mengalami kegagalan dalam
perbaikan, baik dari segi proses belajar
mengenal kembali hal-hal yang telah
mengajar maupun kepribadian murid
dipelajari dalam bahan dan situasi baru, (8)
(Mulyadi, 2010).
waktu untuk mempelajari dan
menerangkan pelajaran cuku lama, akan Pengajaran remedial mempunyai

tetapi tidak dapat bertahan lama dalam fungsi yang amat pendting dalam

ingatannya, (9) kurang mempunyai daya keseluruhan proses belajar mengajar.

cipta, (10) tidak mempunyai kesanggupan Adapun beberapa fungsi pengajaran


remedial tersebut adalah (1) fungsi Fungsi pengayaan, dimaksudkan
korektif, (2) fungsi penyesuaian, (3) fungsi agar pengajaran remedial dapat
pemahaman, (4) fungsi pengayaan, (5) memperkaya proses belajar mengajar.
fungsi terapeutik, (6) fungsi akselerasi. Bahan pelajaran yang tidak disampaikan
dalam pengajaran reguler, dapat diperoleh
Fungsi korekstif, artinya melalui
melalui pengajaran remedial.
pengajaran remedial dapat diadakan
pembentukan atau perbaikan terhadap Fungsi akselerasi, adalah
sesuatu yang dianggap masih belum pengajaran remedial yang bertujuan agar
mencapai apa yang diharapkan dalam dapat mempercepat proses belajar baik
keseluruhan proses belajar mengajar. dalam arti waktu maupun materi.

Fungsi penyesuaian, artinya agar Mulyadi (2010), Pengajaran


dapat membantu murid untuk remedial adalah salah satu tahapan
menyesuaikan dirinya terhadap tuntutan kegiatan utama dalam keseluruhan pola
kegiatan belajar. Murid dapat belajar layanan bimbingan dan merupakan
sesuai dengan keadaan dan kemampuan rangkaian kegiatan lanjutan logis dan
pribadinya sehingga memiliki peluang usaha diagnosa kesulitan belajar. Adapun
besar untuk memperoleh prestasi belajar prosedur pengajaran remedial itu sendiri
yang lebih baik. yakni : (1) Penelaahan kembali kasus
dengan permasalahannya, (2) Menentukan
Fungsi pemahaman, adalah agar
alternatif pilihan, (3) Layanan Bimbingan
pengajaran remedial memungkinkan guru,
dan Konseling, (4) Melaksanakan
murid, dan pihak-pihak lain dapat
pengajaran remedial, (5) Mengadakan
memperoleh pemahaman yang lebih baik
pengukuran prestasi belajar murid, (6)
terhadap pribadi murid. Demikian pula
Mengadakan reevaluasi dan rediagnosis.
murid diharapkan dapat lebih memahami
dirinya dan segala aspeknya. Begitu pula Penelaahan kembali kasus dengan
guru dan pihak-pihak lainnhya dapat lebih permasalahannya. Sasaran pokok langkah
memahami akan keadaan pribadi murid. ini untuk memperoleh gambaran yang
definit fasilitas alternatif tindakan remedial
yang direkomendasikan, sesuai dengan
sasaran pokok tersebut maka kegiatan di
dalam langkah ini difokuskan kepada suatu
analisis rasional atau hasil diagnosis yang
telah dilakukan atau rekomendasi yang tercapainya peningkatan prestasi belajar
diterima dari pihak lain (guru, petugas BK, dan kemampuan penyesuaian diri sesuai
dan sebagainya). dengan kriteria keberhasilan yang
ditetapkan.
Menentukan alternatif pilihan.
Sasaran pokok kegiatan yang dilakukan Mengadakan pengukuran prestasi
dalam tahapan ini adalah membuat suatu belajar murid. Setelah pengejaran remedial
keputusan pilihan alternatif mana yang selesai dilaksanakan, maka perlu dideteksi
harus ditempuh berdasarkan pertimbangan ada atau tidaknya perubahan pada diri
rasional yang cermat. Dalam proses kasus. Oleh karena itu perlu diadakan
pengambilan keputusan ini ada beberapa pengukuran kembali. Hasil pengukurannya
prinsip-prinsip seperti : (1) efektivitas, akan memberikan informasi seberapa jaug
dalam arti lebih berorientasi untuk perubahan telah terjadi. Disarankan
tercapainya tujuan pengajaran remedial instrumen yang digunakan pada langkah
yang diharapkan, (2) efisiensi, dalam arti ini sama dengan yang digunakan pada
lebih mementingkan usaha dan fasilitas waktu post test proses belajar mengajar
sedikit mungkin dengan hasil yang utama.
diharapkan sebanyak mungkin, (3)
Mengadakan reevaluasi dan
keserasian.
rediagnosis. Hasil penafsiran dan
Layanan bimbingan dan konseling. pertimbangan akan menghasilkan tiga
Sasaran pokok yang hendak dicapai dalam kemungkinan kesimpulan, yakni : (1)
layanan ini adalah terciptanya kesehatan Menunjukkan peningkatan prestasi dan
mental kasus, dalam arti ia terbebas dari kemampuan penyesuaian dengan mencapai
hambatan dan ketegangan batin untuk kriteria keberhasilan minimum seperti
kemuadian siap sedai kembali melakukan yang diharapkan, (2) Menunjukkan
kegiatan belajar secara wajar dan realistis. peningkatan prestasi dan kemampuan
Pada batas-batas tertentu langkah ini dapat penyesuaian diri, namun belum
ditangani guru, namun mungkin sepenuhnya memadai, sesuai dengan
diperlukan bantuan dan kerjasama dengan kriteria keberhasilan minimum yang
pihak-pihak lain yang labih ahli (misalnya diharapkan, (3) Belum menunjukkan
guru BK, psikolog, dokter, dan lain-lain). perubahan yang berarti baik dalam segi
prestasi maupun kemampuan penyesuaian
Melaksanakan pengajaran
diri.
remedial. Sasaran pokoknya adalah
Langkah-Langkah Diagnosis dan berdasarkan besarnya selisih nilai yang
Pemecahan Kesulitan Belajar diperoleh siswa dengan nilai batas lulus.

Untuk dapat mengidentifikasi Penilaian acuan norma, dapat


siswa yang diperkirakan mengalami dilakukan melalui langkah-langkah : (1)
kesulitan belajar dapat dilakukan dengan mencari atau menghitung nilai rata-rata
cara : (1) Mengenali kesulitan belajar atau kelompok, (2) menandai siswa yang
siswa melalui analisis perilaku, seperti nilai prestasinya dibawah rata-rata prestasi
cepat lambatnya menyelesaikan tugas, kelas, (3) menentukan prioritas bantuan.
ketekunanserta kehadiran dalam mengikuti
Langkah-langkah diagnosis
pelajaran, partisipasi dalam mengerjakan
menurut Mulyadi (2010), adalah (1)
tugas kelompok, partisipasi dan kontribusi
Identifikasi murid yang mengalami
dalam pemecahan masalah, kemampuan
kesulitan belajar, (2) Melokalisasi jenis
kerjasa sama dan penyesuaian sosial, (2)
dan sifat kesulitan belajar, (3)
Mengenali kesulitan belajar melalui
Memperkirakan sebab-sebab kesulitan
analisis prestasi belajar, dalam
belajar, (4) Proses pemecahan kesulitan
mengidentifikasi siswa yang mengalami
belajar.
kesulitan belajar dapat dilakukan dengan
menghimpun, menganalisis, dan Wardati (2011) langkah-langkah

menafsirkan data hasil belajar dapat dalam melakukan diagnosis yaitu : (1)

dipergunakan alternatif acuan penilaian Melokalisasi letak kesulitan belajar, (2)

yakni penilaian acuan patokan dan Menemukan faktor penyebab kesulitan

penilaian acuan norma (Wardati dan belajar. Langkah-langkah melakukan

Jauhar, 2011). prognosis, yaitu : (1) memperkirakan


alternatif bantuan, (2) menetapkan
Penilaian acuan patokan, dapat
kemungkinan cara mengatasi kesulitan
dilakukan melalui langkah-langkah : (1)
belajar (3) tindak lanjut.
menentukan angka minimal sebagai batas
lulus, (2) membandingkan nilai setiap Layanan Bimbingan Belajar

siswa dengan nilai batas lulus yang telah Praktik layanan bimbingan belajar
ditetapkan tadi, (3) mencatat atau kepada peserta didik amatlah penting
mengidentifikasi siswa yang memperoleh mengingat tujuan akhirnya dari suatu
nilai di bawah nilai batas lulus sebagai pembelajaran adalah mengarahkan peserta
siswa yang mengalami kesulitan belajar, didik agar mampu belajar mandiri demi
(4) menentukan prioritas bantuan kesuksesan peserta didik itu sendiri di
masa mendatang. Adapun layanan hasil belajar yang telah dicapai dan
bimbingan belajar dapat diberikan melalui informasi lainnya, (5) observasi kegiatan
dua pendekatan yakni (1) pendekatan siswa dalam belajar (Wardati, 2011)
individual, (2) pendekatan kelompok.
SIMPULAN
Jenis layanan bimbingan belajar,
Kesulitan belajar pada dasarnya
yakni : (1) Non psikologis melalui
suatu gejala yang nampak dalam berbagai
perbaikan cara belajar siswa dan perbaikan
jenis manifestasi tingkah laku baik secara
cara mengajar guru, (2) Psikologis melalui
langsung ataupun tidak langsung. Gejala
peningkatan motivasi belajar, penanaman
ini akan nampak dalam aspek-aspek
prinsip-prinsip belajar.
kognitif, motoris, dan afektif baik dalam
Kegiatan pendukung dalam proses maupun hasil proses maupun hasil
bimbingan belajar, yaitu aplikasi belajar yang dicapai. Murid lambat belajar
intrumentasi, himpunan data, konferensi (Slow Learner) adalah sekelompok murid
kasus, kunjungan rumah, alih tangan di sekolah yang perkembangan belajarnya
kasus. Sedangkan materi yang dapat lebih lambat dibandingkan dengan
diberikan pada layanan bimbingan belajar perkembangan rata-rata teman seusianya.
antara lain : peningkatan motivasi belajar Murid lambat belajar berbeda dengan
siswa, peningkatan keterampilan belajar, murid yang prestasi belajarnya rendah
pengembangan sikap dan kebiasaan belajar (under achiever). Murid lambat belajar
yang baik dan pengajaran perbaikan. perkembangan atau prestasi belajarnya
lebih rendah dari rata-rata karena
Setelah siswa mendapatkan
mempunyai kemampuan kecerdasan yang
bantuan, guru bimbingan dan konseling
lebih rendah dari rata-rata.
atau konselor seyogyanya melaksanakan
tindak lanjut layanan bimbimbingan Daftar Pustaka
belajar. Seperti : (1) mengetes kembali
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi
hasil belajar siswa dalam bidang studi
Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta
yang dianggap sulit, (2) melakukan
wawancara dengan siswa yang Khairani, Makmun. 2013. Psikologi

bersangkutan untuk mengetahui pendapat Umum. Yogyakarta : Aswaja Pressindo

siswa tentang kesulitannya, (3) wawancara


dengan guru dan orangtua mengenai
perubahan yang terjadi, (4) menganalisis
Makmun, Abin Syamsuddin. 2012. Natawidjaja, R. (1984). Pengajaran
Psikologi Kependidikan Perangkat Remedial. Jakarta: Depdikbud
Sistem Pengajaran Modul. Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor
Bandung : PT. Remaja RosdaKarya Yang Mempengaruhinya. Jakarta :
PT. Rineka Cipta
Mulyadi, 2010. Diagnosis Kesulitan
Belajar dan Bimbingan Terhadap Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi
Kesulitan Belajar Khusus. Pendidikan dengan Pendekatan
Yogyakarta : Nuha Litera. Baru. Bandung : PT. Remaja
RosdaKarya

Anda mungkin juga menyukai