Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“Pancasila sebagai etika”


Dosen pengampu: Muslimin, S.Pd, M.Pd.

Disusun oleh :

1. Rafa’ Nafisah Zahra


2.Iffatul Kamaliyah
3. Puput Zunaidah
4. Nimas Luluk Farida

Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama’

Jalan manunggal Nomor 10-12, Sukolilo Kec. Tuban Kab.Tuban, jawa timur
Telp. ( 0356)331572

Tahun 2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan tak
lupa pula kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pancasila
yang membahas tentang “Pancasila Sebahai Etika”. Dan kami juga berterima kasih kepada
Bapak Muslimin, S.Pd, M.Pd. Selaku dosen mata kuliah pancasila di institut agama islam
nahdhatul ulama’ yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Adapun makalah Pancasila Sebagai Etika telah kami usahakan semaksimal mungkindan
tentunya dengan bantuan berbagai referensi buku dan referensi internet, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak
terima kasih kepada seluruh referensi-referensi yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai peranan Pancasila Sebagai Eika di indonesia, khususnya
bagi penulis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapatkekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat dimasa yang akan
datang,mengingattidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacannya.
Sekirannya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Hormat

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................2


DAFTAR ISI ..............................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................4
1.1 Latar Belakang ................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................4
1.3 Tujuan .............................................................................................4
BAB II. PEMBAHASAN ..........................................................................5

2.1 Pengertian etika.................................................................................5

2.2 Pancasila Sebagai sistem etika……………......................................7

2.3 Perlunya Pancasila Sebagai Sistem Etika......................................8

2.4 Pancasila Sebagai Etika Politik Indonesia..............................9

2.5 Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Etika.....10

BAB III. PENUTUP .................................................................................11

Kesimpulan .....................................................................................11
Daftar Pustaka ................................................................................12

3
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Nilai norma dan moral adalah konsep-konsep yang saling terkait. Dalam hubungannya
dengan pancasila maka ketigannya akan memberikan pemahaman yang saling melengkapi
sebagai sistem etika.
Pancasila sebagai suatu sistem falsafat pada hakikatnya merupakan sutu sistem nilai yang
menjadi sumber dari penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun norma
kenegaraan lainnya. Disamping itu, terkadang pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis,
mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif. oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat
adalah suatu nilai-nilai yang mendasar yang memberikan landasan dalam hidup
bermasayarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersikap praktis atau kehidupan
nyata dalam bermasyarakat, berbangsa dan Negara maka diwujudkan dalam norma-norma
yang kemudian menjadi pedoman. Norma-norma itu meliputi:
1.nilai : yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik dan
buruk, sopan atau tidak sopan susila atau tidak susila.

Norma hukum : sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku pada suatu tempat
dan waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum. Dalam pengertian itulah pancasila
berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Dengan demikian, pancasila pada hakikatnya bukan merupakan sesuatu pedoman yang
lagsung bersifat normatif ataupum praktis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika
yang merupan sumber norma.
Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari pancasila sebagai etika?
2. Apa sajakah nilai-nilai pancasila yang merupakan sila pancasila?
3. Apasajakah etika kehidupan berbangsa?
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pancasila sebagai etika.
2.Untuk mengetahui dan memahami nilai-nilai dari sila pancasila.
3.Untuk mengetahui etika kehidupan berbangsa.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian etika

Dalam bentuk tunggal, etika berasal dari bahasa yunani kuno “ethos”. Dalam bentuk jamak
“ta etha” artinya adat kebiasaan. Istilah etika beararti ilmu tentang apa yang bisa
dilakukan,atau ilmu tentang adat kebiasaan(bertens, 2007:4).

Etik diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, bisa juga
diartikan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Sedangkan etika adalah ilmu tentang yang baik dan yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral/akhlak.(Ali, 1996:271).

Salam (1975:1) mendefinisikan etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai dan nilai moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya. Selanjutnya ia juga
mengartikan bahwa etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan moral
yang menentukandan terwujud dalam sikap dan pola prilaku hidup manusia, baik secara
pribadi maupun secara kelompok.

Pada dasarnya menurut Salam (1997:6) etika memberi manusia orientasi bagaimana ia
menjalani hidupnya melalui rangkaian kehidupan sehari-hari. Tepat menjalani hidup ini.
Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tenang tindakan apa yang
perlu kita lakukan.

Secara garis besar etika di bagi dua, yaitu etika umum dan etika khusus (1997:7). Etika
umum membicarakan tentang kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis,
bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral
dasar yang menjadi pegangan dalam bertindak serta tolak ukur dalam minilai baik atau
buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogkan dengan ilmu pengetahuan, yang
membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori. Sedangkan etika khusus merupakan
penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehudupan yang khusus.

Etika khusus dibagi menjadi dua, yaitu: etika individual (yang menyangkut kewajiban
dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri), dan etika sosial (yang menyangkut kewajiban,
sikap dan pola prilaku manusia sebagai anggota umat manusia).

Etika soaial menyangkut etika terhadap sesama, etika keluarga, etika profesi, etika
politik, etika lingkungan hidup, kritik terhadap ideologi, dll. Yang termasuk etika profesi
misalnya etika bisnis, etika paramedis, etika hukum, etika guru/dosen, etika pekerja sosial,
etika wartawan ABRI dll.

Jika etika berhubungan dengan moralitas maka istilah “etika” dapat dilakukan menjadi
bermacam-macam pendekatan untuk memahaminya yaitu etika deskriptif, etika normatif,
metaetika.

5
1. Etika deskriptif yaitu bidang etika yang berusaha menjelaskan pengalaman secara
deskriptif melukiskan dan tidak memberikan penilaian. Uraianya dilakukan dengan
melalui gambaran-gambaran untuk menjelaskan nilai baik-buruk, susila tidak susila,
dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial.

2. Etika normatif yaitu membahas tentang pengembangan yang dapat diterima, tentang apa
yang harus dilakukan, berhubungan dengan penilaian tentang prilaku manusia. Etika ini
berkaitan dengan aturan-aturan yang berlaku serta keharusan berlaku dalam masyarakat.

3. Metaetika yaitu pemahaman tentang istilah-istilah atau bahasa yang dipakai dalam
memberikan penjelasan tentang etika . awalan meta (dari bahasa yunani) mempunyai arti
“melebihi”, “melampai”. Istilah ini diciptakan untuk menunjukkan bahwa yang di bahas
disini bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita di bidang
moralitas. Metaetika seolah-olah bergerak pada taraf lebih tinggidari pada prilaku etis,
yaitu pada taraf “bahasa etis” atau bahasa yang kita gunakan di bidang moral.

Etika politik Indonesia mengacu berdasarkan ketetapan MPR No.VI/MPR/Tahun 2001


tentang etika kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika kehidupan berbangsa yang mengacu
pada cita-cita persatuan dan kesatuan, ketahanan, kemandirian keunggulan dan kejayaan,
serta kelestarian lingkungan yang di jiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya
bangsa. Pokok-pokok etika dalam kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah,
keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa mau, tanggung
jawab, menjaga kehormatan serta martabat diri sebagai warga bangsa.

Adapun uraian etika politik dan pemerintah sebagai salah satu bagian dari Etika
kehidupan berbangsa adalah sebagai berikut.

1. Etika politik dan pemerintahan dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang


bersih, efisien dan efektif serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang
bercirikan keterbukaan, rasa tanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai
perbedaan, jujur dalam persainan, kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar,
serta menjunjung tinggi hak asasi manusia dan keseimbangan hak dan kewajiban dalam
kehidupan berbangsa.

2. Etika pemerintahan mengamanatkan agar penyelenggaraan negara memiliki rasa


kepedulian tinggi dan memberi pelayanan kepada publik, siap mundur apabila merasa
dirinya telah melanggar kaidah dan sisitem nilai ataupun dianggap tidak mampu
memenhi amanah masyarakat, bangsa, dan negara.

3. Masalah potensial yang dapat menimbulkan permusuhan dan pertengkaran disertakan


dengan musyawarahdengan penuh keaarifan dan kelaksanakan sesuai dengan nilai-nilai
agama dan nilai-nilai luhur budaya, dengan tetap menjunjung tinggi perbedaan sebagai
sesuatu yang manusiawi dan alamiah.

4. Etika politik dan pemerintahan diharapkan mampu menciptakan suasana harmonis


antarpelaku dan anatar kekuatan sosial politik serta antar kelompok kepentingannya

6
lainnya untuk mencapai sebesar-besar kemajuan bangsa dan negara dengan
mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi dan golongan.

5. Etika politik dan pemerintahan mengandung misi pada setiap pejabat dan elit politik
untuk bersikap jujur, amanah, sportif, siap melayani, berjiwa besar, memiliki
keteladanan, rendah hati dan siap untuk mundur dari jabatan publik apabila terbukti
melakukan kesalahan dan secara moral kebijakannya bertentangan dengan hukum dan
rasa keadilan masyarakat.

6. Etika ini diwujudkan dengan bentuk sikap yang bertata krama dalam prilaku politik yang
toleran, tidak berpura-pura, tidak arogan, jauh dari sikap munafik serta tidak melakukan
pembohongan publik, tidak menipulatif dan berbagai tindakan yang tidak terpuji
lainnya .

2.2 Pancasila sebagai sistem etika

Pancasila sebagai sistem etika berarti pancasila merupakan kesatuan sila-sila pancasila,
sila-sila pancasila itu saling berubungan, saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Pancasila sebagai sistem etika,
bertujuan untuk mewujudkan niali-nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

Etika yang dijiwai nilai-nilai sila-sila pancasila merupakan etika pancasila, yang
meliputi:

a. Etika yang dijiwai oleh nilai-niai Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan etika yang
berlandasan pada kepercayaan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Etika yang dijiwai oleh kemanusiaan yang adil dan beradab,merupakan etika yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

c. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai persatuan indonesia, merupakan etika yang
menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan, bangsa dan
negara di atas kepentinagn pribadi dan golongan.

d. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai kerayatan yang dipimpin oleh Hikmat dalam
permusyawaratan/perwakilan, merupakan etika yang menghargai kedudukan, hak dan
kewajiban warga masyarakat/warganegara, sehingga tidak memaksa pendapat dan
kehendak dari orang lain.

e. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia,
merupakan etika yang menuntun manusia untuk mengembangkan sikap adil terhadap
sesama manusia, mengembangkan perbuatan-perbuatan luhur yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotong royongan.

7
2.3 Perlunya Pancasila Sebagai Sistem Etika

Perlunya pancasila sebagai sistem etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara untuk: (a) memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dalam
menjalankan kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek; (b) menentukan pokok-pokok
etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat; dan (c) menjadi kerangka
keracuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Winarno, 2012).
Etika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara sebagaimana dituangkan dalam
ketetapan MPR No. VI/MPR/Tahun 2001 tentang etika kehidupan berbangsa meliputi etika
sebagai berikut:
1. Etika Sosial dan Budaya
2. Etika Politik dan Pemerintahan
3. Etika Ekonomi dan Bisnis
4. Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan
5. Etika Keilmuan
6. Etika Lingkungan
Adapun uraian secara lengkap Etika Kehidupan dan Berbangsa adalah sebagai berikut:

1. Etika Sosial dan Budaya

Etika ini bertolak belakang dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan
kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai,
dan saling tolong menolong di antara sesama manusia danwarga negara.

Sejalan dengan itu, perlu menumbuhkan kembali budaya mau, yakni malu berbuat
kesalahan dan semua yang bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya.
Untuk itu juga perlu ditumbuh kembangkan kembali ketauladanan yang harus diwujudkan
dalam prilaku para pemimpinbaik formal maupun in formal pada setiap lapisan masyarakat.

Etika ini dimaksud untuk menumbuhkan kembali dan mengembangkan kembali


kehidupan berbangsa yang berbudaya tinggi dengan mengunggah, menghargai dan
mengembangkan budaya nasional yang bersumber dari budaya daerah agar mampu
melakukan adaptasi, dan interaksi dengan bangsa lain tindakan proaksi sejalan dengan
tuntutan globalisasi . Untuk itu, diperlukan penghayatan dan pengamalan agama yang benar,
kemampuan adaptasi, ketahanan, dan kreativitas budaya dan masyarakat.

2. Etika Politik dan Pemerintahan

Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintah yang bersih, efisien, efektif serta
menumbuhkan suasana politik yang dimokratis yang dicirikan keterbukaan, rasa tanggung
jawab, tanggap akan aprisiasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan,
kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar, serta menjunjung tinggi hak asasi
manusia dan keseimbangan hak dan kewajiban dan kehidupan bernegara.

8
3. Etika Politik Bisnis

Etika yang dimaksud agar prinsip ekonomi, baik oleh pribadi, institusi, maupun
pengambilan keputusan dalam bidang ekonomi dapat melahirkan kondisi dan realitas
ekonomi yang bercirikan persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya
etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi dan kemampuan saing, dan terciptanya suasana
kondusif untuk pemberdayaan ekonomi yang berpihak kepada rakyat kecil melalui kebijakan
yang berkesinambungan.

4. Etika Penegakan Hukum Yang Berkeadilan

Etika ini ditumbuhkan untuk menumbuhkan kesadaran bhwa tertib sosial, ketenangan
dan ketereraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan denagn ketaatan terhadap hukum
dan seluruh peraturan yang ada. Etika ini meniscayakan penegakan hukum secara adil,
perlakuan yang sama dan tidak deskriminatif terhadap setiap warga negara dihadapan hukum,
dan menghindarkan penggunaan hukum secara salahsebagai alat kekuasaan dan bentuk-
bentuk manipulasi hukum lainnya.

5. Etika keilmuan

Etika keilmuan dimaksudkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, ilmu


pengetahuan dan teknologi agar warga bangsa mampu menjaga harkat dan martabat, berpijak
kepada kebenaran untuk mencapai kemaslahatan dan kemajuan sesuai dengan nilai-nilai
agama dan budaya. Etika ini diwujudkan secara pribadi maupun kolektif dalam karsa, cita,
dan karya yang tercermin dalam prilaku kreatif, inofatif, inventif, dan kominikatif dalam
kegiatan.

6. Etika lingkungan

Etika lingkungan menegaskan pentingnya kesadaran menghargai dan melestarikan


lingkungan hidup seta penataan secara luang yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.

2.4 Pancasila Sebagai Etika Politik Indonesia

Dalam pelaksanna dan penyelenggaraan negara eyika politik dituntut agar kekuasaan
agar dijalankan sesuai dengan (1) asas legalitas (legitimasi hukum) yaitu dijalankan sesuai
dengan hukum yang berlau (2) disahkan dan dijadikan secara demokratis (legitimasi
demokratis). Dan (3) dilaksanakan dengan prinsip-prinsip moral atau tidak bertentangan
dengannya(legitimasi moral).

Secara ringkas etika dapat dijelaskan bahwa pancasila sebagai etika politik berarti etika
dijadikan landasan pada setiap tingkah laku politik. Bisa diartikan bahwa pancasila adalah
roh ketika seseorang dalam berpolitik .

9
2.5 Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Etika

Etika mengalami proses marginilasi secara serius sedemikian rupa. Pergeseran nilai
akibat transaksi informasi global dan pola pikir prakmatis-materialisme telah berimbas pada
peminggiran etika.

Sejak terjadinya krisis multidimensi, muncul ancaman yang serius terhadap persatuan
dan kesatuan bangsadan terjadinya kemunduran dalam pelaksanaan etika politik. Krisis
multidimensi mengakibatkan terjadinya konflik sosial yang berkepanjangan, demonstrasi
dimana-mana, munculnya keinginan rakyat integrasi bangsa, dan lain-lain. Hal ini akibat dari
penurunan sikap sopan santun dan budi luhur dalam pergsulsn sosial, menurunnya sikap
kejujuran dan sikap amanah dalam kehidupan berbangsa, pengabaian dalam ketentuan hukum
dan peraturan yang disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam maupun luar negeri. Faktor dari
dalam negeri adalah:

1. Melemahnya penghayatan dan pengamalan agama dikalangan aparatur, serta munculnya


pemahaman ajaran agama yang sempit dan keliru.

2. Sistem sentralisasi pemerintah di masa lalu mengakibatkan terjadinya penumpukan


kekuasaan di pusat dan pengabaian kepentingan di daerah.

3. Tidak berkembangnya pemahaman dan penghargaan atas kebhinekaan dan kemajmukan


dalam kehidupan berbangsa.

Sementara faktor luar negeri meliputi:


1. Pengaruh globalisasi kehidupan.
2. Makin kuatnya intensitas intervensi kekuatan global dalam perumusan kebijakan nasional.

10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konsep etika dan etiket dalam penggunaannya berbeda. Etika adalah kajian ilmiahterkait
dengan etiket dan moralitas. Etiket secara sederhana dapat diartikan sebagai aturan
kesusilaan/sopan santun. Etika berhubungan dengan moralitas maka istilah”etika” dapat dapat
dilakukan melalui bermacam-macam pendekatan untuk memahaminya yaitu etika deskriptif,
etika normatif, dan mateatik.

Pancasila sebagai sistem etika artinya pancasila sebagai sarana orientasi bagi usaha
manusia indonesia untuk menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental: bagaimana
saya harus hidup dan bertindak dalam berinteraksi dengan sesama manusia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai sistem etika berarti pancasila merupakan kesatuan sila-sila pancasila,
sila-sila pancasila itu saling berhubungan, saling bekerjasama untuk suatu tujuan tertentu dan
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Pancasila sebgai sistem etika,
bertujuan untuk mewujudkan sial-sila pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.

Perlunya pancasila sebagai sistem etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,dan


bernegara dan bertujuan untuk: (a) memberikan landasan etik moral bagi seluruh
komponenbangsa dan menjalankan kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek; (b)
menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat; dan (c)
menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nila-nilai etika dan moral dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Saran

Saran yang dapat dipetik dari materi ini adalah agar seluruh masyarakat mengetahui
seberapa penting pancasila dan dapat mengamalkan nilai-nilai sila dari pancasila dengan baik
dan benar, serta tidak melecehkan arti penting pancasila.

11
DAFTAR PUSAKA

 Suseno, 1987 dalam. Kaelan, 2008.


 Bertens, k. (2013). Etika, Yogyakarta: kanisios.
 FM Suseno, jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001.
 Burhanuddin Salam, jakarta: Gramedia Pustaka, 1997.
 Suseno, 1987:115 dalam kaelan, 2008.
 Tafsir Ibnu katsir jilid 8 Hlm.414.
 Drs. Ali Amran.,S.H.,M.H. (PENDIDIKAN PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI),
cetakan ke-2, September 2017, cetakan ke-3, November 2018, Hak penerbit pada PT
RajaGrafindo persada, Depok.

12

Anda mungkin juga menyukai