Anda di halaman 1dari 64

KEPERAWATAN KESEHATAN REPRODUKSI

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CA SERVIKS

DISUSUN OLEH : KELAS: B-14B

KELOMPOK 12

Ni Made Mezha Anindya Prabhaswari (213221289)


I Gede Dwi Yasa Sugiharta (213221290)
Ni Kadek Sumalini (213221291)
Gusti Ayu Made Diah Dwi Meidayanti (213221275)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES WIRA


MEDIKA PPNI BALI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puja dan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa , karena atas
asung kertha wara nugraha Hyang Widhi makalah ini disusun. Agar pembaca
dapat memperluas tentang Keperawatan Kesehatan Reproduksi yang saya
sajikan berdasarkan dari berbagai sumber buku maupun dari media internet.

Makalah ini memuat tentang “Asuhan Keperawatan Dengan CA Serviks”


yang sangat berpengaruh untuk menambah wawasan mengenai ilmu Keperawatan
Kesehatan Reproduksi. Walaupun mungkin kurang sempurna tapi memiliki detail
yang cukup jelas bagi pembaca. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis agar dapat mengerti tentang bagaimana
cara saya menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Penulis menyadari, bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sumbangsih berupa saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Om Santhi , Santhi , Santhi Om

Denpasar, 22 September 2021

Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
1. Tujuan Umum............................................................................................5
2. Tujuan Khusus...........................................................................................5
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................6
1. Manfaat Teoritis........................................................................................6
2. Manfaat Praktis..........................................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
TINJAUAN TEORITIS...........................................................................................7
A. Konsep Dasar Kasus.....................................................................................7
1. Pengertian..................................................................................................7
2. Etiologi......................................................................................................7
3. Tanda Dan Gejala......................................................................................8
4. Klasifikasi..................................................................................................9
5. Patofisiologi.............................................................................................11
6. Pathway...................................................................................................12
7. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Kanker Serviks..............................13
8. Penatalaksanaan Kanker Serviks.............................................................15
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CA SERVIKS..........17
1. Pengkajian Keperawatan.........................................................................18
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................22
3. Perencanaan Keperawatan.......................................................................30
4. Implementasi...........................................................................................31
5. Evaluasi...................................................................................................31
BAB III..................................................................................................................33
BAB IV..................................................................................................................60
PENUTUP..............................................................................................................60
A. Simpulan.....................................................................................................60
B. Saran............................................................................................................61
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker serviks adalah tumor ganas yangtumbuh di daerah leher rahim


(serviks). Kanker serviks merupakan keganasan yang paling banyak ditemukan di
Indonesia. Setiap satu jam perempuan Indonesia meninggal dunia karena kanker
dalam tiga dasa warsa terakhir. Tingginya angka kematian itu akibat terlambatnya
penanganan, sekitar 70% datang dengan kondisi stadium lanjut. Kanker serviks
merupakan kanker tersering pada wanita dan merupakan penyebab kematian
terbanyak nomor 3 di seluruh dunia penyebab kematian nomor 1 di negara
berkembang.

Laporan WHO menunjukan kasus kanker serviks semakin meningkat di


seluruh dunia, dimana diperkirakan 10 juta kasus baru pertahun dan akan
meningkat akan menjadi 15 juta kasus pada tahun 2020. Sampai saat ini, insiden
kanker serviks dalam hal morbiditas dan mortalitas belum menunjukan hasil
penurunan yang signifikan. Bukti kuat pendukung kanker serviks disebabkan oleh
infeksi Human Papiloma Virus (HPV), dengan risiko tertinggi Human Papiloma
Virus (HPV) subtipe genital meningkatkan risiko beragam penularan (Suhartono,
2007).

Data setiap tahun sekitar 500.000 perempuan di Indonesia didiagnosis


terinfeksi kanker serviks. Dari jumlah itu, sekitar 270.000 penderita meninggal
dunia. Di Indonesia, kanker serviks telah menjadi pembunuh nomor satu dari
keseluruhan kanker. Kanker serviks merupakan penyakit kanker paling umum
2kedua yang biasa diderita perempuan berusia 20–25 tahun.Di Indonesia, kanker
serviks merupakan kasus terbanyak dan hampir 70% -nya ditemukan
dalamkondisi stadium lanjut (≥ stadium IIB). Hal ini karena masih rentannya
pelaksanaan skrining, yaitu ≤ 5%.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan, maka rumusan masalah dalam


penulisan ini adalah “Bagaimanakah Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien
Cancer serviks?”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Cancer serviks.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian cancer serviks

b. Untuk mengetahui etiologi dari cancer serviks

c. Untuk mengetahui epidemiologi dari cancer serviks

d. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari cancer serviks

e. Untuk mengetahui pathway dari cancer serviks

f. Untuk mengetahui klasifikasi dari cancer serviks

g. Untuk mengetahui patofisiologi dari cancer serviks

h. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik/penunjang dari cancer serviks

i. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari cancer serviks

j. Untuk mengetahui syarat-syarat pasien kemoterapi dari cancer serviks

k. Untuk mengetahui tindakan yang dilakukan pasca kemoterapi dari cancer


serviks

l. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dengan cancer serviks

m. Untuk mengetahui contoh kasus asuhan keperawatan dengan cancer serviks


D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis makalah ini dapat bermanfaat untuk dijadikan sumber
informasi dalam menjawab permasalahan-permasalahn yang terjadi dalam proses
pembelajaran terutama dalam meningatan hasil belajar mahasiswa. Selain itu
makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan refrensi dalam merancang desain
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dosen

Manfaat makalah ini dapat mengembangkan kualitas pembelajaran menjadi


lebih menarik , dapat menjalanan tugas sebagai pendidikdengan baik yaitu dengan
merencanakan pembelajaran secara matang , dapat mengidentifikasi kesulitan-
kesulitan belajar bagi mahasiswa pada pembelajaran, juga dapat dapat
menciptakan kreativiras dan inovasi-inovasi dalam pembelajaran salah satunya
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran.

b. Bagi Mahasiswa

Dapat menjadi semangat dan motivasi dalam meningatkan pembelajaran di masa


pandemi dengan menguunakan metoda learning. Dan juga penggunakan
pendekatan pembelajaran yang inovatif diharapkan dapat memberikan
pengalaman belajar yang bermakna dan tidak membuat mahasiswa menjadi jenuh.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Kasus


1. Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan
pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk
menyerang jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat
yang jauh (metastasis) (Wuto, 2008 dalam Padila, 2012). Kanker leher rahim
sering juga disebut kanker mulut raahim, merupakan salah satu penyakit kanker
yang paling banyak terjadi pada wanita (Edianto, 2010 dalam Padila, 2012).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal sekitarnya (Manuaba, 2010). Menurut Diana, Rama
(2009), kanker serviks merupakan tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim
atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kanker serviks
adalah suatu penyakit yang mulanya disebabkan oleh tumor ganas pada daerah
mulut rahim yang pertumbuhannya tidak dapat terkontrol dan tidak terkoordinir
sehingga mendesak jaringan di sekitarnya.
2. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks,
antara lain :
a. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda.
b. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.

c. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kanker serviks ini.
d. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papilloma (HPV) atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks
e. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan.Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang.Hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
f. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi.Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus,
hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks (Padila, 2012).
h. Radioterapi dan Pap Smear
Karsinoma sel skuomosa adalah salah satu akibat tidak efektifnya radioterapi
sebagai pengobatan utama dalam kasus adenocarcinoma. Meningkatnya
penggunaan tes pap smear u tuk deteksi dini penyakit ini tapi masih merupakan
salah satu penyebab morbiditas kanker terkait di negara-negara erkembang karena
kurangnya program skrining (Rubina Mukthtar, 2015).

3. Tanda Dan Gejala


Menurut (Purwoastuti, 2015), gejala kanker leher rahim adalah sebagai
berikut:
a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk
b. Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan
abnormal, terjadi secara spontan walaupun tidak melakukan hubungan seksual.
c. Hilangnya nafsu makan dan berat badan yang terus menurun
d. Nyeri tulang panggul dan tulang belakang
e. Nyeri disekitar vagina
f. Nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah
g. Nyeri pada anggota gerak (kaki)
h. Terjadi pembengkakan pada area kaki
i. Sakit waktu hubungan seks
j. Pada fase invasif dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau dan bercampur
dengan darah.
k. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul
l. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus haid
m. Sering pusing dan sinkope
n. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,
timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rectovaginal, atau timbul gejala-gejala
akibat metastasis jauh.
4. Klasifikasi
Stadium klinis menurut FIGO membutuhkan pemeriksaan pelvic, jaringan
serviks (biopsi konisasi untuk stadium IA dan biopsi jaringan serviks untuk
stadium kliniknya), foto paru-paru, pielografi, intravena, (dapat digantikan dengan
foto CT-scan). Untuk kasus stadium lanjut diperlukan pemeriksaan sistoskopi,
protoskopi dan barium enema (Prawirohardjo, 2011).

STADIUM KETERANGAN

Stadium 0 Inti sel bertambah besar, berlapis namun bentuk sel masih
normal

Stadium I Karsinoma terbatas pada serviks

Stadium Ia  Karsinoma preklinis (hanya dapat ditentukan dengan


1 mikroskop),  desakan kurang dari 3 mm

Stadium Ia  Luka-luka dapat diukur dengan kedalaman 3-5 mm dan


2 lebar ≤ 7 mm

Stadium Ib Luka-luka dengan ukuran yang lebih besar dari stadium Ia


2

Stadium Ib Diameter < 4 mm


1

Stadium Ib Diameter > 4 mm


2

Stadium II Karsinoma meluas ke luar serviks, tapi belum sampai ke


dinding panggul, karsinoma menyebar ke dalam vagina
tapi tidak sampai 1/3 bawah

Stadium IIa Tidak ada perluasan ke parametrium(lapisan luar otot


rahim)

Stadium IIb Jelas ada perluasan ke parametrium

Stadium III Karsinoma telah meluas sampai dinding panggul, tumor


tumbuh sampai 1/3 bagian bawah vagina,terdapat
gangguan ginjal.

Stadium IIIa Tidak ada perluasan ke dinding panggul, tetapi


pertumbuhan terus sampai 1/3 bagian bawah vagina

Stadium IIIb Perluasan sampai dinding panggul,ginjal tidak berfungsi

Stadium IV Karsinoma telah meluas ke luar dinding panggul dan telah


tumbuh ke kandung kencing dan anus

Stadium Iva Pertumbuhan tumor tembus ke organ-organ di


sekelilingnya
Stadium Perluasan ke organ-organ jarak jauh
IVb

5. Patofisiologi
Puncak insedensi karsinoma insitu adalah usia 20 hingga usia 30 tahun. Faktor
resiko mayor untuk kanker serviks adalah infeksi Human Paipilloma Virus (HPV)
yang ditularkan secara seksual. Faktor resiko lain perkembangan kanker serviks
adalah aktivitas seksual pada usia muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual
yang meningkat, status sosial ekonomi yang rendah dan merokok (Price, 2012).
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan
epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona
tranformasi). Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel
progresif yang berakhir sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan
karsinoma in situ atau High-grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)
mendahului karsinoma invasif. Karsinoma serviks terjadi bila tumor menginvasi
epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara
langsung kedalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung
mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan
servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding
vagina, ligamentum kardinale dan rongga endometrium. Invasi ke kelenjar getah
bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh
(Price, 2012).
6. Pathway
7. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Kanker Serviks

Preinvasive kanker serviks biasanya tanpa gejala dan sudah diderita selama
±10-15 tahun. Pada tahap awal, kanker dapat terdeteksi selama prosedur skrining,
namun sebagian besar perempuan memiliki kesadaran yang rendah untuk
melakukan pemeriksaan baik melalui test paps smear maupun inspeksi visual
dengan asam asetat (IVA). Hasil penelitian, bahwa dari 171 perempuan yang
mengetahui tentang kanker serviks, hanya 24,5 % (42 perempuan) yang
melakukan prosedur skrining (Wuriningsih, 2016).

a. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)


Sesuai dengan namanya, IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks)
dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah
memulas leher rahim dengan larutan asetat 3-5%. Apabila setelah pulasan terjadi
perubahan warna asam asetat yaitu tampak bercak putih, maka kemungkinan ada
kelainan tahap prakanker serviks. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat
dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Wijaya, 2010).
Proses skrining dengan IVA merupakan pemeriksaan yang paling disarankan
oleh Departemen Kesehatan. Salah satu pertimbangannya karena biayanya yang
sangat murah. Namun perlu diingat, pemeriksaan ini dilakukan hanya untuk
deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya
yang lebih lanjut harus segera dilakukan (Wijaya, 2010).
Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi
tingkat atas prakanker (High-Grade Precancerous Lesions) dengan sensitivitas
sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif (positive
predictive value) dan nilai prediksi negatif (negative predictive value) masing-
masing antara 10-20% dan 92-97% (Wijaya, 2010).
Secara umum, berbagai penelitian menunjukkan bahwa sensitivitas IVA sejajar
dengan pemeriksaan secara sitologi, akan tetapi spesifitasnya lebih rendah.
Keunggulan secara skrinning ini ialah cukup sederhana, murah, cepat, hasil segera
diketahui, dan pelatihan kepada tenaga kesehatan lebih mudah dilakukan (Wijaya,
2010).
b. Tes Pap Smear
Tes Pap Smear merupakan cara atau metode untuk mendeteksi sejak dini
munculnya lesi prakanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak
sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau serta hasil yang akurat (Wijaya,
2010).
Pemeriksaan Pap smear dilakukan ketika wanita tidak sedang masa menstruasi.
Waktu yang terbaik untuk skrining adalah antara 10 dan 20 hari setelah hari
pertama masa menstruasi. Selama kira- kira dua hari sebelum pemeriksaan,
seorang wanita sebaiknya menghindari douching atau penggunaan pembersih
vagina, karena bahan-bahan ini dapat menghilangkan atau menyembunyikan sel-
sel abnormal (Wijaya, 2010).
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan di atas kursi periksa kandungan oleh dokter
atau bidan yang sudah ahli dengan menggunakan alat untuk membantu membuka
kelamin wanita. Ujung leher rahim diusap dengan spatula untuk mengambil cairan
yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini kemudian diperiksa
jenis sel-selnya di bawah mikroskop (Wijaya, 2010).
Hasil pemeriksaan Pap smear biasanya akan keluar setelah dua atau tiga
minggu. Pada akhir pemeriksaan Pap smear, setiap wanita hendaknya
menanyakan kapan dia bisa menerima hasil pemeriksaan pap smear-nya dan apa
yang harus dipelajari darinya (Wijaya, 2010).
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks.
Jadi, apabila hasil pemeriksaan positif yang berarti terdapat sel-sel abnormal,
maka harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli
kandungan. Pemeriksaan tersebut berupa kalposkopi, yaitu pemeriksaan dengan
pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk mengamati secara
langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal. Dengan
kalposkopi, akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaan serviks. Setelah itu,
dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut (Wijaya, 2010).
8. Penatalaksanaan Kanker Serviks
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Wijaya, 2010) ada berbagai tindakan klinis yang bisa dipilih untuk
mengobati kanker serviks sesuai dengan tahap perkembangannya masing-masing,
yaitu :
1) Stadium 0 (Carsinoma in Situ)
a) Pilihan metode pengobatan kanker serviks untuk stadium 0 antara lain : Loop
Electrosurgical Excision Procedure (LEEP) yaitu presedur eksisi dengan
menggunakan arus listrik bertegangan rendah untuk menghilangkan jaringan
abnormal serviks,
b) Pembedahan Laser,
c) Konisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung selaput lendir serviks
dan epitel serta kelenjarnya,
d) Cryosurgery yaitu penggunaan suhu ekstrem (sangat dingin) untuk
menghancurkan sel abnormal atau mengalami kelainan,
e) Total histerektomi ( untuk wanita yang tidak bisa atau tidak menginginkan
anak lagi),
f) Radiasi internal (untuk wanita yang tidak bisa dengan pembedahan).
2) Stadium I A
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IA meliputi:
a) Total histerektomi dengan atau tanpa bilateral salpingoophorectomy,
b) Konisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung selaput lendir serviks
dan epitel serta kelenjarnya,
c) Histerektomi radikal yang dimodifikasi dan penghilangan kelenjar getah
bening,
d) Terapi radiasi internal.
3) Stadium I B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IB meliputi:
a) Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal,
b) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening,
c) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening diikuti terapi
radiasi dan kemoterapi,
d) Terapi radiasi dan kemoterapi.
4) Stadium II
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II meliputi:
a) Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal serta kemoterapi,
b) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening,
c) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening diikuti terapi
radiasi dan kemoterapi.
5) Stadium II B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II B meliputi terapi radiasi
internal dan eksternal yang diikuti dengan kemoterapi.
6) Stadium III
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium III meliputi terapi radiasi internal
dan eksternal yang dikombinasikan dengan kemoterapi.
7) Stadium IV A
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IV A meliputi terapi radiasi
internal dan eksternal yang dikombinasikan dengan kemoterapi.
8) Stadium IV B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IVB meliputi:
a) Terapi radiasi sebagai terapi paliatif untuk mengatasi gejala- gejala yang
disebabkan oleh kanker dan untuk meningkatkan kualitas hidup,
b) Kemoterapi,
c) Tindakan klinis dengan obat-obatan anti kanker baru atau obat kombinasi.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks meliputi pemberian
edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan klien dan mengurangi
kecemasan serta ketakutan klien. Perawat mendukung kemampuan klien dalam
perawatan diri untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi (Reeder,
2013). Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana klien dan pasangannya
memandang kemampuan reproduksi wanita dan memaknai setiap hal yang
berhubungan dengan kemampuan reproduksinya.
Apabila terdiagnosis kanker, banyak wanita merasa hidupnya lebih terancam.
Perasaan ini jauh lebih penting dibandingkan kehilangan kemampuan reproduksi.
Intervensi keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu klien
mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan yang realistis,
memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya
keluarga dan komunitas, dan menemukan kekuatan diri untuk menghadapi
masalah (Reeder, 2013).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CA SERVIKS

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik


keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di berbagai
tatanan pelayanan kesehatan. Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yaitu
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Setiap tahap dari
proses keperawatan saling terkait dan ketergantungan satu sama lain (Budiono,
2015).

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan


untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan
pasien, baik fisik, mental sosial dan lingkungan.Pada tahap pengkajian, kegiatan
yang dilakukan adalah mengumpulkan data, seperti riwayat keperawatan,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan data sekunder lainnya (catatan, hasil
pemeriksaan diagnostik, dan literatur) (Hutahaen, 2010).

Setelah didapatkan, maka tahap selanjutnya adalah diagnosis. Diagnosa


keperawatan adalah terminologi yang digunakan oleh perawat profesional untuk
menjelaskan masalah kesehatan, tingkat kesehatan, respon klien terhadap penyakit
atau kondisi klien (aktual/potensial) sebagai akibat dari penyakitt yang diderita.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mevalidasi data, mengoreksi dan
mengelompokkan data, menginterpretasikan data, mengidentifikasi masalah dari
kelompok data, dan merumuskan diagnosis keperawatan (Hutahaen, 2010).

Tahap perencanaan dilakukan setelah diagnosis dirumuskan. Adapun kegiatan


yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun prioritas masalah, merumuskan
tujuan dan kriteria hasil, memilih strategi asuhan keperawatan, melakukan
konsultasi dengan tenaga kesehatan lain, dan menuliskan atau
mendokumentasikan renacana asuhan keperawatan (Hutahaen, 2010).

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap


implementasi adalah tahap melakukan rencana yang telah dibuat pada klien.
Adapun kegiatan yang ada dalam tahap implementasi meliputi pengkajian ulang,
memperbaharui data dasar, meninjau dan merevisi rencana asuhan yang telah
dibuat, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang telah direncanakan
(Hutahaen, 2010).

Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Pada tahap ini, kegiatan
yang dilakukan adalah mengkaji respon klien setelah dilakukan intervensi
keperawatan, membandingkan respon klien dengan kriteria hasil, memodifikasi
asuhan keperawatan sesuai dengan hasil evaluasi, dan mengkaji ulang asuhan
keperawatan yang telah diberikan (Hutahaen, 2010).

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan empat cara yaitu inspeksi, perkusi,


palpasi, dan auskultasi (IPPA). Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indra
penglihatan, memerlukan bantuan pencahayaan yang baik, dan pengamatan yang
teliti. Perkusi adalah pemeriksaan yang menggunakan prinsip vibrasi dan getaran
udara, dengan cara mengetuk permukaan tubuh dengan tangan pemeriksa untuk
memperkirakan densitas organ tubuh/jaringan yang diperiksa. Palpasi
menggunakan serabut saraf sensori di permukaan telapak tangan untuk
mengetahui kelembaban, suhu, tekstur, adanya massa, dan penonjolan, lokasi dan
ukuran organ, serta pembengkakan. Auskultasi menggunakan indera pendengaran,
bisa menggunakan alat bantu (stetoskop) ataupun tidak. Suara di dalam tubuh
dihasilkan oleh gerakan udara (misalnya suara nafas) atau gerakan organ
(misalnya peristaltik usus). (Debora, 2012).

1. Pengkajian Keperawatan
a.Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan, pekerjaan,
jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan terakhir, asal suku
bangsa, tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam medik, nama orangtua dan
pekerjaan orangtua.
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama

Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti pendarahan


intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air dan berbau (Padila,
2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya datang dengan
keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
2) Riwayat kesehatan sekarang

Menurut (Diananda, 2008) biasanya pasien pada stadium awal tidak


merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu
stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk,
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar
vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami keluhan mual muntah berlebihan, tidak nafsu makan,
dan anemia.

3) Riwayat kesehatan dahulu Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki


riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat
penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015).
4) Riwayat kesehatan keluarga Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu
faktor yang paling mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh
kelainan genetika. Keluarga yang memiliki riwayat kanker didalam
keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluarga yang
tidak ada riwayat di dalam keluarganya (Diananda, 2008).
5) Keadaan psikososial

Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan


terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga
terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran
diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang murung atau
sedih serta keluhan pasien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang
lain (Reeder, 2013),
6) Data khusus
(a)Riwayat Obstetri dan Ginekologi

Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker serviks yang
perlu diketahui adalah:

(b) Keluhan haid Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab
kanker serviks tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami
atropi pada masa menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi
pendarahan diantara siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker
serviks.
(c)Riwayat kehamilan dan persalinan Jumlah kehamilan dan anak yang hidup
karna kanker serviks terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin
sering partus semakin besar resiko mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani,
2017).
(d) Aktivitas dan Istirahat

Gejala :

(1). Kelemahan atau keletihan akibat anemia.


(2). Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
(3). Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,
ansietas dan keringat malam.
(4). Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan
dan tingkat stress yang tinggi (Mitayani, 2009).
(5). Integritas ego Gejala: faktor stress, menolak diri atau menunda
mencari pengobatan, keyakinan religious atau spiritual, masalah
tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal atau tidak
mempercayai diagnosis dan perasaan putus asa (Mitayani, 2009).
(6). Eliminasi Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi,
urinalis, misalnya nyeri (Mitayani, 2009).
(7). Makan dan minum Kebiasaan diet yang buruk, misalnya rendah
serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet (Mitayani, 2009).
(8). Neurosensori Gejala : pusing, sinkope (Mitayani, 2009).
(9). Nyeri dan kenyamanan Gejala : adanya nyeri dengan derajat
bervariasi, misalnya ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat
sesuai dengan proses penyakit (Mitayani, 2009).
(10).Keamanan Gejala : pemajanan zat kimia toksik, karsinogen. Tanda
: demam, ruam kulit, ulserasi. (Mitayani, 2009).
(11).Seksualitas Perubahan pola seksual, keputihan(jumlah,
karakteristik, bau), perdarahan sehabis senggama (Mitayani, 2009).
(12).Integritas sosial
Ketidaknyamanan dalam bersosialisasi, perasaan malu dengan
lingkungan, perasaan acuh (Mitayani, 2009).
(13).Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan pap smear, koloskopi,
servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi (Padila, 2015).
Selain itu bisa juga dilakukan pemeriksaan hematologi karna
biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami
anemia karna penurunan hemaglobin. Nilai normalnya hemoglobin
wanita 12-16 gr/dl (Brunner, 2013).
(14).Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami
rambut rontok dan mudah tercabut
2) Wajah
Konjungtiva anemis akibat perdarahan.
3) Leher
Adanya pembesaran kelenjar getah bening pada stadium lanjut.
4) Abdomen
Adanya nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah akibat
tumor menekan saraf lumbosakralis (Padila, 2015).
5) Ekstermitas
Nyeri dan terjadi pembengkakan pada anggota gerak (kaki).
6) Genitalia
Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret
berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner,
2013). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
mengalami perdarahan pervaginam.
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul menurut SDKI, kemungkinan


masalah yang muncul adalah sebagai berikut : (PPNI, 2017)

1. D.0078 Nyeri kronis berhubungan dengan penekanan saraf


2. D.0019 Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan
3. D.0009 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin
4. D.0069 Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
5. D.0111 Difisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
6. D.0087 Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan pada citra tubuh.
7. D.0012 Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi
(trombositopenia)
8. D.0142 Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder (imunosupresi).
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1 Nyeri kronis b.d SLKI : SIKI :
penekanan saraf Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan asuhan I.08238
keperawatan selama (…x…) Observasi
jam diharapkan pasien 1. Identifikasi
mampu untuk mengontrol lokasi, karakteristik,
dan menunjukkan tingkat durasi, frekuensi, kualitas,
nyeri menurun dengan dan
kriteria hasil : intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala
menurun nyeri
(skor 5) 3. Identifikasi
2. Meringis menurun respons
(skor 5) nyeri non verbal
1. Frekuensi nadi 4. Identifikasi factor
membaik (skor 5) yang memberberat
2. Tekanan darah dan memperingan nyeri
membaik (skor 5)
Terapeutik
1. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab, periode, pemicu
nyeri
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberikan analgetic
2 Defisit Nutrisi b.d SLKI : SIKI Manajemen Nutrisi
ketidakmampuan Status Nutrisi (L.03030) I.03119
menelan makana 1. Identifikasi status
Setelah diberikan asuhan
nutrisi
keperawatan ..x... jam maka 2. Identifikasi adanya
status nutrisi membaik dengan alergi atau adanya
intoleransi makanan
kriteria hasil :
3. Monitor asupan
1. Perasaan cepat kenyang makanan
4. Monitor berat badan
menurun. 5. Monitor hasil dari
2. Nyeri abdomen menurun pemeriksaan
3. Nafsu makan membaik laboratorium
6. Berikan makanan
4. Bising usus membaik
tinggi protein dan
5. Kekuatan otot pengunyah tinggi kalori
meningkat 7. Anjurkan pasien
makan sedikit tapi
6. Kekuatan otot menelan
sering
meningkat 8. Anjurkan posisi
7. Membran mukosa duduk saat makan,
jika mampu
membaik
9. Kolaborasi dengan
8. Sariawan menurun ahli gizi untuk
9. Serum albumin meningkat menentukan jumlah
10. Rambut rontok menurun kalori dan jenis
utrient yang
11. Diare menurun dibutuhkan, jika perlu

3 Perfusi perifer SLKI : SIKI:


tidak efektif b.d Perfusi Perifer (L.02011) Perawatan Sirkulasi
I.02079
penurunan Setelah dilakukan asuhan
Observasi
konsentrasi keperawatan selama (…x…)
1. Periksa sirkulasi
hemoglobin jam diharapkan perfusi
perifer
perifer efektif adekuat
2. Identifikasi faktor
dengan kriteria hasil :
Resiko gangguan pada
1. Warna kulit pucat
sirkulasi
menurun (skor 5)
3. Monitor adanya
2. Pengisian
kapiler panas, kemerahan,
membaik (skor 5) < 2 nyeri atau bengkak
Detik ekstermitas
3. Turgor kulit 4. Catat hasil lab Hb
membaik dan Ht
(skor 5) Terapeutik
4. Tekanan systole dan 1.Lakukan hidrasi Edukasi
diastole membaik (skor 5) 3. Jelaskan
TD : 120/80 mmHg kepada
5. Hemoglobin pasien dan keluarga
normal tentang tindakan
(12-16 g/dl) pemberian tranfusi darah

Berikan tranfusi darah


4 Disfungsi seksual SLKI : SIKI: Konseling Seksualitas
b.d perubahan Fungsi Seksual (L.07055) I.07214
Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi tingkat
struktur tubuh
keperawatan selama (…x…) pengetahuan, masalah
jam diharapkan fungsi sistem reproduksi,
seksual membaik dengan masalah seksualitas, dan
kriteria hasil : penyakit menular seksual
1. Kepuasan hubungan 2. Identifikasi waktu
disfungsi seksual dan
seksual meningkat
kemungkinan penyebab
2. Verbalisasi aktivitas 3. Monitor stress,
seksual berubah kecemasan, depresi, dan
penyebab disfungsi
3. Verbalisasi peran
seksual
seksual berubah 4. Fasilitasi komunikasi
4. Verbalisasi fungsi antara pasien dan
pasangan
seksual berubah
5. Berikan kesempatan
5. Keluhan nyeri saat kepada pasangan
berhubungan seksual untuk menceritakan
menurun permasalahan seksual
6. Berikan pujian
6. Hasrat seksual terhadap perilaku
meningkat yang benar
7. Orientasi seksual 7. Berikan saran
meningkat
5 Harga diri rendah SLKI : SIKI : Promosi Koping
b.d perubahan pada Harga Diri (L.09069) I.09312
Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi
citra tubuh
keperawatan selama (…x…) kemampuan yang
jam diharapkan harga diri dimiliki
meningkat dengan 2. Identifikasi
kriteria hasil : pemahaman proses
1. Penilaian diri positif penyakit
meningkat 3. Identifikasi dampak
2. Perasaan memiliki situasi terhadap peran
kelebihan atau dan
kemampuan positif hubunganIdentifikasi
meningkat metode penyelesaian
3. Minat mencoba hal masalah
baru meningkat 4. Identifikasi
4. Berjalan kebutuhan dan
menampakkan wajah keinginan terhadap
meningkat dukungan sosial
5. Postur tubuh 5. Diskusikan
menampakan wajah perubahan peran yang
meningkat dialami
6. Perasaan bersalah 6. Gunakan pendekatan
menurun yang tenang dan
7. Perasaan tidak mampu meyakinkan
melakukan apapun 7. Diskusikan alasan
menurun mengkritik diri
sendiri
8. Diskusikan
konsekuensi tidak
menggunakan rasa
bersalah dan rasa
malu
9. Fasilitasi dalam
memperoleh
informasi yang
dibutuhkan
10. Motivasi untuk
menentukan harapan
yang realistis
11. Dampingi saat
beduka
12. Anjurkan penggunaan
sistem spiritual, jika
perlu
13. Ajarkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
14. Anjurkan keluarga
terlibat
15. Ajarkan cara
memecahkan masalah
secara konstruktif
16. Latih penggunaan
teknik elaksas
6. Difisit SLKI : SIKI : Edukasi
Pengetahuan b.d Tingkat Pengetahuan Proses Penyakit I.12444
(L.12111) 1. identifikasi kesiapan dan
kurang terpapar
Setelah dilakukan asuhan kemampuan menerima
informasi keperawatan selama (…x…) informasi
jam diharapkan tingkat 2. sediakan materi dan
pengetahuan membaik dengan media pendidikan
kriteria hasil : kesehatan
1. Perilaku sesuai 3. jadwalkan pendidikan
anjuran meningkat kesehatan sesuai
2. Kemampuan kesepakatan
menggambarkan 4. beri kesempatan untuk
pengalaman bertanya
sebelumnya yang 5. jelaskan penyebab dan
sesuai dengan topik faktor risiko penyakit
meningkat 6. jelaskan proses
3. Perilaku sesuai patofisiologi munculnya
dengan pengetahuan penyakit
meningkat 7. jelaskan tanda dan gejala
4. Pertanyaan tentang yang ditimbulkan oleh
masalah yang penyakitjelaskan
dihadapi menurun kemungkinan terjadinya
5. Persepsi yang keliru komplikasi
terhadap masalah 8. ajarkan cara meredakan
menurun atau mengatasi gejala
yang dirasakan
9. ajarkan cara
meminimalkan efek
samping dari intervensi
atau pengobatan
10. informasikan kondisi
pasien saat ini
11. anjurkan melapor jika
merasakan tanda dan
gejala memberat atau
tidak biasa
7 Resiko perdarahan SLKI : SIKI : Pencegahan
b.d gangguan Tingkat Perdarahan Perdaahan I.02067
(L.02017) 1. Monitor tanda dan
koagulasi
Setelah dilakukan asuhan gejala perdaahan
(trombositopenia) keperawatan selama (…x…) 2. Monitor nilai
jam diharapkan tingkat hematokrit/ hemoglobin
perdarahan menurun dengan sebelum dan setelah
kriteria hasil : kehilangan darah
1. Kelembaban 3. Monitor tanda- tanda
membrane mukosa vital ortostatik
meningkat 4. Monitor koagulasi
2. Kelembaban kulit 5. Pertahankan bedest
meningkat selama perdarahan
3. Hemoptysis menurun 6. Jelaskan tanda dan gejala
4. Hematisis menurun perdarahan
5. Hematuria menurun 7. Anjurkan menghindari
6. Hemoglobin membaik aspirin atau antikoagulan
7. Hematokrit membaik 8. Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan
vitamin K
9. Anjurkan segera melapor
dokter jika terjadi
perdarahan
10. Kolaborasi pemberian
obat Pengontrol
perdarahan
11. Kolaborasi pemberian
produk darah
8 Ansietas Infeksi SLKI : SIKI :
b.d kurangnya Tingkat Ansietas (L.09093) Reduksi Ansietas I.09314
terpapar informasi Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan selama (…x…) 1. Monitor tanda-
jam diharapkan masalah tanda ansietas
ansietas menurun dengan Terapeutik
kriteria hasil : 1. Ciptakan suasana
1. Verbalisasi yang terapeutik untuk
khawatir menumbuhkan
dengan penyakitnya kepercayaan
menurun (skor 5) 2. Pahami situasi
2. Keluhan yang membuat ansietas
pusing 3. Dengarkan dengan
menurun (skor 5) penuh perhatian
Verbalisasi 2. Gunakan
kebingungan menurun pendekatan
(skor 5) yang tenang dan
3. Frekuensi nadi 4. Meyakinkan
membaik (skor 5) Edukasi
4. Tekanan darah 1. Jelaskan
membaik (skor 5) prosedur
5. Pucat membaik (skor termasuk sensasi yang
5) mungkin dialami
2. Informasikan
secara
factual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
3. Anjurkan keluarga
agar tetap bersama pasien,
jika perlu
4. Latih teknik relaksasi

9 Resiko SLKI : SIKI :


Infeksi b.d Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi
ketidakadekuatan Setelah dilakukan asuhan I.14539
pertahanan tubuh keperawatan selama (…x…) Observasi
sekunder jam diharapkan resiko 1. Monitor tanda
(imunosupresi) infeksi menurun dengan dan gejala infeksi lokal dan
kriteria hasil : sistemik
1. Kebersihan tangan Terapeutik
meningkat (skor 5) 1. Cuci tangan sebelum
2. Kadar sel darah dan sesudah kontak dengan
putih(leukosit) membaik pasien dan lingkungan pasien
membaik (skor 5) 4,80-10,80 Edukasi
1. Jelaskan tanda
10^3/𝜇L dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara
mencuci tangan dengan
benar
3. Anjurkan
meningkatkan asupan nutrisi
Kolaborasi
1. Berikan antibiotik

3. Perencanaan Keperawatan

Penyusunan perencanaan keperawatan diawali dengan melakukan pembuatan


tujuan dari asuhan keperawatan. Tujuan yang dibuat dari tujuan jangka panjang
dan jangka pendek. Perencanaan juga memuat kriteria hasil. Pedoman dalam
penulisan tujuan kriteria hasil keperawatan berdasarkan SMART,yaitu:

S : Spesific (tidak menimbulkan arti ganda).


M : Measurable (dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan ataupun dibau).
A : Achievable (dapat dicapai).
R : Reasonable (dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah).
T : Time (punya batasan waktu yang jelas).

Karakteristik rencana asuhan keperawatan adalah:

a. Berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah (rasional).


b. Berdasarkan kondisi klien.
c. Digunakan untuk menciptakan situasi yang aman dan terapeutik
d. Menciptakan situasi pengajaran.
e. Menggunakan sarana prasarana yang sesuai.

4. Implementasi
Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan yang telah disusun
dengan menggunakan pengetahuan perawat, perawat melakukan dua intervensi
yaitu mandiri/independen dan kolaborasi/interdisipliner (NANDA, 2015). Tujuan
dari implementasi antara lain adalah: melakukan, membantu dan mengarahkan
kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan asuhan keperawatan untuk
mecapai tujuan yang berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran
informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari klien
(Asmadi, 2008).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan sebagai penialian status pasien dari efektivitas tindakan


dan pencapaian hasil yang diidentifikasi terus pada setiap langkah dalam proses
keperawatan, serta rencana perawatan yang telah dilaksanakan (NANDA, 2015).

Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat dan menilai kemampuan klien
dalam mencapai tujuan, menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai
atau belum, serta mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum
tercapai (Asmadi, 2008).

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai


tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan pasien.

a. Evaluasi Formatif

Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat
setelah dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada catatan perawat.

b. Evaluasi Sumatif

Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai
waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan.

Evaluasi dilakukan dengan pendekatan pada SOAP, yaitu:

S : Data subjektif, yaitu data yang diutarakan klien dan pandangannya terhadap
data tersebut.
O : Data objektif, yaitu data yang didapat dari hasil observasi perawat, termasuk
tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyakit pasien
(meliputi data fisiologis, dan informasi dan pemeriksaan tenaga kesehatan).

A : Analisis, yaitu analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan data
objektif.

P : Perencanaan, yaitu pengembangan rencana segera atau yang akan datang


untuk mencapai status kesehatan klien yang optimal. (Hutahaen, 2010).

Adapun ukuran pencapaian tujuan tahap evaluasi dalam keperawatan meliputi:

1. Masalah teratasi, jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2. Masalah teratasi sebagian, jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
3. Masalah tidak teratasi, jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/diagnosa keperawatan baru.
BAB III
TINJUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. Y DENGAN CA SERVIKS PADA


TANGGAL 23 SEPTEMBER 2021 SAMPAI 25 SEPTEMBER 2021

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
Umur : 35 Tahun
Alamat : Karangasem
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Status : Kawin
No. RM : 01028899
Tgl MRS : 22 September 2021
Tgl Pengkajian : 23 September 2021
Diagnosa Medis : Ca. Serviks Stadium IIB

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. W
Umur : 38 Tahun
Alamat : Karangasem
Jenis Kelamin : Laki- laki
Pekerjaan : Pegawai swasta
Hubungan dengan Pasien : Suami

B. Keluhan Utama
Pasien mengatakan keluar darah bergumpal dari kemaluan dan
terasa nyeri pada perut bagian bawah.

2
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit sering mengalami
keputihan serta keluar darah bergumpal dari kemaluan selama lebih
dari 4 bulan, awalnya pasien mengira hal tersebut adalah haid namun
karena berlangsung cukup lama akhirnya pada tanggal 20 Agustus
2021 suami pasien membawa pasien untuk memeriksakan keadaannya
ke RSUD K. Setelah dilakukan pemeriksaan RSUD K barulah pasien
mengetahui bahwa pasien menderita kanker serviks dan telah
mencapai stadium IIB. Kemudian pasien dirujuk ke rumah sakit umum
RSUP S untuk dilakukan pengobatan dengan kemoradioterapi. Pasien
masuk ke rumah sakit RSUP S melalui IGD tanggal 22 September
2021 pukul 21.00
WITA karena mengalami perdarahan yang cukup banyak dari
kemaluan dan kemudian di rawat di ruang A dan sedang menunggu
untuk proses pengobatan kemoradioterapinya. Saat dilakukan
pengkajian tanggal 23 September 2021 jam 08.20 WITA pasien
mengatakan masih keluar darah dari kemaluan terasa sedikit nyeri
pada area perut bagian bawah dengan skala nyeri 4, seperti ditusuk-
tusuk, selama 4-8 menit dan terasa hilang timbul, pasien mengatakan
cemas akan kondisinya, pasien mengatakan takut perdarahan akan
terjadi, pasien mengatakan takut penyakitnya semakin parah setelah
kemoterapi, pasien mengatakan kepala pusing, pasien terlihat pucat,
lemas, pasien sering menanyakan tentang kondisinya pada perawat.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya pernah di rawat di rumah sakit karena
sakit kanker serviks 1 bulan yang lalu.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan ibu pasien menderita penyakit kanker
payudara.
D. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
1. Riwayat Obstetri
Tgl. Umur Jenis Penolong Jenis Masalah Keadaan
No. Partus Kehamilan Partus Kelamin BB Hamil Lahir Nifas Bayi Anak
(minggu)
03-3- 9 bulan Spontan Bidan P 3200 - - - - Hidup
2007 Gr
12-8- 9 bulan Spontan Bidan L 3400 - - - - Hidup
2012 Gr
2. Riwayat Genekologi
a. Riwayat Menstruasi
1) Menarche : 11 tahun
2) Lamanya haid : 6 hari
3) Siklus : 28 hari
4) Banyaknya : 3x ganti pembalut
5) Sifat darah : warna merah tua-segar, bau
hanyir, bentuk cair, dismenor (+)
6) Keluhan : Keputihan
7) HPHT :-
8) Taksiran Persalinan :-
b. Riwayat Perkawinan
1) Usia Perkawinan : 24 tahun
2) Lama Perkawinan : kurang lebih 14 tahun
3) Pernikahan ke- :1
c. Riwayat Kontrasepsi
1) Jenis kontrasepsi yang digunakan : Pil KB
2) Kapan dipakai : tahun 2015
3) Tujuan : berhenti punya anak
4) Waktu & lama penggunaan : 6 tahun
5) Kapan berhenti : 2021
6) Alasan berhenti : setelah terkena penyakit kanker serviks
E. Aktivitas dan Kebutuhan Sehari- hari
1. Pola nutrisi
Saat dirumah : Pasien biasa makan 2-3x sehari dengan nasi, lauk dan
sayur, minum air putih 7-8 gelas perhari, berat badan
Saat dirumah sakit : Pasien makan 3x sehari, jenis diet NTKTP, porsi
makan habis, minum 7-8 gelas. Pasien mengungkapkan tidak ada
masalah pada pola makan saat dirumah sakit. Mual muntah tidak ada.
2. Istirahat dan Tidur
Saat dirumah : Pasien tidur 6-8 jam sehari. Pasien tidur siang selama 2
jam, tidur malam biasanya pukul 21.30
Saat dirumah sakit : Pasien mengungkapkan sering terbangun pada
malam hari karena nyeri perut yang dirasakan.
3. Pola Eliminasi
Saat dirumah : Pasien BAB 1x sehari dengan konsistensi lunak, BAK
3-4 sehari berwarna kuning jernih.
Saat dirumah sakit : Pasien mengungkapkan BAB 1x, BAK spontan
tanpa terpasang kateter urine, warna kemerahan karena bercampur
darah.
4. Personal Higiene
Saat dirumah : Pasien mandi 2x sehari menggunakan sabun, sikat gigi
2x sehari, keramas 3 hari sekali, memotong kuku setiap 1 minggu
sekali, ganti pakaian 2x sehari
Saat dirumah sakit : Pasien mandi 1x sehari dibantu suaminya, sikat
gigi 2x sehari, keramas 3 hari sekali, memotong kuku setiap 1 minggu
sekali, ganti pakaian 1x sehari
5. Mobilitas dan Aktivitas
Saat dirumah : Pasien seorang ibu rumah tangga, pasien biasanya
beraktivitas mengurus rumah.
Saat dirumah sakit : pasien hanya ditempat tidur karena nyeri perut
bagian bawah hilang timbul status fungsional barthel indeks, total skor
18 dengan kategori tingkat ketergantungan pasien adalah
ketergantungan ringan.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan umum
Kondisi umum : Terlihat pucat
Tingkat kesadaran : compos mentis
GCS : E(4) M (6) V (5)
Tanda-tanda vital :
TD : 130/80 mmHg, Nadi: 85x/ menit, RR: 18x/ menit S: 36,2oC
BB/ TB : 50kg /160cm
IMT : 19,5 (normal)
2. Kepala dan Leher
a. Kepala
Simetris, kepala bersih, penyebaran rambut merata, warna rambut
hitam muka pucat, dan kepala terasa pusing
b. Mata
Sklera putih, konjungtiva anemis, palpebra tidak ada edema,
refleks cahaya +, pupil isokor.
c. Hidung
Pernafasan cuping hidung tidak ada, posisi septum nasal simetris,
lubang hidung bersih, tidak ada penurunan ketajaman penciuman
dan tidak ada kelainan
d. Rongga Mulut dan Lidah
Warna bibir merah muda, lidah warna merah muda, mukosa
lembab, ukuran tonsil normal, letak uvula simetris ditengah
3. Sistem pernapasan
a. Keluhan :
Pasien tidak ada keluhan sesak nafas, nyeri waktu bernafas dan
batuk
b. Inspeksi :
Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 18 kali/menit, irama nafas
teratur, pernafasan cuping hidung tidak ada, penggunaan otot
bantu nafas tidak ada, pasien tidak menggunakan alat bantu nafas.
c. Palpasi :
Vokal premitus teraba diseluruh lapang paru
Ekspansi paru simetris, pengembangan sama di paru kanan dan
kiriTidak ada kelainan
d. Perkusi :
Sonor, batas paru hepar ICS 5 dekstra
e. Auskultasi :
Suara nafas vesikuler dan tidak ada suara nafas tambahan
4. Sistem kardiovaskuler
Tidak ada keluhan nyeri dada
a. Inspeksi
1) Tidak terlihat adanya pulsasi iktus kordis
2) CRT > 2 detik
3) Tidak ada sianosis
b. Palpasi
1) Ictus Kordis teraba di ICS 5
2) Akral Hangat
c. Perkusi
1) Batas atas : ICS II line sternal dekstra
2) Batas bawah : ICS V line midclavicula sinistra
3) Batas kanan : ICS III line sternal dekstra
4) Batas kiri : ICS III line sternal sinistra
d. Auskultasi
1) BJ II Aorta : Dub, reguler dan intensitas kuat
2) BJ II Pulmonal : Dub, reguler dan intensitas kuat
3) BJ I Trikuspid : Lub, reguler dan intensitas kuat
4) BJ I Mitral : Lub, reguler dan intensitas kuat
5) Tidak ada bunyi jantung tambahan
6) Tidak ada kelainan
5. Sistem pencernaan
a. Inspeksi
1) Bentuk : Bulat
2) Tidak ada bayangan vena
3) Tidak terlihat adanya benjolan
4) Tidak ada luka operasi pada abdomen
5) Tidak terpasang drain
b. Auskultasi
1) Peristaltik 15 kali/menit
c. Palpasi
2) Terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah
3) Tidak teraba adanya massa
4) Tidak ada pembesaran pada hepar dan lien
d. Perkusi
1) Shifting Dullness (-)
2) Tidak ada nyeri pada pemeriksaan perkusi ginjal
6. Sistem persyarafan
a. Memori : Panjang
b. Perhatian : Dapat mengulang
c. Bahasa : Baik (dengan komunikasi verbal menggunakan bahasa
Bali dan Indonesia)
d. Kognisi : Baik
e. Orientasi : Baik (Terhadap orang, tempat dan waktu)
f. Refleks Fisiologis
- Patella : 2 (Normal)
- Achilles : 2 (Normal)
- Bisep : 2 (Normal)
- Trisep : 2 (Normal)
- Brankioradialis : 2 (Normal)
g. Pasien mengatakan pusing
h. Istirahat/ tidur 9 jam/hari
i. Pemeriksaan syaraf kranial
- N1 : Normal (Pasien mampu membedakan bau minyak kayu
putih dan alkohol)
- N2 : Normal (Pasien mampu melihat dalam jarak 30 cm)
- N3 : Normal (Pasien mampu mengangkat kelopak mata)
- N4 : Normal (Pasien mampu menggerakkan bola mata
kebawah )
- N5 : Normal (Pasien mampu mengunyah)
- N6 : Normal (Pasien mampu menggerakkan mata kesamping)
- N7 : Normal (Pasien mampu tersenyum dan mengangkat alis
mata)
- N8 : Normal (Pasien mampu mendengar dengan baik)
- N9 : Normal (Pasien mampu membedakan rasa manis dan
asam)
- N10 : Normal (Pasien mampu menelan)
- N11 : Normal (Pasien mampu menggerakkan bahu dan
melawan tekanan)
- N12 : Normal (Pasien mampu menjulurkan lidah dan
menggerakkan lidah keberbagai arah)
7. Sistem perkemihan
a. Kebersihan : Bersih
b. Kemampuan berkemih : Spontan
c. Tidak ada distensi kandung kemih
d. Tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih
8. Sistem integumen
a. Kulit berwarna kemerahan
b. Turgor kulit menurun
c. Tidak terdapat luka
d. Tidak ada pitting edema
e. Nilai risiko dekubitus, pasien dalam kategori 19 (resiko rendah)
9. Sistem endokrin
a. Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
b. Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
c. Tidak ada trias DM
10. Sistem muskuloskeletal
a. Pergerakan sendi bebas
b. Kekuatan otot 5 5
5 5
c. Tidak ada kelainan ekstremitas
d. Tidak ada kelainan tulang belakang
e. Tidak ada fraktur tidak terpasang traksi
11. Sistem reproduksi
a. Mammae simetris, hiperpigmentasi areola (-), puting susu
menonjol, mammae tidak penuh, bersih
b. Terdapat perdarahan pervaginam
G. Data Psikososial dan Spiritual
1. Psikososial
a. Pola persepsi diri/konsep diri
Pasien cemas dengan kondisi penyakitnya, pasien takut
penyakitnya semakin memburuk setelah kemoterapi, pasien takut
perdarahan akan terus terjadi, pasien sering menanyakan
kondisinya pada perawat, pasien kooperatif saat interaksi ,ekspresi
pasien terhadap penyakitnya adalah murung.
b. Hubungan sosial/ komunikasi
Hubungan pasien dengan keluarga dan orang terdekat baik. Selama
sakit pasien tidak dapat menjalankan peran sebagai ibu dan istri.
Pasien menggunakan bahasa Bali dan Indonesia dalam komunikasi
sehari-hari. Komunikasi Pasien dapat dimengerti dan dapat
memberikan timbal balik yang baik. Pasien kooperatif saat
interaksi.
c. Kebiasaan Seksual/reproduksi
Hubungan seksual terganggu selama pasien sakit. Pasien memiliki
2 orang anak
2. Spiritual
Pasien beragama Hindu, selalu sembahyang untuk proses
penyembuhan penyakitnya.
H. Data Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium tanggal 23/09/2021
a. Leukosit 15,88 10^3/𝜇L (Normal: 4,80-10,80 10^3/𝜇L)
b. Eritrosit 3,37 10^6/𝜇L (Normal: 4,20-5,40 10^6/𝜇L)
c. Haemoglobin 7,8 g/dl (Nomal: 12-16 g/dl)
d. Hematokrit 24,5 % (Normal: 37-54%)
2. Rontgen tanggal
Kesan : Foto thorax dalam batas normal
3. Echocardiography tanggal 23/09/2021
Kesan : Normal Echocardiography
4. Patologi Anatomi
Kesimpulan : Cervix, biopsi : carsinoma cervix invasive
5. USG tanggal 24/09/2021
Kesan : tampak lesi hiperedoic diproyeksi cerviks ukuran 3,9 x 5,2 cm.
Penyokong gambaran massa serviks.

I. Terapi
Asam Traneksamat (IV) 3 x 500 mg
Antrain (IV) 2 x 1amp
Cefadroxil (PO) 3 x 1
Tablet tambah darah (PO) 2 x 1
RL (IVFD) 20 tpm
II. ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O KEPERAWATAN
1 Data subjektif : Perdarahan Perfusi perifer tidak
• Pasien mengatakan efektif (D.0009)
keluar darah Anemia
bergumpal dari
kemaluan Curah jantung
• Pasien mengatakan
terkadang kepala Sirkulasi ke jaringan
terasa pusing
Data Objektif : Ketidakefektifan
• Pasien terlihat pucat
• Turgor kulit menurun perfusi jangan
• Konjungtiva anemis
• CRT > 2 detik
• Hemoglobin 7,8 g/dl
• Hematokrit 24,5 %
2 Data subjektif : Penekanan syaraf Nyeri kronis
• Pasien mengatakan lumbosakralis (D.0078)
nyeri perut bagian
bawah Stimulus
P : nyeri kanker
serviks Ditangkap reseptop nyeri
Q : seperti ditusuk
tusuk
R : nyeri perut Nyeri kronis
bagian bawah hingga
vagina
S : skala nyeri 4
T : hilang timbul

Data Objektif :
• Pasien terlihat
meringis ketika
nyeri timbul
• Nyeri tekan pada
perut bagian bawah
• TD : 130/80 mmHg
• N : 85x/menit
3 Data subjektif : Kurang terpapar Ansietas (D.0080)
• Pasien mengatakan informasi
cemas akan kondisi
penyakitnya Ansietas
 Pasien mengatakan
takut perdarahan akan
terus terjadi
 Pasien mengatakan
takut penyakitnya
semakin memburuk
setelah kemoterapi

Data Objektif :
 Pasien sering
menanyakan
tentang kondisinya
pada Perawat
 Pasien terlihat murung
 Hasil pemeriksaan
patologi
anatomi:
Kesimpulan :
Cervix, biopsi :
carsinoma
cervix invasive
4 Data subjektif: - Perdarahan Resiko infeksi
Data Objektif : (D.0142)
• Pasien terlihat lemas Anemia
 Leukosit : 15,88
10^3/𝜇L Imunitas

Resiko infeksi
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin dibuktikan dengan CRT > 2 detik, pasien terlihat pucat, turgor kulit
menurun (D.0009)
2. Nyeri kronis berhubungan dengan penekanan syaraf lumbosakrlis
dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri, pasien tampak meringis (D.0078)
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan
pasien merasa khawatir dengan penyakitnya, pasien sering bertanya terkait
penyakitnya, mengeluh pusing, tampak pucat dan murung, (D.0080)
4. Resiko infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
(imunosupresi) (D.0142)
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Tanggal Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Ditemukan Keperawatan
1 23/09/202 Perfusi perifer SLKI : SIKI:
1 tidak efektif b.d Perfusi Perifer (L.02011) Perawatan Sirkulasi
I.02079
Penurunan Setelah dilakukan asuhan
Observasi
Konsentrasi keperawatan selama 3x24
5. Periksa sirkulasi
Hemoglobin jam diharapkan perfusi
perifer
(D.0009) perifer efektif adekuat
6. Identifikasi faktor
dengan kriteria hasil :
Resiko gangguan
1. Warna kulit pucat
pada sirkulasi
menurun (skor 5)
7. Monitor adanya
2. Pengisian kapiler
panas, kemerahan,
membaik (skor 5) < 2
nyeri atau
Detik
bengkak
3. Turgor kulit membaik
ekstermitas
(skor 5)
8. Catat hasil lab Hb
4. Tekanan systole dan
dan Ht
diastole membaik (skor
Terapeutik
5)
1.Lakukan hidrasi
TD : 120/80 mmHg
Edukasi
5. Hemoglobin normal
4. Jelaskan
(12-16 g/dl)
kepada
pasien dan
keluarga tentang
tindakan pemberian
tranfusi darah
5. Berikan tranfusi
darah
2 23/09/202 Nyeri kronis SLKI : SIKI :
1 b.d Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen
penekanan Setelah dilakukan asuhan Nyeri
syaraf keperawatan selama 3x24 I.08238
lumbosakrlis jam diharapkan pasien Observasi
(D.0078) mampu untuk mengontrol 5. Identifikasi
dan menunjukkan tingkat lokasi,
nyeri menurun dengan karakteristik,
kriteria hasil : durasi, frekuensi,
3. Keluhan nyeri menurun kualitas, dan
(skor 5) intensitas nyeri
4. Meringis menurun (skor 6. Identifikasi skala
5) nyeri
6. Frekuensi nadi 7. Identifikasi
membaik (skor 5) respons
7. Tekanan darah nyeri non verbal
membaik (skor 5) 8. Identifikasi factor
yang memberberat
dan memperingan
nyeri

Terapeutik
3. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri
4. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
3. Jelaskan
penyebab, periode,
pemicu nyeri
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
2. Kolaborasi
pemberikan
analgetic
3 23/09/202 Ansietas b.d SLKI : SIKI :
1 kurang terpapar Tingkat Ansietas (L.09093) Reduksi Ansietas
informasi Setelah dilakukan asuhan I.09314
(D.0080) keperawatan selama 1x24 Observasi
jam diharapkan masalah 5. Monitor tanda-
ansietas menurun dengan tanda ansietas
kriteria hasil : Terapeutik
6. Verbalisasi khawatir 3. Ciptakan suasana
dengan penyakitnya yang terapeutik
menurun (skor 5) untuk
7. Keluhan pusing menumbuhkan
menurun (skor 5) kepercayaan
Verbalisasi 6. Pahami situasi
kebingungan menurun yang membuat
(skor 5) ansietas
8. Frekuensi nadi 7. Dengarkan dengan
membaik (skor 5) penuh perhatian
9. Tekanan darah 4. Gunakan
membaik (skor 5) pendekatan
10. Pucat membaik (skor 5) yang tenang
dan
8. Meyakinkan
Edukasi
5. Jelaskan
prosedur
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
6. Informasikan
secara
factual
mengenai diagnosis,
pengobatan,
dan prognosis
7. Anjurkan keluarga
agar tetap bersama
pasien, jika perlu
8. Latih teknik relaksasi

4 23/09/202 Resiko SLKI : SIKI :


1 infeksib.d Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi
ketidakadekuata Setelah dilakukan asuhan I.14539
n pertahanan keperawatan selama 3x24 Observasi
tubuh sekunder jam diharapkan resiko 2. Monitor tanda
(imunosupresi) infeksi menurun dengan dan gejala infeksi
(D.0142) kriteria hasil : lokal dan sistemik
3. Kebersihan tangan Terapeutik
meningkat (skor 5) 2. Cuci tangan
4. Kadar sel darah sebelum dan
putih(leukosit) membaik sesudah kontak
membaik (skor 5) 4,80- dengan pasien dan
10,80 lingkungan pasien
10^3/𝜇L Edukasi
4. Jelaskan tanda
dan gejala infeksi
5. Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
6. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
Kolaborasi
2. Berikan antibiotik
Hari/ Tanggal No Implementasi Evaluasi Formatif TTD
Dx
Kamis, 23 September 1 Menanyakan adanya perdarahan DS: Pasien mengatakan keluar darah
2021 pervaginam bergumpal pada kemaluan
08.20 DO : Pasien tampak pucat

08.35 2 Memberikan obat injeksi asam DS: -


traneksamat I amp/IV dan antrain I DO: Tidak ada reaksi alergi
amp/IV

09.10 2 Mengkaji skala nyeri berdasarkan DS: Pasien mengeluh nyeri


PQRST P: nyeri kanker serviks
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri perut bagian bawah hingga vagina
S: skala nyeri 4
T: hilang timbul
DO: Pasien tampak meringis

09.15 2 Melihat reaksi nonverbal dari DS: Pasien mengeluh nyeri


ketidaknyamanan DO: Pasien tampak meringis menahan nyeri

09.20 2 Memberikan penjelasan tentang DS: Pasien mengatakan mengerti dan dapat
penyebab nyeri menyebutkan kembali penyebab nyerinya
DO: Pasien tampak paham dan kooperatif

09.25 1 Melihat adanya tanda dan gejala DS: Pasien mengatakan pusing
gangguan sirkulasi perifer DO: CRT >2 detik, konjungtiva anemis,
tampak pucat, turgor kulit menurun
09.27 2 Mengajarkan teknik relaksasi nafas DS: Pasien mengatakan merasa
dalam lebih
nyaman setelah melakukan nafas
dalam
secara berulang.
10.45 1 Melihat hasil laboratorium (hemoglobin DO: Pasien tampak tenang
dan hematocrit)
DS: -
DO: Hemoglobin 7,8 g/dl, Hematokrit 24,5
10.50 1 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga %
tentang tindakan pemberian tranfusi
darah DS: Pasien dan keluarga
memahami
10.55 3 Mendorong keluarga untuk menemani pentingnya tranfusi darah
pasien DO: Pasien dan keluarga tampak kooperatif

DS: Keluarga pasien mengatakan akan


11.10 1 Memasang perlengkapan tranfusi selalu menemani pasien
DO: Keluarga tampak berada disisi pasien

DS: -
11.25 3 Mengukur tanda-tanda ansietas dan TTV DO: Pasien telah dipasang blood set dengan
Nacl 0.9 % 20 tpm

DS: Pasien mengatakan khawatir dengna


penyakitnya, dan pusing
DO : Pasien tampak cemas, pucat dan
murung TTV: TD: 130/80mmHg,
Nadi 85x/menit, RR: 18x/menit¸
11.33 1 Memberikan tranfusi darah Suhu
: 36,2⁰C
DS: Pasien dan keluarga memahami dan
dapat menyebutkan tanda dan gejala
alergi darah dan akan melapor jika
salah satu tanda muncul
13.05 4 Melihat hasil laboratorium (leukosit) DO: Pasien terpasang tranfusi darah
Golongan Darah : O, No.PDUT :
14968
Jenis tranfusi : PRC Volume : 265 cc
13.10 3 Menanyakan penyebab kecemasan pasien
DS: -
DO: Leukosit : 15,88 10^3/𝜇L

13.15 3 Menjelaskan prosedur yang akan DS: Pasien mengatakan takut karena
dilakukan selama pengobatan dirinya menderita kanker dan takut
tidak dapat sembuh
DO: Pasien masih tampak cemas

DS: Pasien mengatakan paham dengan


13.25 4 Menjelaskan tanda dan gejala infeksi prosedur yang akan dilakukan dan
akan mengikuti pengobatan yang telah
diberikan oleh dokter
DO: Pasien tampak tidak begitu cemas

DS: Pasien dan keluarga mengatakan


14.00 3 Melakukan penyuluhan kesehatan paham mengenai tanda dan gejala
tentang efek samping dan infeksi
penanganan dari kemoradioterapi yang DO: Pasien dan keluarga tampak paham
akan dilakukan dan kooperatif

DS: Pasien dan keluarga mengatakan


paham dengan penjelasan perawat.
DO: Pasien dan keluarga mendengarkan
14.50 4 Mengajarkan kepada pasien dan keluarga dengan antusias dan bertanya
cara mencuci tangan yang benar saat penyuluhan. Pasien dapat
menyebutkan efek samping dan
penanganannya dari kemoradioterapi.

DS: Pasien dan keluarga mengatakan


paham dan menyebutkan urutan
15.20 4 Menanyakan tentang nafsu makan pasien mencuci tangan.
DO: Pasien dan keluarga dapat
mempraktekkan cara mencuci tangan
yang benar, tangan tampak bersih
16.30 2 Menganjurkan pasien untuk melakukan
teknik relaksasi nafas dalam
DS: Pasien mengatakan nafsu makan baik
dan tidak ada mual
DO: Pasien tampak kooperatif

16.35 2 Melihat reaksi nonverbal dari DS: Pasien mengatakan bersedia dan
Ketidaknyamanan mengatakan nyerinya teralihkan
DO: Pasien mempraktekkan teknik
relaksasi nafas dalam dengan benar

17.00 3 Mendorong pasien untuk DS: -


mengungkapkan perasaannya DO: Pasien terkadang meringis menahan
sakit

DS: Pasien mengatakan akan tetap


semangat
dan tidak ingin terlalu stress karena
Jumat, 24 September 1 Menanyakan adanya perdarahan akan fokus menjalani pengobatan
2021 Pervaginam yang akan
08.25 dilakukan agar cepat sembuh
DO: Pasien tampak kooperatif
08.35 2 Memberi obat injeksi Asam Traneksamat
1 amp/IV dan Antrain 1 amp/IV DS: Pasien mengatakan terkadang darah
09.05 4 bergumpal masih keluar dari kemaluan
Menganjurkan pasien meningkatkan
asupan nutrisi DO : Pasien masih tampak cemas

DS: -
09.15 2 DO: Obat masuk, tidak ada reaksi alergi
Mengkaji skala nyeri berdasarkan
PQRST DS: Pasien mengatakan
berusaha
meningkatkan asupan nutrisi
DO: Pasien tampak kooperatif

DS: Pasien mengatakan nyeri masih


Dirasakan
P: nyeri kanker serviks
Q: seperti ditusuk-tusuk
10.05 2 Menjelaskan tentang cara mengontrol R: nyeri perut bagian bawah hingga vagina
S: skala nyeri 4
nyeri dengan metode distraksi T: hilang timbul
DO: Pasien tampak meringis saat nyeri
timbul

10.15 2 Mengukur tanda-tanda vital DS: Pasien mengatakan paham dengan


penjelasan perawat
DO: Pasien dapat menyebutkan cara-cara
mengontrol nyeri dengan metode
11.30 1 distraksi seperti menyanyi atau
Mengganti cairan infus
menonton tv atau

DS: -
12.00 2 Memberikan tranfusi darah DO: TD: 120/80, N : 84x/menit, RR :
20x/menit, Suhu : 36,5⁰C

DS: -
DO: Telah terpasang blood set dan
cairan
telah diganti Nacl 0,9 % 20 tpm

DS: -
DO: Pasien dan keluarga memahami dan
Sabtu, 25 November 2 dapat menyebutkan tanda dan gejala
Menanyakan tentang pola tidur pasien
2021 alergi darah dan akan melapor jika
08.35 salah satu tanda muncul Ny.Y
terpasang tranfusi darah
08.45 2 Golongan Darah : O No.PDUT :
Memberikan obat injeksi Asam 14722
Traneksamat 1 amp/IV dan Antrain 1 Jenis tranfusi : PRC Volume : 255 cc
amp/IV
08.55 1 Menanyakan adanya perdarahan
Pervaginam DS: Pasien mengatakan dapat tidur
nyenyak
09.45 1 dan tidak ada gangguan pola tidur
Melihat hasil laboratorium (hemoglobin DO: Pasien tampak baik
dan leukosit)
DS: -
10.15 2 DO: Obat masuk, tidak ada reaksi obat
Menanyakan tentang cara mengontrol
nyeri dengan distraksi DS: Pasien mengatakan sekarang darah
hanya keluar sedikit
10.18 2 DO: Pasien tampak tenang
Menganjurkan pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi nafas
dalam DS: -
DO: Hemoglobin : 10,7 g/dl, Hematokrit
:28,7 %, Leukosit : 14,76 10^3/𝜇L
10.30 2
Mengobservasi penerimaan pasien DS: Pasien mengatakan teknik distraksi
tentang manajemen nyeri
Nyeri yang dapat dilakukan seperti
menyanyi, memabaca, menonton.
DO: Pasien tampak kooperatif
DS: Pasien mengatakan lebih relaks
DO: Pasien dapat mempraktekkan
Teknik relaksasi nafas dalam secara
10.35 2 berulang
Mengkaji skala nyeri berdasarkan
PQRST
DS: Pasien mengatakan jika nyeri
timbul,
pasien akan menarik nafas dalam
melalui hidung menahannya
sebentar dan menghembuskan
secara perlahan
DO: Pasien tampak paham

11.05 2 DS: Pasien mengatakan nyeri


Mengukur tanda-tanda vital sudah
Berkurang
P : nyeri kanker serviks
11.20 Q : seperti ditusuk-tusuk
4 Menganjurkan pasien untuk menjaga R : nyeri perut bagian bawah hingga
asupan nutrisi vagina
S : skala nyeri 3
T : hilang timbul
11.25 1 DO: Pasien tampak tenang,
Mengganti cairan infus
meringis
berkurang
12.10 1 Menganjurkan pasien dan keluarga DS: -
memonitor tanda dan gejala perdarahan DO: TD : 120/80 mmHg, N:76x/menit,
RR :
18x/menit, Suhu : 36,4⁰C

12.30 1 Melihat adanya tanda dan gejala DS: Pasien mengatakan banyak makan
gangguan sirkulasi perifer terutama susu dan buah-buahan
DO: Kondisi pasien tampak baik

DS: -
DO: Cairan infus telah terpasang RL 500
cc 20 tpm, aliran infus lancer

DS: Pasien dan keluarga mengatakan


paham
dan akan melaporkan kepada perawat
jika terjadi tanda dan gejala perdarahan
DO: Pasien tampak kooperatif

DS: Pasien mengatakan kondisinya


sedikit
lebih membaik
DO: CRT <2 detik, konjungtiva anemis,
tampak pucat, turgor kulit menurun

V. EVALUASI

Tanggal No Evaluasi Sumatif TTD


Dx
Sabtu, 25 1 S : Pasien mengatakan sekarang darah hanya keluar sedikit
November O:
2021 - Akral hangat, CRT < 2 detik, wajah pucat, konjungtiva anemis, turgor kulit menurun
- Hemoglobin : 10,7 g/dl Hematokrit : 28,7 %
- TD : 120/80 mmHg, N:76x/menit, RR : 18x/menit, Suhu :
36,4⁰C A : Masalah perfusi perifer tidak efektif tidak teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Periksa sirkulasi perifer
- Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
- Lakukan hidrasi
Sabtu, 25 2 S:-
November - Pasien mengatakan nyeri berkurang
2021 - Pasien mengatakan merasa lebih nyaman dengan teknik nafas dalam
- Skala nyeri 3
O:
- Meringis tampak berkurang
- TD : 120/80 mmHg, N:76x/menit
-
A : Masalah nyeri kronis tidak teratasi

P : Lanjutkan intervensi
- Identifikasi lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istiahat dan tidur
- Berikan analgetik
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Kanker serviks adalah suatu penyakit yang mulanya disebabkan oleh tumor ganas
pada daerah mulut rahim yang pertumbuhannya tidak dapat terkontrol dan tidak
terkoordinir sehingga mendesak jaringan di sekitarnya. Terdapat beberapa faktor resiko
yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu umur pertama kali melakukan
hubungan seksual, jumlah kehamilan dan partus, jumlah perkawinan, infeksi virus, sosial
ekonomi, hygiene dan sirkumsisi, merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim),
radioterapi dan pap smear. Dokumentasi keperawatan sangat penting untuk dilakukan
karena berguna untuk menghindari kesalahan, menghindari kejadian tumpang tindih,
memberikan informasi ketidaklengkapan asuhan keperawatan, dan terbinanya koordinasi
antara teman sejawat atau pihak lain.
Pada kasus Kanker Serviks perawat dalam melakukan Asuhan Keprawatan dalam
pengkajian dituntut harus teliti dan kompherensif, sehingga mudah dalam menegakkan
diagnosa keperawatan. Salah satu yang harus diperhatikan pada pasien kanker serviks
yaitu pengkajian pada genitalia, sirkulasi perifer, kenyamanan/ nyeri, nutrisi, psikologis,
aktivitas dan hasil pemeriksaan penunjang. Penyusunan perencanaan keperawatan
diawali dengan melakukanpembuatan tujuan dari asuhan keperawatan. Tujuan yang
dibuat dari tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan juga memuat kriteria
hasil. Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan yang telah disusun dengan
menggunakan pengetahuan perawat, perawat melakukan dua intervensi yaitu
mandiri/independen dan kolaborasi/interdisipliner. Evaluasi merupakan sebagai penialian
status pasien dari efektivitas tindakan dan pencapaian hasil yang diidentifikasi terus pada
setiap langkah dalam proses keperawatan, serta rencana perawatan yang telah
dilaksanakan. Adapun 2 jenis evaluasi keperawatan yaitu evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif.
B. Saran

Semoga makalah ini dapat dijadikan suatu refrensi atau panduan bagi mahasiswa
keperawatan khususnya atau kalangan umum untuk membuat atau melanjutkan
pendidikan selanjutnya. 
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Astrid Savitri, D. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim, dan Rahim.
Yogyakarta: Pustaka Perss.

Aspiani, R. Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM.

Budiono, dkk. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika.

Brunner, and S. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC.

Debora, O. (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika.

Diananda, R. (2008). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta: Kata Hati.

Hutahaen, S. (2010). Konsep dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
untuk pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

M.F.Rozi. (2013). Kiat Mudah Mengatasi Kanker Serviks. Yogyakarta: Aulia Publishing.

NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi Edisi 10. Jakarta: EGC.

Padila. (2015). Buku Ajar: KeperawatanMedikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Media.

Prawirohardjo, S. (2011). Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Price, and W. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta: EGC.

Reeder, D. (2013). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga, Edisi 18
Volume 1. Jakarta: EGC.
S. Ariani. (2015). Stop! Kanker. Yogyakarta: Istana Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Wijaya, D. (2010). Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Sinar Kejora.

Wuriningsih. (2016). Potret Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Klien Dengan Kanker
Serviks Melalui Pendekatan Konservasi Dan Efikasi Diri. Nurscope. Jurnal Keperawatan
dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan, 2(2), 49-

Anda mungkin juga menyukai