35a6e 05 Kesesuaian Lahan Rawa
35a6e 05 Kesesuaian Lahan Rawa
Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yang
terkandung di dalamnya, tergenang secara terus menerus
atau musiman, terbentuk secara alami di lahan yang relatif
datar atau cekung dengan endapan mineral atau gambut
dan ditumbuhi vegetasi, yang merupakan suatu ekosistem.
Hutan bakau,
sungai alam
Pengembangan Tradisionil
alami
Pasang surut
Sdh
dikembangkan
Rawa
alami
lebak
Sdh
dikembangkan
KLASIFIKASI RAWA MENURUT FUNGSI
Lindung
Pasang surut
Budidaya
Rawa
Lindung
lebak
Budidaya
Klasifikasi rawa
Menurut Konvensi Ramsar
(Davies et al, 1995)
SKEMATIK DATARAN BANJIR PADA RAWA LEBAK
TIPIKAL PENAMPANG MELINTANG RAWA LEBAK
Rawa Lebak
Sungai Sungai
KATA KUNCI:
A A’
Sungai
posisi daerah rawa lebak
Skematik kedudukan lahan rawa lebak dalam suatu bentang bumi terkait dengan kawas
an hulu berupa pegunungan, sungai, dan dataran banjir sungai.
T = f (i, o, b, t, w)
T = tanah
f = faktor/fungsi
i = iklim
o = organisme
b = bahan induk
t = topografi
w = waktu
Faktor pembentuk tanah
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan
tanah terutama ada dua, yaitu suhu dan curah hujan.
a. Suhu/Temperatur
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk.
Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung
cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula.
b. Curah hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan
pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat
menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
Faktor pembentuk tanah
2. Organisme (Vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah
dalam hal:
a. Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapuk-
an kimiawi.
b. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasil-
kan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yg menumpuk
di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan
bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
c. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi
di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi
hutan dapat membentuk tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk
tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput
membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan
organis yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
d. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman
berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan
memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah,
akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih
tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
Faktor pembentuk tanah
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan),
dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk,
kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama
sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya masih terlihat
misalnya tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya
tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan mempengaruhi intensitas
tingkat pelapukan dan vegetasi diatasnya. Bahan induk yang banyak mengandung
unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula sehingga
dapat menghindari pencucian asam silikat dan sebagian lagi dapat membentuk
tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan
kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.
4. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis
karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena
terjadi sedimentasi.
b. Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya
menjadi asam.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan
dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin
tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis
mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa.
Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah
berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
PEMBENTUKAN TANAH RAWA
PENAMPANG MELINTANG
Aluvial gambut
Penampang Skematis Wilayah diantara Dua Sungai Besar di Lahan Rawa
(Subagyo, 1998 dalam Wahyunto, et al., 2005)
PEMBENTUKAN TANAH RAWA
T = f (i, o, b, t, w)
T = tanah Rawa
f = faktor/fungsi
i = iklim curah hujan/dataran banjir
o = organisme sedikit/terhambatbelum berkembang
b = bahan induk bahan organik, alluvial/sedimen
t = topografi Cekungan
w = waktu muda
KLASIFIKASI TANAH RAWA
Tekstur halus, berwarna abu-abu, sering mengandung bahan organik yang tinggi (tanah
bergambut) dan terdapat lapisan organik dangkal sampai medium di bagian atas tanah.
Memiliki drainase yang buruk, dan sebelum reklamasi tanahnya mentah atau sebagian
matang pada 0,70 m lapisan atas serta mempunyai daya dukung tanah yang sangat rendah
walaupun proses reklamasi telah berlangsung cukup lama. Kesuburan tanahnya bervariasi
tetapi pada umumnya sedang sampai tinggi:
a. Tanah Salin
b. Lahan Endapan Marin Non Salin
c. Tanah Aluvial Non Marin
KLASIFIKASI TANAH RAWA
Tanah Salin
• Lahan ini masih dipengaruhi oleh pasang surut tetapi tidak bersuasana
payau atau masin, meskipun suasana asin-payau masih terasa di aliran
sungai.
• Sewaktu pengisiannya dipengaruhi oleh air asin, sehingga tanahnya da
pat mengandung bahan sulfidik yang terutama pada tanah mineral
nya. Meliputi daerah belakang lahan yang masih aktif dipengaruhi air
asin, baik berupa jalur meander ataupun pengisian celah teras yang
teriris oleh aliran sungai/saluran drainase alami.
• Keberadaan bahan sulfidik dicirikan pula oleh vegetasi gelam atau
rerumputan yang toleran suasana masam.
KLASIFIKASI TANAH RAWA
Tanah Aluvial Non Marin
TANAH GAMBUT
LINGKUNGAN GAMBUT
(Sumber: Prof. Azwar Maas)
Alami Konversi
Jenuh air (stagnan atau Tidak jenuh air
bergerak) sampai tergenang Suasana oksidatif
sepanjang tahun
Bertambah masam
Suasana reduktif vegetasi
Menjadi kering
adaptif
Mengalami amblesan
Penyimpanan air (storage)
Retensi air sangat
Pengendali banjir dan
kekeringan berkurang
Di luar ambang kelayakan
Terjadi siklus nutrisi secara
tertutup tanaman budidaya ataupun
tumbuhan adaptif
Penyimpanan karbon
Carbon Trade?? Terjadi ekstraksi nutrisi (oleh
tanaman atau terbawa air di
Plasma nutfah tumbuhan saluran drainasi
kayu sebagai bahan dasar
pembentuk gambut Pelepasan karbon peruraian
atau/dan kebakaran
Lingkungan hidup bagi
hewan (ikan, buaya, orang Keberhasilan tergantung dari
utan, bekantan, dll.) keseimbangan input dengan
output
Sangat Penting Konservasi Hutan Gambut Alami
TANAH GAMBUT
Gambut Topogenous
1. Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap studi pustaka, yaitu meneliti dan mengkaji
pustaka yang telah ada tentang keadaan tanah didaerah tersebut, dengan demikia
na gambaran kasar tentang daerah yang akan diteliti telah di dapat. Dalam tahap
an ini berbagai data perlu diteliti terutama: Peta topografi dan/atau Peta Hidroto-
pografi, Peta Geologi, Iklim dan Hidrologi, Pola Drainase, Penggunaan Tanah, dan
Tata Guna Hutan Kesepakatan, Penduduk dan sarana angkutan atau Komunikasi,
dlll.
2. Survei Pendahuluan
Survai pendahuluan bertujuan mempersiapkan suvey utama yang akan dilakukan
di lokasi survai. Selain menyiapkan segi-segi administrasi, survai pendahuluan ber
tujuan untuk melakukan orientasi di daerah survai untuk memperoleh gambaran
menyeluruh tentang kondisi lapangan dan identifikasi problema-problema yang
mungkin didapat.
3. Survei Utama
Jenis Peta Skala Satuan Peta
Detil 1 : 5000 – Seri tanah (macam tanah, tekstur/tingkat ke
1 : 25.000 matangan Bahan organik, drainase, hidroto-
fografi, lereng)
1. Pengeboran Tanah
• Survei tanah prinsipnya mengikuti jalur sebagaimana survei topografi,
jika dibutuhkan survei diluar jalur survei makan posisinya dapat direk
am dgn GPS
• Kerapatan pengamatan 1 per 25 – 250 ha
• Pengeboran dilakukan pada kedalaman 1, m pada tanah mineral dan
3 m pada tanah gambut. Pengamatan mengikuti standar praktis surv
ei tanah seperti:
• tekstur, struktur, karatan (mottling) dan tingkat kematangan tanah
• ketebalan lapisan gambut dan tingkat kematangannya
• Kedalaman lapisan pirit dengan mengunakan larutan hidrogen per
oksida (H2O2), perhatikan buih dan bau belerang
• Kedalaman muka air tanah dan banjir
• Kandungan pH dan Fe2+ pada air tanah menggunakan kertas peng
ukur
• Penggunaan lahan di sekitar pengeboran.
B Q
0
t x
PROFIL TANAH
B Q
0
t x
3. Penggunaan Lahan
• Untuk areal alami tipe vegetasi dan spesies dominan dica
tat
• Untuk areal pengembangan klasifikasi penggunaan lahan
disarankan sbb :
– Sawah
– Kebun tanaman keras ( jenis)
– Sawah/kebun (campur)
– Lahan Pekarangan
– Semak/Rumput (tinggi < 2 m)
– Belukar (tinggi > 2 m)
– Lain-lain
SURVEI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
Assesmen dilakukan dari data statistik dan dari wawancara dan nara sumber atau oranglok
al. Untuk areal yang baru dikembangkan difokuskan pada ketersediaan lahan utnuk meng
etahui nilai ekonomi dan aktivitas yang dibutuhkan. Untuk jaringan eksisting, survei bertuj
uan utk mengetahui kegiatan pertanian saat ini dan crop budget dan perubahan yang terj
adi sejak penempatan dan alasannya.
• Pengumpulan data statistik tentang pupulasi, penggunaan lahandan fasilitas dll (BPS,
PODES)
• Verifikasi nama, lokasi, batas dan ukuran lahan baik utk transmigran maupun lokal
• Wawancara dengan pemda, kepala desa dan sumber lainnya. Utk survei detil sampel a
cak sekitar 3% dari total populasi dari area yang disurvei.
• Inventarisasi kegiatan ekonomi dengan costs and benefits.
• Penilaian ketersediaan buruh, suplai dan fasilitas pasar, transportasi dan jaringan distrib
usi.
• Inventarisasi kepemilikan lahan, konsesi lahan dan aspek legal lahan lainnya.
• Untuk Jaringan Eksisting:
– Inventarisasi organisasi petani dan area kerja staf lapangan (Pengamat, Juru Pengairan, PPL,
etc.).
– Inventarisasi data agronomi: pola tanam, varitas, saprodi, HPT, dan crop budgets.
– Deskripsi dan peta tipikal unit tersier, yang menggambarkan lokasi saluran, bangunan air, peru
mahan dan lahan usaha, jalan dan jalan usaha tani dll.
– Penyiapan peta yang menunjukkan tata letak pemukiman, jalan penghubung, areal budidaya u
ntuk musim hujan dan kemarau dengan skala 1 : 20.000.
Survei Reconnaissance Desain detil