Anda di halaman 1dari 3

Apa itu narsisme??

kata narsisme diambil dari nama tokoh dalam mitos yunani yaitu Narcissus. ia dikutuk sehingga
mencintai bayangannya sendiri dikolam. kata narsisme dipopulerkan oleh seorang psikolog Sigmund
Freud. Narsisme sendiri berarti perasaan cinta terhadap diri sendiri. dan orang yang mengalami
narasisme disebut narsisis.

 Spencer A Rathus dan Jeffrey S. Nevid menyebutkan dalam bukunya, Abnormal Psychology (2000)
bahwa orang yang Narcissistic memandangnya dengan cara yang berlebihan. Mereka senang sekali
menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian.

Apakah Narsisme sebuah penyakit atau kelainan jiwa?? 


dalam buku sigmund freud On Narcissism: An Introduction(1914). Narsisme ada dalam diri setiap manusia
sejak merka lahir. bahkan menurut Andrew Morrison narsisme dalam jumlah yang tepat dapat membuat
seseorang memiliki persepsi yangs eimbang mengenai kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang lain.
tetapi apabila narsisme sudah berlebihan bisa berbahaya karena pengidap narsisme akan merasa dirinya yang
paling hebat dan menganggap rendah orang lain. 

narsisme juga berbeda dengan percaya diri. orang yang percaya diri adalah orang yang siap berkompetisi kalo
orang narsis  hanya mementingkan penampilan fisiknya saja

Narsisme  Sekarang ini


sifat narsisme yang berlebihan mungkin sekarang ini telah meningkat pesat di masyarakat kita, kemajuan
teknologi sangat berperan dalam hal ini. situs jejaring sosial merupakan media yang menjadikan pengidap
narsisme meningkat. ada orang yang didunia nyatanya merupakn orang yang sangat pemalu, tetapi begitu
online di jejaring sosial, ia menjadi aktif dan narsis. bahkan ada survey mengenai narsisme yang di sebabkan
facebook. Survei yang dilakukan dengan melibatkan 100 mahasiwa menunjukkan bahwa anak muda dengan
kepribadian narsistik di Facebook cenderung lebih mempromosikan kemenarikan fisik dirinya, dibandingkan
berbagi kenangan dengan teman. Padahal hal itu seharusnya yang merupakan tujuan utama dari Facebook.
Demikian seperti dikutip dariMashable, Sabtu (28/8/2010).

Penutup
mungkin tulisan ini sangat membosankan, tapi marilah kita instrospeksi diri apakah kita sudah berlebihan
berlaku narsis??. terimakasih telah berkunjung, dan jangan lupa komentarnya.

Narsis itu Penyakit, Bukan Percaya Diri!


Pernah lihat orang yang sangat percaya diri dan bangga dengan dirinya sendiri? Atau
mungkin kita sendiri yang merasakan itu? Hati-hati, bisa jadi itu pertanda Narcissistic
Personality Disorder (NPD) atau penyakit narsis, bukan percaya diri.

Dalam sebuah buku yang berjudul 'Malignant Self Love-Narcissism Revisited' , kata Narsis
berasal dari sebuah mitologi Yunani, tentang seorang pemuda tampan bernama Narsisus. Ia
lebih tampan dari pria manapun di dunia ini sehingga banyak gadis memujanya, bahkan dia
sendiri mencintai bayangan wajahnya. Tak urung dewi-dewi pun menyukainya termasuk
salah seorang peri yang jatuh cinta padanya bernama Echos.

Ia mengabaikan cinta Echos, karena ia lebih mengagumi ketampanannya dengan berkaca


pada sebuah sungai. Narsisus jatuh cinta pada bayangannya sendiri hingga akhirnya
tenggelam.

Berdasarkan mitos tersebut, kata narsis digunakan untuk menggambarkan orang yang
mencintai dirinya sendiri. Akan tetapi menurut Sam Vaknin, penulis buku itu, konsep
narsisme kerap disalahartikan. Narsisus sebenarnya bukan mencintai dirinya sendiri, tetapi
bayangannya.

Bagi penderita narsis, perlu dilakukan penangangan dengan cara terapi secara psikologis
(psikoterapi). Sebab tidak ada obat yang khusus digunakan untuk mengobati narsisme.
Namun, jika penderita sudah mengalami gejala depresi, gelisah atau kondisi lain, obat
seperti antidepresan atau obat anti-kecemasan dapat membantu.

Jenis-jenis terapi yang bisa dilakukan untuk menangani penderita narsis.


Terapi kognitif
Membantu penderita mengidentifikasi keyakinan dan perilaku yang negatif dan tidak sehat,
dan menghilangkannya dengan hal lain yang lebih positif dan sehat.

Terapi keluarga
Di setiap sesi terapi, harus selalu mengikutsertakan keluarga, sehingga dapat benar-benar
tereksplorasi berbagai konflik yang ada. Komunikasi dan penyelesaian masalah dilakukan
dengan tetap melibatkan keluarga.

Terapi kelompok
Penderita bergabung dengan penderita lain dalam suatu kelompok. Ini akan membantu
penderita dalam memahami bagaimana agar bisa berhubungan dengan orang lain lebih baik
lagi. Misalnya dengan mendengarkan orang lain, memahami perasaan orang lain, dan juga
memberikan dukungan kepada orang lain.

Karena penyimpangan kepribadian sulit diubah, maka terapi ini membutuhkan waktu yang
agak lama, bisa sampai bertahun-tahun. Di sinilah dibutuhkan kesabaran dan tekat yang
kuat dari penderita, serta dukungan yang penuh dari orang-orang terdekat.

Tujuan jangka pendek dari psikoterapi ini adalah untuk menangani masalah-masalah seperti
penyalahgunaan narkotika, depresi, rendah diri atau malu, sebagai komplikasi dari
narsisme. Tujuan jangka panjangnya adalah untuk membentuk kepribadian penderita,
setidaknya sampai pada tingkatan tertentu, di mana penderita akhirnya bisa mengubah pola
berpikir yang menyimpang tersebut. Dengan demikian, si penderita nantinya mampu
membina suatu hubungan relasi yang lebih baik dengan orang lain.

Tidak ada yang tahu dengan pasti bagaimana cara mencegah narsisme. Namun,
penanganan psikoterapi yang dilakukan sesegera mungkin dan dari usia yang sedini
mungkin, mampu mencegah hal ini.
Kunjungi dokter atau seseorang yang memang ahli dalam menangani dan mengatasi
masalah penyimpangan kepribadian, mental maupun kejiwaan.

Selain itu, kesadaran dan tekat yang kuat untuk sembuh dan memperbaiki diri tentunya
memegang peranan yang amat penting.

Cobalah untuk lebih ikhlas, belajar menenangkan diri dan mengendalikan stress, seperti
meditasi dan yoga. Selalu berpikir positif dan menghargai serta mensyukuri kehidupan yang
diberikan Tuhan adalah sangat penting agar kebahagiaan sejati bisa diperoleh.(inioke)

Anda mungkin juga menyukai