Anda di halaman 1dari 16

KEGIATAN BELAJAR 1

 Analisis Struktur Kurikulum SD


dan Prosedur Dasar
Pengembangan Pembelajaran
Kelas Rangkap

Konsep dasar kurikulum berasal dari Curere atau Curiculum ( Sudjana : 1984 ) Artinya: jarak yang di
tempuh oleh seorang pelari dalam suatu perlombaan atletik.

Dalam ilmu pendidikan diartikan sebagai program pendidikan yang harus ditempuh untuk mendapatkan
status atau kemampuan tertentu. Setiap jenjang pendidikan pasti memiliki kurikulum atau program
pendidikan yang sengaja dibuat.

Pada tahun 2004 mulai dirintis penerapan kurikulum berbasis kompetensi ( KBK ) sebagai penyempurnaan
kurikulum 1994 dan suplemen tahun 1999. Tahun 2006 mulai diterapkan Standar isi dan standar kompetensi
lulusan ( SKL ). Dan pada tahun 2006 pula model KTSP dikembangkan dan dilaksanakan secara bertahap.

A. KARAKTERISTIK KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN


Sebagai Pengganti kurikulum SD 1994, peraturan mendiknas No 22 tahun 2006 tentang standar isi, 2
peraturan Mendiknas no.24 tahun 2006 tentang ketentuan pelaksanaan Permendiknas no 22 dan 23
tahun 2006 KTSP SD/MI memiliki karakteristik sbb:
1. Kelompok Mata Pelajaran
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 untuk jenis pendidikan umum, kejuruan 2 khusus
berlaku pengelompokan mata pelajaran sebagai berikut:
a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
Dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Esa dan berakhlak mulia.
b) Kelompok Kewarganegaraan dan kepribadian
Untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, kewajibannya.
c) Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dimaksudkan untuk mengenal, mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta
menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan manusia.
d) Kelompok Mata Pelajaran ESTETIKA
Dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan
kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni.
e) Kelompok Mata Pelajaran Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta menanamkan sportivitas dan
kesadaran hidup sehat.

2. Prinsip Pengembangan Kurukulum


Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut :
a) Berpusat pada potensi, pengembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Prinsip pertama : peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya
b) Beragam dan Terpadu
Prinsip kedua : kurikulum dikembangkan denggan memperhatikan keragaman karakteristik peserta
didik.
c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Prinsip ketiga : kurikulum dikembangkan atas dasar wahana pendidikan untuk mengakomodasikan
dinamika perkembangan dalam dunia ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d) Relevan dengan kebutuhan kebutuhan hidup
Prinsip keempat : Kurikulum harus bersifat fungsional.
e) Menyeluruh dan berkesinambungan
Prinsip kelima: Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi.
f) Belajar sepanjang hayat
Prinsip keenam : Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
g) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentinggan daerah.
Prinsip ke-7 : Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah.

3. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum


1. Dinyatakan bahwa pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya
2. Dinyatakan bahwa kurikulum dilaksanakan dengan menegakan pilar belajar.
3. Dinyatakan bahwa pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang
bersifat perbaikan dan pengayaan
4. Dinyatakan bahwa kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang
saling menerima dan menghargai.
5. Dinyatakan bahwa kurikulum dilaksannakan menggunakan pendekatan multistrategi dan
multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai.
6. Dinyatakan bahwa kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial, budaya
serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan secara optimal.
7. Dinyatakan bahwa kurikulum mencakup seluruh komponen kompoetensi mata pelajaran mulok dan
pengembangan diri.

4. Struktur kurikulum SD / MI
Kurikulum SD / MI disusun berdasarkan standar kompetensi kelulusan dan standar mata pelajaran
yang berpedoman kepada ketentuan sebagai berikut :
a. Kurikulum SD memuat mata pelajaran muatan lokal dan pengembangan diri.
b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD / MI merupakan IPA dan IPS terpadu
c. Pembelajaran pada kelas I - III pelaksanaan melalui pendekatan tematik sedangkan kelas IV – VI
dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
d. Jam pelajaran dimungkinkan menambah maksimum 4 jam pelajaran perminggu secara keseluruhan
e. Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 35 menit.
f. Minggu efektif dalam 1 tahun pelajaran ( 2 semester ) adalah 34 – 38 minggu.

B. PROSEDUR DASAR PENGEMBANGAN KERANGKA RENCANA PEMBELAJARAN .


Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari intructional berasal dari kata instruction yang
secara khusus diartikan sebagai upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan seseorang
belajar.
Perlu diingat bahwa prosedur dasar pembelajaran tersebut bersifat generik atau umum bagi semua
mata pelajaran . Mengenai hal ini kita harus selalu melihat dan mengkaji standar kompetensi lulusan
( SKL ) dan Standar Isi ( SI ) dan Pedoman Pengembangan KTSP dan Pedoman Pembelajaran
masing-masing pembelajaran.
KEGIATAN BELAJAR 2

Perumusan Indikator,
Penataan Pengalaman Belajar
dan Kegiatan Pembelajaran Kelas
Rangkap

Perencanaan pembelajaran kelas rangkap (PKR) tentunya berbeda dalam banyak hal dengan perencanaan
pembelajaran kelas tunggal (PKT). Sebagaimana kita ketahui prasyarat PKR adalah seorang guru harus
melayani kelompok murid yang lebih beraneka ragam (segi usia, kemampuan, hubungan sosial, gaya belajar,
dan unjuk kerjanya). Dimana seorang guru dituntut untuk dapat memberikan perlakuan atau pelayanan yang
 juga beraneka ragam. Pembelajaran dikelola sedemikian rupa demi terciptanya suasana belajar yang efektif,
tepat guna, dan bermakna (meaningful) bagi murid.

Dalam membuat perencanaan pembelajaran kelas rangkap (PKR), seorang guru harus melakukan
serangkaiaan kegiatan, antara lain:

1. menggunakan Standar Isi untuk mengembangkan indikator dan pengalaman belajar;


2. merumuskan Indikator atas dasar analisis muatan kompetensi dasar;
3. merumuskan kegiatan pembelajaran kelas rangkap;
4. memilih sumber dan media belajar untukmendukung pembelajaran kelas rangkap.

A. PENGEMASAN PENGALAMAN BELAJAR DALAM RANGKA PKR


Untuk mengemas pengalaman belajar dalam rangka PKR, maka haruslah kita mengetahui standar isi
dengan muatannya dari berbagai mata pelajaran pada tiap tingkatan kelas. Jika kita akan melakukan
PKR untuk mata pelajaran sama dengan tingkatan kelas berbeda, maka pengembangan standar isi
dan penjabaran muatan nilai atau moral yang akan kita buat rumusan pengalaman belajarnya kita
sandingkan untuk dikaji penjabaran KDnya menjadi beberapa indikator dengan pijakan muatan mata
pelajarannya untuk tingkatan kelas yang berbeda sesuai tujuan Intruksionalnya sehingga tersusunlah
pengalaman belajar yang bisa kita terapkan pada tingkatan-tingkatan kelas.

Ada beberapa prinsip (teoritis) yang harus diperhatikan dalam menetapkan topik pembelajaran dalam
PKR, yaitu :
- Berorientasi kepada tujuan
- Disesuaikan dengan karakteristik murid (kelas, usia, kemapuan)
- Disesuaikan dengan kemampuan pengelolaan guru
- Layak sarana pendukung
- Tidak bersifat dipaksakan.

KTSP SD di Indonesia menganut model yang berorientasi kepada kompetensi. Keseluruhan


kegiatan perencanaan, pembelajaaran, dan penilaian harus bertolak dari tujuan dan tertuju pada
pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Tujuan pendidikan memiliki banyak aras (banyak tingkat)
mulai dari aras tertinggi tujuan pendidikan nasional sampai ke tujuan instruksional
khusus yang terendah, semua tujuan yang lebih rendah harus menunjang ketercapaian tujuan
yang lebih tinggi. Artinya ada saling ketergantungan dan telah menjadi kesepakatan dan
komitmen keterikatan profesional kita sebagai guru.
Perumusan tujuan pembelajaran yang telah dikenal dan dipahami saat ini adalah konsep
penggugusan tujuan ( Bloom Taxonomy) dengan rambu-rambunya guna tercapai hasil
pembelajaran yang ingin kita lihat setelah pembelajaran suatu topik berakhir sesuai dengan
tujuan terkait “dampak instruksional atau Instructional Effect”(Bruce Joyce & Marsha
Weil;1986).
Sesuai konsep Bloom tujuan pendidikan dapat diguguskan ke dalam tiga ranah (kognitif, afektif,
dan psikomotorik). Ketiga ranah ini bukan sesuatu yang terpisah satu sama lain, akan tetapi
memiliki keunikan atau kekhususan, komonalitas atau kesamaan umum.
Dalam perumusan tujuan belajar dalam PKR aras dan gugus topik memiliki peran sangat penting
dalam menetapkan arah tujuan belajar. Karena rumusan indikator dan pengalaman belajar tujuan
harus mencerminkan aras dan gugus perilaku, guru PKR harus dapat memilih ungkapan perilaku
(bentuk kata kerja operasional) yang mewadahi materi yang terkandung dalam topik yang dipilih
sesuai dengan aras dan gugusnya.

B. CARA MEMILIH SUBSTANSI BELAJAR


Bahan belajar adalah rincian materi yang dapat berupa fakta, konsep, teori, nilai, prosedur, dan
kegiatan belajar yang dijabarkan dari tujuan dan topik PKR yang telah dipilih.
Untuk dapat melakukan pemilihan materi yang memadai ada syarat-syarat yang harus diperhatikan,
antara lain:
1. mendukung ketercapaian kompetensi dasar dan indikator;
2. berkaitan erat dengan materi sebelumnya;
3. didukung sarana dan sumber belajar yang tersedia atau dapat disediakan;
4. sesuai dengan perkembangan mental murid;
5. menjadi dasar bagi studi lebih lanjut.

C. CARA MENYUSUN RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR


Yang dimaksud “rancangan atau disain” dalam kegiatan pembelajaran adalah kerangka pikir yang
melukiskan bentuk penataan interaksi (model pembelajaran) guru-murid-sumber belajar dalam
rangka pencapaian tujuan belajar.
Ada model dasar pembelajaran yang mengaitkan seluruh model (model Weil Murphy &
McGreal;1986). Model dasar ini memiliki lima langkah sebagai berikut :
1. Orientasi atau pendahuluan (guru menetapkan tujuan, langkah, dan materi)
2. Pengembangan (guru menjelaskan konsep atau keterampilan, mendemonstrasikan model, dan
mengecek pengertian murid)
3. Latihan terstruktur (guru memandu kegiatan kelompok murid, memberi balikan dan murid
memberi tanggapan)
4. Latihan terbimbing (murid berlatih memahami konsep baru, guru memantau, dan selanjutnya
murid-murid berlatih diluar kelas)
5. Latihan bebas atau mandiri (guru memeriksa dan membetulkan hasil latihan di luar kelas dan
murid melanjutkan latihan mandiri)

Secara umum ada dua gugus model pembelajaran merangkap kelas, yakni Proses Belajar Arahan
Sendiri (PBAS) dan Proses Belajar Melalui Kerja Sama (PBMKS).

D. CARA MEMILIH SUMBER DAN MEDIA BELAJAR


Secara sederhana media belajar mencakup bahan dan alat audio seperti kaset audio dan siaran radio,
bahan dan alat visual seperti siaran TV, gambar, dan diagram, benda tiruan dan benda sesungguhnya
yang dipilih sesuai lingkungan dan tepat guna. Layak lingkungan artinya media yang dipakai itu
tersedia di lingkungan sekitar, sehingga dapat dimanfaatkan oleh guru atau murid dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan keadaan. Tepat guna artinya meskipun media tersebut tidak sepenuhnya
memenuhi persyaratan ideal tapi masih tetap berfungsi membantu murid untuk belajar.
KEGIATAN BELAJAR 3

Evaluasi Program
Pembelajaran Kelas Rangkap

A. CARA PENILAIAN TERHADAP PELAKSANAAN PKR

1. Mengecek Keterlaksanaan Jadwal


PKR yang baik seharusnya terjadwal dengan baik. Artinya kita sadar dan siap betul kapan, di
kelas mana, dan materi pelajaran mana yang akan diajarkan di kelas-kelas yang dirangkap. Jadi
 jadwal harian dan mingguan sangatlah penting baik bagi guru maupun murid.
2. Mengecek Keterlaksanaan Pembelajaran di Kelas-Kelas yang Dirangkap
Dalam rangka PKR tentunya guru sudah mempersiapkan kegiatan-kegiatan apa saja yang akan
dikerjakan di kelas yang akan dirangkap, dan kegiatan apa pula yang diharapkan dapat dilakukan
oleh murid.
3. Mencatat Materi Pelajaran yang Tidak Sempat Diajarkan
Dalam praktik bisa saja terjadi di mana suatu materi pelajaran tidak sampai diajarkan karena
situasi mendadak. Hal tersebut harus kita catat, agar minggu yang akan datang materi tersebut
tidak lupa diajarkan. Dengan demikian murid-murid tidak merasa dirugikan.
4. Mencatat Kegiatan yang Tertunda
Suatu kegiatan yang telah kita rencanakan bisa tertunda, misalnya karena kehabisan waktu, atau
tidak ada alat, atau kehabisan bahan, atau karena gangguan lain. Dengan adanya hal seperti, kita
tidak perlu khawatir, asal kita catat dan selanjutnya segera dikerjakan lebih lanjut. Rencanakan
kembali kapan kegiatan yang terpaksa tertunda itu akan kita lanjutkan.
5. Mencatat Tugas-tugas yang Harus Diberikan Kepada Murid Hari Minggu Berikutnya
Maksud kita memberi tugas untuk hari minggu berikutnya adalah memberi pijakan atau dasar
bagi materi yang akan datang dan atau memberi tuntutan belajar lebih lanjut.
6. Mencatat Pertanyaan Murid yang Belum Sempat Terjawab
Munculnya pertanyaan dari murid mengenai materi pelajaran yang diajarkan merupakan salah
satu ciri bahwa murid belajar. Bila pertanyaan itu belum terjawab harus kita catat untuk dibahas
dalam pertemuan berikutnya. Pembelajaran yang berpijak pada atau bertolak dari pertanyaan
murid merupakan salah satu ciri prinsip belajar yang mengaktifkan murid.
7. Mencatat Murid yang Belum Banyak Terlibat Secara Aktif Dalam Belajar
Kita harus memberi perhatian sama banyak kepada murid yang aktif dan murid yang tidak aktif.
Semua murid harus dapat melakukan proses belajar. Dengan kata lain murid yang tidak aktif harus
didorong agar menjadi murid yang aktif.
8. Menuliskan Hal-hal yang Perlu Anda Perbaiki Dalam PKR
Sesungguhnya PKR bisa terjadi di SD manapun. Tapi yang tidak bisa dihindari tentunya di SD-
SD sekolah kecil atau SD biasa yang jumlah gurunya lebih kecil dari jumlah kelas.
Oleh karena itu, PKR harus diterima bukan sebagai keterpaksaan tetapi sebagai suatu tugasa
profesional. Bila hal itu kita terima sebagai tugas profesional kita harus selalu menyempurnakan
PKR. Maka, guru PKR harus memahami ilmu dan seni pembelajaran merangkap kelas.
9. Mencatat Hal-Hal yang Memuaskan dan Mengecewakan Anda Sebagai Guru Dalam PKR
Rasa puas dan kecewa harus diterima sebagai suatu keadaan yang wajar dan tak dapat ditolak salah
satunya. Yang penting bagaimana memanfaatkan keduanya untuk mengorek diri kita.
10. Mengapa harus Mencatat Hal-hal yang Perlu Dibicarakan dengan Guru Lain?
Salah satu ciri guru profesional ialah memiliki rasa dan sikap kesejawatan yang kuat. Artinya
antara pribadi guru harus tercipta, terpelihara dan terbina kesejawatan, rasa setugas, setanggung
 jawab, dan selangkah kerja.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS RANGKAP
 MODEL 221 - 2 Mata pelajaran - 2 tingkat kelas yang berbeda - 1 ruangan

 Mata pelajaran : B. Indonesia / Penjelasan nara sumber


 Matematika / Menentukan keliling dan luas persegi dan persegi panjang
 Kelas / Semester : 5 / Pertama
 4 / Pertama

Waktu : 2 X 35 Menit ( 70 menit )

Standar Kompetensi B. Indonesia kelas 5


Memahami penjelasan nara sumber dan cerita rakyat secara lisan
Standar Kompetensi Matematika kelas 4
Menggunakan konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar B. Indonesia kelas 5
Menanggapi penjelasan nara sumber dengan memperhatikan santun berbahasa
Kompetensi Dasar Matematika kelas 4
Menentukan keliling dan luas persegi dan persegi panjang
lndikator B. Indonesia kelas 5

* Menanggapi isi penjelasan

* Menyimpulkan isi penjelasan nara sumber


lndikator Matematika kelas 4
* Mengenal dan menemukan rumus keliling dan luas persegi
* Mengenal dan menemukan rumus keliling dan luas persegi panjang

A. Tujuan Pembelajaran
 Siswa dapat menanggapi isi penjelasan
 Siswa dapat menyimpulkan isi penjelasan
 Siswa mengenal dan menemukan rumus keliling dan luas persegi
 Siswa mengenal dan menemukan rumus keliling persegi panjang

B. Materi Pokok
B.Indonesia / Penjelasan nara sumber ( kelas 5 )

Matematika / Menentukan keliling dan luas persegi dan persegi panjang ( kelas 4 )

C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

1 Pendekatan Kontekstual dan Cooperative Learning.


2 Diskusi dengan teman sebangku.
3 Tanya jawab.
4 Ceramah.

D. Pengalaman Belajar

I. Kegiatan Awal ( 10 menit )


1. Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan nya
masing-masing untuk mengawali pembelajaran
2. Guru mengabsen dan menanyakan siswa yang tidak masuk pada
hari ini.
3. Apersepsi
Guru menceritakan pengalaman pribadi nya mewawancarai tukang
bangunan,tentang luas bangunan yang akan di bangun.

@ Guru dan siswa bertanya jawab tentang cerita tersebut.

1. mengapa tukang bangunan tidak mengetahui berapa luas


bangunan yang akan di buat?
2. mengapa dia menggunakan roll meter untuk mengukur
bangunananya?
3. Apakah bentuk bangunannya?

II. Kegiatan Inti masing-masing kelas ( 15 menit )


Untuk kelas V kegiatan belajarnya sebagai berikut:

1. Guru menginformasikan tentang cara menyusun daftar pertanyaan


2. Siswa menentukan nara sumber yang akan mereka wawancara

3. Siswa secara berkelompok mendiskusikan menyusun pertanyaan yang


akan mereka ajukan kepada nara sumber

Untuk kelas IV kegiatan belajarnya sebagai berikut:

2. Guru dan siswa mendiskusikan bagaimana cara menghitung keliling dan


luas ruang kelas
3. Guru menyimpulkan rumus mencari luas dan keliling persegi dan
persigi panjang
4. Guru memberikan soal latihan kepada siswa tentang cara menghitung
lias dan keliling persegi dan persegi panjang
III. Kegiatan Inti bersama untuk kelas V dan IV ( 30 menit )
 Dengan difasilitasi oleh guru, secara bersama-sama siswa kelas V dan IV keluar kelas
untuk melakukan kegiatan
 Kelas IV secara berkelompok mengukur luas benda-benda di lingkungan kelas yang
berbentuk persegi dan persegi panjang, sedangkan kelas V mewawancarai kelas IV dengan
pertanyaan yang telah disusun .
 Setelah masing-masing selesai guru meminta 3-5 siswa kelas V mempresentasikan hasil
wawancara dan kelas IV melaporkan luas dan keliling benda-benda yang telah diukur..

IV. Kegiatan Akhir dilakukan secara bersama-sama kelas V dan kelas IV ( 15 menit )
 Mengajukan pertanyaan acak kepada siswa kelas IV tentang luas halaman sekolah dan benda
apa saja yang berbentuk persegi panjang di halaman sekolah?
 Mengajukan pertanyaan acak kepada kelas V kesulitan-kesulitan dalam mewawancarai nara
sumber?
 Guru menutup pelajaran dengan memberi penegasan dan kesimpulan tentang materi yang telah

disampaikan.

E. Alat Dan Sumber Bahan


1. Alat Peraga : Teks wawancara, lingkungan sekitar sekolah dll.
2. Sumber : Buku B. Indonesia kelas V yang relevan dan buku Matematika kelas IV yang
releven

F. Penilaian

Prosedur Penilaian :
 Penilaian proses
 Penilaian akhir
Jenis dan bentuk tes
 Tugas proyek dan unjuk kerja
 Tes tulisan dan lisan

Depok, 11 Mei 2012


KLASIFIKASI STRATEGI PEMBELAJARAN MENURUT BRUCE JOYCE DAN MARSHA WEIL

Berdasarkan karakteristik dari setiap model pembelajaran tersebut, Joyce dan Weil mengklasifikasi model -model
pembelajaran kedalam empat rumpun model, yaitu :
1. Rumpun Model Pengolahan Informasi (The Information Processing Models).
Model-model pembelajaran yang termasuk dalam rumpun ini bertolak dari prinsip-prinsip pengolahan informasi oleh
manusia dengan memperkuat dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) untuk memahami dunia dengan cara
menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan keluarnya serta
pengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya. Kelompok model ini menekankan pada peserta didik agar memilih
kemampuan untuk memproses informasi sehingga peserta didik yang berhasil dalam belajar adalah yang memiliki
kemampuan dalam memproses informasi. Dalam rumpun model pembelajaran ini terdapat 7 model pembelajaran, yaitu
:
a. Pencapaian Konsep (Concept Attainment)
b. Berpikir induktif (InductiveThinking)
c. Latihan Penelitian (Inquiry
Training) d. Pemandu Awal (Advance
Organizer) e. Memorisasi
(Memorization)
f. Pengembangan Intelek (Developing Intelect)
g. Penelitian Ilmiah (Scientic Inquiry)

2. Rumpun Model Personal (Personal Models)


Rumpun model personal bertolak dari pandangan kedirian atau “selfhood” dari individu. Proses pendidikan sengaja
diusahakan yang memungkinkan seseorang dapat memahami diri sendiri dengan baik , sanggup memikul tanggung
 jawab untuk pendidikan dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Penggunaan model-model
pembelajaran dalam rumpun personal ini lebih memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha
menggalakkan kemandirian yang produktif sehingga manusia menjadi semakin sadar dir i dan bertanggung jawab atas
tujuannya. Dalam rumpun model personal ini terdapat 4 model pembelajaran, yaitu :
a. Pengajaran Tanpa Arahan (Non Directive Teaching)
b. Model Sinektik (Synectics Model)
c. Latihan Kesadaran (Awareness Training)
d. Pertemuan Kelas (Classroom Meeting)

3. Rumpun Model Interaksi Sosial (Social Models)


Penggunaan rumpun model interaksi sosial ini menitik beratkan pada pengembangan kemampuan kerjasama dari
para siswa. Model pembelajaran rumpun interaksi sosial didasarkan pada dua asumsi pokok, yaitu (a) masalah-masalah
sosial diidentifikasi dan dipecahkan atas dasar dan melalui kesepakatanm-kesepakatan yang diperoleh di dalam dan
dengan menggunakan proses-proses sosial, dan (b) proses sosial yang demokratis perlu dikembangkan untuk
melakukan perbaikan masyarakat dalam arti seluas-luasnya secara build-in dan terus menerus. Dalam rumpun model
interaksi sosial ini terdapat 5 model pembelajaran, yaitu :
a. Investigasi Kelompok (Group Investigation)
b. Bermain Peran (Role Playing)
c. Penelitian Yurisprudensial (Jurisprudential UInquiry)
d. Latihan Laboratoris (Laboratory Training)
e. Penelitian Ilmu Sosial

4. Rumpun Model Sistem Perilaku (Behavioral Systems)


Rumpun model system perilaku mementingkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan
penciptaan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan manipulalsi penguatan tingkah laku (reinforcement) secara
efektif sehingga terbentuk pola tingkah laku yang dikehendaki. Model ini memusatkan perhatian pada perilaku yang
terobservasi dan metode dan tugas yang diberikan dalam rangka mengkomunikaksikan keberhasilan. Dalam rumpun
model sistem perilaku ini terdapat 5 model pembelajaran, yaitu :
a.Belajar Tuntas (Mastery Learning)
b.Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
c. Belajar Kontrol Diri (Learning Self
Control)
d. Latihan Pengembangan Keterampilan dan Konsep (Training for Skill and Concept Development)
e. Latihan Assertif (Assertive Training.

Keempat rumpun model pembelajaran yang telah dikemukakan di atas, menurut Jioyce dan Weil (1986) memiliki
unsur-unsur sebagai berikut:
1.Sintaks (Syntax) yaitu urutan langkah pengajaran yang menunjuk pada fase-fase /tahap-tahap yang
harus dilakukan oleh guru bila ia menggunakan model
pembelajaran tertentu. Misalnya model eduktif akan menggunakan sintak yang berbeda dengan model
induktif 2. Prinsip Reaksi (Principles of Reaction) berkaitan dengan pola kegiatan yang menggambarkan
bagaimana
seharusnya guru melihat dan memperlakukan para siswa, termasuk bagaimana seharusnya guru memberikan respon
terhadap siswa. Prinsip ini memberi petunjuk bagaimana seharusnya guru menggunakan aturan permainan yang berlaku
pada setiap model.
3.Sistem Sosial (The Social System adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat terjadinya
proses pembelajaran (situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam penggunaan model pembelajaran
tertentu)
4.Sistem Pendukung (Support System) yaitu segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk
menunjang terlaksananya proses pembelajaran secara optimal.
5.Dampak Instruksional (Instructional Effect) dan Dampak Pengiring (Nurturant Effects). Dampak instruksional
adalah hasil belajar yang dicapai atau yang berkaitan langsung dengan materi pembelajaran, sementara
dampak pengiring adalah hasil belajar samapingan (iringan) yang dicapai sebagai akibat dari penggunaan model
pembelajaran tertentu.

Kumpulan atau set model mengajar yang dianggap komprehensif, menurut Tardif (1989) adalah set model yang
dikembangkan oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil dengan kategorisasi sebagai berikut :
1. Model Information Processing, sebuah model mengajar untuk mengembangkan ranah cipta (kognitif). Termasuk model
information processing adalah Model Peningkatan Kapasitas Berfikir yang diilhami oleh Jean Piaget (1896 – 1980).
Penerapan model ini diarahkan pada pengembangan-pengembangan sebagai berikut :
a. Daya cipta akal siswa
b. berpikir kritis siswa
c. Penilaian mandiri siswa
Langkah-langkah (syntax)
Setelah guru mempersiapkan segala sesuatu yang mendukung penyajiannya, seperti alat peraga, buku sumber dll,
ia harus siap melaksanakan tiga macam sintaks model. Langkah-langkah ini biasanya ditempuh dengan
menggunakan motede Diskusi dan pemberian tugas yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :

1.langkah konfrontasi. Yaitu guru mengkonfrontasikan atau menghadapkan para siswa pada permasalahan yang
menentang, penuh tanda tanya, dan terkadang tak masuk akal. Caranya ialah dengan menajukan pertanyaan yang
pelik tetapi masih setara dengan perkembangan ranah kognitif siswa.

2.langkah inquiry, merupakan proses pengunaan intelek siswa dalam memperoleh pengetahuan dengan cara
menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep ke dalam sebuah tatanan yang menurut siswa tersebut penting
(Barlow, 1985). Selama proses inquiry guru perlu memberi peluang kepada siswa agar lebih banyak
mengembangkan kreativitas sendiri dalam memecahkan masalah.

3 langkah transfer. Pada tahap akhir ini diharapkan kemampuan-kemampuan ranah cipta dan rasa yang sudah
dimiliki oleh siswa dapat mempermudah penyelesaian-penyelesaian tugas pembelajaran berikutnya. Selain itu, kiat
kognitif siswa dalam memecahkan masalah diharapkan dapat memberi dampak positif atau dapat digunakan lagi
untuk memecahkan masalah-masalah baru (Lawson, 1991)

2. Model personal (pengembangan pribadi)


Model personal berorientasi pada pengembangan pribadi siswa dengan lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah
rasa, terutama fungsi emosionalnya. Model personal lebih ditekankan pada pembentukan dan pengorganisasian realitas
kehidupaan lingkungan. Diharapkan dengan model ini proses belajar-mengajar dapat menolong siswa dalam
mengembangkan sendiri hubungan yang produktif dengan lingkungannya.
Model personal lebih bersifat bimbingan dan penyuluhan dalam mengantisipasi atau mengatasi kesulitan belajar siswa,
 juga untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi belajar siswa yang dianggap bermasalah. Teknik yang lazim
digunakan untuk mengimplementasikan model personal adalah teknik wawancara. Dalam wawancara ini siswa
dibebaskan menjawab dan mengekspresikan ide dan perasaan kepada guru pembimbing sehubungan dengan masalah
yang sedang dialami. Sebaliknya, guru yang berfungsi sebagai pembimbing sangat dianjurkan untuk bersikap empatik,
dalam arti menunjukkan respons ranah cipta dan rasa yang penuh pengertian terhadap emosi dan perasaan siswa (Reber,
1988)

Langkah-langkah (syntax)
1.Menentukan situasi yang membantu. Tahapan ini dilakukan pada wawancara awal. Guru harus pandai-pandai
menyusun daftar pertanyaan yang membuka jalan bagi siswa klien untuk mengekspresikan secara bebas hal-hal
yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi. Jadi, tahapan ini lebih bersifat penjajagan masalah.

2.Mendorong/memotivasi siswa klien untuk mengekspresikan segala perasaan yang ada, baik yang bersifat
positif maupun negatif.

3.Mengembangkan insight, dalam arti mengerti dan menyadari sendiri tentang arti, sebab, dan akibat perilakunya
pada masa lalu yang bermasalah. Peranan guru dalam hal ini memberi akses keterusterangan siswa klien, agar jenis
masalah yang akan dipecahkan pada langkah selanjutnya dapat ditentukan rumusannya.

4.Memotivasi siswa klien sambil membantuk membuat keputusan tentang jenis masalah dan membuat rencana
pemecahan masalah tersebut. Dalam hal ini, yang dilakukan guru adalah menawarkan alternatif-alternatif
penentuan
 jenis masalah dan prosedur pemecahannya untuk dijadikan acuan siswa tersebut dalam menyelesaikan masalahnya
sendiri. Jadi yang mengatasi masalah bukan guru pembimbing melainkan siswa klien itu sendiri.

5.Memotivasi siswa klien untuk mengambil keputusan mengenai jenis masalah dan ti ndakan-tindakan positif.
Guru pembimbing tinggal memantau pelaksanaan tindakan-tindakan siswa tersebut sambil bersiap siaga
membantu menyingkirkan atau mengurangi hambatan yang mungkin merintangi tindakan positif siswa.

3. Model behavioral (pengembangan perilaku)


Model behavioral direkayasa atas dasar kerangka teori perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar mengajar.
Aktivitas mengajar, menurut teori ini harus ditujukan pada timbulnya perilaku baru atau berubahnya perilaku siswa ke
arah yang sejalan dengan harapan. Di antara model mengajar behavioral adalah mastery learning (model belajar tuntas).
Model ini pada dasarnya merupakan pendekatan mengajar yang mengacu pada penetapan kriteria hasil belajar. Kriteria
tingkat keberhasilan belajar ini meliputi :
1). Pengetahuan;
2). Konsep;
3) keterampilan;
4) sikap dan nilai.

Langkah-langkah (syntax)
1.langkah orientasi. Pada tahap pertama ini guru dianjurkan menyusun framework (kerangka kerja pengajaran).
Dalam kerangka tersebut ditetapkan hal-hal sebagai berikut:
o pokok bahasan materi pelajaran
o Keterampilan yang harus dikuasai siswa setelah mempelajari materi pelajaran.
o tugas dan tanggung jawab murid dalam melakukan belajar.
2.Langkah penyajian. Pada tahap kedua guru menjelaskan konsep konsep yang terdapat dalam pokok bahasan,
serta mendemonstrasikan keterampilan yang berhubungan dengan materi pelajaran.

3.Langkah strukturisasi latihan. Pada tahap ketiga ini guru memperlihatkan contoh-contoh mempraktikkan
keterampilan sesuai dengan urutan yang telah dijelaskan pada waktu penyajian materi. Dianjurkan untuk
memakai media seperti video tape recorder, OHP, LCD atau gambar-gambar agar lebih mudah ditangkap oleh
siswa.

4.Langkah praktik. Pada tahap keempat ini guru menginstruksikan kepada para siswa untuk mempraktikkan
keterampilan yang telah diajarkan. Dalam hal ini guru cukup memonitar praktik yang dilakukan oleh siswa
apakah sudah benar sesuai dengan teori yang diajarkan.

5.Langkah praktik bebas. Pada tahap terakhir ini guru dapat memberi kebebasan kepada para siswa
untuk mempraktikkan sendiri keterampilan yang telah dikuasai. Hal ini bisa diterapkan bila siswa telah
mengusai meteri dengan tingkat akurasi (ketepatan) keterampilan minimal 90 persen.

Joyce dan Weil (1980,1992) dalam bukunya Models of Teaching menggolongkan model-model pembelajaran ke dalam
empat rumpun. Keempat rumpun model pembelajaran tersebut adalah: (1)  rumpun model pembelajaran Pemrosesan
 Informasi, (2) rumpun model pembelajaran Personal, (3) rumpunmodel pembelajaran Sosial, dan (4) rumpun
model 
 pembelajaran Perilaku.

1. Rumpun model-modelPemrosesan Informasi

Model-model pembelajaran dalam rumpun Pemrosesan Informasi bertitik tolak dari prinsip- prinsip pengolahan
informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana manusia menangani rangsangan dari
lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah, menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan
simbol-simbol. Beberapa model pembelajaran dalam rumpun ini berhubungan dengan kemampuan pebelajar (peserta
didik) untuk memecahkan masalah, dengan demikian peserta didik dalam belajar menekankan pada berpikir produktif.
Sedangkan beberapa model pembelajaran lainnya berhubungan dengan kemampuan intelektual secara umum, dan
sebagian lagi menekankan pada konsep dan informasi yang berasal dari disiplin ilmu secara akademis.
 Jenis model-model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun pemrosesan informasi ini adalah seperti tertera
pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Model- ModelPembelajaran Rumpun Pemrosesan Informasi


4 Perkembangan  Jean Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan
No. kognitif 
Nama Model Piaget,Tokoh berpikir/pengembangan intelektual pada umumnya,
Misi/tujuan/manfaat
Pembelajaran  Irving khususnya berpikir logis, meskipun demikian kemampuan
uk pembentukan kemampuan 1 Berpikir Induktif  Sigel,
 Hilda Taba ini dapat diterapkan pada kehidupan sosial dan
k diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga  Edmununtuk kehidupan pada umumnya.
pengembangan Model ini memiliki keunggulan melatihkan kemampuan menganalisi
moral.
embentukan kemampuan berpikir induktif, peserta didik  Sullivan
secara efektif. ,
5  Advance  Lawrenc
Dirancang untuk meningkatkan kemampuan mengolah
organizer  e dan informasi melalui penyajian materi beragam (ceramah,
2. Pembentukan  Jerome Kohlberg membaca, dan media lainnya) dan menghubungkan
konsep  David  dan Austin
 Bruner, Goodnow, pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah ada.
 Ausubel
 Richard Suchman

3 Sama
Latihan
dengan
inkuari
model berpikir induktif, model ini ditujukan
6  Mnemonics
untuk pembentukan kemampuan Pressley,
berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga untuk keh
 Levin, Strategi belajar untuk mengingat dan mengasimilasi
 Delaney informasi.

(Sumber: Bruce Joyce dan Marsha Weil, 1980 dan Bruce Joyce, Marsha Weil,

No.
Nama Model
Tokoh Misi/tujuan/manfaat
Pembelajaran

1 Pengajaran
Penekanan
Nonpada pembentukan kemampuan belajar sendiri
Carl Rogers
2. Latihan Fritz Perls Pembentukan kemampuan menjajagi dan
Kesadaran William Schutz menyadari pemahaman diri sendiri.
3 Sinektik  William Pengembangan individu dalam hal kreativitas dan
Gordon pemecahan masalah kreatif.

4 Sistem  David Hunt Didisain untuk meningkatkan kompleksitas pribadi dan


Konseptual fleksibilitas.

5 Pertemuan kelas William Pengembangan pemahaman diri dan tanggungjawab pada


Glasser  diri sendiri dan kelompok sosial lainnya.

dan Beverly Showers, 1992, 1996: Models of Teaching)

2. Rumpun model- model Pribadi/individual

Model-model pembelajaran yang termasuk rumpun model-model Personal/individual menekankan pada pengembangan
pribadi. Model-model pembelajaran ini menekankan pada proses dalam “membangun/mengkonstruksi” dan
mengorganisasi realita, yang memandang manusia sebagai pembuat makna. Model-model pembelajaran rumpun ini
memberikan banyak perhatian pada kehidupan emosional. Fokus pembelajaran ditekankan untuk membantu individu
dalam mengembangkan hubungan individu dengan lingkungannya dan untuk melihat dirinya sendiri.
 Jenis-jenis model pembelajaran pribadi seperti Tabel 3.2. Model-Model Pembelajaran Personal (Pribadi)

Normal 0 false false false MicrosoftInternetExplorer4


(Sumberi Bruce Joyce dan Marha Weil, 1980, Models of Teaching, )
3. Rumpun model-model Interaksi Sosial

Mo
No. Nama Model Tokoh Misi/tujuan del-
Pembelajaran mod
el
1 Kerja  Herbert Thelen Mengembangkan keterampilanketerampilan untuk berperan pem
kelompok.  John dalam kelompok yang menekankan keterampilan bela
(investigatio Dewey komunikasi interpersonal dan keterampilan inkuari ilmiah.  jara
n group) Aspek-aspek pengembangan pribadi merupakan hal yang n
penting dari model ini. yan
g
term
asuk 
dala
m
2. Inkuari Sosial  Byron Pemecahan masalah sosial, utamanya melalui inkuari rum
 Massialas ilmiah dan penalaran logis. pun
 Benjamin Cox Sosi
al
ini
men
3 Jurisprudential  Nationa Pengembangan keterampilan interpersonal dan kerja eka
l kelompok untuk mencapai, kesadaran, dan fleksibilitas
Trainin
nka
pribadi. Didisain utama untuk melatih kemampuan n
g mengolah informasi dan menyelesaikan isu
 Laboratory hub
kemasyarakatan dengan kerangka acuan atau cara berpikir ung
 Bethel,Maine Jurisprudensial
 Donald
Oliver 
 James P.Shaver  (ilmu tentang Hokum-hukum manusia). an
indi
vidu
den
gan
mas
yara
4  Role Fannie Shaftel Didisain untuk mengajak peserta didik dalam menyelidiki kat
playing George Shafted  nilai-nilai pribadi dan sosial melalui tingkah laku mereka atau
(Bermain sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber dari oran
peran) penyelidikan itu g
lain.
Mo
del-
5 Simulasi Sosial Sarene Didisain untuk membantu pengalaman peserta didik melalui mod
 Boocock, proses sosial dan realitas dan untuk menilai reaksi mereka el
terhadap proses-proses sosial tersebut, juga untuk  ini
memperoleh konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan me
pengambilan keputusan.
mfo
kus
kan
pad
a
pros
es di mana realitas adalah negosiasi sosial. Model-model pembelajaran dalam kelompok ini memberikan prioritas pada
peningkatan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain untuk meningkatkan proses demokratis dan
untuk belajar dalam masyarakat secara produktif. Tokoh-tokoh teori sosial juga peduli dengan pengembangan pikiran
(mind) diri sebagai pribadi dan materi keakademisan.
 Jenis-jenis model pembelajaran rumpun Interaksi Sosial adalah seperti dalam tabel 3.3. berikut ini.

Tabel 3.3. Model-model Pembelajaran Interaksi Sosial

(Sumber: Bruce Joyce dan Marha Weil, 1980, Models of Teaching)


4. Rumpun Model-model Perilaku

Semua model pembelajaran rumpun ini didasarkan pada suatu pengetahuan yang mengacu pada teori perilaku, teori
belajar, teori belajar sosial, modifikasi perilaku, atau perilaku terapi. Model-model pembelajaran rumpun ini
mementingkan penciptaan lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku secara
efektif sehingga terbentuk pola perilaku yang dikehendaki. Adapun jenis-jenis model pembelajaran perilaku seperti
pada tabel 3.4.

Tabel 3.4. Model-model Pembelajaran Rumpun Perilaku

Normal 0 false false false MicrosoftInternetExplorer4


No.Nama Model Tokoh Misi/tujuan

1 ContingencyManagement  B.F. Skinner Fakta-fakta, konsep-konsep dan


(manajemen dari akibat / Keterampilan
hasilperlakuan)
2Self Conrol B.F. Skinner Perilaku sosial/ keterampilan-keterampilan

3  Relaksasi  Rimm &Tujuan-tujuan pribadi


 Masters Wolpe

4 Stress Reduction  Rimm &Cara relaksasi untuk mengatasi


(pengurangan stres)  Masters kecemasan dalam situasi sosial

5  Assertive Training (Latihan Wolpe, lazarus, Menyatakan perasaan secara


berekspresi) Salter  langsung dan spontan dalam
situasi sosial

6  Desensititation Wolpe Pola-pola perilaku, keterampilan – keterampilan

7  Direct training GagnePola tingkah laku, keterampilan-keterampilan.


Smith & Smith

Anda mungkin juga menyukai