Anda di halaman 1dari 12

Anak Agung Istri Pradnyarani Dewi, Made Sudarma, dan Zaki Baridwan / JIAP Vol. 2 No.

4 (2018) 128-139

JIAP Vol 4, No 2, pp 128-139, 2018


© 2018 FIA UB. All right reserved
ISSN 2302-2698
e-ISSN 2503-2887
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP)
U R L : h t t p : / / e j o u r n a l f i a . u b . a c . i d / i n d e x. p h p / j i a p

Dilema Etis Konsultan Pajak dalam Tax Planning: Studi Fenomenologi

Anak Agung Istri Pradnyarani Dewi a , Made Sudarma a, Zaki Baridwan a


a
Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia

I N F O R M A S I A R T IK E L ABSTRACT

Article history: Tax consultant helps the taxpayers taxation. Taxpayer requesting tax consultant do
Dikirim tanggal: 02 Agustus 2018 tax planning towards illegal. Tax consultant must adhere to the rules. This poses
Revisi pertama tanggal: 15 Agustus 2018 dilemma. This study was conducted to determine and observe how the tax
Diterima tanggal: 20 Agustus 2018
consulting experience in facing dilemma when making tax planning using the
Tersedia online tanggal: 04 September 2018
approach of transcendental phenomenology. The results of this study have some
form of dilemma is a dilemma due to unclear regulations and sympathy to the client.
Through the experience of a tax consultant, this dilemma can be overcome with
some consideration is to deepen awareness of rules and build awareness of the
taxpayer.

Keywords: dilema etis, konsultan pajak,


tax planning, wajib pajak INTISARI
Konsultan pajak berfungsi membantu wajib pajak dalam urusan perpajakan. Wajib
pajak cenderung meminta konsultan pajak melakukan tax planning ke arah illegal.
Konsultan pajak harus memegang teguh aturan. Hal ini menimbulkan dilema.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui serta mendalami bagaimana pengalaman
konsultan pajak dalam menghadapi dilema saat melakukan tax planning dengan
menggunakan pendekatan fenomenologi transcendental. Hasil dari penelitian ini
konsultan pajak mempunyai beberapa bentuk dilema, antara lain: dilema akibat
ketidakjelasan peraturan yang berlaku dan rasa simpati terhadap klien. Melalui
pengalaman konsultan pajak, dilema tersebut dapat diatasi dengan beberapa
pertimbangan yaitu kesadaran untuk mendalami peraturan dan “siasat” untuk
membangun kesadaran wajib pajak.

2018 FIA UB. All rights reserved.

1. Pendahuluan meningkat. Pemerintah Indonesia setiap tahunnya


menetapkan target penerimaan pajak, walaupun
Pajak merupakan salah satu aspek penting dalam terkadang target yang di tetapkan oleh pemerintah
keberlangsungan jalannya pemerintahan tidak hanya tersebut tidak tercapai seperti halnya pada tahun 2017
dalam dunia ekonomi saja namun bisa dimana target pajak hanya tercapai 89,4% dari target
berperan dalam segala bidang. Mengapa pajak dianggap yang telah di tetapkan (Setyowati, 2018). Penerimaan
penting? Seperti yang kita ketahui pajak merupakan pajak yang belum mencapai target tersebut disebabkan
penyumbang keuangan negara yang terbesar, dengan oleh banyak faktor, salah satunya adalah adanya kendala
adanya pemungutan pajak pemasukan suatu negara akan dari wajib pajak terutama dalam hal kesadaran wajib
———
 Corresponding author. Tel.: +62-858-5781-1003; e-mail: aipradnyarani@gmail.com

128
Anak Agung Istri Pradnyarani Dewi, Made Sudarma, dan Zaki Baridwan / JIAP Vol. 2 No. 4 (2018) 128-139

pajak untuk patuh dalam kewajiban pajaknya (tax pajak untuk menyelesaikan tanggung jawab sebagai
compliance). Kurangnya kesadaran dapat dikarenakan wajib pajak (Mangoting, 2017). Dalam fenomena ini,
kurangnya pemahaman wajib pajak dan juga karena konsultan pajak kerap mengalami kondisi dilema.
pemahaman wajib pajak menganggap pajak itu hanyalah Kondisi dilema tidak lain karena adanya kode etik yang
beban. Wajib pajak khususnya wajib pajak badan, harus ditaati dan faktor-faktor yang dihadapi seperti
memaknai pajak penghasilan akan mengurangi bagian halnya menggunakan celah dalam pembuatan tax
laba yang seharusnya dapat dimanfaatkan di planning, kelangsungan bisnis, kepedulian terhadap
perusahaannya (Khoesanto, 2013). Oleh sebab itu untuk negara atau wajib pajak itu sendiri ataupun faktor dari
menekan biaya pajak penghasilannya, wajib pajak badan imbalan yang diberikan. Konsultan pajak lebih memiliki
dapat melakukan salah satu upaya, yaitu untuk sensitifitas etika yang tinggi dibanding profesi lainnya
meminimalkan pembayaran pajaknya yang terhutang (Massie, 2017).
dengan membuat perencanaan pajak (Tax Planning). Dilema etis konsultan pajak, menghadapkan
Fenomena saat ini, Tax planning telah banyak konsultan pajak untuk membuat suatu pertimbangan yang
dilakukan oleh wajib pajak badan. Tax planning sendiri etis dalam membuat keputusan. Keputusan yang diambil
berdampak pada kurang tercapainya target pajak yang dapat tetap pada prinsip profesionalitasnya atau
ditetapkan negara. Tax planning secara illegal dapat bertentangan dengan prinsipnya. Disisi lain, imbalan dan
dilakukan dengan menyembunyikan data sesuai fakta kelangsungan bisnis pun kerap menjadi suatu faktor
secara disengaja, ataupun dengan sama sekali tidak dalam mengambil suatu pertimbangan etis (Suardika,
membayarkan pajaknya. Sedangkan tax planning secara 2010). Oleh karena itu suatu pertimbangan etis yang baik
legal dilakukan wajib pajak dengan memanfaatkan hal- oleh konsultan pajak diharapkan akan menghasilkan
hal yang tidak diatur atau celah yang ada dalam undang- suatu keputusan yang etis didalam melakukan tax
undang dan peraturan perpajakan (loopholes) planning dan menghindarinya dari dilema etis. Riset
(Darmayasa & Hardika, 2011). Peraturan pajak yang terdahulu banyak meneliti tentang bagaimana
sangat rumit membuat wajib pajak membutuhkan pengambilan keputusan etis dan dilema etis dalam
seorang tax planner. Dalam hal perpajakan, wajib pajak konsultan pajak. Namun, lebih didominasi dengan hanya
badan kerap membutuhkan bantuan konsultan pajak melihat hubungan-hubungan dan pengaruh suatu variabel
untuk membantunya membuat perencanaan pajak (paradigma positif) terhadap konsultan pajak tetapi tidak
perusahaannya. Konsultan pajak adalah orang yang secara langsung mencari tahu secara mendalam tentang
memberikan jasa profesional kepada para wajib pajak kesadaran dari diri konsultan pajak itu sendiri, apa yang
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dirasakan konsultan pajak dalam melakukan tugasnya
dengan aturan perundang-undangan. Konsultan pajak tersebut. Hal tersebut membuat peneliti merasa tertarik
mempunyai kode etik yang harus ditaati. Kode etik untuk melakukan penelitian pada konsultan pajak dengan
dimiliki untuk menjaga independensi, profesionalisme, menggunakan studi fenomenologi untuk melengkapi
dan integritas konsultan pajak dalam menjalankan hasil dari penelitian-penelitian kuantitatif.
profesinya. Namun disisi lain, tidak dapat dipungkiri Konsultan pajak satu dan lainnya memiliki
bahwa keahlian yang dimiliki oleh konsultan pajak juga pandangan, pendapat, serta kesadaran yang berbeda
dapat disalahgunakan untuk membantu wajib pajaknya dalam mengatasi dilema etis pada saat melakukan tax
dalam memanfaatkan peluang untuk melakukan planning untuk kliennya. Perbedaan tersebut dapat
ketidakpatuhan (Erard, 1993). muncul karena kondisi yang berbeda dalam diri masing-
Devos (2012) menyatakan bahwa adanya hubungan masing konsultan pajak. Peneliti melalui studi
yang spesifik antara tujuan wajib pajak membutuhkan fenomenologi mencoba mencari tahu dan mendalami
konsultan pajak dan perilaku kepatuhan wajib pajak. mengenai bentuk pengalaman, apakah ada situasi dilema
Wajib pajak memggunakan jasa konsultan pajak dengan etis, pengambilan keputusan etis yang dihadapi oleh
sejumlah alasan salah satunya untuk meminimalkan konsultan pajak yang dilakukan konsultan pajak dalam
kewajiban pajak yang harus dibayar dengan membuat memecahkan dilema etis saat melakukan tax planning.
suatu perencanaan pajak. Frecknall-Hughes & Kirchler Studi fenomenologi dalam penelitian ini bertujuan untuk
(2015) berpendapat bahwa konsultan pajak memiliki memahami atau memaknai dan kemudian
salah satu jasa yaitu jasa perencanaan pajak yang menginterpretasikan pemaknaan tersebut bukan
cenderung mengarah kepada tindakan meminimalkan menjelaskan dan memprediksi suatu hubungan
beban pajak secara agresif. Hal tersebut tidak dapat sebagaimana tujuan paradigma positif/ fungsionalis
dihindar karena konsultan pajak memiliki suatu (Noviriani, 2015).
keterampilan dalam menyelesaikan kewajiban pajak Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah
wajib pajak sekaligus memahami motivasi, serta pendekatan fenomenologi transendental Husserl.
keinginan wajib pajak ketika meminta jasa konsultan Fenomenologi transendental terjadi dalam diri individu

129
Anak Agung Istri Pradnyarani Dewi, Made Sudarma, dan Zaki Baridwan / JIAP Vol. 2 No. 4 (2018) 128-139

secara mental (transenden) (Creswell, 2016). Fenomenologi transendental merupakan informasi yang
Fenomenologi transendental berpedoman pada konsep murni berasal dari informan, yang bebas dari persepsi.
epoche. Epoche merupakan sikap “pengurungan” Husserl memfokuskan fenomenologi transendental
pengetahuan dan informasi yang dimiliki peneliti, agar sebagai studi kesadaran. Kesadaran tersebut berpusat
informasi yang diterima murni dari informan. pada “aku” sebagai individu, namun berbeda antara satu
Menggunakan fenomenologi transendental, peneliti ingin dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena
mengeksplorasi esensi fenomena berdasarkan kesadaran pengalaman seseorang satu dengan yang lainnya berbeda.
murni individu. Pendekatan ini meyakinkan peneliti Pengalaman yang berbeda membentuk harapan, persepsi,
untuk dapat memahami pengalaman konsultan pajak imajinasi, dan ingatan yang berbeda (Auliyana, 2017).
secara mendalam melalui kesadaran murni konsultan Fenomenologi dalam konsep kesadaran menurut
pajak sebagai aktor yang terlibat dan mengalami Husserl bersifat terbuka. Fenomena pengalaman
fenomena. Diharapkan, dengan menyelami titik merupakan apa yang dihasilkan oleh aktivitas dan
kesadaran aktor tersebut dapat diperoleh gambaran nyata kesadaran manusia. Husserl banyak membahas tentang
atas realitas pengalaman konsultan pajak dalam konsep kesadaran dalam pengalaman, sehingga sampai
menjalani tax planning. Pengambilan informan dilakukan saat ini fenomenologi diartikan sebagai studi tentang
pada konsultan-konsultan pajak yang ada di Kota kesadaran dan pengalaman yang ada di dalamnya.
Denpasar. Fenomenologi mempelajari bentuk pengalaman dari
seseorang yang mengalaminya secara langsung, seakan-
2. Teori akan dialami oleh orang yang meneliti tentang
2.1 Teori Etika pengalaman tersebut. Selain mengklasifikasikan tindakan
sadar, fenomenologi juga memprediksi tindakan dimasa
Menurut Bertens (2000), teori etika mempunyai yang akan datang sebagaimana memaknai objek dalam
suatu tujuan, yaitu membantu individu dalam mengambil pengalaman (Kuswarno, 2009).
suatu keputusan terkait moral serta memberikan Dalam metodologi, fenomenologi bertugas untuk
pertimbangan atas keputusan yang dibuat. Teori etika menjelaskan things in themselves, mengetahui sesuatu
dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu: (a) yang ada sebelum kesadaran, serta memahami makna dan
Ultilitarianism yang mengartikan benar atau salah dari esensisnya, dalam intuisi dan refleksi diri. Husserl
suatu tindakan dipengaruhi akibat dari tindakan tersebut; mempunyai sebuah konsep dalam metodologi
(b) Deontologi dimana tindakan yang dilakukan individu fenomenologi transendental, yaitu epoche (bracketing)
tidak dilakukan hanya berdasarkan tujuan melainkan merupakan pemisahan hal-hal yang dapat menganggu
suatu kewajiban; dan yang terakhir adalah (c) Teori kemurnian dari sebuah informasi. Peneliti harus masuk
Keutamaan dimana suatu perintah atau jabatan yang kedalam dunia internal yang murni, sehingga dapat
diperoleh individu dapat memungkinkan membuat memudahkan peneliti dalam memahami informan.
individu bertindak secara moral. Peneliti harus memisahkan ego, prasangka, persepsi,
Teori etika sangat berkaitan dengan penyelesaian pengetahuan terdahulu yang dimiliki, sehingga fenomena
dilema etika. Teori etika dapat membantu individu dalam murni dari pengalaman informan, dan terbebas dari
mempertimbangkan keputusan yang akan di lakukan campur tangan peneliti. Fenomenologi transendental
untuk menghindarinya dari rasa dilema. Dilema etika memiliki unit-unit analisis yang digunakan, yaitu
adalah dimana individu berada disituasi yang sulit antara kesengajaan (intentionality), noema dan noesis, intuisi,
memilih dua tindakan yang akan dilakukan saling tidak serta intersubjektivitas.
menguntungkan atau sebanding. Dilema etika sering Kesengajaan (intentionality) merupakan pikiran
ditemukan pada perkerjaan profesi tak terkecuali yang berorientasi terhadap suatu objek. Kesengajaan
konsultan pajak. Konsultan pajak ditempatkan pada dipengaruhi terhadap minat, penilaian awal, dan harapan.
posisi sulit dimana ia harus memilih suatu tindakan serta Noema merupakan sesuatu yang bias didengar, dilihat,
akibat yang akan ditimbulkan apakah sesuai dengan dirasakan, dipikirkan, meskipun sesuatu yang masih
moral etis atau tidak. Dilema etika dapat di atasi dengan berupa pemikirian (ide). Noesis merupakan tindakan,
memilih suatu pertimbangan yang baik. seperti merasa, mendengar, memikirkan, dan
2.2 Teori Fenomenologi Edmund Husserl memberikan penilaian terhadap ide. Hal yang
menghubungkan noema dan noesis adalah intuisi.
Fenomenologi mempunyai dua jenis pendekatan, Intersubjektivitas merupakan konsep sosial dan konsep
fenomenologi hermeneutika dan fenomenologi tindakan. Konsep sosial merupakan hubungan antara dua
transendental (Creswell, 2007). Fenomenologi individu atau lebih, sedangkan konsep tindakan
hermeneutika merupakan penelitian yang berfokus pada merupakan perilaku yang membentuk suatu makna
pengalaman hidup dan penafsiran dalam kehidupan. subjektif. Maka, intersubjektif merupakan realitas sosial

130
Anak Agung Istri Pradnyarani Dewi, Made Sudarma, dan Zaki Baridwan / JIAP Vol. 2 No. 4 (2018) 128-139

yang dimaknai bersama dengan individu lainnya dengan karakteristik penelitian ini, dan begitu pula
(Kuswarno, 2009). seterusnya (Fitriani, 2014). Oleh sebab itu informan
2.3 Fenomenologi Transendental sebagai Metode dalam penelitian ini merupakan informan yang menurut
Memahami Adanya Dilema pertimbangan peneliti merupakan orang yang tepat dan
tentunya sangat berkaitan dengan penelitian ini, yaitu
Pemilihan paradigma yang tepat dalam suatu lima konsultan pajak Kota Denpasar yang terdaftar dalam
penelitian akan memberikan kemudahan dalam IKPI.
menjawab pertanyaan penelitian dalam suatu penelitian. Tabel 1 Daftar Informan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma Nama
No Alamat
interpretif. Paradigma interpretif dapat menggali Konsultan Pajak
pengalaman atas fenomena dilema etis menurut masing- I Kadek Agus Jl. Kenyeri No. 65 Denpasar
1.
masing informan yang terlibat langsung dalam situasi Ardika
tersebut. Dilema etis merupakan suatu fenomena yang Riza Edwindra Jl. Kecubung No.7
2.
dialami oleh konsultan pajak. Konsultan pajak melalui Denpasar
symbol dan bahasa dapat mengungkapkan fenomena Ni Komang Jl. Gemitir No.56 Denpasar
3.
yang mereka alami serta cara untuk mengatasinya, Rahayu Antari
selanjutnya peneliti akan memahami dan Maurin Dewiati Jl. Suli No. 40 Denpasar
4.
menginterprestasikannya. Oleh sebab itu paradigma Harianto
interpretif dianggap cocok untuk menjawab pertanyaan Ni Wayan Jl. Tukad Buaji No. 2
5.
penelitian. Pendekatan yang digunakan pada penelitian Sumarni Denpasar
ini adalah pendekatan fenomenologi transcendental. Sumber: Hasil analisis, 2018
Menggunakan fenomenologi transcendental,
Kelima informan tersebut dirasa tepat oleh peneliti
peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai makna
untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini. Sebab
dari fenomena berdasarkan kesadaran informan.
masing-masing informan mempunyai tugas yang sama,
Fenomenologi transendental meyakinkan peneliti untuk
dan memiliki pengalaman diatas tiga tahun. Informan
dapat memahami dilema yang dirasakan konsultan pajak
dalam tugas yang sama dipastikan mempunyai
melalui kesadaran murni konsultan pajak sebagai aktor
pengalaman, dilema yang dirasakan, serta bagaimana
yang mengalami dan terlibat dalam fenomena. Peneliti
pertimbangan yang dilakukan untuk mengatasi dilema
berharap, dengan mendalami titik kesadaran konsultan
tersebut. Sehingga pertanyaan dalam penelitian ini akan
pajak, peneliti mendapat gambaran nyata atas realitas
terjawab. Sebelum melakukan pengumpulan data
dilema etis. Penelitian fenomenologi transendental
dilapangan, peneliti terlebih dahulu melakukan tahapan-
mengacu pada tahap-tahap analisis data berdasarkan
tahapan pengumpulan data pada penelitian fenomenologi
beberapa peneliti, seperti Van Kaam Tahun 1966 dan
yang diilustrasikan oleh Creswell (2007).
Colaizzi Tahun 1978 serta dimodifikasi oleh Moustakas
(1994). Sama seperti yang diungkapkan Kuswarno
(2009), metode fenomenologi transendental memiliki
empat tahap, yaitu: epoche, reduksi fenomenologi, variasi
imajinatif, dan sintesis antara makna dan esensi.
3. Metode Penelitian
3.1 Informan Penelitian dan Tahap Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, teknik pemilihan
Gambar 1 Tahap Pengumpulan Data
informan yang paling umum digunakan adalah snowball
Sumber: Creswell (2007)
sampling. Teknik snowball sampling, subjek dipilih
berdasarkan rekomendasi orang ke orang yang sesuai Menurut Moleong (2017) adanya proses dalam suatu
dengan penelitian dan terkuat untuk diwawancarai penelitian dapat memperjelas pengamatan pada objek
(Patton dalam Putu, 2009). Teknik tersebut melibatkan penelitian. Proses dalam penelitian ini menggunakan
beberapa informan yang berhubungan dengan peneliti. fenomenologi sebagai alat analisis untuk memaknai
Informan ini akan menghubungkan peneliti dengan bagaimana konsultan pajak dalam menghadapi dilema
orang-orang yang cocok dijadikan narasumber penelitian. etis. Analisis data yang dilakukan oleh penulis mengacu
Peneliti meminta rekomendasi calon informan dari pada teknik analisis data yang sesuai dengan pendekatan
salah satu subjek yang dikenal. Setelah itu, peneliti studi fenomenologi trandental Husserl, yaitu Moustakas
meminta rekomendasi subjek berikutnya yang sesuai (1994). Moustakas (1994) memodifikasi penelitian Van

131
Anak Agung Istri Pradnyarani Dewi, Made Sudarma, dan Zaki Baridwan / JIAP Vol. 2 No. 4 (2018) 128-139

Kaam Tahun 1966 dan Colaizzi Tahun 1978 mengenai Konsekuensinya jika di terap kan juga tidak jelas
langkah-langkah dalam penelitian fenomenologi sehingga memunculkan berbagai persepsi. Sebagaimana
transendental dengan menggunakan beberapa tahapan yang diungkapkan oleh konsultan pajak Riza Edwindra
analisis data. sebagai berikut:
Tahap analisis data tersebut terdiri dari proses “Ya kita mainnya ya memanfaatkan itu grey area
reduksi fenomenologi yaitu: horizonalization, dan itu….Grey area itu sebenernya aturan yang gak
textural description), variasi imajinatif (structual teges, dia bilang boleh tp gak ada petunjuknya, dia
description) serta menggabungkan antara makna dan bilang gak boleh tp gak ada hukumannya” (Jum’at,
esensi (Noviriani, 2015). Tahap pertama, peneliti 22 Juni 2018: 14.00 WITA).
mengorganisasikan keseluruhan data tentang fenomena Dalam pernyataan “mainnya memanfaatkan grey
pengalaman yang telah dikumpulkan melalui wawancara, area” dapat ditarik kesimpulan bahwa bukan hal yang
serta memeriksa kembali kelengkapan, kejelasan makna, tabu lagi bagi konsultan pajak dalam melakukan
kesesuaian dan relevansi satu data dengan data yang penghematan pajak klien dengan memanfaatkan celah
lainnya. Tahap kedua, peneliti membaca data secara dalam suatu peraturan. Hal ini dapat memberikan
menyeluruh dan mencatat mengenai data yang penting pemahaman bahwa peraturan pajak di Indonesia masih
serta melakukan pengkodean data. Tahap ketiga, peneliti belum ketat tercermin dari pernyataan “aturan yang gak
menemukan dan mengkelompokkan makna dari teges”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa undang-undang
pernyataan yang dirasakan informan terhadap fenomena, pajak memang masih memiliki ketidaktegasan aturan
dan menghilangkan pernyataan yang tidak relevan yang ada didalamnya sehingga dalam peraturan yang
ditetapkan pun dapat digunakan klien untuk melakukan
maupun yang tumpang tindih dengan topik pertanyaan
penghematan pajak.
sehingga arti tekstural dan unsur penyusun dari fenomena
Undang-undang pajak memiliki banyak peraturan
tidak mengalami penyimpangan (horizons).
pasal-pasal yang dapat dijadikan suatu celah untuk
Tahap keempat, peneliti mengumpulkan pernyataan
membuat perencanaan pajak, celah dalam pasal tersebut
yang diperoleh kedalam unit makna (cluster of meaning) terdapat dalam kalimat dari pasal itu sendiri.
kemudian peneliti menulis gambaran tentang bagaimana Menggukanan celah tersebut dalam membuat
pengalaman tersebut terjadi. Tahap kelima, peneliti perencanaan pajak harus menentukan arti celah dari pasal
mengembangkan fenomena apa yang terjadi pada terlebih dahulu, sehingga jika diterapkan konsultan pajak
informan (textural description) dan menjelaskan dapat meminimalisir resiko yang akan terjadi. Namun,
bagaimana fenomena itu terjadi (structural description). konsultan pajak kerap masih merasa kesulitan untuk
Tahap keenam, peneliti memberikan penjelasan secara menentukan arti dari celah tersebut seperti yang
naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti serta diungkapkan oleh konsultan pajak Riza Edwindra:
mendapatkan makna pengalaman informan mengenai “Aturannya itu ada bilang lainnya, nah menentukan
makna tersebut. Tahap terakhir, peneliti menemukan lainnya ini yang susah.. grey area kan gak jelas ya..
fenomena dan ditulis berdasarkan dari gabungan lainnya gmn” (Jum’at, 22 Juni 2018: 14.00 WITA).
deskripsi gambaran yang diperoleh (composite Dalam undang-undang pajak ada pasal-pasal yang
description). aturannya tidak jelas karena tidak lengkap seperti contoh
yang diungkapkan konsultan pajak Riza. Kalimat dalam
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
pasal menyebutkan kata “lainnya”. Konsultan pajak
4.1 Bentuk Dilema: Ketidakjelasan Peraturan yang dalam hal ini harus mencari tahu secara mendalam arti
Menempatkan Konsultan Pajak didalam Dilema dari kata “lainnya”, apa saja aturan yang termasuk atau
tidak termasuk dari kata tersebut. Aturan yang banyak
Konsultan pajak dituntut untuk berkerja sesuai membuat konsultan pajak kerap merasakan kesusahan
dengan peraturan undang-undang dan kode etik. Namun, dalam mengira-ngira dan menentukan kata “lainnya”
disisi lain dalam penerapan suatu aturan dan kenyataan berupa apa dan resikonya bagaimana jika diterapkan.
dilapangan sangat berbeda dengan apa yang ada di dalam Oleh sebab itu grey area terkadang memberikan rasa
peraturan. Dalam membuat suatu perencanaan pajak, dilema kepada konsultan pajak disaat akan menggunakan
diperlukan pemahaman yang tinggi mengenai aturan area tersebut dalam membuat perencanaan pajak.
dalam undang-undang pajak untuk menghindari resiko Konsultan pajak mempunyai rasa keyakinan yang kurang
atau memperkecil resiko saat jika terjadi pemeriksaan. ketika akan menggunakan area “abu-abu” yang ada di
Undang-undang perpajakan mempunyai area “abu-abu” dalam peraturan.
yang kerap dimanfaatkan dalam membuat perencanaan Hal ini disebabkan karena peraturan yang akan
pajak. Grey area atau “area abu-abu” merupakan digunakan tidak jelas, sehingga menimbukan persepsi
peraturan yang tidak jelas dan tidak tegas, namun tidak yang berbeda. Persepsi yang berbeda akan memicu
ada penjelasan apakah boleh dilakukan atau tidak. adanya perbedaan pendapat antara klien dan pemeriksa

132
Anak Agung Istri Pradnyarani Dewi, Made Sudarma, dan Zaki Baridwan / JIAP Vol. 2 No. 4 (2018) 128-139

pajak. Sehingga jika resikonya tidak diantisipasi terlebih Melalui beberapa pernyataan oleh konsultan pajak
dahulu hal ini dapat menjadi suatu sengketa pajak. Oleh diatas, diperoleh pemahaman bahwa dilema yang dialami
sebab itu, konsultan pajak merasa kurang yakin dalam oleh konsultan pajak dikarenakan peraturan yang masih
memberikan masukan kepada kliennya, jika peraturan “abu-abu”. Petugas pajak ingin menetapkan aturan sesuai
masih dalam area “abu-abu”. Seperti yang di ungkapkan dengan pasal, namun substansinya dilapangan tidak bisa
oleh konsultan pajak Kadek Agus sebagai berikut: sesuai dengan pasal. Hal ini di sebabkan adanya “area
“Yang menjadi dilema itu karena grey….dilema itu abu-abu” tersebut. Konsultan pajak dalam membuat
pas memberi masukan kepada klien, keyakinan tu perencanaan pajak menggunakan “area abu-abu” dari
gak 100% gek, kenapa gak 100% karena aturannya peraturan. Namun, “area abu-abu” dapat membuat
masih grey, penafsirannya berbeda” (Senin, 18 Juni persepsi yang berbeda antara petugas pajak dan wajib
2018: 13.28 WITA). pajak. Hal ini menyebabkan konsultan pajak merasa
Lebih lanjut, Kadek Agus menambahkan: dilema dan merasa tidak yakin serta khawatir akan “area
“Dilema gek, pada saat memberikan advise, karena abu-abu” yang digunakan dalam membuat perencanaan
mengapa…disisi lain kantor pajak ingin menetapkan pajak, apakah perencanaan pajak yang disarankannya ke
sesuai dengan pasal, namun substansinya dilapangan klien benar atau salah. Konsultan pajak ingin agar
gak bisa gek, jadi sudah pasti dilema..khawatir kliennya dan dirinya sendiri tidak terkena resiko saat
planning kita benar atau tidak…”(Senin, 18 Juni adanya pemeriksaan pajak. Namun, disisi lain adanya
2018: 13.28 WITA). penafsiran yang berbeda antara petugas pajak dan
Mimik wajah saat Kadek Agus menyatakan “dilema dirinya, peraturan dan substansinya membuat konsultan
saat memberikan advise” serta “khawatir planning kita pajak tidak memiliki keyakinan secara penuh dalam
benar atau tidak” seperti merasa bersalah, dan sedikit membuat perencanaan pajak.
putus asa. Hal ini seperti mengungkapkan dilema yang
cukup mendalam yang dirasakan saat memilih celah yang 4.2 Bentuk Dilema: Kepedulian akan Kondisi Klien
akan digunakan dalam perencanaan pajak. Dilema Menempatkan Konsultan Pajak di dalam Dilema
menyebabkan rasa kekhawatiran dimana jika saat Sebagai seorang manusia tentunya mempunyai rasa
memberikan masukan kepada klien mengenai celah kepedulian terhadap sesama manusia. Hal ini disebabkan
dalam peraturan yang dapat digunakan untuk karena diluar logika pikiran dan ego, manusia masih
penghematan pajaknya, namun ternyata celah tersebut memiliki hati nurani yang dapat memberikan suatu
dapat menimbulkan resiko yang besar saat terjadi perasaan iba dan kasihan terhadap sesama manusia. Tak
pemeriksaan hanya karena perbedaan persepsi dengan terkecuali konsultan pajak. Diluar tugasnya sebagai
petugas pajak. Tidak hanya menimbulkan resiko untuk konsultan pajak, ia tetaplah seorang manusia biasa yang
wajib pajak yang dimana sebagai klien dari konsultan juga memiliki hati nurani. Hal ini pun berpengaruh
pajak, namun resiko tersebut juga dapat mengenai terhadap tugasnya sebagai konsultan pajak. Sebagai
konsultan pajak seperti yang diungkapkan oleh konsultan seorang konsultan harus berpegang teguh pada prinsip
pajak Riza Edwindra sebagai berikut: dari kode etik yaitu membantu membimbing klien (wajib
“grey area, kalo ternyata terbukti gak boleh, gak jadi pajak) untuk patuh dan taat kepada peraturan yang
grey ya jadinya.ha.ha ya saya bisa kena” ” (Jum’at, berlaku. Dalam hal perencanaan pajak, konsultan pajak
22 Juni 2018: 14.00 WITA). seharusnya membimbing kliennya untuk patuh dalam
Pernyataan “terbukti gak boleh” yang diungkapkan melaporkan omset yang sesungguhnya, sehingga pajak
Riza Edwindra, dapat ditarik kesimpulan bahwa grey yang harus dibayar klien akan sesuai dengan omsetnya.
area tidak selalu boleh untuk dilakukan. Jika terbukti Namun, pada kenyataan dilapangan klien (wajib pajak)
bahwa penafsiran dari grey area yang ada didalam data omset yang diberikan kerap tidak riil. Seperti yang
sebuah aturan tersebut tebukti tidak boleh dilakukan dinyatakan oleh konsultan pajak Wayan Sumarini
dalam hal terbukti melanggar, ataupun salah penafsiran berikut:
dari grey area, sehingga menjadi suatu masalah dalam “Kadang-kadang kan klien itu juga kayak sembunyi
pemeriksaan pajak, maka tidak hanya wajib pajaknya saja ya dari kita, kita kan juga gak terlalu pingin tau ya
yang kena tetapi juga konsultan pajaknya, seperti pada urusan omsetnya dia, ada juga yang memang terbuka
kalimat “ya saya bisa kena” yang diungkapkan oleh Riza riil datanya” (Selasa, 14 Juni 2018: 13.47 WITA).
Edwindra. Oleh sebab itu pertimbangan konsultan pajak Pernyataan “kayak sembunyi dari kita” dari
untuk memanfaatlan celah dari suatu peraturan dalam konsultan pajak Wayan Sumarini membuktikan bahwa
membuat perencanaan pajak klien, sangatlah harus wajib pajak kerap menyembunyikan omset perusahaan
berhati-hati. Sebab jika salah dalam memanfaatkan celah, yang sesungguhnya, hal ini dikarenakan untuk menekan
dapat memberikan resiko kepada klien jika nantinya pembayaran pajak yang besar alih-alih demi
dilakukannya pemeriksaan. kelangsungan perusahaannya. Pernyataan “terbuka riil

133
Anak Agung Istri Pradnyarani Dewi, Made Sudarma, dan Zaki Baridwan / JIAP Vol. 2 No. 4 (2018) 128-139

datanya” memunculkan pemikiran bahwa sebenarnya ia dilema gek”. Hal ini memunculkan pemikiran bahwa
juga mengetahui jika kliennya memberikan data omset sebenarnya ia sebagai konsultan pajak telah membina
yang tidak sesungguhnya. Ini disebabkan karena klien untuk patuh terhadap aturan, namun disisi lain klien
konsultan pajak akan tetap menghitung data-data yang tetap tidak bisa untuk melaporkan data yang riil. Kadek
diberikan, guna untuk mencocokan apakah data yang Agus menambahkan “bukan untuk membunuh
diberikan sudah benar atau tidak. Konsultan pajak jika perusahaan” mengindikasikan bahwa demi untuk tidak
mendapati data yang tidak riil seharusnya menolak data “membunuh” klien, ia memutuskan untuk membantu
yang tidak riil dan melaporkannya langsung data yang klien, walaupun ia tahu bahwa hal yang dilakukannya
riil. Namun kembali lagi dari sisi nurani, konsultan pajak melanggar dari prinsip konsultan pajak. Hal ini
kerap merasakan rasa kasihan terhadap kliennya jika menyebabkan dilema yang cukup mendalam yang ia
melihat kondisi perusahaan klien, seperti yang rasakan terlihat dari mimik wajahnya karena ia “tau
diungkapkan konsultan Wayan Sumarini berikut ini: riilnya” namun ia tetap mendukung wajib pajak untuk
“Niatnya klien jg kadang-kadang pingin jujur, tapi melaporkan yang tidak riil dengan alasan tidak ingin
apa daya kan ada tengang waktu ya, kan kurang “membunuh” perusahaan.
bayarnya besar, sehingga dia gak punya uang” Melalui beberapa pernyataan oleh konsultan pajak
(Selasa, 14 Juni 2018: 13.47 WITA). diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dilema yang
Lebih lanjut, Wayan Sumarini menambahkan: konsultan pajak rasakan adalah saat seharusnya konsultan
“Kalo saya ya yang penting kliennya itu seumpama pajak melaporkan omset riil dari kliennya namun disisi
kalo gajah jangan ngaku semut” (Selasa, 14 Juni lain konsultan pajak peduli akan kelangsungan
2018: 13.47 WITA). perusahaan klien. Konsultan pajak dalam membuat suatu
Pernyataan “pingin jujur” memunculkan pemikiran perencanaan pajak harus dengan data yang riil untuk
bahwa terkadang wajib pajak ingin jujur melaporkan menghindari resiko jika terjadi pemeriksaan. Selain itu
omset yang sesungguhnya, namun karena terbatas biaya data yang tidak riil bisa mengarah ke dalam area tax
untuk operasional perusahaan menimbulkan rasa ingin evasion. Konsultan pajak seharusnya mengindari hal ini,
menyembunyikan omset agar bisa melakukan sehingga hasil pajak yang harus dibayar dapat sesuai
penghematan pajak sehemat mungkin sehingga pajak dengan omset dari klien dan tidak menimbulkan masalah
yang akan dibayarkan kecil, sesuai dengan pertanyaan dikemudian hari. Disisilain, konsultan pajak masih
“dia gak punya uang”. Namun, pernyataan “gajah jangan memiliki rasa simpati dengan merasa kasihan melihat
ngaku semut” juga menimbulkan pemikiran bahwa tidak kondisi perusahaan klien. Hal ini menyebabkan konsultan
semua klien itu jujur dalam mengungkap seberapa besar pajak terjebak dalam suatu kebingungan yang mendalam.
perusahaannya. Disini lah tugas konsultan pajak untuk
mencari tahu secara jelas tentang klien yang sedang 4.3 Pengalaman Konsultan Pajak dalam Mengatasi
ditanganinya, sehingga bisa meminimalisir resiko jika Dilema Memahami Peraturan untuk Mengatasi
Dilema
terjadinya pemeriksaan pajak. Konsultan pajak pada
prinsipnya harus membina klien untuk patuh membayar Setiap profesi memiliki peraturan dan kode etik yang
pajak. Tidak seharusnya konsultan pajak mendukung menjadi dasar dalam menjalankan tugas-tugasnya. Begitu
kliennya untuk melaporkan omset yang tidak riil. Hal ini pula dengan konsultan pajak, dimana konsultan pajak
pun memicu dilema seperti yang di ungkapkan oleh memiliki undang-undang pajak dan kode etik yang
konsultan pajak Kadek Agus: menjadi pondasi untuk menjalankan tugas-tugasnya
“Klien yang tetap ngotot gak mau riil juga ada gek, sebagai seorang konsultan. Pada dasarnya, peraturan dan
saya pernah ada nanganin klien besar besar sekali itu kode etik berfungsi untuk menjaga konsultan pajak agar
gek, tapi omsetnya cuma 10 miliyar dulu, wah sesuai dan didalam jalan yang benar tidak menyimpang
ngikutin terus maunya, planning terus, dilema gek” dari peraturan. Namun, suatu peraturan kerap memberi
(Senin, 18 Juni 2018: 13.28 WITA). suatu celah konsultan pajak untuk memanfaatkannya
Lebih lanjut, Kadek Agus menambahkan: dalam membuat tax planning. Celah tersebut sering
“Dilemanya juga kita tau riilnya, berapa omset disebut dengan “area abu-abu”. Tax planning dengan
riilnya, dilema banget kita, etis gak kita menggunakan area “abu-abu” tersebut masih dapat
menjalankan? Kita gak etis, tapi tujuan kita bukan dikatan dalam batas legal. Namun, area “abu-abu” pun
membunuh perusahaan” (Senin, 18 Juni 2018: 13.28
tak jarang membuat penafsiran berbeda antara petugas
WITA).
pajak dan konsultan pajak. Hal ini membuat dilema bagi
Pernyataan Kadek Agus mengindikasikan bahwa ia
konsultan pajak dalam menyampaikan pendapat kepada
pernah mendapat klien yang “ngotot gak mau riil” namun
klien mengenai celah-celah mana saja yang dapat
ia tetap mengikuti kemauan klien seperti dalam
digunakan untuk melakukan penghematan.
pernyataannya “ngikutin terus maunya, planning terus,

134
Anak Agung Istri Pradnyarani Dewi, Made Sudarma, dan Zaki Baridwan / JIAP Vol. 2 No. 4 (2018) 128-139

Konsultan pajak dalam hal ini harus benar-benar harus memahami secara benar dari aturan yang akan ia
mempunyai kesadaran untuk memahami secara baik gunakan dalam membuat suatu keputusan tax planning.
aturan-aturan dalam undang-undang dan kode etik. Setelah itu ia akan mencocokan kepada substansinya
Memahami peraturan secara tidak langsung seperti apa, serta memprediksikan penemuan yang
menyebabkan konsultan pajak lebih berhati-hati atas ditemukan oleh pemeriksa pajak sehingga resiko dapat di
pengambilan keputusan yang akan di ambil. Seperti yang hindari dengan menyiapkan data yang diperlukan atau
di ungkapkan oleh konsultan pajak Kadek Agus berikut argument-argumen yang diperlukan. Kadek Agus
ini: memberikan contoh sebagai berikut:
“Ibarat dulu kita melakukan sesuatu gak tau aturan, “jadi misalnya saya harus melihat substansinya, jadi
hantam terus aja..setelah tau aturan undang- mencari kepastian itu penekananya disubstansi, jadi
undangnya seperti apa, akhirnya kita semakin bukan perlakuannya apa sih..? ini gimana secara akuntansi
berarti tambah berani ya, tapi tambah berhati-hati..” kan ada PSAK jadi kita harus bandingkan, kadang
(Senin, 18 Juni 2018: 13.28 WITA). undang-undang pajak tidak match dengan
Kadek Agus dalam pernyataannya menceritakan dahulu PSAK…Jadi kita mencari celah yang meyakinkan di
sebelum ia mengerti tentang aturan, ia sama sekali tidak undang-undang gak diatur itu, di PSAK diatur, kalo
merasakan ke khawatiran ataupun dilema akan resiko di PSAK diatur ya keyaknan kita ya pasti 100% akan
yang disebabkan jika ia salah dalam memberikan tax menang, seandainya ini menjadi masalah” (Senin,
planning, namun saat ia mengerti tentang aturan ia 18 Juni 2018: 13.28 WITA).
merasakan bahwa mengerti suatu undang-undang Kadek Agus memberikan contoh berkaitan
membuat ia bertambah hati-hati dalam mengambil setiap dengan kasus perpajakan dan akuntansi. Tax planning
langkah dalam melakukan tugasnya salah satunya dalam membutuhkan data-data keuangan perusahaan seperti
memberikan tax planning. Hal ini memunculkan pembukuan perusahaan. Terkadang undang-undang
pemikiran bahwa, memang seharusnya suatu peraturan PSAK dan perpajakan terdapat ketidakesamaan. Hal ini
menjadi pedoman bagi konsultan pajak agar lebih menyebabkan untuk meyakinkannya dalam mencari
berhati-hati pada setiap tindakan yang ia lakukan dan suatu celah membuat tax planning Kadek Agus harus
tidak menyimpang dari peraturan. membandingkan undang-undang PSAK dan undang-
Memahami sebuah peraturan juga memiliki undang pajak. Sehingga ia yakin jika terjadi suatu
keterkaitan dalam mengatasi sebuah dilema. Dilema perdebatan, keyakinan yang ia miliki 100% dapat
memenangkan perdebatan tersebut dikarekanan ia
dapat terjadi akibat perbedaan penafsiran antara aturan
memiliki undang-undang pembanding untuk
yang tercantum di area “abu-abu” dengan situasi
digunakannya dalam beragumen. Oleh sebab itu
dilapangan atau dengan kata lain, perbedaan penafsiran
pemahaman yang baik dari peraturan sangatlah penting
konsultan pajak dan petugas pajak dalam memahami
untuk menghindarinya dari resiko dalam membuat tax
sebuah peraturan. Dilema yang terjadi berkaitan saat planning. Kadek Agus menekankan:
konsultan pajak akan memilih suatu celah dalam “jadi kita mencari celah yang meyakinkan…jika
peraturan untuk melakukan tax planning namun ia yakin ya lakukan” (Senin, 18 Juni 2018: 13.28
merasa khawatir akan benar atau tidaknya keputusan WITA).
yang diambil. Kekhawatiran disebabkan area yang masih Penekanan Kadek Agus dalam “mencari celah yang
“abu-abu” sehingga jika salah penafsiran akan meyakinkan” menjelaskan bahwa, dalam meyakinkan
membawanya dan klien ke dalam resiko yang berat. diri akan suatu celah mempunyai beberapa langkah
Namun, dilema ini dapat diminimalisir dengan seperti memahami peraturan, memprediksikan apa yang
memahami aturan secara mendalam, sehingga rasa ke seandainya terjadi dan menyiapkan data-data serta
khawatiran dalam melakukan tax planning dengan menguatkan argumen. Sehingga jika semua peraturan
memanfaatkan celah peraturan dapat berkurang. Seperti dipahami dan segala sesuatu yang diperlukan sudah siap,
yang di ungkapkan oleh konsultan pajak Kadek Agus maka ia pun merasa yakin untuk memberikan advise
berikut: kepada klien dan melakukan planning. Kadek Agus
“saya meyakini diri dengan membuat skema aturan dalam memberikan advise juga lebih menekankan
dulu….kemudian substansinya apa, jadi kira-kira penyampaian riil ke pada klien terlebih dahulu mengenai
orang pajak begini..ketemunya dimana..kalau kayak
resiko yang akan terjadi ketika seandainya kantor pajak
di hukum itu kita harus buat seperti pra kasus, jika
memeriksa, seperti yang diungkapkan berikut ini:
diketemukan begini pemecahannya gimana” (Senin,
“Kuncinya gek menyampaikan riil gek, sama dengan
18 Juni 2018: 13.28 WITA).
gek misalnya, gek gak boleh begini ya ini ini ini, jadi
Kadek Agus menggambarkan hal yang ia lakukan
kita udah kasi tau riilnya gini, terus gek bilang tapi
untuk “meyakinkan diri”-nya, yaitu dengan cara ini bisa gak di kecilkan, oh ini bisa bisa bisa, tapi
membuat skema aturan terlebih dahulu. Hal ini berarti ia kalau ini di jalankan harus ada bukti ini, ini, jadi gek

135
Anak Agung Istri Pradnyarani Dewi, Made Sudarma, dan Zaki Baridwan / JIAP Vol. 2 No. 4 (2018) 128-139

tau riilnya kayak gini, kalau seandainya kantor pajak (Giarti, 2012). Meningkatkan kesadaran wajib pajak
meriksa ya gak? Apa yg diperiksa sama kayak yang dapat dilakukan dengan memberikan sosialisasi dan
kita analisis, kan wp paham, oh uda dikasi tau kok, membina wajib pajak. Pada dasarnya wajib pajak
gak masalah bagi saya, jadi kita yakin membuat mempunyai sifat yang berbeda dalam memenuhi
suatu tax planning, harus bener-bener infomasi kewajiban perpajakannya. Tak jarang juga wajib pajak
dengan riilnya dulu, apasih yang jadi resiko buat menggunakan jasa konsultan pajak bukan untuk ingin
diambil, apa yang menjadi perdebatan seandainya diberikan pemahaman menenai perpajakan tetapi ingin
itu dilakukan” (Senin, 18 Juni 2018: 13.28 WITA). dibantu dalam meminimalisasikan pajaknya.
Pernyataan Kadek Agus mengindikasikan bahwa Dilapangan, wajib pajak kerap meminta wajib pajak
kliennya harus mengetahui terlebih dahulu mengenai data untuk membantunya meminimalisasikan pajaknya
yang riil. Jika klien menginginkan tax planning, Kadek bahkan menyembunyikan omset riilnya agar pajak yang
Agus akan terlebih dahulu mencocokan dengan aturan- harus dibayar lebih sedikit. Konsultan pajak kerap
aturan serta memberikan prediksi dan menganalisis apa membantu dengan memberikan tax planning yang masih
saja bukti-bukti yang mungkin dibutuhkan ketika terjadi dalam lingkup aturan (legal) dengan pemanfaatan celah-
pemeriksaan. Sehingga keyakinan Kadek Agus dalam celah dalam suatu aturan. Namun terkadang wajib pajak
membuat suatu tax planning menjadi sepenuhnya yakin merasa kurang, dan meminta penghematan yang bahkan
dan meminimalisir dilema yang ia rasakan. Selaras mengarah ke arah penyimpangan. Belum lagi, wajib
dengan yang diungkapkan konsultan pajak Riza pajak yang menyembunyikan omset riilnya karena alasan
Edwindra berikut ini: tertentu guna meminta simpati terhadap konsultan pajak.
“Beda penafsiran ini paling akan mengakibatkan Disinilah suatu pertimbangan etis yang baik oleh
sengketa pajak, tapi biasanya argument yang harus konsultan pajak diperlukan agar menghindarinya dari
di kuatkan saat adanya pemeriksaan pajak” (Jum’at, suatu dilema. Pertimbangan etis yang dilakukan
22 Juni 2018: 14.00 WITA). konsultan pajak lebih banyak kearah menentukan cara
Riza Edwindra mengungkapkan bahwa “argumen atau “taktik” yang membuat wajib pajak awalnya tidak
yang harus dikuatkan” mengindikasikan bahwa dalam patuh menjadi patuh, seperti pengalaman yang
mengatasi perbedaan penafsiran antara petugas pajak dan diungkapkan oleh Kadek Agus berikut ini:
konsultan pajak memerlukan argument yang kuat untuk “tipikal klien nakal sudah pasti ada, tapi kita hanya
memenangkan sengketa tersebut. Argumen yang kuat membina, ayo, tax planning kita kasi tau yang bener,
harus didasari dengan pemahaman dari peraturan yang ya kita tau lah udah banyak yg disembunyikan kita
berlaku. Jika konsultan pajak tidak memahami peraturan, terima-terima aja gitu lo, bukan berarti kita nolak,
maka dapat dipastikan konsultan pajak tidak akan bisa tapi bukan berarti kita keputusan nerima dengan
memberikan argument yang kuat. alasan uang gek…saya mencari klien yang mau
Melalui pernyataan dari pengalaman yang belajar, mau memahami” (Senin, 18 Juni 2018:
diungkapkan oleh konsultan pajak diatas, dapat dipahami 13.28 WITA).
bahwa suatu dilema dalam penerapan tax planning dapat Sebagai konsultan pajak, Kadek Agus menjelaskan
diminimalisir dengan memahami peraturan. Konsultan bahwa tipikal wajib pajak beragam. Ada yang patuh akan
pajak dalam menerapkan tax planning harus tetap sesuai peraturan, dan ada juga yang “nakal”. Mengatasi wajib
dengan peraturan melalui cara memanfaatkan celah yang pajak (klien) yang “nakal”, ia pada awalnya tetap
ada dalam peraturan tersebut. Namun, terkadang menerima permintaan klien untuk meminimalisasi
penafsiran dari celah tersebut dapat menimbulkan suatu pajaknya maupun menerima pemberian data yang tidak
permasalahkan bahkan resiko yang besar hingga riil oleh klien. Alasan ia menerima bukan semata-mata
mengarah ke penyimpangan dari aturan. Hal ini dengan “alasan uang”. Namun, ia ingin membina klien
menyebabkan dilema dalam pemilihan celah yang akan tersebut agar mau belajar dan memahami aturan
digunakan. Dilema dapat diminimalisir dengan pemilihan perpajakan. Memang, menerima permintaan dan data
celah yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan klien yang tidak riil menempatkan konsultan pajak pada
pemahaman secara penuh terhadap peraturan yang dilema. Mengapa? karena hal tersebut merupakan sesuatu
berlaku, membandingkan peraturan-peraturan lain yang yang menyimpang dari peraturan. Tetapi disisi lain
dibutuhkan, menganalisis dan memprediksikan resiko, konsultan pajak mempunyai rasa simpati dan rasa ingin
serta memberikan informasi kepada klien. tahu terhadap kondisi klien, kondisi perusahaan klien, apa
4.4 Membangun Kesadaran Wajib Pajak untuk alasannya tidak patuh dan menyembunyikan omsetnya.
Mengatasi Dilema Seperti yang dirasakan konsultan pajak Kadek Agus
berikut ini:
Meningkatkan pajak dalam suatu negara “klien yang tetap ngotot gak mau riil juga ada gek,
sangatlah bergantung pada kesadaran wajib pajaknya saya pernah ada nanganin klien besar.. besar sekali

136
Anak Agung Istri Pradnyarani Dewi, Made Sudarma, dan Zaki Baridwan / JIAP Vol. 2 No. 4 (2018) 128-139

itu gek, omsetnya cmn 10 miliyar dulu, wah ngikutin itu saya anggap benar, klo semisal salah ya
terus, planning terus, bina terus… dilema sono…kmrn saya gitukan klien saya yg bandel
gek..dilemanya juga kita tau riilnya, berapa omset malah sampe ngambul dia gek..tp saya sih tetep kasi
riilnya, dilema banget kita, etis gak kita tau ya akhirnya mungkin dia takut ya, saya udah tau
menjalankan? Kita gak etis, tapi tujuan kita bukan juga dia ngumpet, dan dia udah tanda tangan
membunuh perusahaan, tapi bagaimana perusahaan kontrak..ya..jadi dia nurut aja gitu ha..ha” (Jum’at,
memahami kesalahan dia, sekarang omsetnya udah 22 Juni 2018: 14.00 WITA).
130 miliyar, karena kita yakini gek, periode waktu Konsultan pajak Riza Edwindra mengungkapkan
ini akan membentuk mereka” (Senin, 18 Juni 2018: bahwa ia “setengah tutup mata” yang dalam artian, ia
13.28 WITA). tidak mengetahui data yang diberikan itu riil atau tidak.
Kadek Agus mengungkapkan adanya rasa dilema Namun, untuk menekan kliennya ia menggunakan suatu
mengikuti keinginan klien. Namun ia mempunyai suatu “kontrak kerja” kepada kliennya. Jadi jika klien tersebut
tujuan yaitu klien “memahami kesalahannya”. Jika ia terbukti salah, resiko ditanggung oleh klien itu sendiri
menolak atau langsung melaporkan kliennya sebagai seperti yang tercantum di kontrak. Riza Edwindra
tindak penggelapan pajak, sama dengan ia “membunuh”, mempunyai pengalaman kliennya yang “ngambul”.
sehingga klien selamanya tidak akan memahami tentang “Ngambul” atau merajuk dalam artian klien ini tidak
pajak. Rasa kesadaran klien akan pajak tidak akan pernah terima akan penjelasan darinya. Namun, ia tetap
ada. Kadek Agus dalam hal ini ingin kliennya memahami memberitahu kliennya apa yang kliennya ini lakukan
kesalahannya. Bagaimana klien memahami salah. Terlebih lagi ia telah mengetahui bahwa kliennya
kesalahannya? Sejalan dengan ia menuruti keinginan menyembunyikan omset riilnya. Hal ini menyebabkan
kliennya, ia terus memberikan pehamanan kepada kliennya merasa “takut” akan resiko dan lebih memilih
kliennya, memberi tahu informasi kepada kliennya, aman dengan mengikuti sesuai aturan.
memberi tahu hal-hal yang salah. Kadek Agus meyakini Konsultan pajak melakukan suatu pertimbangan
bahwa waktu yang akan mengubah kliennya. Sedikit untuk menghindarinya dari suatu dilema. Salah satu
demi sedikit, waktu demi waktu, ia memberikan pertimbangan yang dilakukan adalah dengan memilih
pengarahan secara halus kepada kliennya sehingga suatu cara yang tepat untuk menghilangkan dilema yang
kliennya yang dahulu menyembunyikan omset besar- dirasakan. Melalui pernyataan yang diungkapkan oleh
besaran perlahan-lahan mau membuka sedikit demi konsultan pajak tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
sedikit dari omset riilnya. cara konsultan pajak dalam menghilangkan rasa
Oleh sebab itu, memahami peraturan perpajakan dilemanya adalah dengan membuat suatu tujuan yaitu
akan membuat wajib pajak mempunyai rasa peduli membangun kesadaran wajib pajak. Membangun
terhadap perpajakan. Ketika wajib pajak mempunyai rasa kesadaran wajib pajak dilakukan dengan mengikuti
peduli, wajib pajak akan lebih patuh dalam melaporkan keinginan wajib pajak terlebih dahulu, mendengarkan
pajaknya. Seperti pernyataan pengalaman lebih lanjut dan memahami wajib pajak, setelah itu sedikit demi
oleh konsultan pajak Kadek Agus berikut: sedikit dijelaskan mengenai kewajiban perpajakan secara
“jadi kita berikan pemahaman jadi wpnya paham, benar. Seperti yang diungkapkan konsultan pajak Kadek
dia kesadaran sendiri setelah ktia berikan informasi Agus berikut ini:
aturan, masukan-masukan, dia sendiri yang mau..” “kalo bahasanya gini gek, kalo gek mau curhat, kan
(Senin, 18 Juni 2018: 13.28 WITA). kita dengerin dulu, kita dengerin dulu klien
Sesuai dengan tugasnya sebagai konsultan pajak, Kadek ngomong apa, kita dukung dulu klien mau apa, nanti
Agus mempunyai cara untuk mengatasi dilemanya dikit-dikit halusin halusin cerahin eh mau sendiri
dengan membangun kesadaran dari kliennya. Ia berubah haha” (Senin, 18 Juni 2018: 13.28 WITA).
membangun kesadaran wajib pajak dengan cara Kadek Agus memberikan ungkapan “curhat”,
memberikan pemahaman tentang informasi perpajakan, dimana ia akan mendengarkan kliennya terlebih dahulu,
aturan perpajakan, dan masukan-masukan, sehingga rasa memahami, mendukung kliennya, nantinya sedikit demi
sadar dari wajib pajak pun muncul dengan sendirinya dan sedikit memberikan “pencerahan” kepada klien.
wajib pajak sedikit demi sedikit berubah kearah yang “Pencerahan” diberikan dengan tujuan agar wajib pajak
lebih patuh dalam melaksanakan kewajiban (klien) sadar dengan sendirinya, serta peduli akan pajak
perpajakannya. Selaras dengan konsultan pajak Riza dengan sendirinya. Konsultan pajak Kadek Agus
Edwindra. Ia mengatasi rasa dilemanya dengan cara awal menambahkan:
yang sedikit berbeda namun tetap pada intinya yaitu “fenomena ini banyak terjadi dilapangan dan gak
memberikan pemahaman kepada kliennya, seperti yang bisa dipungkiri gek… cara mengatasi dilema ini ya
diungkapkannya berikut ini: pahami dulu situasinya…” (Senin, 18 Juni 2018:
“saya setengah tutup mata aja sih gek..saya kasik aja 13.28 WITA).
kontrak, jadi isinya semua data yang km kasi kesaya

137
Anak Agung Istri Pradnyarani Dewi, Made Sudarma, dan Zaki Baridwan / JIAP Vol. 2 No. 4 (2018) 128-139

Pernyataan konsultan pajak Kadek Agus berbagai macam alasan dengan tujuan untuk menarik rasa
mengindikasikan bahwa fenomena dilema akan membuat simpati konsultan pajak. Disatu sisi konsultan pajak
suatu keputusan banyak terjadi saat konsultan pajak mengetahui bahwa klien menyembunyikan omset dan hal
melakukan tugasnya. Cara mengatasinya dengan tersebut merupakan suatu perbuatan yang menyimpang.
dipahami terlebih dahulu situasi seperti apa, apa yang Namun disisi lain, konsultan pajak merasa kasihan
terjadi sesungguhnya terhadap klien, sehingga dapat terhadap klien. Hal ini pun juga menyebabkan konsultan
ditemukan cara untuk membangun kesadaran dari klien pajak merasa dilema.
tersebut. Dilema yang dirasakan membuat konsultan pajak
Melalui pernyataan dari pengalaman yang mencari cara untuk menghilangkannya. Siapapun tidak
diungkapkan oleh konsultan pajak tersebut, dapat ingin merasakan dilema berkepanjangan. Konsultan
dipahami bahwa suatu dilema dalam penerapan tax pajak pun demikian. Konsultan pajak mengatasi dilema
planning dapat diminimalisir dengan membangun dalam berbagai macam pertimbangan seperti, sebagai
kesadaran wajib pajak. Konsultan pajak dalam konsultan pajak menyadari bahwa memahami secara baik
menerapkan tax planning diperlukan data yang riil agar peraturan merupakan sesuatu yang sangat penting. Maka
tidak terjadi resiko saat dilakukannya pemeriksaan. dari itu, untuk menghindarinya dari rasa dilema konsultan
Namun, terkadang wajib pajak menyembunyikan data pajak harus mendalami peraturan-peraturan sehingga
riilnya dari konsultan pajak dengan berbagai macam konsultan pajak akan secara mudah untuk melakukan
alasan guna untuk menarik rasa simpati konsultan pajak. pemilihan celah dalam yang akan digunakannya untuk
Hal ini menyebabkan dilema, disatu sisi konsultan pajak tax planning.
mengetahui bahwa data yang diberikan oleh kliennya Konsultan pajak harus memahami celah yang
tidak riil. Disisi lain, konsultan pajak memahami alasan digunakannya, menganalisis celah, memprediksikan apa
yang menyebabkan klien melakukan hal tersebut. yang akan terjadi jika celah tersebut menimbulkan suatu
Dilema ini dapat diatasi dengan memahami situasi masalah. Pemahaman akan peraturan tersebut akan
terlebih dahulu, mengatur “siasat” untuk membangun membuat konsultan pajak merasa yakin atas celah yang
kesadaran wajib pajak. “Siasat” yang dimaksud adalah akan digunakan untuk membuat tax planning sehingga
konsultan pajak tetap mengikuti keinginan klien, namun dilema yang dirasakan dapat diminimalisir. Selain
dengan menggunakan cara halus dalam memberikan memahami peraturan, dilema dapat diatasi dengan
pemahaman tentang perpajakan, konsultan pajak dapat membangun rasa kepatuhan wajib pajak. Wajib pajak
sedikit demi sedikit membangun rasa kepedulian wajib terkadang saat melakukan tax planning menyembunyikan
pajak terhadap perpajakan dan kesadaran akan patuh pun omset sesungguhnya dari konsultan pajak dengan
dapat muncul. Wajib pajak yang sadar pun mulai berbagai macam alasan. Konsultan pajak mengetahui hal
memberikan data secara riil, membayar pajak sesuai tersebut salah, namun konsultan pajak memiliki rasa
dengan kewajibannya, sehingga dilema konsultan pajak simpati. Maka dari itu, untuk menghindarinya dari rasa
pun dapat dihilangkan. dilema, konsultan pajak memikirkan untuk membuat
suatu “siasat”.
5. Kesimpulan Konsultan pajak akan mendengarkan, mengikuti
Simpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini keinginan klien terlebih dahulu. Sembari demikian
adalah konsultan pajak dalam melakukan tax planning konsultan pajak memberikan pemahaman secara halus,
selalu diliputi rasa dilema, namun konsultan pajak tetap sedikit demi sedikit. Lambat laun klien akan sadar dengan
mencari cara untuk mengatasi dilema yang dirasakan. sendirinya, dan perlahan membuka omset riilnya.
Dilema yang muncul akibat dari beberapa faktor seperti Adanya kesadaran klien tersebut, membuat dilema yang
dilema yang muncul akibat adanya peraturan yang masih dirasakan konsultan pajak menjadi menghilang. Sebab,
“abu-abu”. Membuat tax planning yang masih dalam sejalan dengan klien memberikan data riil, konsultan
lingkup peraturan (legal) menggunakan celah yang pajak pun tidak merasakan dilema.
dikatakan “area abu-abu” dalam suatu peraturan. Namun Berdasarkan hasil penelitian ini membuahkan saran
terkadang area tersebut dapat memicu perbedaan untuk peneltian selanjutnya. Penelitian tentang
penafsiran antara petugas pajak dengan dirinya. Hal ini pengalaman konsultan pajak sangat jarang dilakukan.
menyebabkan konsultan pajak merasa dilema serta Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat
khawatir dalam menentukan celah apa yang akan membangun sebuah ide untuk membuat penelitian
digunakan, apakah beresiko atau tidak. selanjutnya tentang konsultan pajak dengan
Faktor lainnya yaitu konsultan pajak memiliki rasa menggunakan studi lainnya ataupun menambah jumlah
simpati terhadap kliennya. Klien kerap menyembunyikan informan sehingga mendapatkan hasil yang lebih
omset sesungguhnya dari konsultan pajak dengan beragam.

138
Anak Agung Istri Pradnyarani Dewi, Made Sudarma, dan Zaki Baridwan / JIAP Vol. 2 No. 4 (2018) 128-139

Daftar Pustaka Pengambilan Keputusan Etis Konsultan Pajak.


Undergraduate Thesis. Universitas Kristen
Auliyana, E. (2017). Studi Kasus Fenomenologi Atas Maranatha, Bandung.
Opini Audit WTP di Kalangan Pejabat Pemerintah Moleong, L, J. (2017). Metode Penelitian Kualitatif.
Provinsi Jawa Timur. Jurnal Akuntansi Aktual, Vol Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
4, No 1, pp. 22-33. Moustakas, C. (1994). Phenomenological Research
Bertens, K. (2000). Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Methods. Sage Publication: California.
Kanisius. Noviriani, E. (2015). Studi Fenomenologi Atas Dilema
Creswell, J. (2007). Qualitative Inquiry & Research Etis Auditor Internal Pemerintah. Ekuitas: Jurnal
Design: Choosing Among Five Approaches, 2nd Ekonomi dan Keuangan, Volume 19, Nomor 2,
ed. California: Sage Publication. pp.217 – 240.
Creswell, J. W. (2016). Penelitian Kualitatif & Desain Pengertian Dilema www.kbbi.web.id. (Diakses tanggal
Riset: Memilih Diantara Lima Pendekatan Edisi 27 Juli 2018)
Lima. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Pengertian Nasionalisme www.wikipedia.com. (Diakses
Darmayasa, & Hardika. (2011). Perencanaan Pajak Dari tanggal 30 Juli 2018)
Aspek Ratio Total Benchmarking Kebijakan Putu, W. P. (2009). Konstruksi Gender. Skripsi. Fakultas
Akuntansi, Dan Administrasi Sebagai Strategi Psikologi, Universitas Indonesia, Depok.
Penghematan Pajak. Jurnal Bisnis Dan Setyowati, D. (2018). Sri Mulyani Puas, Penerimaan
Kewirausahaan, Vol 7 No 3 , pp.162-169. Pajak 2017 Nyaris 90% dari Target.
Devos, K. (2012). The Impact of Tax Professionals Upon Katadata.co.id [Internet], 2 Januari 2018. Dapat
the Compliance Behavior of Australian Individual diakses pada
Taxpayers Revenue. Law Journal, Volo. 22 (1), https://katadata.co.id/berita/2018/01/02/sri-
pp.1-26. mulyani-puas-target-penerimaan-pajak-2017-
Erard, B.( 1993). Taxation with Representation: An tercapai-nyaris-90 [Diakses tanggal 3 Maret
Analysis of The Role of Tax Practitioners in Tax 2018].
Compliance. Journal of Public Economics, Vol. Suardika. (2010). Desain Pembelajaran dengan
52(2), pp.163- 197. Pendekatan Siklus Belajar (Learning Cycle).
Fitriani, E, I. (2014). Makna Harga Diri Pada Remaja Dapat diakses pada
Putri Yang Melakukan Hubungan Seksual https://aritmaxx.wordpress.com/2010/04/12/disain
Pranikah Di Pekanbaru. Universitas Islam Negeri pembelajarandengan-pendekatan-siklus-belajar-
Sultan Sarif Kasim, Riau. learning-cycle/ [Diakses tanggal 10 Februari
Frecknall-Hughes, J., & Kirchler, E. (2015). Towards a 2018].
General Theory of Tax Practice. Social & Legal Undang-Undang No.6 Tahun 1983 jo. Undang-Undang
Studies, Vol. 24(2), pp 289- 312. No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Giarti. (2012). Pentingnya Kesadaran Wajib Pajak. Tata Cara Perpajakan.
Bangkapos.com [Internet], 20 April 2012. Dapat
diakses pada
http://bangka.tribunnews.com/2012/04/20/penting
nya-kesadaran-wajib-pajak [Diakses tanggal 17
Juli 2018].
IKPI, Komisi Kode Etik. (2009). AD ART Kode Etik
Ikatan Konsultan Pajak Indonesia. Batam: Komisi
Kode Etik.
Khoesanto, M, Y. (2013). Pengaruh Karaktristik
Eksekutif terhadap Tax Avoidance pada
Perusahaan Manufaktur. Skripsi, Universitas
Katolik Widya Mandala, Surabaya.
Kuswarno, E. (2009). Meotde Penelitian Komunikasi
Fenomenologi. Bandung: Widyapadjajaran.
Mangoting, Y. (2017). Menguak Dimensi Kecurangan
Pajak. Jurnal Akuntansi Multiparadigma
(JAMAL), Vol. 8(2), pp.227-429.
Massie, J, M. (2017). Pengaruh Etika Profesi,
Religiusitas dan Kompetensi Terhadap

139

Anda mungkin juga menyukai