Anda di halaman 1dari 4

Tugas Makalah

Nama: Nursina Yaru

Npm: 02031911070

Mata Kuliah: Perekonomian Indonesia

Prodi: Ekonomi Pembangunan

Kelas: V-B

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2021/2022
1. Pendahuluan

Kementrian Keuangan republik Indonesia mendefenisikan middle income trap sebagai suatu
kondisi dimana negara berpenghasilan menegah tidak hanya mengalami kesulitan dalam
bersaing dengan low wage countries tapi juga kesulitan untuk bersaing dengan hing techcology
countries. Berdasarkan sejarah ekonomi bank dunia mencatatkan hanya terdapat 13 negara di
dunia yang mampu keluar dari “perangkap pendapatan menengah menjadi negarah maju
berpendapat tinggi” dari 101 negara, termasuk Indonesia yang telah terperangkap dalam zona
tersebut sejak tahun 1985.

Dimensi ontologis terkait dengan pengunaan perspektif dan prosedur analisis kebijakan, publik,
khususnya prosedur perumusan masalah dan rekomendasi kebijakan terhadap upayah
optimalisasi bonus demografi di Indonesia. Melalui dua prosedur tersebut, di hasilkan peta
masalah yang menjadi kendala optimalisasi bonus demografi di Indonesia dan aksi-aksi
kebijakan yang perlu di ambil sebagai bentuk intervensi pemerintah terhadap masalah tersebut.
2. Pembahasan

Saat ini, Indonesia tengah berada dalam bayang-banyang ancaman middle income trap. Suatu
kondisi ketika sebuah negara yang telah berhasil memasuki kelompok middle income terjebak
dalam stagnasi pertumbuhan ekonomi. Akibatnya, negara tersebut tak juga beranjak menjadi
negara maju (high income country). Kondisi seperti ini banyak di alami oleh negara-negara di
kawasan amerika latin.

Data pertumbuhan ekonomi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal Februari lalu kian
memperkuat ancaman tersebut. BPS melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014
hanya sebesar 5,02 persen. Hal itu memberi konfirmasi bahwa ekonomi Indonesia terus
mengalami perlambatan secara konsisten selama lima tahun terakhir.

Berdasarkan pengelompokan yang di lakukan Bank Dunia, saat ini Indonesia termasuk dalam
kelompok lower middle income countries dengan pendapatan nasional bruto (PNB) per kapita
sebesar US$ 3.580. PNB per kapita sebesar itu masi jauh dari PNB per kapita
Minimum negara-negara berkelompok high income countries yang sebesar US$12.747. Itu
artinya, bagi Indonesia, potensi untuk terjebak dalam kelompok middle income cukup besar dan
ada di depan mata.
Karena itu tak ada jalan lain, pertumbuhan ekonomi dipacu. Dan tentu saja, angka pertumbuhan
ekonomi sebesar 5 persen jauh dari memadai. Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi
yang lebih tinggi, setidaknya rata-rata sebesar 6% pertahun dalam dua dekade mendatang.

Untungnya saat ini hingga dua dekade mendatang, Indonesia sedang mengalami periode dimana
struktur penduudk di dominasi kelompok usia produktif (15-64 tahun). Kondisi tersebut, oleh
para ekonom kependudukan, biasa di sebut “Bonus Demografi”

Jika di kelola dengan baik, struktur penduduk yang di dominasi kelompok usia produktif
berpotensi menjadi mesin pertumbuhan ekonomi. Hal itu terjadi karena melimpahnya suplai
tenaga kerja, dan pada saat yang sama pendapatan masayarakat dapat di tingkatkan, karena
lebih banyak penduduk yang secara ekonomi aktif di pasar pekerja.

Pengalaman sejumlah negara menunjukkan, bonus demografi berkontribusi singnifikan dalam


memacu pertumbuhan ekonomi. Tiongkok misalnya, sepanjang 1960-2000 berhasil memacu
pertumbuhan ekonominya rata-rata 7% per tahun.
Menariknya kontribusi bonus demografiterhadap pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang
mengesankan itu mencapai 9,2 persen per tahun.

Pengalam serupa juga di alami oleh Thailand, bahkan jauh lebih mengesankan di banding
Tiongkok. Betapa tidak, kontribusi bonus demografi terhadap pertumbuhan ekonomi thailand
yang rata-rata sebesar 6,6 persen pertahun sepanjang 1960-2000 mencapai 15,5 persen per
tahun.
Namin demikian, patut di camkan bahwa apa yang di alami oleh Tiongkok dan Thailand tidak
terjadi secara otomatis. Hal tersebut merupakan buah dari keseriusan mereka dalam mengelola
bonus demografi yang di alami. Satu hal yang pasti, kunci keberhasilan kedua negar tersebut
dalam memanfaatka bonus demografi adalah adanya keseriusan dan komitmen yang kuat
terhadap onvestasi modal manusia (human capital) , utamanya di bidang pendidikan dan
kesehatan.

Indonesia harus memetik pelajaran berharga dari keberhasilan Tiongkok dan Thailand serta
negar-negara lain yang telah sukses memanfaatkan bonus demografi untuk memacu
pertumbuhan ekonomi. Karena itu kapabilitas (tingkat pendidikan dan kesehatan) penduduk
usia produktif, khusunya generasi muda, harus di tingkatkan. Intervasi kebijakan dari
pemerintah dalam hal ini sanggat di butuhkan. Apa gunanya jumlah penduduk usia produktif
yang besar tapi tidak berkualitas (produktifitas rendah).

Kesimpulan

Dalam hal ini, kesadaran generasi muda untuk selalu mengembangkan kemampuan dan
kapasitas disri serta menghindarkan hal-hal yang dapat merusak masa depan mereka, seperti
narkoba dan pergaulan bebas, juga memegang peran yang sangat krusial dalam menentukan
keberhahsilan negeri ini dalam memanfaatkan bonus demografinya dan terhindar dari ancaman
middle income trap.

Anda mungkin juga menyukai