Disusun oleh :
1. Lara Karlina
2. Annisa Kurnia Suci
3. Thalita Adelia
4. Adelia Ovi Marseli
5. Nafila Oktavia
6. Ilham Sefryadi
Dosen :
Drs.Sadakata Sinulingga,Apt,M.Kes
NILAI PARAF
I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu merancang formula sediaan gel
2. Mahasiswa mampu membuat dan melakukan evaluasi sediaan gel
3. Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh penggunaan gelling agent terhadap stabilitas
sediaan gel
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 2008). Berdasarkan jumlah fasenya gel dibedakan
menjadi fase tunggal dan fase ganda. Gel fase tunggal dapat dibuat dari bahan pembentuk
gel seperti tragakant, Na-Alginat, gelatin, metilselulosa, Na CMC, karbopol, polifinil,
alcohol, metilhidroksietil selulosa, hidroksietil selulosa dan polioksietilen-
polioksipropilen. Gel fase ganda dibuat dari interaksi garam aluminium yang larut, seperti
suatu klorida atau sulfat, dengan larutan ammonia, Na-karbonat, atau bikarbonat
(Sulaiman dan Kuswahyuning, 2008).
Berdasarkan bahan pembentuk gel, gel dibedakan menjadi gel anorganik dan gel
organik. Gel anorganik biasanya berupa gel fase ganda, misal gel aluminium hidroksida
dan bentonit magma. Gel organik biasanya berupa gel fase tunggal dan mengandung
polimer sintetik maupun alami sebagai bahan pembentuk gel, seperti karbopol, tragakan
dan Na CMC (Sulaiman dan Kuswahyuning, 2008).
2. Gelling agent
Gelling agent adalah bahan tambahan yang digunakan untuk mengentalkan dan
menstabilkan berbagai macam sediaan obat, dan sediaan kosmetik. Beberapa bahan
penstabil dan pengental juga termasuk dalam kelompok bahan pembentuk gel. Jenis-jenis
bahan pembentuk gel biasanya merupakan bahan berbasis polisakarida atau protein.
Contoh dari gelling agent antara lain Na CMC, metil selulosa, asam alginat, sodium
alginat, kalium alginat, kalsium alginat, agar, karagenan, locust bean gum, pektin dan
gelatin (Raton dkk., 1993). Gelling agent merupakan komponen polimer dengan bobot
molekul tinggi yang merupakan gabungan molekul-molekul dan lilitan-lilitan dari
molekul polimer yang akan memberikan sifat kental dan gel yang diinginkan. Molekul
polimer berikatan melalui ikatan silang membentuk struktur jaringan tiga dimensi dengan
molekul pelarut terperangkap dalam jaringan (Clegg, 1995).
Pemilihan gelling agent dalam sediaan farmasi dan kosmetik harus inert, aman,
tidak bereaksi dengan komponen lain. Penambahan gelling agent dalam formula perlu
dipertimbangkan yaitu tahan selama penyimpanan dan tekanan tube selama pemakaian
topikal. Beberapa gel, terutama polisakarida alami peka terhadap penurunan derajat
mikrobial. Penambahan bahan pengawet perlu untuk mencegah kontaminasi dan
hilangnya karakter gel dalam kaitannya dengan mikrobial (Lieberman dkk., 1996).
Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan gel, yaitu (Troy, B. David dan Paul
Beringer, 1885) :
- Penampilan gel : transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi,
dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang
mempunyai struktur tiga dimensi.
- Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada
kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik
(terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).
- Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam formulasi.
- Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida bersifat
rentan terhadap mikroba.
- Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tapi sifat soliditas
tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat penggunaan
topikal.
- Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan
viskositas saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol.
- Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan dapat
terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis (air
mengambang diatas permukaan gel)
- Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar
pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.
a. Metode pencampuran/incorporation
Bahan obat yang larut dalam air, maka dilarutkan dalam air, sedangkan bahan
obat yang larut dalam minyak dilarutkan dalam minyak. Larutan tersebut ditambahkan
(incorporated) ke dalam bahan pembawa (vehicle) bagian per bagian sambil diaduk
sampai homogen. Bahan obat yang tidak larut (kelarutanya sangat rendah), maka partikel
bahan obat harus di perkecil ukuran partikelnya, dan kemudian disuspensikan ke dalam
bahan pembawa (vehicle). Tujuan pengecilan ukuran partikel adalah untuk memudahkan
dalam mendispersikan dan untuk menjamin homogenitas dari produk yang dihasilkan.
Penambahan bahan yang berupa cairan harus memperhatikan sifatsifat sediaannya.
Contoh cairan yang bersifat hidrofilik akan sukar ditambahkan ke dalam basis berlemak,
kecuali dalam jumlah kecil atau dibantu dengan menggunakan emulgator. Pembuatan
sediaan gel harus memperhatikan jumlah bagian yang berupa cairan, sehingga dapat
dihasilkan sediaan semipadat dengan konsistensi sesuai yang diharapkan.
b. Metode peleburan/fusion
B. Viscolam
Pemerian : Seperti cairan susu pada suhu 25°C dengan bau akrilik ringan
Nama Lain : Acrylates copolymer
pH : 6,4-7,0
Titik Leleh :-
Wadah dan Penyimpanan : Disimpan pada suhu + 5°C dan + 40°C, terlindung dari
cahaya langsung
Stabilitas : Dosis bervariasi dari konsentrasi 5-8%. Penambahan viscolam ke
air de-terionisasi dengan pengaduk moderat, penambahan
surfaktan jenis anionic
Inkompatibilitas : Tidak boleh dalam keadaan beku
C. Propilen Glikol
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak
berbau, menyerap air pada udara lembab
Nama Lain : Propilen glycolum, metil-glikol
Struktur Kimia :
=13,76 ml
No. Nama bahan Untuk 3 tube Gel Na diklofenak 1%
1. Natrium diklofenak 1 % 1/100 x 65 g= 0,65 g
= 44, 72ml
b. Penimbangan Bahan
BAHAN kadar Bobot 1 tube Bobot 3 tube + 5 %
Na diklofenak 1% 200 mg 650 mg
viscolam 10 % 2g 6,5 g
Metil paraben 0.18 % 3g 9,75 g
Propil paraben 0.02 % 36 mg 117 mg
Propilen glikol 15 % 4 mg 13 mg
Air bebas CO2 Ad 100 % 13,76 ml 44,72 ml
c. Alat
Batang Pengaduk
V. PEMBUATAN
1. Didihkan air sebanyak 45 ml dan dinginkan dengan keadaan tertutup
2. Campur viscolam sedikit demi sedikit kedalam air bebas CO2 lau digerus ad
homogen (massa 1)
3. Campur metil paraben profil paraben dan sedikit propilenglikol diaduk ad larut, lalu
masukkan ke massa 1lalu digerus ad homogen (massa 2)
1. Evaluasi Organoleptis
Prinsip:
Diamati apakah sediaan yang dibuat sesuai dengan standar gel
Tujuan :
Untuk dapat mengevaluasi organoleptis sediaan
Metode :
1. Bau : mengenali aroma atau bau sediaan gel dengan mencium aroma
sediaan.
2. Warna : melihat warna dari sediaan gel
3. Bentuk : mengenali bentuk dari sediaan.
4. Konsistensi : dirasakan konsistensi dari gel
Penafsiran Hasil :
Sediaan gel yang dihasilkan akan memiliki bentuk semisolid, warna bening dan
tidak berbau serta konsistensinya halus.
2. Evaluasi Homogenitas
Prinsip :
Sebagian sampel diamati pada gelas objek secara visual
Tujuan :
Untuk mengetahui distribusi partikel/granul dari suatu gel
Metode:
Susunan partikel yang terbentuk dari sediaan akhir diamati secara visual.
Metodenya sampel diambil pada bagian atas, tengah atau bawah. Sampel
diletakkan pada gelas objek dan diratakan dengan gelas objek lain hingga lapisan
tipis terbentuk. Setelah itu susunan partikel yang terbentuk diamati visual (FI III,
Hal 33).
Penafsiran hasil :
Sediaan gel yang dihasilkan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran
partikel yang sama di bagian manapun
5. Evaluasi pH
Prinsip:
Pengukuran pH sediaan dengan menggunakan kertas pH meter
Tujuan :
Untuk dapat menentukan pH dari sediaan
Metode :
Penetapan pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH meter. Yakni kertas pH
meter dicelupkan ke dalam sediaan kemudian dicocokkan kertas pH dengan
indikatornya sehingga diperoleh pH akhir.(FI IV, hal. 1039).
Penafsiran hasil :
Sediaan krim yang dihasilkan akan memiliki pH 4,5-7,5
o
t
t
e
N
Komposisi :
D 30 g Diclofam Gel
Indikasi : untuk
Rheumatoid
ICLOF mengandung
arthritis dan
300mg zat aktif
AM Gel Na diclofenac osteoarthritis
akut dan
Cara kronis ,dan
Netto 20 g Penyimpanan : ankylosing
Simpan pada sondylitis
suhu 25 derajat Peringatan :
Natrium C tapi bisa Hindari kontak
beserta tutupnya dan dicatat bobot sediaan.
A C
PENGEMASAN
F A
A. Kotak Obat
R
Metode :
O
M
gram.
L
I
C
L
A
I
D
M
VII.
E
D
I
K
A
P
a
Browsur
DICLOFAM Gel
Komposisi :
Indikasi :
Natrium diklofenak dalam bentuk gel diindikasikan untuk: Rheumatoid arthritis dan
osteoarthritis akut dan kronis. Dan Ankylosing spondylitis
Kontraindikasi:
Cara Pemakaian:
Sejumlah cukup gel, sesuai dengan luas area yang sakit, dioleskan pada sendi yang
sakit. Diberikan pijatan secara perlahan untuk memastikan pemakaian gel merata
pada seluruh sendi yang sakit. Daerah yang baru dioleskan sediaan didiamkan
selama 10 menit
sebelum ditutupi dengan pakaian dan 60 menit sebelum mandi. Tangan harus segera
dicuci setelah dioleskan gel Na-diklofenak, kecuali bila tangan tersebut adalah
daerah yang diobati.
Efek Samping :
dermatitis pada daerah yang diolesi obat. Selain itu, terjadi juga pruritus, eritema,
kekeringan atau iritasi.
Peringatan :
Hindari kontak dengan mata, luka terbuka, lesi terinfeksi atau dermatitis eksfoliatif.
Cara Penyimpanan :
disimpan pada suhu 25C (25 derajat celcius), tetapi bisa dipaparkan pada rentang
temperatur, mulai dari O'C. Gel diklofenak tidak membeku.
B. ETIKET
P
T
.
C
A
R
M
I
L
A
M
E
D
I
K
A
P
a
l
e
m
b
a
n
g
DICLOFAM Gel DICLOFAM Gel
Komposisi : Komposisi :
20g Diclofam Gel mengandung 200 mg zat aktif Na 20g Diclofam Gel mengandung 200 mg zat aktif Na
diclofenac 1% diclofenac 1%
Indikasi : Indikasi :
Natrium diklofenak dalam bentuk gel diindikasikan Natrium diklofenak dalam bentuk gel diindikasikan
untuk: Rheumatoid arthritis dan osteoarthritis akut dan untuk: Rheumatoid arthritis dan osteoarthritis akut dan
kronis. Dan Ankylosing spondylitis kronis. Dan Ankylosing spondylitis
Kontraindikasi: Kontraindikasi:
hipersensitivitas terhadap diklofenak. Pasien yang hipersensitivitas terhadap diklofenak. Pasien yang
mengalami serangan asma, urtikaria, atau reaksi mengalami serangan asma, urtikaria, atau reaksi
sensitivitas lain yang disebabkan oleh asam asetilsalisilat sensitivitas lain yang disebabkan oleh asam asetilsalisilat
atau NSAIA lain. atau NSAIA lain.
Peringatan : Peringatan :
Hindari kontak dengan mata, luka terbuka, lesi terinfeksi Hindari kontak dengan mata, luka terbuka, lesi terinfeksi
atau dermatitis eksfoliatif. atau dermatitis eksfoliatif.