JURNAL
JURNAL
Ibnu Rodif
ABSTRAK
ABSTRACT
The high intensity of the use of banking services could potentially lead to disputes
between banking institutions and users of banking services. In this regard, the
existence Otoritas Jasa Keuangan (OJK) as an independent institution has the
authority to resolve disputes in the financial services sector. This study focuses on
problems regarding the existence of the OJK in handling disputes between
banking institutions and users of banking services, as well as on the mechanism
for solving banking disputes through the OJK. This research is a normative-
empirical legal research conducted using primary data and secondary data. The
results show that the existence of OJK in handling disputes between banking
institutions and banking service users is based on the scope as stipulated in Article
42 of the Consumer Protection POJK. The banking dispute settlement mechanism
through the OJK is limitatively regulated in Article 41 POJK Consumer Protection
up to Article 46 POJK Consumer Protection.
A. PENDAHULUAN
Keywords: Existence, Financial Services Authority, Banking Dispute
1. Latar Belakang Masalah
5
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa a. Menyiapkan perangkat yang
Keuangan, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2014, hlm memadai untuk pelayanan
211.
6
untuk memilih cara yang akan setiap keputusan yang diambil oleh
digunakan untuk menyelesaian fasilitator harus dilaksanakan oleh
perselisihan tersebut, meliputi para pihak sesuai dengan hasil
penyelesaian melalui pengadilan atau kesepakatan yang diperoleh selama
di luar pengadilan. Pada umumnya, proses penyelesaian sengketa
penyelesaian sengketa melalui dimaksud, kecuali dalam proses
pengadilan ditempuh berdasarkan tersebut tidak mencapai kesepakatan.
inisiatif dari salah satu pihak,
sedangkan penyelesaian sengketa di Secara yuridis, mekanisme
luar pengadilan hanya dapat ditempuh penyelesain sengketa melalui OJK
oleh para pihak berdasarkan diatur dalam Pasal 40 POJK
kesepakatan bersama dan adanya Perlindungan Konsumen sampai
itikad baik dari masing-masing pihak. dengan Pasal 46 POJK Perlindungan
Konsumen yang menentukan sebagai
Belakunya UU OJK yang berikut :
ditindaklanjuti dengan penerbitan
POJK Perlindungan Konsumen telah Pasal 40 POJK Perlindungan
menempatkan OJK sebagai lembaga Konsumen :
yang memiliki kewenangan untuk
menyelesaikan sengketa di sektor jasa (1) Konsumen dapat menyampaikan
keuangan, dalam hal ini termasuk pengaduan yang berindikasi
sengketa antara lembaga perbankan sengketa antara Pelaku Usaha
dan pengguna jasa perbankan. Jasa Keuangan dengan
Adapun yang dimaksud dengan Konsumen kepada Otoritas Jasa
kewenangan adalah kekuasaan yang Keuangan.
dilembagakan, kemampuan untuk (2) Konsumen dan/atau masyarakat
melakukan tindakan hukum tertentu dapat menyampaikan pengaduan
yang dimaksudkan untuk yang berindikasi pelanggaran atas
menimbulkan akibat hukum, dan hak ketentuan peraturan perundang-
yang berisi kebebasan untuk undangan di sektor jasa keuangan
melakukan atau tidak melakukan kepada Otoritas Jasa Keuangan.
tindakan tertentu atau menuntut pihak (3) Pengaduan sebagaimana
lain untuk melakukan tindakan dimaksud pada ayat (1) dan ayat
tertentu.7 (2) disampaikan kepada Otoritas
Jasa Keuangan, dalam hal ini
Penyelesaian sengketa perbankan Anggota Dewan Komisioner
melalui OJK merupakan salah satu yang membidangi edukasi dan
sarana hukum yang diberikan oleh perlindungan Konsumen.
UU OJK dan PUJK Perlindungan
Konsumen bagi pengguna jasa Pasal 41 POJK Perlindungan
perbankan atas timbulnya kerugian Konsumen :
terkait penggunaan jasa perbankan
yang disediakan oleh lembaga Pemberian fasilitas penyelesaian
perbankan. Pilihan hukum untuk pengaduan Konsumen oleh Otoritas
menyelesakan sengketa melalui OJK Jasa Keuangan dilakukan terhadap
membawa implikasi yuridis bahwa pengaduan yang berindikasi sengketa
di sektor jasa keuangan sebagaimana
7
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) dan
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm 98.
9
dan patuh pada aturan fasilitasi yang dalam wawancara yang dilakukan
ditetapkan oleh OJK. penulis bahwa tugas fasilitator dalam
penyelesaian sengketa melalui OJK
Berdasarkan penelitian yang antara lain adalah memberikan
dilakukan penulis, diketahui bahwa fasilitasi kepada para pihak yang
sengketa antara lembaga perbankan bersengketa dengan mengarahkan
dan pengguna jasa perbankan keduanya untuk menyelesaikan
disebabkan oleh timbulnya kerugian permasalahanya sendiri secara adil,
yang dialami pengguna jasa mengarahkan para pihak untuk dapat
perbankan sehingga berdampak pada menghasilkan kompromi yang dapat
diajukannya tuntutan ganti kerugian mengakomodir kebutuhan dan
kepada lembaga perbankan. kepentingan kedua belah pihak.
Sehubungan dengan hal tersebut Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan Fasilitator OJK hanya memiliki batas
Nomor 2 SEOJK.07/2014 tentang waktu penyelesaian sengketa selama
Pelayanan dan Pengaduan Konsumen 30 (tiga puluh) hari dan dapat
pada Pelaku Jasa Keuangan telah diperpanjang kembali selama 30 (tiga
memberikan batasan bahwa yang puluh) hari. Adapun dalam hal
dapat diberikan ganti rugi adalah penanganan sengketa tersebut telah
kerugian yang terjadi karena aspek melebihi jangka waktu atau tidak
finansial. Ganti rugi dimaksud harus terdapat kesepakatan diantara para
memenuhi persyaratan sebagai pihak maka proses penyelesaian
berikut : sengketa di OJK dianggap gagal.
Sedangkan dalam hal terdapat
a. Terdapat pengaduan yang kesepakatan yang dicapai, maka
mengandung tuntutan ganti rugi kesepakatan tersebut akan dituangkan
yang berkaitan dengan aspek dalam bentuk akta perdamaian yang
finansial; ditandatangani oleh para pihak
b. Pengaduan konsumen selaku sehingga bentuk akta perdamaian
pengguna jasa perbankan dapat tersebut bersifat mengikat bagi para
dibuktikan kebenarannya setelah pihak. Apabila dikemudian hari
dilakukan penelitian oleh lembaga substansi yang termuat dalam akta
perbankan; perdamaian tersebut tidak dijalankan
c. Adanya ketidaksesuaian antara oleh para pihak, maka masing-masing
perjanjian produk dan/atau layanan pihak dapat dinyatakan wanprestasi
dengan produk dan/atau layanan serta berhak mengajukan gugatan
yang diterima dari lembaga melalui pengadilan.
perbankan;
d. Adanya kerugian materiil; Berdasarkan hasil penelitian yang
e. Konsumen selaku pengguna jasa dilakukan penulis, dapat dianalisis
perbankan telah memenuhi bahwa mekanisme penyelesaian
kewajibannya. sengketa melalui OJK telah
ditentukan secara limitatif dalam
Berkaitan dengan hal tersebut, POJK Perlindungan Konsumen,
menurut Dwi Krisno Yudi Pramono9 sehingga keberadaan aturan tersebut
9 menjadi aturan hukum yang harus
Wawancara dengan Dwi Krisno Yudi Pramono
selaku Kepala Sub Bagian Edukasi dan ditaati oleh lembaga perbankan dan
Perlindungan Konsumen pada OJK Provinsi pengguna jasa perbankan dalam hal
Lampung Tanggal 3 September 2020.
12