Anda di halaman 1dari 14

1

EKSISTENSI OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DALAM


MENANGANI SENGKETA ANTARA LEMBAGA
PERBANKAN DAN PENGGUNA
JASA PERBANKAN

Ibnu Rodif

ABSTRAK

Tingginya intensitas penggunaan jasa perbankan dapat berpotensi menimbulkan


sengketa antara lembaga perbankan dan pengguna jasa perbankan. Berkaitan
dengan hal tersebut, keberadaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga
independen memiliki kewenangan untuk melakukan penyelesaian sengketa di
bidang jasa keuangan. Penelitian ini memfokuskan pada permasalahan tentang
eksistensi OJK dalam menangani sengketa antara lembaga perbankan dan
pengguna jasa perbankan, serta tentang mekanisme penyelesaian sengketa
perbankan melalui OJK. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif-
empiris yang dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa eksistensi OJK dalam penanganan sengketa antara
lembaga perbankan dan pengguna jasa perbankan didasarkan pada ruang lingkup
sebagaimana diatur dalam Pasal 42 POJK Perlindungan Konsumen. Adapun
mekanisme penyelesaian sengketa perbankan melalui OJK secara limitatif diatur
dalam Pasal 41 POJK Perlindungan Konsumen sampai dengan Pasal 46 POJK
Perlindungan Konsumen.

Kata Kunci : Eksistensi, Otoritas Jasa Keuangan, Sengketa Perbankan

ABSTRACT

The high intensity of the use of banking services could potentially lead to disputes
between banking institutions and users of banking services. In this regard, the
existence Otoritas Jasa Keuangan (OJK) as an independent institution has the
authority to resolve disputes in the financial services sector. This study focuses on
problems regarding the existence of the OJK in handling disputes between
banking institutions and users of banking services, as well as on the mechanism
for solving banking disputes through the OJK. This research is a normative-
empirical legal research conducted using primary data and secondary data. The
results show that the existence of OJK in handling disputes between banking
institutions and banking service users is based on the scope as stipulated in Article
42 of the Consumer Protection POJK. The banking dispute settlement mechanism
through the OJK is limitatively regulated in Article 41 POJK Consumer Protection
up to Article 46 POJK Consumer Protection.
A. PENDAHULUAN
Keywords: Existence, Financial Services Authority, Banking Dispute
1. Latar Belakang Masalah

Perbankan sebagai lembaga intermediasi


keuangan (financial intermediary
institution) memegang peranan penting
2

dalam proses pembangunan nasional. antara lembaga perbankan dengan


Kegiatan usaha utama bank berupa nasabah terait penggunaan jasa
menarik dana langsung dari masyarakat perbankan.
dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kembali kepada
Sengketa atau perselisihan dalam
masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
pembiayaan membuatnya sarat akan
berbagai kegiatan bisnis sebenarnya
pengaturan baik melalui peraturan merupakan sesuatu yang tidak
perundang-undangan di bidang diharapkan terjadi karena dapat
perbankan sendiri maupun perundang- mengakibatkan kerugian pada pihak-
undangan lain yang terkait.1 pihak yang bersengketa, baik mereka
yang berada pada posisi yang benar
Adapun yang dimaksud dengan maupun pada posisi yang salah. Oleh
perbankan sebagaimana diatur dalam karena itu, terjadinya sengketa bisnis
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang perlu dihindari untuk menjaga
Perbankan adalah segala sesuatu yang reputasi dan relasi yang baik ke
menyangkut tentang bank, mencakup
depan. Walaupun demikian, sengketa
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara
dan proses dalam melaksanakan kegiatan
kadang-kadang tidak dapat dihindari
usahanya. Selanjutnya Pasal 1 angka 16 karena adanya kesalahpahaman,
Undang-Undang Perbankan memberikan pelanggaran perundang-undangan,
definisi mengenai nasabah yaitu pihak ingkar janji, kepentingan yang
yang menggunakan jasa perbankan. berlawanan, dan atau kerugian pada
salah satu pihak.2
Keberadaan nasabah selaku
konsumen dapat menjadi objek Semakin agresifnya perbankan
aktivitas bisnis dari bank sebagai menawarkan sejumlah produknya,
pelaku usaha melalui iklan, promosi seperti kartu kredit, anjungan tunai
produk barang maupun jasa serta mandiri, serta berbagai bentuk kredit
berbagai fasilitas penggunaan jasa dan tabungan kepada masyarakat
perbankan. Aktivitas bisnis yang apabila tidak diimbangi dengan
dilakukan oleh bank pada dasarnya pemberian pelayanan dan keterbukaan
sangat kompleks karena mencakup yang maksimal terhadap masyarakat
berbagai bidang, yaitu hukum, dapat memicu terjadinya perselisihan,
ekonomi, maupun politik. hal tersebut membuka peluang bahwa
Hubungan hukum antara nasabah pengaduan yang dilakukan oleh
sebagai konsumen jasa perbankan masyarakat mengenai ketidakpuasan
dengan lembaga perbankan sebagai terhadap pelayanan perbankan juga
pelaku usaha timbul ketika terjadi dapat semakin meningkat. Mendasar
interaksi diantara keduanya, pada hal tersebut maka diperlukan
khususnya pada saat nasabah sualu lembaga penyelesaian sengketa
melakukan aktifitas perbankan baik yang sederhana, cepat dan murah.
secara langsung maupun tidak
langsung. Adanya interaksi tersebut Lahirnya Undang-Undang Nomor 21
tidak menutup kemungkinan dapat Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
berpotensi menimbulkan sengketa Keuangan (UUOJK) sebagai suatu
ketika terjadi perbedaan pendapat ketentuan yang mengatur mengenai
maupun perbedaan pemahaman
2
Sanusi Bintang dan Dahlan, Pokok-Pokok
1
Dahlan Siamat, Management Bank Umum, Hukum Ekonomi dan Bisnis, PT Citra Aditya
Intermedia, Jakarta, 1993, hlm 17. Bakti, Bandung, 2000, hlm 113.
3

pelaksanaan segala kegiatan jasa


keuangan di Indonesia berimplikasi 2. Rumusan Masalah
pada pembentukan lembaga Otoritas
Jasa Keuangan (OJK). Salah satu Berdasarkan uraian tersebut, maka
tujuan pembentukan OJK rumusan masalah yang akan dibahas
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 dalam penelitian ini adalah :
huruf c UUOJK adalah melindungi
kepentingan konsumen dan 1. Bagaimanakah eksistensi Otoritas
masyarakat, selaku pihak yang Jasa Keuangan (OJK) dalam
menggunakan atau memanfaatkan menangani sengketa antara
pelayanan jasa perbankan dari lembaga perbankan dan pengguna
lembaga perbankan. Berkaitan dengan jasa perbankan ?.
pelaksanaan perlindungan konsumen
dan masyarakat, OJK memiliki 2. Bagaimanakah mekanisme
kewenangan berupa tindakan penyelesaian sengketa perbankan
pencegahan kerugian konsumen, melalui Otoritas Jasa Keuangan
pelayanan pengaduan sampai dengan (OJK) ?.
pembelaan hukum terhadap
konsumen di sektor jasa keuangan Adapun jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian hukum normatif-
sebagaimana termuat dalam Pasal 28,
empiris dengan tipe penelitian yang
Pasal 29, dan Pasal 30 UUOJK. bersifat deskriptif. Pendekatan masalah
yang digunakan dalam penulisan ini
Berdasarkan ketentuan tersebut, guna menggunakan pendekatan normatif-
memaksimalkan kewenangan OJK empiris dengan menggabungkan 2 (dua)
maka diterbitkan Peraturan Otoritas tahap kajian. Tahap pertama kajian
Jasa Keuangan No. 1/POJK.07/2013 mengenai hukum normatif (perundang-
tentang Perlindungan Konsumen undangan) yang berlaku, tahap kedua
Sektor Jasa Keuangan (POJK kajian hukum empiris berupa penerapan
Perlindungan Konsumen) dan pada peristiwa hukum in concreto.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.
Data yang digunakan adalah data primer,
1/POJK.07/2014 tentang Lembaga
data sekunder dan data tersier yang
Alternatif Penyelesaian Sengketa diperoleh melalui prosedur studi
Sektor Jasa Keuangan (POJK LAPS). kepustakaan, studi dokumen dan studi
lapangan. Data diolah dengan cara
Terciptanya jaminan perlindungan evaluasi data, klasifikasi data dan
konsumen jasa perbankan dalam sistematisasi data yang selanjutnya
menyelesaikan sengketa diluar dialanisis dengan menggunakan analisis
persidangan melalui penebitan POJK kualitaif.
Perlindungan Konsumen dan POJK
LAPS, serta dengan mencermati B. PEMBAHASAN
ketentuan Pasal 2 ayat (2) UUOJK
1. Eksistensi Otoritas Jasa
yang menentukan OJK sebagai
Keuangan (OJK) dalam
lembaga independen dalam Menangani Sengketa Antara
melaksanakan tugas dan Lembaga Perbankan dan
wewenangnya, bebas dari campur Pengguna Jasa Perbankan
tangan pihak lain, maka penulis
memandang perlu untuk dilakukan Kelangsungan usaha perbankan
penelitian ini. sangat bergantung pada keberadaan
4

nasabah, dengan demikian hubungan perbankan. Terhadap kerugian


antara bank dengan nasabah telah dimaksud maka pelaku usaha
menjadi satu kesatuan yang tidak perbankan secara yuridis harus
terpisahkan. Dengan demikian, dibebankan tanggung jawab untuk
terjadinya interaksi antara nasabah memberikan ganti rugi kepada
selaku pengguna jasa perbankan nasabah selaku konsumen pengguna
dengan pihak bank selaku penyedia jasa perbankan sesuai dengan nilai
jasa perbankan dapat dikatakan kerugian yang dialaminya.
sebagai suatu interaksi yang Pemenuhan kewajiban tersebut
menimbulkan hubungan hukum memiliki relevansi dengan Pasal 7
diantara keduanya. huruf f UUPK yang menentukan
bahwa kewajiban pelaku usaha adalah
Nasabah bank adalah konsumen jasa memberi kompensasi, ganti rugi
perbankan yang artinya nasabah dan/atau penggantian atas kerugian
merupakan pihak yang menggunakan akibat penggunaan, pemakaian dan
produk dan jasa perbankan, sehingga pemanfaatan barang dan/atau jasa
dapat dikatakan bahwa nasabah yang diperdagangkan serta Pasal 19
adalah konsumen perbankan. Industri Ayat (1) UUPK yang menentukan
perbankan menjalankan fungsinya bahwa pelaku usaha
sebagai penghimpun dan penyalur bertanggungjawab memberikan ganti
dana masyarakat, sehingga rugi atas kerusakan, pencemaran, dan
konsekuensinya menimbulkan 2 (dua) atau kerugian konsumen akibat
hubungan hukum, yaitu pertama, mengkonsumsi barang dan atau jasa
hubungan antara bank (debitur) dan yang dihasilkan atau diperdagangkan.
nasabah penyimpan dana (kreditur),
berupa perjanjian penanaman dana Pemenuhan tanggung jawab oleh
dan kedua hubungan hukum antara lembaga perbankan dalam bentuk
bank (kreditur) dengan nasabah pemberian ganti kerugian merupakan
penyimpan dana, berupa perjanjian tindakan konkrit yang wajib
kredit bank (pembiayaan berdasarkan dilaksanakan sehubungan dengan
prinsip syariah). Di samping timbulnya kerugian yang dialami oleh
melakukan kegiatan usaha pengguna jasa perbankan. Dalam hal
menghimpun dana dari masyarakat pertanggungjawaban tersebut tidak
dan kemudian menyalurkan dana dilaksanakan, maka sangat berpotesi
tersebut ke masyarakat, industri menjadi sengketa perbankan.
perbankan melakukan kegiatan Sehubungan dengan terjadinya
pelayanan jasa bank yang merupakan perselisihan antara lembaga
bagian dari kegiatan usaha yang lazim perbankan dengan pengguna jasa
dilakukannya.3 perbankan, OJK memiliki peran yang
strategis dalam penyelesaian
Berkaitan dengan kegiatan usaha perselisihan tersebut. Hal ini
perbankan, timbulnya perselisihan sebagaimana dikemukakan oleh Dwi
antara nasabah dengan pelaku usaha Krisno Yudi Pramono4 dalam
perbankan didasarkan pada adanya penelitian yang dilakukan penulis
kerugian atas penggunaan jasa menjelaskan bahwa urgensi
4
Wawancara dengan Dwi Krisno Yudi Pramono
3
Rachmadi Usman, Penyelesaian Pengaduan selaku Kepala Sub Bagian Edukasi dan
Nasabah dan Mediasi Perbankan, CV Mandar Perlindungan Konsumen pada OJK Provinsi
Maju, Bandung, 2011, hlm 77. Lampung Tanggal 3 September 2020.
5

pembentukan OJK didasarkan pada dan pengguna jasa perbankan


alasan karena selama ini pengawasan didasarkan pada peraturan yang
industri jasa keuangan dilakukan oleh mengikat bagi OJK, diantaranya
beberapa lembaga, seperti perbankan adalah sebagai berikut :
oleh Bank Indonesia, pasar modal dan
lembaga pembiayaan oleh Bapepam- 1. Undang-Undang Nomor 21
LK, dengan adanya OJK maka Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
pengawasan menjadi terintegrasi dan Keuangan (UUOJK).
mempermudah setiap masyarakat 2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
khususnya bagi konsumen untuk Nomor 1/POJK.07/2013 tentang
melakukan pengaduan dalam hal Perlindungan Konsumen Sektor
terjadi tindakan-tindakan yang Jasa Keuangan (POJK
mengakibatkan timbulnya kerugian Perlindungan Konsumen).
terkait dengan penggunaan jasa 3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
perbankan. Nomor 1/POJK.07/2014 tentang
Lembaga Alternatif Penyelesaian
Adapun salah satu tujuan pembentukan Sengketa Sektor Jasa Keuangan
OJK sebagaimana diatur dalam Pasal 4 (POJK LAPS).
huruf c Undang-Undang OJK adalah 4. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
melindungi kepentingan konsumen dan
Nomor 18/POJK.07/2018 tentang
atau masyarakat. Atas hal dimaksud,
maka terhitung sejak tanggal 31
Layanan Pengaduan Konsumen
Desember 2012, fungsi tugas dan di Sektor Jasa Keuangan (POJK
wewenang pengaturan dan pengawasan Pengaduan Konsumen.
kegiatan jasa keuangan di sektor 5. Surat Edaran Otoritas Jasa
perbankan telah beralih dari Bank Keuangan Nomor 2
Indonesia ke OJK. Pengaturan dan SEOJK.07/2014 tentang
pengawasan mengenai kelembagaan, Pelayanan dan Pengaduan
kesehatan, aspek kehati-hatian, dan Konsumen pada Pelaku Jasa
pemeriksaan bank merupakan lingkup Keuangan.
pengaturan dan pengawasan
microprudential yang menjadi tugas dan
Diundangkannya UUOJK secara
wewenang OJK. Ruang lingkup
pengawasan dan pengaturan
yuridis telah menempatkan OJK
macroprudential yang meliputi kebijakan sebagai lembaga yang memiliki
umum untuk mendorong pertumbuhan kewenangan untuk menyelenggarakan
ekonomi, kemantapan neraca fungsi perlindungan konsumen
pembayaran, perluasan lapangan kerja, melalui pembentukan layanan
kesetabilan moneter, dan upaya pengaduan guna menyelesaikan setiap
pemerataan pendapatan dan kesempatan perselisihan antara lembaga
usaha merupakan tugas dan wewenang perbankan dengan pengguna jasa
Bank Indonesia. Dalam rangka perbankan yang berpotensi menjadi
pengawasan dan pengaturan sengketa. Kewenangan tersebut
macroprudential, OJK berkoordinasi
merupakan implementasi dari Pasal
dengan Bank Indonesia.5
29 UUOJK yang menentukan bahwa
Eksistensi OJK dalam menanganani OJK melakukan pelayanan pengaduan
sengketa antara lembaga perbankan konsumen meliputi :

5
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa a. Menyiapkan perangkat yang
Keuangan, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2014, hlm memadai untuk pelayanan
211.
6

pengaduan konsumen yang menempuh penyelesaian sengketa


dirugikan oleh pelaku di lembaga melalui OJK.
jasa keuangan;
b. Membuat mekanisme pengaduan Penjelasan selanjutnya yang
konsumen yang dirugikan oleh disampaikan oleh Dwi Krisno Yudi
pelaku di lembaga jasa keuanga, Pramono6 dalam penelitian yang
dan dilakukan penulis, bahwa terhitung
c. Memfasilitasi penyelesaian sejak Januari 2020 sampai dengan
pengaduan konsumen yang Juli 2020 terdapat 127 (seratus dua
dirugikan oleh pelaku di lembaga puluh tujuh) pemberian fasilitas yang
jasa keuangan sesuai dengan dilakukan oleh OJK atas sengketa
peraturan perundang-undangan di antara lembaga perbankan dengan
sektor jasa keuangan. pengguna jasa perbankan. Ruang
lingkup penyelesaian sengketa
Selanjutnya terhadap kewenangan melalui mekanisme fasilitasi di OJK
dimaksud dipertegas kembali melalui adalah penyelesaian sengketa
ketentuan Pasal 40 POJK keperdataan yang meliputi sengketa
Perlindungan Konsumen yang yang terkait dengan finansial dan
menyebutkan bahwa : pelanggaran atas peraturan
(1) Konsumen dapat menyampaikan perundang-undangan.
pengaduan yang berindikasi
sengketa antara pelaku usaha jasa Kekhususan mekanisme fasilitasi ini
keuangan dengan konsumen adalah fasilitator tidak
kepada Otoritas Jasa Keuangan. mempertemukan para pihak dalam
(2) Konsumen dan/atau masyarakat suatu forum tetapi menerima salah
dapat menyampaikan pengaduan satu pihak sehingga proses yang
yang berindikasi pelanggaran ditempuh berbeda dengan mediasi.
atas ketentuan peraturan Adapun hal yang paling utama
perundang-undangan di sektor dilakukan oleh OJK dalam hal
jasa keuangan kepada Otoritas terdapat permintaan fasilitas dari
Jasa Keuangan. pengguna jasa perbankan adalah
(3) Pengaduan sebagaimana meminta klarifikasi dari pihak
dimaksud pada ayat (1) dan ayat lembaga perbankan terkait adanya
(2) disampaikan kepada Otoritas sengketa yang diajukan konsumen
Jasa Keuangan, dalam hal ini kepada OJK guna mengetahui siapa
Anggota Dewan Komisioner yang bersalah atas timbulnya
yang membidangi edukasi dan sengketa tersebut. Dalam hal lembaga
perlindungan konsumen. perbankan dinyatakan bersalah maka
OJK dapat memerintahkan kepada
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka pihak lembaga perbankan untuk
dapat dipahami bahwa penyelesaian memberikan ganti kerugian atau
sengketa melalui OJK bukanlah penyampaian permintaan maaf
merupakan hal yang bersifat mutlak, kepada konsumen selaku pengguna
tetapi merupakan pilihan bagi jasa perbankan.
pengguna jasa perbankan yang
mengalami kerugian terkait 6
Wawancara dengan Dwi Krisno Yudi Pramono
penggunaan jasa perbakan untuk selaku Kepala Sub Bagian Edukasi dan
Perlindungan Konsumen pada OJK Provinsi
Lampung Tanggal 3 September 2020.
7

Berdasarkan hasil penelitian yang pengguna jasa perbankan bahwa


dilakukan penulis, maka dapat pihak lembaga perbankan tidak
dianalisis bahwa eksistensi OJK terbukti bersalah. Selanjutnya dalam
dalam penanganan sengketa antara hal lembaga perbankan terbukti
lembaga perbankan dan pengguna bersalah menimbulkan kerugian bagi
jasa perbankan tidak dapat dipisahkan pengguna jasa perbankan maka OJK
dari tujuan pembentukan OJK dapat memerintahkan lembaga
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 perbankan untuk memberikan ganti
huruf c UU OJK, yakni melindungi kerugian dan permintaan maaf kepada
kepentingan konsumen dan atau pengguna jasa perbankan.
masyarakat. Hal tersebut
diimplementasikan dengan penerbitan Apabila lembaga perbankan tidak
POJK Perlindungan Konsumen melaksanakan pemberian ganti
sebagai dasar bagi OJK untuk kerugian dan permintaan maaf sesuai
menyediakan fasilitas penyelesaian dengan hasil penyelesaian sengketa,
sengketa antara lembaga perbankan maka sebagai bentuk perlindungan
dan pengguna jasa perbankan. hukum bagi konsumen selaku
pengguna jasa perbankan OJK
Kewajiban penyediaan fasilitas memiliki kewenanganan untuk
tersebut diatur dalam dalam Pasal 29 mengajukan gugatan kepada lembaga
huruf c UU OJK yang menentukan perbankan sebagaimana diatur dalam
bahwa OJK memfasilitasi Pasal 30 ayat (1) huruf b UU OJK,
penyelesaian pengaduan konsumen dengan tujuan :
yang dirugikan oleh pelaku di
lembaga jasa keuangan sesuai dengan 1. Untuk memperoleh kembali harta
peraturan perundang-undangan di kekayaan milik pihak yang
sektor jasa keuangan. Pemberian dirugikan dari pihak yang
fasilitas penyelesaian sengketa dalam menyebabkan kerugian, baik yang
ruang lingkup sebagaimana berada di bawah penguasaan pihak
ditentukan dalam Pasal 42 POJK yang menyebabkan kerugian
Perlindungan Konsumen, yakni dimaksud maupun di bawah
mempertemukan pengguna jasa penguasaan pihak lain dengan
perbankan dengan lembaga itikad tidak baik; dan/atau
perbankan untuk mengkaji ulang
permasalahan secara mendasar dalam 2. Untuk memperoleh ganti kerugian
rangka memperoleh kesepakatan dari pihak yang menyebabkan
penyelesaian yang dipimpin oleh kerugian pada konsumen dan/atau
fasilitator. lembaga jasa keuangan sebagai
akibat dari pelanggaran atas
Adapun bentuk keputusan yang peraturan perundang-undangan di
diambil oleh fasilitastor didasarkan sektor jasa keuangan.
pada hasil kesepakatan yang
diperoleh dalam penyelesaian 2. Mekanisme Penyelesaian
sengketa dimaksud, dalam hal Sengketa Perbankan Melalui
kerugian yang dialami oleh pengguna Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
jasa perbankan tidak terbukti maka
OJK akan menyampaikan hasil Timbulnya sengketa dalam hubungan
tersebut secara tertulis kepada hukum keperdataan memberikan
pilihan kepada masing-masing pihak
8

untuk memilih cara yang akan setiap keputusan yang diambil oleh
digunakan untuk menyelesaian fasilitator harus dilaksanakan oleh
perselisihan tersebut, meliputi para pihak sesuai dengan hasil
penyelesaian melalui pengadilan atau kesepakatan yang diperoleh selama
di luar pengadilan. Pada umumnya, proses penyelesaian sengketa
penyelesaian sengketa melalui dimaksud, kecuali dalam proses
pengadilan ditempuh berdasarkan tersebut tidak mencapai kesepakatan.
inisiatif dari salah satu pihak,
sedangkan penyelesaian sengketa di Secara yuridis, mekanisme
luar pengadilan hanya dapat ditempuh penyelesain sengketa melalui OJK
oleh para pihak berdasarkan diatur dalam Pasal 40 POJK
kesepakatan bersama dan adanya Perlindungan Konsumen sampai
itikad baik dari masing-masing pihak. dengan Pasal 46 POJK Perlindungan
Konsumen yang menentukan sebagai
Belakunya UU OJK yang berikut :
ditindaklanjuti dengan penerbitan
POJK Perlindungan Konsumen telah Pasal 40 POJK Perlindungan
menempatkan OJK sebagai lembaga Konsumen :
yang memiliki kewenangan untuk
menyelesaikan sengketa di sektor jasa (1) Konsumen dapat menyampaikan
keuangan, dalam hal ini termasuk pengaduan yang berindikasi
sengketa antara lembaga perbankan sengketa antara Pelaku Usaha
dan pengguna jasa perbankan. Jasa Keuangan dengan
Adapun yang dimaksud dengan Konsumen kepada Otoritas Jasa
kewenangan adalah kekuasaan yang Keuangan.
dilembagakan, kemampuan untuk (2) Konsumen dan/atau masyarakat
melakukan tindakan hukum tertentu dapat menyampaikan pengaduan
yang dimaksudkan untuk yang berindikasi pelanggaran atas
menimbulkan akibat hukum, dan hak ketentuan peraturan perundang-
yang berisi kebebasan untuk undangan di sektor jasa keuangan
melakukan atau tidak melakukan kepada Otoritas Jasa Keuangan.
tindakan tertentu atau menuntut pihak (3) Pengaduan sebagaimana
lain untuk melakukan tindakan dimaksud pada ayat (1) dan ayat
tertentu.7 (2) disampaikan kepada Otoritas
Jasa Keuangan, dalam hal ini
Penyelesaian sengketa perbankan Anggota Dewan Komisioner
melalui OJK merupakan salah satu yang membidangi edukasi dan
sarana hukum yang diberikan oleh perlindungan Konsumen.
UU OJK dan PUJK Perlindungan
Konsumen bagi pengguna jasa Pasal 41 POJK Perlindungan
perbankan atas timbulnya kerugian Konsumen :
terkait penggunaan jasa perbankan
yang disediakan oleh lembaga Pemberian fasilitas penyelesaian
perbankan. Pilihan hukum untuk pengaduan Konsumen oleh Otoritas
menyelesakan sengketa melalui OJK Jasa Keuangan dilakukan terhadap
membawa implikasi yuridis bahwa pengaduan yang berindikasi sengketa
di sektor jasa keuangan sebagaimana
7
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) dan
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm 98.
9

harus memenuhi persyaratan sebagai


berikut : Pemberian fasilitas penyelesaian
pengaduan yang dilaksanakan oleh
a. Konsumen mengalami kerugian Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana
finansial yang ditimbulkan oleh : dimaksud dalam Pasal 41 merupakan
1. Pelaku Usaha Jasa Keuangan di upaya mempertemukan Konsumen
bidang Perbankan, Pasar Modal, dan Pelaku Usaha Jasa Keuangan
Dana Pensiun, Asuransi Jiwa, untuk mengkaji ulang permasalahan
Pembiayaan, Perusahaan Gadai secara mendasar dalam rangka
atau Penjaminan, paling banyak memperoleh kesepakatan
sebesar Rp500.000.000,00 (lima penyelesaian.
ratus juta rupiah);
2. Pelaku Usaha Jasa Keuangan di Pasal 43 POJK Perlindungan
bidang asuransi umum paling Konsumen :
banyak sebesar
Rp750.000.000,00 (tujuh ratus Otoritas Jasa Keuangan menunjuk
lima puluh juta rupiah); fasilitator untuk melaksanakan fungsi
b. Konsumen mengajukan penyelesaian pengaduan.
permohonan secara tertulis disertai
dengan dokumen pendukung yang Pasal 44 POJK Perlindungan
berkaitan dengan pengaduan; Konsumen :
c. Pelaku Usaha Jasa Keuangan telah
melakukan upaya penyelesaian Otoritas Jasa Keuangan memulai
pengaduan namun Konsumen tidak proses fasilitasi setelah Konsumen
dapat menerima penyelesaian dan Pelaku Usaha Jasa Keuangan
tersebut atau telah melewati batas sepakat untuk difasilitasi oleh
waktu sebagaimana ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan yang
dalam Peraturan Otoritas Jasa dituangkan dalam perjanjian fasilitasi
Keuangan ini; yang memuat :
d. Pengaduan yang diajukan bukan a. Kesepakatan untuk memilih
merupakan sengketa sedangdalam penyelesaian pengaduan yang
proses atau pernah diputus oleh difasilitasi oleh Otoritas Jasa
lembaga arbritrase atau peradilan, Keuangan; dan
atau lembaga mediasi lainnya; b. Persetujuan untuk patuh dan
e. Pengaduan yang diajukan bersifat tunduk pada aturan fasilitasi yang
keperdataan; ditetapkan oleh Otoritas Jasa
f. Pengaduan yang diajukan belum Keuangan.
pernah difasilitasi oleh Otoritas
Jasa Keuangan; dan Pasal 45 POJK Perlindungan
g. Pengajuan penyelesaian pengaduan Konsumen :
tidak melebihi 60 (enam puluh)
hari kerja sejak tanggal surat hasil (1) Pelaksanaan proses fasilitasi
penyelesaian Pengaduan yang sampai dengan ditandatanganinya
disampaikan Pelaku Usaha Jasa Akta Kesepakatan dilakukan
Keuangan kepada Konsumen. dalam jangka waktu paling lama
30 (tiga puluh) hari kerja sejak
Pasal 42 POJK Perlindungan Konsumen dan Pelaku Usaha
Konsumen : Jasa Keuangan menandatangani
10

perjanjian fasilitasi sebagaimana konsumen selaku pengguna jasa


dimaksud dalam Pasal 44. perbankan;
(2) Jangka waktu proses fasilitasi b. Fotokopi identitas konsumen
sebagaimana dimaksud pada ayat selaku pengguna jasa perbankan
(1) dapat diperpanjang sampai yang masih berlaku;
dengan 30 (tiga puluh) hari kerja c. Surat pernyataan yang
berikutnya berdasarkan Akta ditandatangani di atas materai yang
Kesepakatan Konsumen dan cukup bahwa sengketa yang
Pelaku Usaha Jasa Keuangan. diajukan tidak sedang dalam
proses atau telah mendapatkan
Pasal 46 POJK Perlindungan keputusan dari lembaga arbitrase,
Konsumen : peradilan atau lembaga mediasi
perbankan lainnya dan belum
(1) Kesepakatan antara Konsumen pernah diproses dalam mediasi
dan Pelaku Usaha Jasa Keuangan perbankan yang difasilitasi oleh
yang dihasilkan dari proses OJK;
fasilitasi sebagaimana dimaksud d. Fotokopi dokumen pendukung
dalam Pasal 45 dituangkan dalam yang terkait dengan sengketa yang
Akta Kesepakatan yang diajukan;
ditandatangani oleh Konsumen e. Fotokopi surat kuasa, dalam hal
dan Pelaku Usaha Jasa pengajuan penyelesaian sengketa
Keuangan. dikuasakan.
(2) Dalam hal tidak terjadi
kesepakatan antara Konsumen Setelah permohonan penyelesaian
dengan Pelaku Usaha Jasa sengketa tersebut diajukan,
Keuangan, maka selanjutnya OJK akan melakukan
ketidaksepakatan tersebut pemeriksaan dokumen untuk mencari
dituangkan dalam berita acara dan menemukan fakta-fakta dengan
hasil fasilitasi Otoritas Jasa memanggil pihak lembaga perbankan
Keuangan yang ditandatangani untuk diminta keterangan dan
oleh Konsumen dan Pelaku klarifikasi atas permohonan yang
Usaha Jasa Keuangan. disampaikan oleh pihak konsumen
selaku pengguna jasa perbankan.
Dwi Krisno Yudi Pramono8 dalam Kemudian OJK akan menentukan
wawancara yang dilakukan penulis apakah sengketa tersebut telah
menjelaskan bahwa secara garis besar memenuhi syarat dan layak untuk
pengajuan penyelesaian sengketa difasilitasi, jika memenuhi syarat,
melalui OJK dilakukan secara tertulis maka OJK akan menunjuk fasilitator
dengan mengisi formulir pengajuan yang merupakan petugas OJK di
penyelesaian sengketa dengan bidang Edukasi dan Perlindungan
menyertakan dokumen berupa : Konsumen Direktorat Pelayanan
a. Fotokopi surat hasil penyelesaian Konsumen. Setelah itu konsumen
pengaduan yang diberikan selaku pengguna jasa perbankan dan
lembaga perbankan kepada kepada lembaga perbankan diwajibkan untuk
menandatangani perjanjian fasilitasi
8 yang berisi kesepakatan untuk
Wawancara dengan Dwi Krisno Yudi Pramono
selaku Kepala Sub Bagian Edukasi dan memilih penyelesaian sengketa yang
Perlindungan Konsumen pada OJK Provinsi difasilitasi oleh OJK dan akan tunduk
Lampung Tanggal 3 September 2020.
11

dan patuh pada aturan fasilitasi yang dalam wawancara yang dilakukan
ditetapkan oleh OJK. penulis bahwa tugas fasilitator dalam
penyelesaian sengketa melalui OJK
Berdasarkan penelitian yang antara lain adalah memberikan
dilakukan penulis, diketahui bahwa fasilitasi kepada para pihak yang
sengketa antara lembaga perbankan bersengketa dengan mengarahkan
dan pengguna jasa perbankan keduanya untuk menyelesaikan
disebabkan oleh timbulnya kerugian permasalahanya sendiri secara adil,
yang dialami pengguna jasa mengarahkan para pihak untuk dapat
perbankan sehingga berdampak pada menghasilkan kompromi yang dapat
diajukannya tuntutan ganti kerugian mengakomodir kebutuhan dan
kepada lembaga perbankan. kepentingan kedua belah pihak.
Sehubungan dengan hal tersebut Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan Fasilitator OJK hanya memiliki batas
Nomor 2 SEOJK.07/2014 tentang waktu penyelesaian sengketa selama
Pelayanan dan Pengaduan Konsumen 30 (tiga puluh) hari dan dapat
pada Pelaku Jasa Keuangan telah diperpanjang kembali selama 30 (tiga
memberikan batasan bahwa yang puluh) hari. Adapun dalam hal
dapat diberikan ganti rugi adalah penanganan sengketa tersebut telah
kerugian yang terjadi karena aspek melebihi jangka waktu atau tidak
finansial. Ganti rugi dimaksud harus terdapat kesepakatan diantara para
memenuhi persyaratan sebagai pihak maka proses penyelesaian
berikut : sengketa di OJK dianggap gagal.
Sedangkan dalam hal terdapat
a. Terdapat pengaduan yang kesepakatan yang dicapai, maka
mengandung tuntutan ganti rugi kesepakatan tersebut akan dituangkan
yang berkaitan dengan aspek dalam bentuk akta perdamaian yang
finansial; ditandatangani oleh para pihak
b. Pengaduan konsumen selaku sehingga bentuk akta perdamaian
pengguna jasa perbankan dapat tersebut bersifat mengikat bagi para
dibuktikan kebenarannya setelah pihak. Apabila dikemudian hari
dilakukan penelitian oleh lembaga substansi yang termuat dalam akta
perbankan; perdamaian tersebut tidak dijalankan
c. Adanya ketidaksesuaian antara oleh para pihak, maka masing-masing
perjanjian produk dan/atau layanan pihak dapat dinyatakan wanprestasi
dengan produk dan/atau layanan serta berhak mengajukan gugatan
yang diterima dari lembaga melalui pengadilan.
perbankan;
d. Adanya kerugian materiil; Berdasarkan hasil penelitian yang
e. Konsumen selaku pengguna jasa dilakukan penulis, dapat dianalisis
perbankan telah memenuhi bahwa mekanisme penyelesaian
kewajibannya. sengketa melalui OJK telah
ditentukan secara limitatif dalam
Berkaitan dengan hal tersebut, POJK Perlindungan Konsumen,
menurut Dwi Krisno Yudi Pramono9 sehingga keberadaan aturan tersebut
9 menjadi aturan hukum yang harus
Wawancara dengan Dwi Krisno Yudi Pramono
selaku Kepala Sub Bagian Edukasi dan ditaati oleh lembaga perbankan dan
Perlindungan Konsumen pada OJK Provinsi pengguna jasa perbankan dalam hal
Lampung Tanggal 3 September 2020.
12

memilih opsi penyelesaian sengketa sebagai dasar untuk


melalui OJK. memberikan layanan fasilitas
penyelesaian sengketa di bidang
Adapun hakikat dari kewenangan jasa keuangan salah satunya
OJK dalam menangani sengketa adalah penyelesaian sengketa
antara lembaga perbankan dengan antara lembaga perbankan
konsumen jasa perbankan merupakan dengan pengguna jasa
bagian dari upaya perlindungan perbankan. Adapun pemberian
hukum bagi konsumen jasa perbankan fasilitas penyelesaian sengketa
yang diaplikasikan melalui dalam ruang lingkup
pembentukan fasilitas penyelesaian sebagaimana ditentukan dalam
sengketa. Kewenangan tersebut Pasal 42 POJK Perlindungan
bersumber dari formulasi ketentuan Konsumen adalah
UU OJK dan POJK Perlindungan mempertemukan pengguna jasa
Konsumen, sehingga terhadap hasil perbankan dengan lembaga
yang diperoleh selama atas perbankan untuk mengkaji
penyelesaian sengketa melalui OJK ulang permasalahan secara
memiliki kekuatan hukum yang final mendasar dalam rangka
mengikat bagi lembaga perbankan memperoleh kesepakatan
dan pengguna jasa perbankan yang penyelesaian yang dipimpin
bersengketa, sehingga dengan oleh fasilitator.
diselesaikannya proses tersebut oleh
OJK maka dikemudian hari tidak 2. Mekanisme penyelesaian
dapat diajukan kembali dan terhadap sengketa perbankan melalui
hasil kesepakatan akhir antara pihak OJK secara limitatif ditentukan
yang bersengketa tersebut harus dalam Pasal 41 POJK
dilaksanakan dengan itikad baik. Perlindungan Konsumen
sampai dengan Pasal 46 POJK
C. KESIMPULAN Perlindungan Konsumen,
meliputi :
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan, a. Pengajuan permohonan
maka dapat ditarik simpulan sebagai secara tertulis oleh pengguna
berikut : jasa perbankan kepada OJK
disertai dengan dokumen
1. Eksistensi OJK dalam pendukung berupa telah
penanganan sengketa antara dilakukannya proses
lembaga perbankan dengan pengaduan kepada lembaga
pengguna jasa perbankan tidak perbankan namun tidak
dapat dipisahkan dari tujuan mencapai kesepakatan serta
pembentukan OJK sebagaimana bukti-bukti terkait pokok
diatur dalam Pasal 4 huruf c UU permasalahan yang
OJK, yakni melindungi memenuhi persyaratan
kepentingan konsumen dan atau sebagaimana diatur dalam
masyarakat. Konkritisasi atas Pasal 40 ayat (1) POJK
tujuan tersebut maka OJK Perlindungan Konsumen;
menerbitkan POJK b. OJK menunjuk fasilitator
Perlindungan Konsumen untuk menangani sengketa
13

antara lembaga perbankan


dengan pengguna jasa Siamat, Dahlan. 1993. Management
perbankan; Bank Umum. Jakarta.
c. Fasilitator membuat Intermedia.
perjanjian kesepakatan
dengan para pihak yang Sutedi, Adrian. 2014. Aspek Hukum
memuat substansi Otoritas Jasa Keuangan.
persetujuan penyelesaian Jakarta. Raih Asa Sukses.
sengketa melalui OJK serta
kesediaan para pihak untuk Usman, Rachmadi. 2011.
patuh terhadap aturan yang Penyelesaian Pengaduan
ditentukan OJK; Nasabah dan Mediasi
d. Fasilitator melakukan Perbankan. Bandung. CV
identifikasi dan klarifikasi Mandar Maju.
terhadap pihak lembaga
perbankan dengan pengguna Peraturan Perundang-Undangan
jasa perbankan guna
menemukan penyelesaian Undang-Undang Nomor 7 Tahun
sengketa; 1992 tentang Perbankan Jo
e. Penyelesaian sengketa Undang-Undang Nomor 10
dilakukan dalam jangka Tahun 1998 tentang Perubahan
waktu 30 hari kerja dan atas Undang-Undang Nomor 7
dapat diperpanjang dalam Tahun 1992 tentang Perbankan.
jangka waktu 30 hari kerja;
f. Penyelesaian sengketa Undang-Undang Nomor 21 Tahun
melalui OJK akan 2011 tentang Otoritas Jasa
dituangkan dalam akta Keuangan.
perdamaian dalam hal
tercapai kesepakatan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun
sedangkan jika tidak tercapai 1999 tentang Perlindungan
kesepakatan para pihak Konsumen.
memiliki hak yang sama
untuk melakukan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
penyelesaian sengketa Nomor 1/POJK.07/2013 tentang
melalui pengadilan. Perlindungan Konsumen Sektor
Jasa Keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Literatur Nomor 1/POJK.07/2014 tentang
Lembaga Alternatif
Bintang, Sanusi dan Dahlan. 2000. Penyelesaian Sengketa Sektor
Pokok-Pokok Hukum Ekonomi Jasa Keuangan.
dan Bisnis. Bandung. PT Citra
Aditya Bakti. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 18/POJK.07/2018
HR, Ridwan. 2011. Hukum tentang Layanan Pengaduan
Administrasi Negara. Jakarta. Konsumen di Sektor Jasa
PT Raja Grafindo Persada. Keuangan.
14

Anda mungkin juga menyukai