LP KEPERAWATAN JIWA RPK - Dita 18013
LP KEPERAWATAN JIWA RPK - Dita 18013
DISUSUN OLEH :
DITA YULIYANTI
18013
2021
A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah salah satu respons marah yang diespresikan dengan melakukan
ancaman, mencederai orang lain, dan merusak lingkungan. Respons ini dapat
menimbulkan kerugian baik bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Keliat,dkk,
2011).
1. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi,
artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan
Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi pasien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan,
ketidak berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku
kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintainya atau pekerjaan dan
kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain interaksi yang profokatif dan konflik
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan:
(Yosep, 2011)
1. Fisik: muka merah dan tegang, mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal,
2. Verbal: bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak, mengancam secara fisik,
3. Perilaku: melempar atau memukul benda pada orang lain, menyerang orang lain atau
4. Emosi: tidak ade kuat, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk,
6. Spiritual: merasa berkuasa, merasa benar sendiri, mengkritik pendapat orang lain,
D. Rentang respon
Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk berprilaku pasif, asertif, dan agresif/ perilaku
kekerasan (Stuart dan Laraia, 2005 dalam Dermawan dan Rusdi 2013).
mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau menyakiti
orang lain sehingga perilaku ini dapat menimbulkan kelegaan pada individu.
E. Mekanisme koping
1. Konstruktif Mekanisme
2. Destruksif Mekanisme
perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan karena ia merasa kuat. Cara ini
F. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun
tidak ada Resiko Perilaku Kekerasan juga maka dapat digunakan transquelillzer
bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduannya
2. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian
pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan maupun berkomunikasi, karena itu didalam terapi ini tidak harus
diberikan pekerjaan terapi sebagai bentuk kegiatan membaca koran, main catur,
setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang
pada setiap keadaan pasien. Perawat membantu keluarga agar dapat melakukan lima
sehat, dan menggunakan sumber daya pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai
dan adaptive sehingga derajat kesehatan pasien dan keliuarga dapat ditingkatkan
secara optimal.
4. Terapi Somatik
Menurut Deskep RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang
diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku
tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik pasien, tetapi target terpai adalah perilaku
G. Pohon Masalah
H. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan perilaku kekerasan,
yaitu:
1. Perilaku kekerasan
5. Isolasi sosial
6. Berduka disfungsional
Sedangkan data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan adalah :
b. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
Data Objektif :
b. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri
sendiri/orang lain.
Data Subyektif :
b. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
Data Obyektif :
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
Data obyektif :
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
I. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan
a. Tujuan Umum
Klien tidak melakukan tindakan kekerasan baik kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
b. Tujuan Khusus
Kriteria evaluasi :
Intervensi Keperawatan :
Rasionalisasi :
Kriteria Evaluasi :
Intervensi Keperawatan :
Kriteria evaluasi :
Intervensi keperawatan :
Rasionalisasi :
Menarik kesimpulan bersama klien supaya kllien mengetahui secara garis besar
Kriteria evaluasi:
Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Klien mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah/ tidak
Intervensi Keperawatan:
klien
Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya
selesai.
Rasionalisasi :
dilakukan
Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa klien lakukan dan dengan
masalah.
Kriteria evaluasi :
Intervensi keperawatan :
Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.
Rasionalisasi :
kemarahan.
Kriteria evaluasi:
Intervensi:
Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
a) Secara fisik: tarik nafas dalam saat kesal, memukul kasur/bantal, olah raga,
Berdiskusi dengan klien untuk memilih cara yang lain dan sesuai dengan
kemampuan klien.
Kriteria evaluasi:
Intervensi keperawatan:
Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat marah.
Rasionalisasi:
Memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respon perilaku kekerasan
secara tepat.
Membantu klien dalam membuat keputusan untuk cara yang telah dipilihnya
Agar klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilihnya jika sedang kesal.
Kriteria evaluasi:
Intervensi keperawatan:
Identifikasi kemampuan keluarga klien dari sikap apa yang telah dilakukan
Rasionalisasi:
Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi akan memungkinkan keluarga
Agar keluarga mengetahui cara merawat klien melalui demonstrasi yang dilihat
Kriteria evaluasi:
klien dapat menyebutkan obat- obatan yang diminum dan kegunaan (jenis,
Intervensi keperawatan:
Jelaskan jenis- jenis obat yang diminum klien (pada klien dan keluarga)
Diskusikan menfaat minum obat dan kerugian jika berhenti minum obat tanpa
seijin dokter
Jelaskan prinsip benar minum obat (nama, dosis, waktu, cara minum).
Anjurkan klien melapor kepada perawat/ dokter bila merasakan efek yang tidak
menyenangkan.
klien dan keluarga dapat mengetahui mana-mana obat yang diminum oleh
klien.
Klien dan keluarga dapat mengetahui kegunaan obat yang dikonsumsi oleh
klien.
Klien dan keluarga dapat mengetahui prinsip benar agartidak terjadi kesalahan
Klien dapat memiliki kesadaran pentingnya minum obat dan bersedia minum
harga diri.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course).
Jakarta: EGC.
Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Nuha Medika
Yusuf, Fitriyasari dan Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.
Stuart & Sudart. 2017. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5). Alih Bahasa: Ramona P, Kapoh.
Jakarta: EGC.