Anda di halaman 1dari 12

PENATAAN KAWASAN WISATA ALAM

SEBAGAI DESTINASI WISATA MINAT KHUSUS


DI KABUPATEN MALINAU

Indro Sulistyanto

Abstrak

Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki eksotisme keindahan alamnya


adalah Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Malinau merupakan kabupaten
terbesar di Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia.
Berbagai pariwisata alam yang dimiliki oleh kabupaten Malinau, seperti Arus Liar
yang ada di Sungai Tugu dan sungai Bahaowulu, Air Terjun Martin Bila, Air Panas
Semolon, rumah adat asli dari masyarakat Malinau atau biasa di sebut Lamin Adat.
Ada juga kuburan batu yang sudah ada beratus-ratus tahun lalu.
Digelarnya berbagai event yang mampu mempromosikan potensi wisata
Kabupaten Malinau diharapkan mampu memberi implikasi pada peningkatan
pengunjung yang datang ke Kabupaten Malinau. Pada sisi lain sangat diperlukan
adanya peningkatan dukungan dan perhatian dari Pemerintah Pusat terhadap
kekayaan objek wisata alam dan budaya yang ada di Kabupaten Malinau potensi yang
ada mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, sehingga apabila dapat dieksplorasi
dengan bijak, diharapkan akan banyak membawa keuntungan dan manfaat bagi
masyarakat luas.

Kata Kunci : Kawasan Wisata Alam, Destinasi Wisata, Minat Khusus, Kabupaten
Malinau

Malinau merupakan Kabupaten untuk sampai di objek-objek wisata di


yang memproklamirkan diri sebagai Kabupaten Malinau, terlebih jika melalui
Kapubaten Konservasi, dengan demikian jalur darat. Wisatawan dai luar wilayah
wisatawan dapat menikmati berbagai Kabupaten Malinau harus melalui Bandara
kekayaan flora dan fauna yang tidak dimiliki Internasional di Balik Papan, selanjutnya
daerah lain. Pada sisi lain juga tempat harus transit dulu di Tarakan baru
penelitian laut Birai, tempat penelitian flora melanjutkan dengan pesawat kecil untuk
dan fauna Kain Mentarang. sampai di Kabupaten Malinau. Kalau
melalui jalur darat, dari ibu kota Provinsi
1. LATAR BELAKANG Kalimantan Timur (Samarinda) butuh waktu
Perlu upaya besar dalam 24 jam. Dan itu juga harus menggunakan
meningkatkan animo masyarakat dalam jalur lalu-lintas yang berat.
menikmati objek-objek wisata di Kabupaten Pariwisata yang semula disebut
Malinau, mengingat jumlah wisatawan yang turisme mempunyai makna kegiatan
datang masih sangat sedikit. Kebanyakan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain.
wisatawan yang adatang adalah peneliti Definisi ini kemudian berkembang menjadi
asing, sekitar 20 orang pertahun. Demikian “... suatu (kegiatan) perjalanan seseorang
pula dengan wisatawan domestik yang relaif dari tempat asalnya ke suatu tempat/
masih sedikit untuk melakukan kunjungan lingkungan yang berbeda dengan kondisi
wisata. Kondisi tersebut tidak terlepas dari lingkungan asalnya untuk suatu tujuan
dibutuhkannya waktu yang relatif lama tertentu seperti rekreasi, bisnis, silaturahmi/
kunjungan keluarga atau tujuan lainnya, Dari angka tersebut, telah
yang memerlukan waktu lebih dari 24 jam menghasilkan nilai devisa mencapai 7,4 Juta
serta memanfaatkan unsur-unsur USD. Perolehan devisa ini juga merupakan
pendukung/ fasilitas penunjang pencapaian tertinggi bidang pariwisata (dari
kepariwisataan (al: transportasi, pembelanjaan wisman) dalam satu dekade
akomodasi, rumah makan, hiburan, terakhir. Pertumbuhan yang dicapai juga
dstnya) ... “. sangat signifikan mencapai 38% pada tahun
Berdasarkan data tahun 1998 2008. Pencapaian nilai devisa ini pula yang
sampai dengan tahun 2008, tercatat menyebabkan peran sektor pariwisata
kunjungan wisatawan mancanegara ke terhadap perekonomian nasional sangat
Indonesia telah mencapai sekitar 6,4 Juta penting. Kedudukan sektor pariwisata
kunjungan, dengan tingkat pertumbuhan berada diuruan ke-3 sebagai kontributor
mencapai 17% dari tahun sebelumnya. perolehan devisa nasional, setelah migas dan
Angka kunjungan tersebut. merupakan yang minyak kelapa sawit.
tertinggi dalam 10 tahun terakhir.

Gambar 1
Fasilitas Pelabuhan dan Bandara Tarakan
sebagai Fasilitas Interkoneksi Menuju
Kabupaten Malinau

Gambar 2
Sarana Potensial Menuju Kabupaten
Malinau dengan Pesawat Kecil,
karena Keterbatasan Sarana dan Prasarana
Bandara di Kabupaten Malinau
Pariwisata yang semula disebut kunjungan, dengan tingkat pertumbuhan
turisme mempunyai makna kegiatan mencapai 17% dari tahun sebelumnya.
perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain. Angka kunjungan tersebut. merupakan
Definisi ini kemudian berkembang menjadi yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir.
“... suatu (kegiatan) perjalanan seseorang Dari angka tersebut, telah
dari tempat asalnya ke suatu tempat/ menghasilkan nilai devisa mencapai 7,4
lingkungan yang berbeda dengan kondisi Juta USD. Perolehan devisa ini juga
lingkungan asalnya untuk suatu tujuan merupakan pencapaian tertinggi bidang
tertentu seperti rekreasi, bisnis, pariwisata (dari pembelanjaan wisman)
silaturahmi/ kunjungan keluarga atau dalam satu dekade terakhir. Pertumbuhan
tujuan lainnya, yang memerlukan waktu yang dicapai juga sangat signifikan
lebih dari 24 jam serta memanfaatkan mencapai 38% pada tahun 2008.
unsur-unsur pendukung/ fasilitas Pencapaian nilai devisa ini pula yang
penunjang kepariwisataan (al: menyebabkan peran sektor pariwisata
transportasi, akomodasi, rumah makan, terhadap perekonomian nasional sangat
hiburan, dstnya) ... “. penting. Kedudukan sektor pariwisata
Berdasarkan data tahun 1998 berada diuruan ke-3 sebagai kontributor
sampai dengan tahun 2008, tercatat perolehan devisa nasional, setelah migas
kunjungan wisatawan mancanegara ke dan minyak kelapa sawit.
Indonesia telah mencapai sekitar 6,4 Juta

Tabel-1
Kontribusi Devisa dari Sektor Pariwisata dibandingkan dengan Sektor Lainnya, Tahun
2004-2008 (dalam juta USD)
SECTOR 2004 SECTOR 2005 SECTOR 2006 SECTOR 2007 SECTOR 2008

1 Oil & Gas 15,59 Oil & Gas 19,23 Oil & Gas 21,21 Oil & Gas 22,09 Oil & Gas 27,71
2 Tourism 4,70 Garments 4,96 Garments 5,61 Plam Crude oil 7,87 Plam Crude oil 11,64
3 Garments 4,27 Tourism 4,52 Processed 5,46 Processed 6,18 Tourism 7,37
Rubber Rubber
4 Electricity 3,41 Electricity 4,36 Plam Crude oil 4,82 Garments 5,71 Garments 5,25
equipment equipment
5 Textile 3,23 Plam Crude oil 3,76 Electricity 4,45 Tourism 5,35 Electricity 4,68
equipment equipment
6 Plam Crude oil 3,23 Textile 3,70 Tourism 4,45 Electricity 4,84 Textile 3,84
equipment
7 Processed 3,14 Processed 3,54 Textile 3,32 Textile 4,18 Processed paper 3.52
Rubber Rubber
8 Processed 2,85 Processed 3,08 Processed 2,86 Chemical 3,40 Processed food 2.75
wood wood wood
Sumber : BPS 2009, Pengolahan Studio 2012

Bagi Indonesia juga negara- destinasi wisata alternatif (murah)


negara Asia pada umumnya, krisis khususnya bagi wisatawan Intra Asia
keuangan dapat dikatakan belum (antar negara-negara di Asia).
berdampak buruk. Namun demikian, Saat ini Indonesia hanya memiliki
kondisi ini perlu disikapi dengan 3 pintu masuk utama yang mampu
berbagai perencanaan dan strategi yang menampung pesawat-pesawat berbadan
matang. Di sektor pariwisata krisis lebar yang merupakan maskapai-
keuangan selain perlu diwaspadai maskapai asing, dan menempuh
dampaknya, juga dapat dijadikan sebagai penerbangan jarak jauh. Ketiga pintu
peluang untuk memposisikan diri sebagai masuk tersebut adalah Jakarta, Batam,
dan Bali. Bali merupakan pintu masuk terbanyak (32%), kedua adalah Jakarta
dengan jumlah kedatangan wisatawan (21%), dan ketiga adalah Batam (20%).

Gambar 3
Tiga Pintu Masuk Utama Wisman Tahun 2008
Sumber : www.bps.go.id, 2009; Pengolahan Studio 2012

Pola ketergantungan terhadap akses perjalanan internasional yang menghasilkan


masuk tersebut juga berpengaruh terhadap lebih dari US$ 475 triliun dari pengeluaran
pola distribusi wisatawan ke berbagai daerah wisatawan. Dengan pertumbuhan pariwisata
di Indonesia. Sebagian besar wisatawan global rata-rata 4% pertahunnya, World
mancanegara di Indonesia masih Tourism Organisation (WTO) atau badan
terkonsentrasi di 3 wilayah pintu masuk pariwisata dunia memperkirakan bahwa
tersebut, khususnya kota-kota besar di Jawa, mobilitas wisatawan dunia akan mencapai
sedangkan di daerah-daerah lain relatif angka 1 milyar wisatawan pada tahun 2010.
sangat terbatas. WTO lebih lanjut menggarisbawahi bahwa
Pariwisata sebagai sebuah sektor kawasan Asia Pasifik (termasuk Indonesia
telah mengambil peran penting dalam didalamnya) akan menjadi kawasan tujuan
pembangunan perekonomian. Kemajuan dan wisata utama yang mengalami pertumbuhan
kesejahteraan yang makin tinggi telah paling tinggi diantara kawasan-kawasan lain
menjadikan pariwisata sebagai bagian pokok di dunia.
dari kebutuhan atau gaya hidup manusia, Prospek yang sangat strategis sektor
dan menggerakkan jutaan manusia untuk pariwisata tersebut tentu menjadi peluang
mengenal alam dan budaya ke belahan atau yang sangat berarti bagi provinsi Kalimantan
kawasan-kawasan dunia lainnya. Pergerakan Timur, khususnya Kabupaten Malinau
jutaan manusia selanjutnya menggerakkan sebagai sebuah Kabupaten yang memiliki
mata rantai ekonomi yang saling kait kekayaan alam dan budaya yang sangat
mengkait menjadi industri jasa yang besar dan beragam. Dalam konteks tersebut
memberikan kontribusi penting bagi diatas, maka pengembangan sektor
perekonomian, serta peningkatan pariwisata harus digarap secara serius,
kesejahteraan ekonomi di tingkat terarah dan profesional agar pengembangan
masyarakat lokal. dan pemanfaatan aset-aset pariwisata dapat
Dalam lingkup global, pariwisata memberi kontribusi signifikan dalam
sebagai industri yang berkembang pesat mewujudkan peran sektor pariwisata sebagai
telah mencatat angka lebih kurang 715 juta andalan pembangunan di masa depan.
2. STRATEGI PENGEMBANGAN seni dan budaya yang ada di dalamnya.
WISATA KABUPATEN Beberapa destinasi yang ada di WP-I,
MALINAU terdiri atas: kolam-kolam penangkaran
Digelarnya berbagai event yang dan pemeliharaan ikan (Malinau Kota),
mampu mempromosikan potensi wisata Taman Rekreasi Hutan Pinus, Air
Kabupaten Malinau diharapkan mampu Panas Mangku Asar dan Air Terjun
memberi implikasi pada peningkatan Sungai Gita (Malinau Barat), Bukit
pengunjung yang datang ke Kabupaten Marthin Billa, Air Terjun Sembolot
Malinau. Pada sisi lain sangat diperlukan (Malinau Utara). Beberapa destinasi
adanya peningkatan dukungan dan wisata di WP-I ini terletak di wilayah
perhatian dari Pemerintah Pusat terhadap perkotaan ditunjang oleh fasilitas dan
kekayaan objek wisata alam dan budaya sarana lain yang reltif sudah cukup
yang ada di Kabupaten Malinau potensi lengkap, seperti: hotel, penginapan,
yang ada mempunyai nilai ekonomis yang dan restoran.
tinggi, sehingga apabila dapat dieksplorasi WP I memang punya karakteristik
dengan bijak, diharapkan akan banyak yang lebih, antara lain aksesibilitas
membawa keuntungan dan manfaat bagi yang cukup terjangkau (Jhonson Lilit,
masyarakat luas. 2011). Ada sejumlah strategi khusus
Sebagai upaya memasarkan untuk pengembangan di WP I, yakni
berbagai potensi wisata yang ada di pembentukan sebuah “Desa Budaya”
Kabupaten Malinau, Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau yang merupakan
Kabupaten Malinau melalui Dinas representasi seni dan budaya dari
Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) seluruh etnis yang ada.
berkomitmen untuk meningkatkan dan Mempromosikan dan menjadikan
mengembangkan erbagai potensi wisata Museum Malinau sebagai pusat
yang ada di Kabupaten Malinau. informasi (show room) bagi semua
Disbudpar. Kabupaten Malinau telah objek dan daya tarik wisata seluruh
merencanakan langkah-langkah strategis kecamatan, termasuk menggelar seni
terkait dengan pengembangan industri pertunjukan sekurangnya 1 kali dalam
wisata pada 4 wilayah pengembangan (WP) sebulan di tempat tersebut, dengan
Kabupaten Malinau yang telah tercantum melakukan penyuluhan dan penyadaran
dalam Master Plan Pengembangan Budaya kepada masyarakat terkait dengan
Dan Wisata yang disusun oleh Pusat pengembangan aset seni dan wisata.
Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Selanjutnya, dilakukan revitalisasi
Universitas Mulawarman Tahun 2010. terhadap aset seni dan budaya yang
Dalam Master Plan diperoleh sudah hampir terlupakan, membangun
gambaran tentang arah dan strategi wisata kuliner, membentuk paket-paket
pengembangan pariwisata pada asing- wisata, mengadakan festival,
masing Wilayah Pengembangan yang ada memfasilitasi pembentukan sanggar-
di Kabuaten Malinau. Adapun strategi sanggar seni, dan promosi yang
pengembangan pariwisata Semolon yang dilakukan dengan berbentuk media
ada di Wilayah Pengembangan (WP)-II (audio-visual).
tidak bisa dilepaskan dari keterkaitannya b. Wilayah Pengembangan (WP)-II:
dengan strategi pengembangan wisata di mencakup 3 Daerah Tujuan Wisata
WP-I, sebagai berikut: (DTW) yaitu Kecamatan Mentarang,
a. Wilayah Pengembangan (WP)-I: Mentarang Hulu, dan Malinau Selatan.
meliputi Kecamatan Malinau Kota, Di WP II ini terdapat sekitar 19
Malinau Barat, dan Malinau Utara destinasi wisata yang berada di sekitar
terdapat sedikitnya 28 destinasi wisata Sungai Mentarang, Sungai Malinau
baik berupa tempat wisata alam, situs, dan Sungai Tubu. Beberapa destinasi
cagar budaya, termasuk unsur-unsur yang ada di WP II ini antara lain yaitu
arung jeram Sungai Tubu, Semolon Secara umum tujuan pendekatan
Hot Waterfall (Mentarang), Jeram perencanaan pengembangan pariwisata di
Belalau, Air Terjun Kembar Kabupaten Malinau terdiri atas tercapainya
(Mentarang Hulu), Tana Olen Setulang pertumbuhan (growth), pemetaan (equity)
dan Air Terjun Marthin Billa (Malinau dan keberlanjutan (sustainability) dimana
Selatan) serta sejumlah destinasi konsep pendekatan perencanaan, mengacu
lainnya. Meski tidak sebanyak di WP I, pada pariwisata berkelanjutan dan
sejumlah fasilitas penunjang, berwawasan lingkungan, dimana
transportasi, hotel dan penginapan di manifestasi strategi implementasinya bisa
WP ini pun, sudah tersedia. kedalam berbagai tingkatan, nasional
Adapun strategi yang disiapkan untuk regional atau pada level kawasan.
pengembangan di WP II ini, antara lain Pengembangan pariwisata Kawasan
yaitu promosi sumber Air Panas Semolon harus mampu mempertahankan
Semolon dan Tana Olen Setulang keberlangsungan hidup (sustainability)
sebagai ikon pariwisata di WP II. sumber – sumber daya yang dimilikinya
Membuat perda atau surat edaran agar baik sumber daya alam (narutral resources)
bagian hukum sungai yang memiliki seperti panorama alam, kondisi topografi,
air terjun potensial tetap dipertahankan. flora dan fauna serta iklim maupun aneka
Membangun fasilitas penunjang dan sumbedaya budaya (cultural resources)
infrastruktur ke lokasi wisata, seperti yang berupa budaya fisik dan budaya non
ke Semolon, mengadakan festival, dan fisik (living culture). Selain itu,
membentuk paket-paket wisata ke pengembangan pariwisata kawasan
beberapa destinasi yang ada di WP II. Semolon juga harus mampu memberikan
Pelaksanaannya dilaksanakan secara pertumbuhan baik pertumbuhan lokal (local
bertahap sesuai dengan kemampuan growth) pada level komunitas dan
anggaran Kabupaten Malinau, maupun pertumbuhan secara menyeluruh dalam
Provinsi Kalimantan Timur. kepariwisataan Kabupaten Malinau
Berbagai strategi pengembangan (regional growth).
wisata di WP-II, pada dasarnya harus Dalam Penyusunan Perencanaan
terkoneksi dngan baik dengan strategi dan Study Kelayakan Semolon, pendekatan
pengembangan di WP-I. Dengan demikian perencanaan yang digunakan, meliputi:
aksesibiltas yang nantinya akan dibangun a. Pendekatan Pariwisata Berkelanjutan
dari dan menuju ke Semolon harus terenana (Sustainable Tourism Development)
dengan baik sehingga tercipta koneksi b. Pendekatan Good Tourism Governance
wisata yang lancar, aman, dan nyaman bagi c. Pendekatan Kesesuaian antara
wisatawan untuk menikmati seluruh Permintaan dan Penawaran (Demand
destinasi wisata yang direncanakan pada and Supply)
masing-masing Wilayah Pengembangan d. Pendekatan Pengembangan Wilayah
Wisata di WP-I maupun WP-II. e. Pendekatan Budaya
f. Pendekatan Ekowisata
3. METODOLOGI g. Pengembangan Pariwisata Berbasis
Metode penelitian yang akan Pemberdayaan Masyarakat
digunakan dalam perencanaan dan (Community Based Tourism)
pengembangan Pariwisata di Kabupaten
Malinau akan menggunakan metode
penelitian kulitatif. Penggunaan metode 4. PEMBAHASAN DAN HASIL
kualitatif karena metode penelitian ini Dari pembahasan terhadap ke-
menekankan pada penelitian observasi di mungkinan pengembangan pariwisata di
lapangan dan datanya dianalisa dengan cara Kabupaten Malinau di masa mendatang
non statistik meskipun tidak selalu harus diperoleh gambaran arah perkembangannya
menabuhkan penggunaan angka. di masa mendatang, dengan mengem-
bangkan destinasi-destinasi unggulan yang mempertimbangkan, melindungi dan
ada. mempertinggi potensi asset untuk masa
yang akan datang. Hal ini juga berarti
4.1. Malinau Menuju Pariwisata mempertimbangkan potensi masa yang
Berkelanjutan (Sustainable akan datang dalam segala sektor, termasuk
Tourism Development) di dalamnya adalah faktor ekonomi, sosial,
Pariwisata berkelanjutan atau dan budaya yang akan dipenuhi, yang
sustainable tourism adalah sebuah konsep didukung oleh sistem integrasi kebudayaan,
turunan dari konsep pembangunan proses ekologi yang esensial, keragaman
berkelanjutan yang ada pada laporan World biologi, dan life support.
Commission on Environment and Mekanisme pembangunan secara
Development, berjudul Our Common keseluruhan yang berlangsung pada suaut
Future (atau lebih dikenal dengan the wilayah tertentu akan selalu memiliki
Brundtland Report) yang diserahkan ke pengaruh terhadap semua aspek
lembaga PBB pada tahun 1987 (Mowforth pembangunan pada suatu wilayah, berupa
dan Munt 1998). Pembangunan efek langsung (direct effect), efek tak
berkelanjutan merupakan suatu proses langsung (indirect effect), maupun efek
pembangunan yang berusaha untuk ikutan (induced effect). Sehubungan
memenuhi kebutuhan sekarang dan dengan hal tersebut kebijakan serta arahan
selanjutnya diwariskan kepada generasi dan program – program implementasi yang
mendatang. Singkat kata, dengan direkomendasikan akan bertumpu pada
pembangunan berkelanjutan generasi tatanan:
sekarang dan generasi yang akan datang a. Layak secara ekonomi (economically
mempunyai hak dan kesempatan yang sama visible)
untuk menikmati alam beserta isinya. b. Berwawasan lingkungan
Sedangkan pariwisata berkelanjutan (enviromentaly sustainable)
sendiri adalah sebuah proses dan sistem c. Diterima secara sosial (socially
pembangunan pariwisata yang dapat acceptable)
menjamin keberlangsungan atau d. Dapat diterapkan secara teknologis
keberadaan sumber daya alam, kehidupan (tecnologically appropriate)
sosial-budaya dan ekonomi hingga generasi
yang akan datang. Intinya, pariwisata
berkelanjutan adalah pariwisata yang dapat
memberikan manfaat jangka panjang
kepada perekonomian lokal tanpa merusak
lingkungan.
Salah satu mekanisme dari
pariwisata berkelanjutan adalah ekowisata
yang merupakan perpaduan antara
konservasi dan pariwisata, yaitu pendapatan
yang diperoleh dari pariwisata seharusnya
dikembalikan untuk kawasan yang perlu
dilindungi untuk pelestarian dan Gambar 4
peningkatan kondisi social ekonomi Pendekatan Good Tourism Governance
masyarakat di sekitarnya.
Sementara itu, menurut United Istilah “governance” sudah dikenal
Nations Environment Programme on dalam literature Adminstrasi Dan Ilmu
Tourism, sustainable tourism merupakan Politik Hamper 120 Tahun, wacana tentang
pengembangan pariwisata yang governance dalam pengertian yang telah
mempertemukan antara kebutuhan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
wisatawan pada saat ini dengan tetap adalah sebagai bentuk dari tata
pemerintahan, penyelenggaraan pemerintah 4.2. Pariwisata Malinau yang Mampu
atau pengelolaan pemerintah, tata pamong. Menyesuaikan antara Permintaan
Setelah berbagai lembaga pembiayaan dan Penawaran (Demand And
menetapkan good governance sebagai Supply)
persyaratan utama untuk setiap program Perencanaan pengembangan pari-
bantuan meraka. Oleh para teoritisi dan wisata pada dasarnya adalah mencari titik
praktisi adminisitrasi Negara Indonesia ; temu antara permintaan (demand) dan
istilah “good governance” telah penawaran (supply). Dengan mengacu
diterjemahkan ke berbagai istilah, misalnya pada sisi permintaan dan penawaran yang
; penyelengaraan pemerintahan yang ada, maka akan diketahui tingkat
amanah (Bintarao Tjokroamidjojo), tata- perkembangan yang telah dicapai.
pemerintahan yang baik (UNDP), dan ada Pendekatan Demand and Supply
juga yang mengartikan secara sempit dilakukan melalui pasar wisatawan
sebagai pemerintahan yang bersih (clean (domestik dan mancanegara) yang akan
government). menuntut barang/obyek yang baik, yang
Ada tiga pokok pendukung disertai dengan pelayanan yang baik.
kemampuan suatu bangsa dalam Disamping obyek wisata yang menarik,
melaksanakan good governance, yakni : obyek tersebut harus didukung oleh sarana
pemerintah (the state), civil society dan prasarana yang memuaskan wisatawan.
(masyarakat adab, masyarakat madani , Wisatawan akan menuntut pelayanan
masyarakat sipil) dan pasar atau dunia transportasi yang baik, akomodasi yang
usaha. Penyelengaraan pemerintahaan baik, hiburan yang segar, makanan –
yang baik dan bertanggung jawab baru minuman yang menarik sesuai selera, dan
tercapai bila dalam penerapan otoritas pelayanan lain – lainnya. Jika supply
politik,ekonomi dan administrasi ketiga (obyek wisata) sudah ditingkatkan dan
unsur tersebut memiliki jaringan dan dikemas dengan baik sesuai dengan
interaksi yang setara dan sinerjik. tuntutan permintaan pasar (wisatawan),
maka dapat diperkirakan bahwa arus
wisatwan akan meningkat di masa depan.

Gambar 5
Diagram Good Tourism Governance Model
Gambar 6
Diagram Kesesuaian Permintaan dan
Interaksi dan kemitraan seperti itu Penawaran
biasannya baru dapat berkembang subur
bila ada kepercayaan (trust), transparansi, 4.3. Pariwisata Malinau dam Konteks
partisipasi, serta tata aturan yang jelas dan Pengembangan Wilayah
pasti, good governance yang sehat juga Tiga konsep utama pengembangan
akan berkembang sehat dibawah wilayah yang mengacu pada penataan
kepemimpinan yang beribawa dan memiliki ruang yaitu pusat pertumbuhan (growth
visi yang jelas. pole), integrasi fungsional (functional
integration) dan pendekatan desentralisasi
(decentralization approach) merupakan
teori yang relevan untuk diterapkan dalam budaya; (1) pengembangan obyek wisata
program pengembangan pariwisata. itu sendiri; (2) pengembangan paket wisata
budaya; (3) pengembangan pelayanan
wisata budaya ; (4) pengembangan promosi
wisata budaya tersebut. Tiga hal ini terkait
satu sama lain. Kegagalan yang satu akan
dapat menyebabkan terjadinya kegagalan
pada keseluruhan.

4.5. Pariwisata Malinau sebagai


Gambar 7 Ekowisata
Konsep Pengembangan Wilayah Berdasar pada Rumusan 'ecotourism' sebenarnya
Penataan Ruang sudah ada sejak 1987 yang dikemukakan
oleh Hector Ceballos-Lascurain yaitu
Sebagai sebuah komoditi, pariwista sebgai berikut:
dimaksudkan menjadi penggerak kegiatan "Nature or ecotourism can be defined
perekonomian wilayah dalam pengertian as tourism that consist in travelling to
yang luas, sehingga perlu disediakan secara relatively undisturbed or
lengkap fasilitas – fasilitas pelayanan uncontaminated natural areas with
regional untuk memfasilitasinya. the specific objectives of studying,
admiring, and enjoying the scenery
4.4. Pariwisata Malinau yang and its wild plantas and animals, as
Mengakar pada Budaya well as any existing cultural
Pariwisata budaya adalah kegiatan manifestations (both past and
kepariwisataan yang memanfaatkan dan present) found in the areas."
mengembangkan secara selektif, terencana "Wisata alam atau pariwisata ekologis
dan terprogram, berbagau asset budaya adalah perjalanan ketempat-tempat
masyarakat, baik berupa tata nilai, adat – alami yang relatif masih belum
istiadat, mapun produk budaya fisik sebagai terganggu atau terkontaminasi
daya tarik wisata. Termasuk dalam (tercemari) dengan tujuan untuk
pengertian tata nilai budaya adalah segala mempelajari, mengagumi dan
nilai – nilai/norma – norma kehidupan menikmati pemandangan, tumbuh-
masyarakat yang masih ada dan digunakan tumbuhan dan satwa liar, serta
sebagai pegangan hidup maupun yang telah bentuk-bentuk manifestasi budaya
ditinggalkan. Termasuk dalam pengertian masyarakat yang ada, baik dari masa
adat – istiadat adalah segala bentuk lampau maupun masa kini."
perilaku dan tingkah laku kehidupan Ekowisata merupakan suatu bentuk
masyarakat sehari – hari yang dilakukan wisata yang sangat erat dengan prinsip
berdasar tata nilai yang dianut dan yang konservasi, bahkan dalam strategi
berlaku. pengembangan ekowisata juga
Dr. Heddy Shri Ahimsa – Putra menggunakan strategi konservasi. Dengan
(2000) menjelaskan bahwa pengembangan demikian ekowisata sangat tepat dan
wisata budaya pada dasarnya tidak hanya berdayaguna dalam mempertahankan
mencakup obyke wisata ataupun paket keutuhan dan keaslian ekosistem di areal
wisata itu sendiri, tetapi juga unsur – unsur yang masih alami. Bahkan dengan
lain yang terkait di dalamnya, yang juga ekowisata pelestaraian alam dapat
tidak dapat diabaikan, jika pengembangan ditingkatkan kualitasnya karena desakan
tersebut diinginkan keberhasilannya. dan tuntutan dari pada eco – traveler.
Paling tidak ada tiga hal yang harus Sementara itu destinasi yang
diperhatikan dalam pengembangan wisata diminati wisatwan ecotour adalah daerah
alami. Pendekatan lain bahwa ekowisata
harus dapat menjamin kelestarian
lingkungan.

4.6. Pariwisata Malinau yang Berbasis


Pemberdayaan Masyarakat
(Community Based Tourism)
Community-based tourism merupakan
suatu pendekatan yang menyeluruh dari
pariwisata yang menyatukan dampak aspek
lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi
dari pariwisata. Pada bulan Juli 2000, Bank Gambar 8
Dunia mulai memikirkan bagaimana Konsep Pengembangan Pariwisata Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat
caranya menanggulangi masalah
kemiskinan melalui sektor pariwisata yang
kemudian dikenal dengan “ community- 5. KESIMPULAN PERENCANAAN
based tourism ” (CBT). Selanjutnya DAN PENGEMBANGAN
diidentifikasi adanya tiga kegiatan PARIWISATA MALINAU
pariwisata yang dapat mendukung konsep Dari hasil kajian atas berbagai upaya
CBT yakni adventure travel , cultural dalam pengembangan pariwisata di
travel dan ecotourism. Kabupaten Malinau, diperoleh hasil sebagai
CBT akan melibatkan pula berikut:
masyarakat dalam proses pembuatan a. Perencanaan dan pengembangan
keputusan, dan dalam perolehan bagian pariwisata di Kabupaten Malinau,
pendapatan terbesar secara langsung dari dicapai melalui:
kehadiran para wisatawan. Sehingga  Pendekatan pengembangan melalui
dengan demikian CBT akan dapat konsep Pariwisata Berkelanjutan
menciptakan kesempatan kerja, mengurangi (sustainable tourism development)
kemiskinan dan membawa dampak positif  Pendekatan perencanaan bertumpu
terhadap pelestarian lingkungan dan budaya pada skala Komunitas Lokal
asli setempat yang pada akhirnya (Local Community Based
diharapkan akan mampu menumbuhkan jati Development)
diri dan rasa bangga dari penduduk  Pendekatan pengembangan melalui
setempat yang tumbuh akibat peningkatan konsep Keterpaduan Sisi
kegiatan pariwisata. Jadi sesungguhnya Permintaan dan penawaran
CBT adalah konsep ekonomi kerakyatan di (demand and supply matching)
sektor riil, yang langsung dilaksanakan oleh  Pendekatan pengembangan melalui
masyarakat dan hasilnyapun langsung konsep Ekowisata (Ecotourism)
dinikmati oleh mereka.
Dimensi Dimensi bahan dan material alami serta
Ekologis : Ekonomi : sistem teknologi bangunan.
Pelestarian dan Nilai manfaat
minimalisasi ekonomi bagi  Aspek ekonomi, pada dasarnya
dampak masyarakat berorientasi memperoleh manfaat
ekonomi yang tinggi dan
PENGEM memberikan kontribusi terhadap
BANGAN pembangunan dl daerah. Namun
EKO
WISATA
hal yang penting untuk
Dimensi Dimensi
diperhatikan adalah bahwa aspek
Estetika : Sosial : ekonomi bukan diukur dari
Integrasi Partisipasi pendapatan yang diperoleh, tetapi
dengan dan pada pelestarian jangka panjang.
lingkungan/kont pemberdayaa
 Aspek sosial, terkait dengan
Gambar 9 pendekatan partisipatori, yaitu
Konsep Pengembangan Ekowisata melibatkan masyarakat dalam
(Ecotourism) mengembangkan kegiatan wisata.
Pendekatan secara langsung akan
b. Pengembangan ekowisata bagi eluruh memberikan dampak positif bagi
destinasi wisata di Kabupaten Malinau peningkatan kesejahteraan
harus direncanakan dan dikembangkan masyarakat secara ekonomi
berdasarkan aspek-aspek strategis maupun peningkatan kemampuan
sebagai berikut: sumber daya lokal untuk secara
aktif terlibat dalam pengembangan
 Aspek ekologis, mencakup
kegiatan wisata
program pengelolaan wisata
ekologis dengan sasaran
6. DAFTAR PUSTAKA
terpeliharanya ekosistem melalui
pengendalian optimal jumlah/ Berry, BJL., dan Horton, BB., Geographic
besaran pengunjung pada suatu Perspectives on Urban Systems,
kawasan. Termasuk sistem Prentice- Hall, Englewood Cliffs,
pengendalian polusi/limbah dan New Jersey, 1970
elemen-elemen pendukungnya Brunn, SD., dan Williams, JF., Cities of the
(daur ulang sampah, daur ulang World: Regional Urban
air, pemakaian bahan non-kimia), Development, Harper & Row,
pengendalian sistem drainase, New York, 1983
konservasi aspek biotis (flora dan Bryant, C. and White, L.G., Managing
fauna) serta habitatnya. Development in the Third World.
 Aspek estetikal z-keindahan, Bouder, Colorado : Westview
berorientasi pada pengembangan Press., 1982
aspek-aspek estetis pembangunan Chapin, Jr., FS., dan Kaiser, EJ., Urban
fisik fasilitas-fasilitas penunjang Landuse Planning, Third Edition,
wisata. Dalam hal ini diperhatikan University of Illinois, 1979
prinsip keselarasan dan harmoni Departemen Kelautan dan Perikanan,
dengan karakter alam/lingkungan Direktorat Jenderal Kelautan
hidup dalam perencanaan dan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil,
pembangunan terkait dengan unsur Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir
lingkungan alam/berada pada dan Pulau-pulau Kecil, Model
lingkungan alami. Hal-hal yang Analisis Daya Dukung Wilayah
tercakup adalah bentuk dan Pesisir dan Laut, 2008
ekspresi bangunan, penggunaan
Departemen Kelautan dan Perikanan, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
Direktorat Jenderal Kelautan 01/PRT/M/2008 tentang
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Pengelolaan Sampah
Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir Peraturan Pemerintah Republik Indonesia,
dan Pulau-pulau Kecil, Panduan Nomor 76 tentang: Rehabilitasi
Analisis Penentuan Pusat-pusat dan Reklamasi Hutan, 2008
Pengembangan di Wilayah Undang-Undang Republik Indonesia
Pesisir dan Laut, 2008 Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Indro Sulistyanto, Pengaruh Pengelolaan Sampah
Perkembangan Penduduk
terhadap Semakin Berkurangnya Biodata Penulis :
Lahan-Lahan Produktif, Bappeda
Kabupaten Magelang, 2006 Indro Sulistyanto, Alumni S1 Jurusan
Jayadinata, JL., Tata Guna Tanah dalam Teknik Arsitektur UGM Yogyakarta
Perencanaan Pedesaan, (1982), Pasca Sarjana (S2) Program
Perkotaan dan Wilayah, Penerbit Magister Teknik Universitas Atmajaya
ITB, 2006 Yogyakarta (1999). Dosen pada Program
Pemerintah Kabupaten Berau, Rencana Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik
Umum Tata Ruang Kabupaten, UTP Surakarta Tahun 1985 sampai
2011 sekarang. Pernah menjabat sebagai Ketua
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Jurusan Arsitektur , dan Dekan Fakultas
Tahun 2010 tentang Pedoman Teknik UTP Surakarta.
Pengelolaan Sampah
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:
P.70/Menhut-II/2008 tentang
Pedoman Teknis Rehabilitasi
Hutan dan Lahan, 2008

Anda mungkin juga menyukai