Anda di halaman 1dari 15

NAMA :LINDA IRAWATI

KELAS : AKUNTANSI A1/5

NIM : 162010300023

KESELURUHAN PERENCANAAN DAN PROGRAM AUDIT

A. JENIS – JENIS PENGUJIAN

Dalam mengembangkan rencana audit keseluruhan, auditor menggunakan


lima jenis pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar. Pengujian pengendalian dilakukan untuk mendukung pengurangan
pengukuran risiko pengendalian, sementara auditor menggunakan prosedur
analisis dan pengujian terperinci saldo untuk memenuhi risiko deteksi. Pengujian
substantif transaksi memengaruhi risiko pengendalian maupun risiko deteksi yang
direncanakan, karena mereka menguji efektivitas pengendalian internal serta
jumlah nominal transaksi.

a. Prosedur Pengukuran Risiko

Prosedur pengukuran risiko dilakukan untuk menilai risiko salah saji material
dalam laporan keuangan. Auditor melakukan pengujian pengendalian, pengujian
substantif transaksi, prosedur analitis, serta pengujian atas perincian saldo dalam
melakuan penilaian terhadap salah saji material sebagaimana diharuskan dalam
PSA 26 (SA 350). Gabungan dari keempat jenis prosedur audit lanjutan ini akan
memberikan dasar bagi opini auditor.

b. Pengujian Pengendalian

Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal digunakan untuk mengukur


risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit transaksi. Untuk mendapatkan bukti
yang tepat dan mencukupi untuk mendukung pengukuran tersebut, auditor
melakukan pengujian pengendalian. Pengujian pengendalian, baik secara manual
dan otomatis, dapat mencakup jenis bukti berikut ini :

1
a. Melakukan tanya jawab yang memadai dengan personel klien.

b. Memeriksa dokumen, catatan dan laporan.

c. Mengamati aktivitas terkait pengendalian.

d. Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien.

Auditor melakukan penelusuran system sebagai bagian dari prosedur untuk


mendapatkan pemahaman sebagai upaya membantunya dal menentukan apakah
pengendalian sudah diterapkan. Penelusuran biasanya diterapkan pada satu atau
beberapa transaksi dan mengikuti transaksi tersebut disepanjang pemrosesannya.

Pengujian pengendalian juga digunakan untuk menentukan apakah penggunaaan


pengendalian tersebut telah efektif dan biasanya digunakan untuk menguji sebuah
sampel transaksi. Prosedur yang dilakukan untuk mendapakan pemahaman ats
pengendalian internal biasanya tidak memberikan bukti tepat yang memadai untuk
mendukung bahwa pengendalian telah berjalann efektif. Jumlah bukti tambahan
yang diharuskan untuk menguji pengendalian bergantung pada dua hal berikut :

1. Keluasan bukti yang didapatkan dalam memperoleh pemahaman atas


pengendalian internal.

2. Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan.

Salah satu cara dimana auditor dapat membuktikan pencatatan transaksi adalah
dengan melakukan pengujian pengendalian. Jika pengendalian telah diterapkan
dalam transaksi penjualan dan penerimaaan kas, auditor dapat melakuakn
pengujian pengandalaian untuk menentukan apakah keenam tujuan audit terkait
transaksi untuk sikls tersebut telah terpenuhi.

c. Pengujian Substantif Transaksi

Pengujian substantive merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji salah


saji rupiah yang secara langsung berpengaruh pada ketepatan saldo laporan
keuangan. Auditor mengandalkan tiga jenis pengujian substantif. Ketiga jenis itu

2
adalah pengujian substantif transaksi, prosedur analitis substantif, serta pengujian
terperinci saldo.

Pengujian substantif transaksi digunakan untuk menentukan apakah keenam


tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi untuk setiap kelompok transaksi.
Pengujian pengendalian maupun pengujian substantif transaksi dilakukan untuk
transaksi-transaksi dalam siklus tersebut, bukan di saldo akhir akun-akunnya.
Auditor memverifikasi pencatatan dan pengikhtisaran transaksi penjualan dan
penerimaan kas dengan melakukan pengujian substantif transaksi.

d. Prosedur Analitis

Prosedur analitis melibatkan perbandingan-perbandingan jumlah yang tercatat


dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Standar audit mengharuskan
prosedur analitis dilakukan selama perencanaan dan penyesaaln audit. Prosedur
analitis juga dapat dilakukan untuk mengaudit saldo akun. Dua tujuan utama dari
prosedur analitis dalam mengaudit saldo akun adalah untuk :

1. Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.

2. Memberikan bukti substantif.

Prosedur analitis yang dilakukan selama tahap perencanaan audit biasanya


berbeda dari yang dilakukan dalam tahap pengujian. Standar audit menyatakan
bahwa prosedur analitis merupakan salah satu jenis pengujian substantif ketika
dilakukan untuk memberikan bukti mengenai suatu saldo akhir akun.

e. Pengujian Terperinci Saldo

Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik untuk
akun-akun neraca maupun laba rugi. Penekanan utama dalam sebagian besar
pengujian atas perincian saldo adalah pada neraca. Pengujian saldo akhir sangat
penting karena bukti yang biasanya didapatkan dari suatu sumber yang
independen dipandang sangat dipercaya. Seperti halnya untuk transaksi, pengujian
auditor atas perincian saldo juga harus memenuhi semua tujuan audit terkait saldo

3
untuk setiap akun-akun neraca yang signifikan. Pengujian terperinci saldo
membantu menciptakan ketepatan moneter akun-akun yang tekait, sehingga
merupakan pengujian substantif.

f. Ikhtiar Jenis-Jenis Pengujian

Pengujian pengendalian membantu auditor dalam mengevaluasi apakah


pengendalian terhadap transaksi dalam siklus tersebut telah cukup efektif untuk
mendukung pengurangan penilaian risiko pengendalian, sehingga memungkinkan
pengurangan pengujian substantif. Pengendalian pengujian juga membentuk dasar
laporan auditor atas pengendalian internal terhadap laporan keuangan untuk klien-
klien yang merupakan perusahaan publik. Pengujian substantif transaksi
digunakan untuk memverifikasi transakasi yang dicatat dalam jurnal dan
dipindahbukukan ke dalam buku besar. Prosedur analitis menekankan pada
keyakinan keseluruhan atas transaksi-transaksi dan saldo-saldo buku besar.
Pengujian atas perincian saldo menekankan pada saldo akhir dalam buku besar.

B. MEMILIH JENIS PENGUJIAN YANG TEPAT UNTUK


DILAKUKAN

Biasanya, auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit


atas laporan keuangan, namun beberapa jenis pengujian mendapatkan penekanan
yang lebih dibandingkan dengan yang lain, bergantung pada kondisi. Ingat
kembali bahwa prosedur analitis diharuskan dalam semua audit untuk menilai
resiko salah saji majerial sementara keempat jenis pengujian lainnya dilakukan
untuk menghadapi resiko yangteridentifikasi untuk memberikan dasar bagi opini
auditor. Perlu dicatat bahwa hanya prosedur penilaian resiko, khususnya
prosedur untuk mendapatkan pemahaman pengendalian, dan pengujian
pengendalian digunakan dalam audit pengendalian internal laporan keuangan.

Ketersediaan jenis bukti prosedur audit lanjutan

Masing-masing dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya melibatkan


beberapa jenis nukti audit (konfirmasi, dokumentasi dan seterusnya ). Tabel 11.2

4
mengikhtisarkan hubungan antara prosedur audit lanjutan dengan jenis bukti
audit. Kita dapat melakukan beberapa pengamatan berikut mengenai tabel
tersebut

 Makin banyak jenis audit, yang jumlah totalnya adalah enam, digunakan
untuk menguji peperincian saldo di bandingkan untuk setiap jenis
pengujian lainnya.

 Hanya pengujian terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan


konfirmasi.

 Tanay jawab dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian.

 Dokumentasi digunakan disetiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis,


dengans atu pengecualin. Ketika auditor memeriksa dokumentasi sebagai
bagian dari penelusuran atas transaksi untuk mendapatkan pemahaman
atas pengendalian internal, auditor sering kali “mengerjakan ulang”
pengendalian untuk meyakinkan bahwa pengendalian telah diterapkan.

 Perhitungan ulang digunakan untuk memverifikasi akurasi matematis atas


transaksi ketika melakukan pengujian subtantif transaksi dan saldo akun
ketikan melakukan pengujian atas perincian saldo.

Biaya-biaya Relatif

Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian apakah yang harus dipilih untuk
mendapatkan bukti yang tepat, biaya bukti tersebut penting untuk
dipertimbangkan. Jenis-jenis pengjian yang disusun dalam daftar berikut
berdasarkan urutan biaya yang terendah ke yang tertinggi.

 Prosedur analitis

 Prosedur penilaian resiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan


pemahaman atas pengendalian internal.

 Pengujian pengendalian

5
 Pengujian subtantif transaksi

 Pengujian terperinci saldo

Prosedur analitis memakan biaya yang paling rendah karena relatif lebih mudah
untuk membuat perhitungan dan perbandingan-perbandingan. Sering kali,
informasi yang penting mengenai kemungkinan salah saji dapat diperoleh hanya
dengan membandingkan dua atau tiga angka.

Pengujian subtantif transaksi lebih mahal dibandingkan dengan pengujian


pengendalian yang tidak melibatkan pengerjaan ulang, karena yang sebelumnya
sering kali melibatkan perhitungan ulang dan penelusuran. Namun, dalam
lingkungan yang terkomputerisasi, auditor sering kali dapat melakukan pengujian
subtantif transaksi dengan cepat untuk suatu sampel transaksi yang besar.

Pengujian terperinci saldo hampir selalu lebih mahal di bandingkan dengan jenis
prosedur lainnya karena biaya prosedur seperti pengiriman konfirmasi dan
perhitungan persediaan. Karena biaya yang tinggi untuk menguji perincian saldo,
auditor biasanya mencoba untuk membuat perencanaan audit dengan
meminimalkan penggunaan kedua prosedur tersebut.

Hubungan pengujian pengendalian dengan pengujian subtantif

Untuk memahami pengujian pengendalian dan pengujian subtantif dengan lebih


baik, mari kita pelajari perbedaan keduanya. Suatu pengecualian dalam pengujian
pengendalian hanya mengindentifikasikan kemingkinan salah saji memengaruhi
nilai rupiah dari laporan keuangan, sedangkan suatu pengecualian dalam
pengujian subtantif transaksi atau pengujian terperinci saldo merupakan suatu
salah saji dalam laporan keuangan. Pengecualian dalam pengujian pengendalian
dinamakan deviasi ujin pengendalian.

Tiga tingkat kekurangan pengendalian : kekurangan, signnifikan dan


kelemahan material. Auditor sangat mungkin meyakini slaah saji supiah yang
material terjadi dalam laporan keuangan ketika deviasi ujinpengendalian
dianggap sebagai kekurangan signifikan atau kelemahan material. Sehingga,

6
selanjutnya auditor harus melakukan pengujian subtantif transaksi atau pengujian
terperinci saldo untuk menentukan apakah salah saji rupiah yang material telah
terjadi.

Karena kebutuhan untuk menyelesaikan beberapa ppengujian poengerjaan ulang


dan perhitungan ulang, banyak auditor yang melakukannnya sebagai bagian dari
pengujian atas pengendalian awal. Auditor-auditor lainnya akan menunggu hingga
mereka mengetahui hasil dari pengujian pengendalian dan kemudian menentukan
ukuran sampel total yang di perlukan.

Hubungan prosedur analitis dan pengujian subtantif

Seperti halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis hanya mengindikasikan


kemungkinan salah saji yang berpengaruh pada nilai rupiah laporan keuangan.
Fluktuasi yang tidak biasa dalam hubungan sebuah akun dengan akun lainnya,
atau denagn informasi non keuangan, dapat mengindikasikan adanya peningkatan
kemungkinan terjadinya salah saji tanpa perlu membuktikan bukti langsung atas
saji material tersebut. ketika prosedur analitis tersebut mengindentifikasikan
fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus melakukkan pengujian subtantif transaksi
atau pengujian terperinci saldo untuk menentukan apakah salah saji rupiah benar-
benar telah terjadi.

Dilema antara pengujian pengendalian dan pengujian subtantif

Terdapat dilema antara pengujian pengendalian dengan pengujian subtantif.


Selama perencanaan, auditor harus memutuskan apakah akan menilai resiko
pengendalian dibawah maksimum. Jika mereka melakukannya, mereka kemudian
harus melakukan pengujian pengendalian untuk menentukan tingkat resiko
pengendalian yang dinilai tersebut dapat dibenarkan.. ( mereka harus selalu
melakukan pengujian pengendalian dalam suatu audit pemgendalian internal
laporan keuangan ). Jika pengujian pengendalian mendukung penilaian resiko
pengendalian, resiko deteksi yang direncanakan dalam model resiko audit
meningkat, sehingga pengujian direncanakan dapat dikurangi.

7
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PENGUJIAN AUDIT

PSA 07 (SA 326) dan PSA (SA 319) memberikan panduan bagi auditor dari
entitas-entintas yang menyebarkan, memproses dan menyimpan atau mengakses
informasi penting secara elektronik. Bukti pelaksanaan pengendalian otomatis,
seperti perbandingan komputer atas permintaan penjualan dengan batas kredit
pelanggan, juga dapat berupa format elektronik.

Standar audit mengakui bahwa ketika sejumlah besar bukti audit muncul dalam
bentuk elektronik, akan tidak praktis atau tidak mungkin untuk engurangi risiko
deteksi hingga ke tingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian
substantif. Meskipun beberapa pengujian substantif masih dibutuhkan, auditor
dapat secara signifikan mengurangi pengujian substantif jika hasil pengujian
pengendalian mendukung efektivitas pengendalian.

Karena konsistensi bawaan dalam pemrosesan yang berdasarkan teknologi


informasi, auditor mungkin dapat mengurangi pengujian pengendalian otomatis.
Sebagai contoh, pengendalian yang berbasis perangkat lunak hampir dipastikan
berfungsi secara konsisten kecuali jika programnya diubah. Jika auditor
memutuskan bahwa pengendalian otomatis berjalan dengan tepat, auditor dapat
memfokuskan pada pengujian selanjutnya untuk menilai apakah setiap perubahan
yang terjadi akan membatasi efektivitas pengendalian.Pendekatan ini dapat
mengakibatkan efisiensi audit yang signifikan ketika auditor memutuskan bahwa
pengendalian otomatis yang diuji di periode audit sebelumnya belum berubah dan
terus menjadi pengendalian yang efektif

BUKTI GABUNGAN

Pilihan jenis pengujian mana yang akan digunakan dan seberapa luas pengujian
tersebut dilakukan dapat berbeda antara audit yang memiliki tingkat efektivitas
pengendalian dan risiko bawaan yang berbeda. Untuk mendapatkan bukti yang
tepat dengan memadai untuk menghadapi risiki-risiko yang teridentifikasi melalui
prosedur penilaian risiko, auditor menggunakan kombinasi antara keempat jenis

8
pengujian lainnya. Kombinasi ini sering kali dinamai dengan bukti gabungan
(evidence mix).

C. MERANCANG PROGRAM AUDIT

Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan


penekanan yang tepat pada setiap empat jenis pengujian lainnya, prosedur audit
spesifik untuk setiap jenis pengujian harus dirancang. Prosedur audit ini kemudian
digabungkan untuk membentuk suatu program audit. Setelah bukti gabungan
disetujui, auditor yang bertugas menyiapkan program audit atau memodifikasi
program yang sudah ada untuk memenuhi semua tujuan audit. Auditor tersebut
harus mempertimbangkan hal-hal seperti materialitas, bukti gabungan, risiko
bawaab, risiko pengendalian, dan risiko-risiko kecurangan lainnya, demikian pula
dengan kebutuhan untuk suatu audit terintegrasi bagi perusahaan publik.

Perlu diingat bahwa auditor juga merancang program audit untuk memenuhi
tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan. Sebagai tambahan di bagian
progam audit yang berisi prosedur penilaian risiko yang dilakukan dalam tahap
perencanaan, program audit bagi sebagian besar pengauditan dirancang dalam tiga
bagian utama. Ketiga bagian itu adalah pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi, prosedur analitis, dan pengujian perincian saldo.

Masing-masing siklus transaksi akan dievaluasi dengan menggunakan


seperangkat subprogram audit yang terpisah.

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi

Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi biasanya


termasuk bagian deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman terhadap
pengendalian internal yang didapatkan selama melakukan prosedur penilaian
risiko. Auditor menggunakan informasi ini untuk mengembangkan program audit
pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi.

Prosedur audit mencakup pengujian pengendalian dan pengujian substantif


transaksi yang berbeda, bergantung pada penilaian risiko pengendalian. Ketika

9
pengendaliannya efektif dan risiko pengendalian dinilai rendah, auditor
memberikan penekanan yang lebih besar pada pengujian pengendalian. Beberapa
pengujian substantif transaksi juga akan dimasukkan.

Prosedur Audit

Ketika merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi,


auditor menekankan pada pemenuhan tujuan audit terkait transaksi. Auditor
mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangi penilaian risiko
pengendalian.

1.Menerapkan tujuan audit terkait transaksi untuk kelompok-kelompok transaksi


yang sedang diuji, seperti penjualan.

2.Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko


pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait.

3.Mengmbangkan pengujian pengendalian yang tepat untuk semua pengendalian


internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian awal risiko pengendalian
dibawah tingkat maksimum (pengendalian-pengendalian kunci).

4.Untuk kemungkinan jenis-jenis salah saji yang terkait dengan masing-masing


tujuan audit terkait transaksi, merancang pengujian substantif transaksi yang tepat,
dengan mempertimbangkan kekurangan-kekurangan dalam pengendalian internal
dan ekspektasi hasil pengujian pengendalian.

Prosedur Analitis

Dikarenakan prosedur analitis relatif tidak mahal, banyak auditor yang


melakukannya padas semua pengauditan. Prosedur analitis yang dilakukan selama
pegujian substanti. Selama perencanaan , auditor dapat menghitung persentase
margin kotor untuk penjualan total, sementara selama pengujian substantif akun
piutang dagang, auditor dapat menghitung persentase margin kotor berdasarkan
bulan atau berdasarkan lini usaha, atau mungkin keduanya. Penghitungan
prosedur analitis berdasarkan j8umlah bulanan biasanya lebih efektif dalam

10
mendeteksi salah saji dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan jumlah
tahunan, dan perbandingan berdasarkan lini usaha biasanya lebih efektif daripada
perbandingan berdasarkan hubungan-hubungan yang sudah diprediksikan dengan
data nonkeuangan, auditor sering kali menggunakan informasi tersebut untuk
prosedur analitis.

Pengujian Terperinci Saldo

Untuk merancang prosedur audit pengujian terperinci saldo, auditor menggunakan


suatu metodologi yang berorientasi pada tujuan audit terkait saldo. Jika auditor
memverifikasi akun piutang dagang. misalnya, prosedur audit yang direncanakan
harus memadai untuk memenuhi setiap tujuan audit terkait saldo. Dalam
merencanakan program audit pengujian terperinci saldo untuk memenuhi tujuan
tersebut, banyak auditor yang mengikuti sebuah metodologi seperti yang
ditunjukkan di Figur 11-6 untuk akun piutang dagang.

Mengidentifikasi Risiko-Risiko Bisnis Klien yang Berpengaruh pada Akun


Piutang Dagang

Sebagai bagian dari mendapatkan pemaharnan atas bisnis dan industri klien,
auditor mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko bisnis klien yang
signifikan untuk menentukan apakah risiko-risiko tersebut mengakibatkan
meningkatnya risiko salah saji material dalam laporan keuangán. Jika setiap risiko
bisnis klien yang teridentifikasi memengaruhi piutang dagang, risiko tersebut
harus dimasukkan ke dalam evaluasi auditor dalam risiko bawaan atau risiko
pengendalian. Risiko-risiko tersebut kemudian akan berpengaruh pada keluasan
bukti yang tepat.

Menetapkan Salah Saji yang Dapat Diterima dan Mengukur Risiko Bawaan
Piutang Dagang

Auditor harus memutuskan penilaian awal materialitas untuk audit secara


keseluruhan dan kemudian mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk
rnendapatkan salah saji yang dapat diterirna untuk setiap saldo yang signifikan.

11
Untuk salah saji yang dapat diterima yang lebih rendah, lebih banyak pengujian
terperinci saldo yang diperlukan, dan sebaliknya. Beberapa auditor
mengalokasikan salah saji yang dapat diterirna pada setiap tujuan audit terkait-
saldo, narnun sehagian besar tidak demikian.

Risiko bawaan juga dapat diperluas untuk masing-masing tujuan audit terkaji
saldo. Sebagai contoh, kondisi perekonornian yang buruk dalam industri klien
dapat membuat auditor menyimpulkan adanya risiko ketertagihan piutang dagang
tinggi (tujuan nilai realisasi).

Menilai Risiko Pengendalian Siklus Penjualan dan Penagihan

Metodologi untuk mengevaluasi risiko pengendalian akan diterapkan baik pada


penjualan maupun penerimaan kas dalam audit piutang dagang. Pengendalian
yang elektif akan mengurangi risiko pengendalian dan, demikian pula jumlah
bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif transaksi dan pengujian
terperinci saldo akan berkurang. Sebaliknya, pengendalian yang tidak memadai
akan rnenaikkan jumlah bukti substantif yang diperlukan.

Merancang dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian


Substantif Transaksi Siklus Penjualan dan Penagihan

Pengujian pengendalian dan pengujian sübstantif transaksi dirancang dengan


harapan bahwa beberapa basil tertentu akan didapatkan. Hasil yang diharapkan ini
akan berpengaruh pada rancangan pengujian terperinci transaksi. Sebagai contoh,
biasanya auditor merencanakan untuk melakukan pengujian meluas atas
pengendalian ketika risiko pengendalian dinilai rendah. Hal ini akan
memungkinkan dilakukan pengujian substantif yang lebih sedikit pada saldo akun
piutang dagang.

Merancang dan Melakukan Prosedur Analitis Saldo Akun Piutang Dagang

Auditor melakukan prosedur analitis substantif untuk akun-.akun seperti piutang


dagang untuk dua tujuan. Yaitu, untuk mengidentifikasi kemungkinan salah saji
dalam saldo akun tersebut dan untuk nengurangi pengujian audit yang terperinci.

12
Merancang Pengujian Terperinci Akun Piutang Dagang untuk Memenuhi
Tujuan Audit Terkait Saldo

Pengujian terperinci saldo yang direncanakan termasuk prosedur audit, ukuran


sampel, unsur yang dipilih dan penentuan waktu. Prosedur harus dipilih dan
dirancang untuk setiap akun dan setiap tujuan audit terkait-saldo dalam setiap
akun.

Kesulitan yang dihadapi auditor dalarn merancang pengujian terperinci saldo


adalah kebutuhan untuk memprediksi hasil dan pengujian pengendalian,
pengujian substantif transaksi, dan prosedur analitis substantif sebelum pengujian-
pengujian tersebut dilakukan. Hal ini penting karena auditor harus merancang
pengujian terperinci saldo selama fase perencanaan, namun ketepatan rancangan
tersebut bergantung pada hasil pengujian-pengujian lainnya. Jika basil dan
pengujian pengendalin, pengujian substantif transaksi, dan prosedur analitis
substantif tidak konsisten dengan prediksi, auditor harus mengubah pengujian
terperinci saldo ketika audit berlangsung.

Salah satu bagian yang paling menantang dalam pengauditan adalah pada
penerapan faktor-faktor yang berpengaruh pada pengujian terperinci saldo dengan
tepat. Setiap faktor merupakan hal yang subjektjf. Selain itu, dampak dan setiap
faktor pada pengujian terperinci saldo juga sama subjektifnya.

Tingkat Disagregasi Kegiatan Perencanaan

Tingkat disagregasi ini terbentang mulai dan keseluruhan audit hingga ke tujuan
audit terkait saldo untuk setiap akun. Sebagai contoh, prosedur pengukuran risiko
yang terkait untuk mendapatkan informasi latar belakang mengenai bisnis dan
industri klien yang relevan dengan pengauditan. Auditor pertama kali akan
menggunakan informasi tersebut dalam mengukur risiko audit yang dapat
diterima untuk kontrak kerja secara keseluruhan. Auditor kemudian akan
menggunakan informasi mengenai bisnis dan industri klien yang ia dapatkan
melalui prosedur pengukuran risiko untuk menilai risiko bawaan untuk tujuan
audit tertentu.
13
Ketika audit berlangsung, auditor akan menggunakan informasi tersebut ketika
membuat keputusan mengenai pengujian terperinci saldo. Demikian pula, auditor
akan mengukur risiko kecurangan untuk keseluruhan pengauditan terlebih dahulu,
kemudian akan mempertimbangkan apakah setiap kecurangan yang muncul yang
dapat berpengaruh pada pengukuran risiko kecurangan pada akun-akun tertentu
dan prosedur audit serta ukuran sampel untuk pengujian terperinci saldo untuk
akun-akun yang terpengaruhi.

Ilustrasi Program Audit

Standar audit mengharuskan auditor untuk menggunakan program audit tertulis.


Sebagian besar prosedur memenuhi lebih dari satu tujuan, dan bahwa lebih dari
satu prosedur audit digunakan untuk setiap tujuan. Prosedur audit dapat
ditambahkan atau dihapuskan jika dipandang perlu oleh auditor. Untuk sebagian
besar prosedur audit, ukuran sampel unsur yang dipilih serta pernilihan waktu
juga dapat diubah.

Pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi serta prosedur analitis


substantif. Sebagaimana diindikasikan, jika asumsi-asumsi tersebut benar secara
material, program audit yang direncanakan kemungkinan perlu direvisi. Sebagai
contoh, prosedur analitis yang dilakukan mendekati akhir audit dapat
mengindikasikan potensi salah saji untuk beberapa tujuan audit terkait saldo.

Program audit sering kali terkomputerisasi. Bentuk yang paling sederhana adalah
dengan mengetik program audit dalam program pengolah kata dan menyimpannya
dalam arsip dan tahun yang satu ke tahun berikutnya untuk memfasilitasi
perubahan dan pemutakhiran. Pendekatan yang lebih canggih adalah dengan
menggunakan perangkat lunak audit yang membantu auditor berpikir melalui
pertimbangan rencana dan rnemilih prosedur yang tepat dari suatu basis data
prosedur audit. Prosedur-prosedur tersebut kernudian diorganisasikan ke dalarn
suatu program audit.

14
D. HUBUNGAN TUJUAN AUDIT TERKAIT TRANSAKSI DENGAN
TUJUAN AUDIT TERKAIT SALDO SERTA TUJUAN AUDIT
TERKAIT PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Pengujian terperinci saldo harus dirancang untuk memenuhi tujuan audit terkait
saldo untuk setiap akun dan keluasan pengujian tersebut dapat dikurangi ketika
tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi dengan melalui pengujian
pengendalian atau pengujian substantif transaksi. Berikut adalah beberapa hal
yang diandalkan auditor untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo:

• Nilai realisasi

• Hak dan kewajiban

Pengujian substantif saldo tambahan juga hampir sama untuk tujuan audit terkait
saldo lainnya bergantung pada hasil-hasil pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi.

Auditor juga melakukan prosedur audit untuk mendapatkan keyakinan mengenai


empat tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan. Pendekatan auditor untuk
mendapatkan bukti terkait dengan tujuan audit terkait penyajian dan
pengungkapan juga konsisten.

Auditor melakukan pengujian pengendalian untuk mendukung pengurangan


penilaian risiko pengendalian untuk keempat tujuan audit terkait penyajian dan
pengungkapan. Auditor juga melakukan prosedur substantif untuk mendapatkan
keyakinan bahwa sernua tujuan audit telah tercapai untuk informasi dan jumlah
yang dimasukkan dalam pengungkapan tersebut.

15

Anda mungkin juga menyukai