Anda di halaman 1dari 10

BAB II

LATAR BELAKANG DIPERLUKANNYA PEMBELAJARAN


PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI

2.1 Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan.


Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) atau Civics memiliki banyak
pengertian dan istilah serta pendapat para ahli di beberapa negara. Berikut ini
diuraikan pendapat dari beberapa para ahli.

John J.Cogan (dalam Winarno, 2014) membedakan antara civic education dan
citizenship education. Cogan menyatakan bahwa civic education adalah mata
pelajaran di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga negara khususnya
warga negara berusia muda, agar kelak dapat berperan aktif dalam masyarakat.
Sedangkan citizenship education memiliki pengertian yang lebih luas, mencakup
pengalaman belajar di sekolah dan di luar sekolah seperti di lingkungan keluarga,
dalam organisasi kemasyarakatan dan lain-lain.

David Kerr (1999) menyatakan bahwa Citizenship atau Civic Education atau
Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan secara luas, mencakup proses penyiapan
generasi muda untuk mengambil peran dan tanggungjawab mereka sebagai
warganegara.

Istilah Civic Education oleh banyak ahli diterjemahkan menjadi Pendidikan


Kewarganegaraan atau Pendidikan Kewargaan. Istilah Pendidikan Kewargaan
disampaikan oleh Azyumardi Azra (penggagas pertama mata kuliah Civic Education
untuk Perguruan Tinggi Indonesia setelah berakhirnya Orde Baru atau sekitar tahun
1998). Pendapatnya bahwa Pendidikan Kewargaan memiliki dimensi dan orientasi
pemberdayaan warga negara melalui keterlibatan dosen dan mahasiswa dalam praktik
berdemokrasi langsung sepanjang perkuliahan. Titik utama dari Pendidikan
Kewargaan adalah mendidik generasi muda untuk menjadi warga negara Indonesia
yang kritis, aktif, demokratis, dan beradab dengan pengertian bahwa mereka sadar
akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Menurut Azra, Pendidikan Kewargaan adalah Pendidikan dengan

10
cakupan lebih luas dari pada Pendidikan Demokrasi dan Pendidikan HAM, karena
mencakup kajian dan pembahasan tentang banyak hal, seperti pemerintahan,
konstitusi, lembaga demokrasi, rule of law, hak dan kewajiban warga negara, proses
demokrasi, partisipasi aktif dan keterlibatan warga negara dalam masyarakat madani,
sistem pemerintahan, administrasi publik, dan sistem hukum.

Istilah Pendidikan Kewarganegaraan juga diprakarsai oleh Zamroni, Muhammad N.


Somantri dan Udin S.Winataputra (dalam Komarudin Hidayat, et al, 2007). Zamroni
dkk berpendapat bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi
yang bertujuan untuk mempersiapkan warga negara berpikir kritis dan bertindak
demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa
demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga
masyarakat. Demokrasi adalah suatu learning process yang tidak bisa didapat dari
masyarakat lain dan kelangsungan demokrasi tergantung pada kemampuan
mentransformasikan nilai demokrasi di negara tersebut.

Menurut Somantri (dalam Rosyada, 2000), Pendidikan Kewarganegaraan ditandai


dengan tiga ciri utama. Ciri pertama Civic Education adalah kegiatan yang meliputi
seluruh program sekolah. Ciri kedua Civic Education adalah yang meliputi berbagai
macam kegiatan mengajar yang dapat menumbuhkan hidup dan perilaku yang lebih
baik dalam masyarakat demokratis. Adapun ciri ketiga Civic Education adalah
kegiatan dimana termasuk hal yang menyangkut pengalaman, kepentingan
masyarakat, pribadi dan syarat obyektif untuk hidup bernegara.

Dari pendapat para ahli tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata kuliah yang menyelenggarakan
pendidikan kebangsaan, demokrasi, hukum, nasionalisme, multikultural disamping
kewarganegaraan guna mendukung terwujudnya warga negara yang sadar akan hak
dan kewajibannya, cerdas, terampil dan berkarakter sehingga akan mampu ikut serta
aktif dalam membangun negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sesuai dengan
bidang ilmu dan pengetahuan yang ditekuninya.

11
2.2 Landasan Ilmiah
Ada dua landasan ilmiah dari munculnya Pendidikan Kewarganegaraan. Kedua
landasan ilmiah tersebut adalah Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan dan
Rumpun Keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan. Adapun penjelasannya sebagai
berikut :
a. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan.
Setiap warga negara Indonesia dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermanfaat
bagi masyarakat, bangsa dan negara, serta diharapkan mampu mengantisipasi
setiap perkembangan, perubahan serta masalah yang terjadi. Untuk itu diperlukan
pembekalan secara keilmuan dan pengetahuan, teknologi dan seni yang
berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai moral dan nilai-nilai budaya
bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai pedoman, panduan dan
pegangan hidup setiap warga negara dalam berkehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, yang meliputi hubungan antar warga negara, antara
warga negara dengan negara, dan kewajiban warganegara dalam melakukan bela
negara

b. Rumpun Keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan.


Pendidikan Kewarganegaraan dapat disejajarkan dengan civic education ataupun
citizenship education dan dikenal hampir seluruh negara di dunia seperti :
1). Amerika Serikat dengan nama Civics atau Civic Education
2). Australia, dengan nama Civics dan Social Studies
3). Inggris dengan nama Citizenship Education
4). Singapura dengan nama Civic and Moral Education
5). Jepang yang dikenal dengan Terminology Social Studies, Living Experience
and Moral Education, yang berorientasi pada pengalaman, pengetahuan dan
kemampuan warga negara berkaitan dengan upaya untuk membangun
bangsanya

Pendidikan Kewarganegaraan yang dilakukan banyak negara di dunia memiliki


peran strategis dalam mempersiapkan warga negara yang cerdas,
bertanggungjawab, berkeadaban, memiliki rasa nasionalisme dan siap melakukan
bela negara. Pada hakikatnya Pendidikan Kewarganegaraan termasuk dalam

12
disiplin ilmu yang bersifat “Pengembangan Kepribadian” yang bertujuan untuk
mengembangkan sikap, perilaku, tindakan, dan disiplin peserta didik

Objek formal Pendidikan Kewarganegaraan, adalah :


1). Hubungan antar warga negara, hubungan antara warga negara dengan negara,
2). Cinta Tanah Air, dan
3). Pembelaan negara.

2.3 Landasan Hukum


Pendidikan Kewarganegaraan berdasarkan pada dua landasan hukum, yaitu UUD
1945 dan Undang-undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
Uraian kedua landasan hukum tersebut adalah sebagai berikut :
a. UUD 1945
1) Pembukaan UUD 1945 alinea kedua dan keempat memuat cita-cita, tujuan dan
aspirasi bangsa Indonesia tentang kemerdekaannya.
2) Pasal 27 UUD 1945, menyatakan bahwa :
a) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya,
b) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan, dan
c) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.

3). Pasal 28D ayat (3) menyatakan bahwa “ Setiap warga negara berhak
memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan”.

4). Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”.

5). Pasal 31 UUD 1945 menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran”.

b. Undang-undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara


1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.

13
2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), diselenggarakan melalui :
a) Pendidikan Kewarganegaraan,
b) Pelatihan Dasar Kemiliteran secara wajib,
c) Pengabdian sebagai Prajurit TNI secara suka rela atau secara wajib, dan
d) Pengabdian sesuai dengan profesi.
3) Ketentuan mengenai Pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan dasar
kemiliteran secara wajib dan pengabdian sesuai dengan profesi, diatur dengan
undang-undang.

2.4 Landasan Historis


Landasan Historis Pendidikan Kewarganegaraan mencangkup lima hal. Kelima hal
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Secara historis Pendidikan Kewarganegaraan, sering berganti-ganti istilah.
Awalnya, Kewarganegaraan (1957) membahas cara memperoleh dan sebab-sebab
seseorang kehilangan kewarganegaraan. Diajarkan di SD, SMP dan SMA.
b. Civics (1961) membahas tentang Sejarah Kebangkitan Nasional, UUD 1945,
pidato-pidato politik kenegaraan, terutama diarahkan untuk “ nation and character
building” bangsa Indonesia
c. Pendidikan Kewarganegaraan (1968) berdasarkan Kurikulum 1968 berada dalam
kelompok pembinaan jiwa Pancasila untuk di SD maupun SMP
d. Pendidikan Moral Pancasila (PMP) Kurikulum 1975 bertujuan membentuk
warga negara Pancasila yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, kemudian di ubah menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKN) sesuai Kurikulum tahun 1994 yang selanjutnya disempurnakan pada
tahun 1999.
e. Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan di Perguruan Tinggi
awalnya disebut dengan nama Pendidikan Kewiraan, diselenggarakan sesuai
dengan Kurikulum Pendidikan tahun 1973/1974, yang kemudian mengalami
perubahan menjadi Pendidikan Kewarganegaraan dengan mengacu pada :
1) UURI Nomor 30 Tahun 1982 tentang Pertahanan Keamanan Republik
Indonesia yang disempurnakan dengan UURI Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara.
2) UURI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
14
3) UURI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
4) UURI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Nasional

2.5 Pancasila sebagai Nilai Dasar Pendidikan Kewarganegaraan dan Latar


Belakang Diperlukannya Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Dalam sub-bab ini akan dibahas Pancasila sebagai nilai dasar dan latar belakang
diperlukannya Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.
a. Pancasila sebagai Nilai Dasar Pendidikan Kewarganegaraan
Pengertian nilai dasar difahami bahwa nilai-nilai Pancasila harus dijadikan dasar
atau landasan, pedoman dan sumber orientasi para lulusan perguruan tinggi dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan bidang atau profesinya.

b. Latar Belakang Diperlukannya Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan


Tinggi

Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi menjadi salah satu mata


kuliah wajib disamping Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan Bahasa
Indonesia. Ada dua hal yang melatarbelakangi perlunya Pendidikan
Kewarganegaraan disajikan pada jenjang Pendidikan Tinggi, yaitu latar belakang
eksternal dan latar belakang internal. Berikut ini adalah uraian dari kedua hal
tersebut :

1) Latar belakang Eksternal


Karena adanya pengaruh globalisasi dan modernisasi saat ini, maka :
a) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang, misal
bidang informasi, telekomunikasi dan transportasi yang sangat cepat
menyebabkan dunia lebih transparan, dan global (tanpa batas, tidak lagi
mengenal batas-batas negara). Lalu lintas barang maupun tenaga kerja
antar negara tidak terelakkan lagi. Situasi semacam ini pasti akan
mempengaruhi kondisi dan struktur dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Hal inipun akan sangat memengaruhi pola pikir,
sikap dan perilaku atau tindakan masyarakat, mental, moral serta spiritual
bangsa Indonesia.

15
b) Kondisi yang diuraikan di atas dikhawatirkan membahayakan moral. Bisa
terjadi degradasi moral masyarakat Indonesia, apabila perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak disikapi secara bijak. Misalnya
perkembangan Internet, selain berdampak positif juga memiliki dampak
negatif. Contoh : banyaknya ujaran kebencian, hoax, perdagangan online,
yang tidak terkontrol, peredaran narkoba melalui jaringan internet,
penipuan berskala nasional dan internasional dan sebagainya.
Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan menjadi perisai dari terpaan
hal-hal seperti diuraikan di atas. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
salah satu mata kuliah pengembangan kepribadian diharapkan dapat
menangkal hal-hal negatif tersebut, mengingat Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata kuliah yang menanamkan nilai-nilai
karakter yang diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c) Semakin kuatnya pengaruh Lembaga-lembaga Internasional terhadap
negara-negara, terutama negara berkembang di dunia. Banyak negara-
negara berkembang yang sangat tergantung pada lembaga-lembaga
internasional tersebut seperti ketergantungan negara miskin terhadap IMF
(International Monetary Fund). IMF atau Badan Bantuan Keuangan
Internasional merupakan organisasi dunia, bertugas mengatur sistem
keuangan internasional dan menyediakan pinjaman bagi negara yang
membutuhkan. Ketergantungan lain misal terhadap PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa) yang mengatur segala aspek kehidupan negara-negara
anggotanya di seluruh dunia.
d) Selain Lembaga-lembaga Internasional, negara-negara maju pun sangat
dominan dalam mengatur percaturan politik, ekonomi, sosial budaya, serta
pertahanan dan keamanan global seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman,
Rusia, Jepang, Cina, dan sebagainya. Bahkan Amerika Serikat seringkali
bertindak seakan dan mendapat julukan polisi dunia, dengan menjatuhkan
sanksi bagi negara-negara yang tidak sehaluan. Dengan demikian negara-
negara di dunia seakan terkotak-kotak seperti adanya Uni Eropa yang
membentuk Blok Negara-negara Eropa demi kepentingan perekonomian
mereka dengan adanya MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa). Hal yang
sama kita ketahui tentang ASEAN (Association of Southeast Asian Nation)
16
merupakan organisasi geopolitik dan ekonomi negara-negara Asia
Tenggara. Di Timur Tengah pun mereka bergabung dalam satu kelompok
negara-negara Islam Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan lain-lain.
e) Selain itu banyak terjadi konflik kepentingan dalam negara sebagai akibat
pecahnya negara besar menjadi negara-negara kecil yang berbasis etnis,
agama, budaya dll. Seperti Uni Soviet yang semula sebagai pesaing
Amerika Serikat, sebagai negara Adikuasa pecah menjadi banyak negara-
negara kecil. Uni Soviet pecah menjadi lima belas negara kecil yaitu :
Armenia, Azerbaijan, Belarus, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kirgizstan,
Latvia, Lituania, Moldova, Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, Ukraina, dan
Uzbekistan.
Contoh lain Yugoslavia terpecah juga menjadi negara kecil seperti Bosnia,
Serbia, Montenegro yang berlandaskan etnis. Di Indonesia pun masih
banyak bermunculan upaya untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia, seperti di Papua ada Gerakan Papua Merdeka (GPM),
di Aceh ada Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan sebagainya.
Dikhawatirkan dengan banyaknya hal-hal seperti yang diuraikan di atas
akan bisa mengubah cara pandang, cara berpikir, cara bersikap dan
bertindak yang apabila tidak memiliki ketahanan diri akan menyebabkan
adanya pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan kebangsaan.
f) Kondisi tersebut di atas harus disikapi dengan bijaksana khususnya
melalui pendidikan dan pengajaran kepada para generasi penerus dan
Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat menangkal hal-hal negatif
tersebut sehingga dapat membangun rasa nasionalisme dan cinta tanah
air, setia terhadap bangsa dan negara Indonesia.

2) Latar Belakang Internal


a) Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang sudah dimulai sejak era
pra penjajahan, masa penjajahan, era perjuangan dan mempertahankan
kemerdekaan, hingga era pengisian kemerdekaan saat ini menimbulkan
kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan zamannya.
b) Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut diharapkan mampu ditanggapi
oleh bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan
bangsa yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai-nilai ini
17
dilandasi oleh tekad, jiwa dan semangat keebangsaan. Kesemuanya ini
tumbuh menjadi suatu kekuatan besar yang mampu mendorong proses
terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
c) Selain itu semangat perjuangan bangsa yang telah ditunjukkan saat
Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 dilandasi oleh
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan keihlasan
untuk berkorban. Landasan perjuangan tersebut merupakan nilai-nilai
perjuangan bangsa Indonesia. Semangat inilah yang harus terus dimiliki
oleh setiap warga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu nilai-
nilai perjuangan bangsa terbukti masih relevan dalam memecahkan setiap
permasalahan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta sudah
terbukti keandalannya.
d) Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah nilai-nilai perjuangan yang
telah mengalami pasang surut sesuai dengan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
e) Semangat perjuangan bangsa saat ini cenderung mengalami penurunan
sampai pada titik kritis, seperti menipisnya nilai-nilai ke Indonesiaan
sesuai dengan dasar negara Pancasila yaitu nilai Ketuhanan Yang Maha
Esa, nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab, nilai Persatuan, nilai
Demokrasi Musyawarah dan nilai Keadilan sosial. Hal ini menimbulkan
konflik vertikal maupun horisontal sehingga dapat menyebabkan
terjadinya disintegrasi bangsa

Masalah-masalah di atas diharapkan dapat dipecahkan melalui Pendidikan


Kewarganegaraan. Dengan demikian Pendidikan Kewarganegaraan adalah
Pendidikan yang dimkasudkan untuk mempersiapkan sumberdaya manusia
kedepan agar memiliki rasa nasionalisme dan cinta tanah air, cinta bangsa
dan negara Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan beberapa hal penting. Hal-


hal tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting untuk diajarkan di
Perguruan Tinggi.

18
b. Selain itu secara yuridis Pendidikan Kewarganegaraan dilaksanakan
untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air serta bela negara.
c. Pendidikan Kewarganegaraan adalah program Pendidikan yang
berintikan demokrasi yang diperluas dengan sumber sumber
pengetahuan lainnya seperti masalah ketatanegaraan, konstitusi,
lembaga-lembaga negara , hak dan kewajiban sebagai warga negara,
hak asasi manusia, ketahanan nasional dan bela negara, hukum dan
rule of law , geopolitik dan geostrategi Indonesia.
d. Melalui pokok-pokok bahasan yang telah disebutkan di atas maka
diharapkan mahasiswa dapat hidup sebagai warganegara Indonesia
yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, mampu memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi, mampu bersikap demokratis, cinta
tanah air, dan bela negara.

19

Anda mungkin juga menyukai