Anda di halaman 1dari 17

INDEPENDENT LEARNING: DM HIPERGLIKEMIA

MEDIKAL BEDAH

Disusun oleh:

Tegar Wira. D

1710201263

PROGAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERITAS „AISYIYAH

YOGYAKARTA

2021
MIND MAPPING

DEFINISI ETIOLOGI

Diabetes Mellitus adalah keadaan dimana tubuh Peningkatan kadar gula darah bisa disebabkan oleh banyak hal
tidak menghasilkan atau memakai insulin sebagaimana misalnya terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat, tidak
mestinya. Insulin adalah hormon yang membawa mengkonsumsi obat Diabetes atau mengkonsumsi obat Diabetes
glukosa darah ke dlaam sel-sel dan menyimpannya yang tidak tepat dosisnya, bahkan dalam keadaan stress atau sakit
sebagai glikogen (Tambayong, 2000). juga dapat memicu peningkatan kadar glukosa darah (Pakhetra
et al,2011).Pada keadaan sakit atau stress akan terjadi aktivasi
Hiperglikemia merupakan keadaan sistem aksis Hipothalamus-Pituatary-Adrenal (HPA) dengan
peningkatan glukosa darah rentang kadar puasa normal dilepaskannya kortisol dari kelenjar adrenal. Peningkatan
80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar kortisol mengakibatkan peningkatan dari pelepasan epinefrin,
140 – 160 mg /100 ml darah (Waspadji, 2007) norepinefrin, glukagon dan growth hormone. Glukagon inilah
mediator hormonal primer dalam proses Glukoneogenesis yang
nantinya akan meningkatkan Kadar Gula Darah (Foster,2014).
KOMPLIKASI DM

HIPERGLIKEMIA TANDA & GEJALA


1. Penyakit kardiovaskular
2. Kerusakan saraf (neuropati diabetik) Hiperglikemia sering kali tidak menunjukkan gejala berarti
3. Kerusakan ginjal (nefropati diabetik) atau
sampai glukosa darah benar-benar melonjak melebihi 200
gagal ginjal
4. Kerusakan pada pembuluh darah retina mg/dL, atau 11 mmol/L. Bila semakin lama kadar gula darah
(retinopati diabetik), yang berpotensi tetap tinggi, gejala akan semakin serius. Gejala hiperglikemia
menyebabkan kebutaan Kaki diabetik umumnya dapat membaik perlahan selama beberapa hari atau
5. Masalah tulang dan masalah sendi minggu. Namun, beberapa orang yang sudah menderita
6. Masalah kulit, termasuk infeksi bakteri, infeksi diabetes tipe 2 sejak lama mungkin tidak menunjukkan gejala
jamur dan luka yang susah sembuh apa pun meskipun kadar gula darahnya meningkat.
7. Infeksi gigi dan gusi
8. Komplikasi gula darah tinggi yang tidak 1. Sering buang air kecil
mendapatkan perawatan yang tepat sangat 2. Rasa haus meningkat
membahayakan. 3. Penglihatan kabur
4. Kelelahan
5. Sakit kepala
PATOFISIOLOGI

Terjadi pada kaki diawali dengan adanya hiperglikemia pada penyandang DM

yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.

Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan

mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian

menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan

selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap

infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor

aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan

kaki diabetes (Askandar, 2001 dalam Andra Safer,2013). Ulkus diabetikum terdiri

dari kavitas sentral biasanya lebih besardibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus

keras dan tebal. Awalnya pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia

yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin, dan suplai vaskuler. Dengan

adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami

beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma

berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan area kalus. Selanjutnya

terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit

menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan lukaabnormal menghalangi

resolusi. Mikrooranisme yang masuk mengadakankolonasi di daerah ini. Drainase

yang inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi

sistem imun yang abnormal, bakteriasulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke

jaringan sekitarnya. Menurut Suryadi, (2004) dalam buku Andra (2013) penyakit
neuropati dan vaskuler adalah faktor utama yang mengkontribusi terjadinya luka.

Masalah luka yang terjadi pada pasien diabetik terkait dengan adanya pengaruh pada

saraf yang terdapat pada kaki dan biasanya dikenal sebagai neuropati perifer. Pada

pasien dengan diabetik sering kali mengalami gangguan pada sirkulasi. Gangguan

sirkulasi ini adalah yang berhubungan dengan “pheripheral vascular diseases”. Efek

sirkulasi inilah yang menyebabkan kerusakan pada saraf. Hal ini terkait dengan

diabetik neuropati yang berdampak pada sistem saraf autonom, yang mengontrol

fungsi otot-otothalus, kelenjar dan organ viseral.

Dengan adanya gangguan pada saraf autonom pengaruhnya adalah terjadinya

perubahan tonus otot yang menyebabkan abnormalnya aliran darah. Dengan

demikian kebutuhan akan nutrisi dan oksigen maupun pemberian antibiotik tidak

menyukupi atau tidak dapat mencapai jaringan perifer, juga tidak memenuhi

kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut. Efek pada autonomi neuropati ini akan

menyebabkan kulit menjadi kering, antihidrosis yang memudahkan kulit menjadi

rusak dan mengkontribusi untukterjadinya ganggren. Dampak lain adalah karena

adanya neuropati perifer yang mempengaruhi kepada saraf sensorik dan motorik

yang menyebabkan sensasi nyeri, tekanan dan perubahan temperatur.


PATHWAYS

Skema patofisiologi diabetes mellitus (Nanda, 2013).


Faktor genetik, imunologik, gestasi, faktor lingkungan, infeksi

Perubahan fisiologis pankreas

Kerusakan sel beta pankreas

Defisiensi insulin

Metabolisme karbohidrat, lemak&protein

Karbohidrat Lemak Protein

 Glikolisis menurun Lipolisis meningkat Anabolisme protein menurun


 Glukogenelisis &
meningkat Lipogenesis menurun
 Glukoneogenesis Sintesa protein menurun
meningkat
 Glikogenesis menurun Simpanan lemak menurun
Leukosit menurun

Penurunan berat badan Kekebalan tubuh menurun


HIPERGLIKEMI

Sel tubuh kekurangan


Gula tidak dapat nutrisi Resiko infeksi b/d tauma
diserap tubuh pada jaringan

Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d


Lemak bebas meningkat
Melebihi batas gangguan keseimbangan insulin
ambang ginjal
Gula terbang bersama urin Pembentukan badan keton
Glukosuria Deuresis
osmotik Sel kekurangan bahan untuk metabolisme
Badan keton meningkat

Poliuri Merangsang hipotalamus


Ketoasidosis meningkat
Kekurangan cairan
Selalu merasa haus dan lapar
elektrolit berlebih

Polidipsi & Polifagi


Kekurangan volume cairan elektrolit
b/d gejala poliuria dan dehidrasi
HIPERGLIKEMI

Oamolalitas meningkat,viskositas darah

Penurunan perfusi oksigen,nutrisi ke jaringan

Makrovaskuler Mikrovaskuler Neuropati

Aliran darah lambat


Jantung Otak
Ginjal Mata
Iskemik jaringan perifer
 Infark miokard Suplai 02 ke otak
akut Neuropati Retinopati
menurun
 Hipertensi Nekrosis luka
 Glaukoma
Gagal Ginjal
Gangguan

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer b/d Kerusakan integritas
penurunan sirkulasi darah kulit b/d gangguan
ke perifer sirkulasi, gangguan
status metabolik dan
gangguan sensasi
ASUHAN KEPERAWATAN DM HIPERGLIKEMIA

1. Analisa Data

Data Penyebab Masalah


Ds: Diabetus Melitus Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
1. Pasien mengatakan lemas,mual (00204)
dan muntah

Do:
1. Kesadaran :
Composmentis
2. GCS : E4 V5
M6.
3. GDS : 339
mg/dl
4. TTV :
Suhu :36,7◦C
• Nadi :
74x/menit
• TD :
154/54mmHg
• RR : 24x/menit
• Nadi :
88x/menit
• TD : 100/52
mmHg
1. RR : 20x/menit
Ds: Asupan Diet Kurang Ketidakseimbangan nutrisi:
1. Pasien kurang dari kebutuhan
mengatakan tubh (00002)
mual muntah
2. Pasien
mengatakan
berat
badannya
turun ± 3 kg
dalam kurun
waktu
± 1 bulan.
3. Pasien
mengatakan
minum air
putih habis
setengah gelas

Do:
1. Porsi yang
dimakan 5
sendok
2. TB : 160cm
3. IMT: 19,53
4. BBR : 83,3
5. Hb :10.1 g/dl
(L)
6. Ht : 31 % (L)
7. GDS: 339 mg/dl
2. Asuhan Keperawatan
DX NOC NIC RASIONALISASI

Ketidakefektifan Manajemen Diri: Manajemen Obat (2380) 1. Untuk mengetahui


perfusi jaringan Diabetes (1619) 1. Monitor efektifitas cara pemberian efektifitas pemberian
perifer bd Diabetus 1. Memantau glukosa darah 5 (secara obat yang sesuai yang sesuai terhadap
Melitus konsisten menunjukkan) - 3 (kadang 2. Pertimvangkan pengetahuan pasien pasien
menunjukkan) mengenai obat-obatan 2. Agar pasien
3. Ajarkan pasien dan anggota mengetahui dengan
2. Mengobati gejala hiperglikemia 5 keluarga mengenai metode bener mengenai
(secara konsisten menunjukkan) - 3 pemberian obat yang sesuai pengetahuan obat
(kadang menunjukkan) 4. Berikan pasien dan keluarga 3. Agar pasien dan
mengenai informasi tertulis dan keluarga mengerti dan
3. Menggunakan prosedur yang tepat visual untuk meningkatkan bisa menerapkan
untuk mengelola insulin (secara pemahaman diri mengenai dengan benar metode
konsisten menunjukkan) - 3 (kadang pemberian obat yang benar pemberian obat yang
menunjukkan) sesuai
4. Agar keluarga dan
pasien lebih jelas dan
mengerti mengenai
informasi pemberian
obat yang benar
Ketidakseimbangan Status Nutrisi (1004) Bantuan Peningkatan BB (1240) 1. Agar mengetahui
nutrisi kurang dari 1. Asupan gizi 3 (cukup menyimpang ) - 5 ( 1. Lakukan pemeriksaan diagnostik penyebab penurunan
kebutuhan b/d tidak menyimpang dari rentang normal untuk mengetahui penyebab berat badan dan dapat
Asupan Diet Kurang 2. Asupan makanan 3 (cukup menyimpang penurunan berat badan mengetahui
) - 5 ( tidak menyimpang dari rentang 2. Monitor mual muntah pengobatan yang
normal 3. Kaji penyebab mual muntah dan sesuai
3. Asupan cairan 3 (cukup menyimpang ) - tangani dengan tepat 2. Untuk mengetahui
5 ( tidak menyimpang dari rentang 4. Berikan obat obatan untuk perubahan dan
normal meredakan mual sebelum makan perkembangan
4. Rasio berat badan / tinggi badan 4 mengenai mual mutah
(sedikit menyimpang) 5 ( tidak 3. Agar mengetahui
menyimpang dari rentang normal penyebab mual
muntah dan dapat
mengerti penanganan
yang tepat
4. Agar mual dapat
diatasi
INTERVENSI
MANDIRI
KEPERAWATAN

Penelitian oleh Angga Arfina pada tahun 2019 dengan judul


“Pengaruh Edukasi Pengaturan Diet Terhadap Perilaku Pengelolaan Diet
Pada Penderita Diabetes Melitus Di Kelurahan Agrowisata Kecamatan
Rumbai Kota Pekanbaru” . Penelitian ini dilakukan pada 28 responden
dengan teknik consecutive sampling . Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada pengaruh edukasi pengaturan diet terhadap perilaku
pengelolaan diet penderita DM (p=0,000 < 0,05). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa edukasi meningkatkan perilaku responden dalam
pengelolaan diet dari ratarata 39,29 menjadi 46,36.

Perawatan diabetes bertujuan untuk meningkatkan kemampuan


penderita dalam mengontrol kadar glikemik dengan menyeimbangkan
asupan makanan terhadap kadar insulin endogen dan atau eksogen.
Sebagai penatalaksanaan DM tenaga kesehatan dapat memberikan
pendidikan kesehatan yang berkesinambungan. Salah satu komponen
penatalaksanaan dan perawatan yang esensial adalah dengan pengaturan
diet. Hal ini bertujuan untuk membantu penderita meningkatkan
pengendalian metabolisme serta mengubah perilaku makan mereka.

Program manajemen gizi juga bermanfaat bagi kesehatan


penderita DM untuk dapat mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid
sedekat mungkin dengan nilai normal, mencegah komplikasi serta
mempertahankan kebutuhan mikro dan makro nutriennya sama dengan
orang sehat. Beberapa perilaku self care yang sangat penting pada
penderita DM antara lain mengatur diet yang sehat, melakukan aktivitas
fisik, kontrol gula darah, mematuhi program pengobatan, koping yang
efektif, perilaku pencegahan risiko serta kemampuan memecahkan
masalah yang baik.
Pemberian edukasi sangat efektif memperbaiki hasil klinis dan
kualitas hidup penderita DM. Nutrisi, terapi dan pengobatan merupakan
bagian tak terpisahkan dalam perawatan dan manajemen diri penderita
diabetes. Status gizi buruk pada penderita menurunkan kemampuan
kontrol glikemik. Terapi nutrisi yang diimbangi dengan manajemen diri
diabetes lainnya dapat mengurangi glikemik hemoglobin 1,0 – 2,0 %. Hal
ini akan membantu penderita DM meningkatkan hasil klinis dan
metabolismenya. Konsistensi dalam pengaturan jarak dan asupan
karbohidrat dalam makanan juga dapat membantu penderita mengontrol
kadar gula darah dan berat badan. Penderita diabetes harus didorong untuk
memilih pola diet yang selaras dengan nilai, preferensi, dan tujuan
perawatan yang memungkinkan mereka mencapai kepatuhan terbesar
dalam jangka panjang. Penderita DM yang mendapatkan edukasi yang
benar dan berkesinambungan dapat mambatu mereka untuk mengelola
perawatan diri akibat penyakitnya.
Indonesian Trust Health Journal Volume 2, No.2 - November 2019
Cetak ISSN : 2620-5564
Online ISSN : 2655-1292

PENGARUH EDUKASI PENGATURAN DIET TERHADAP PERILAKU


PENGELOLAAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
DI KELURAHAN AGROWISATA KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU

Angga Arfina
Program Studi S1 Keperawatan, STIKes Payung Negeri Pekanbaru
E-mail : angga_arfina@yahoo.com

Abstract
Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease that causes hyperglycemia thereby increasing glucose
levels in the blood. One component of management and care that is essential for people with DM is
the regulation of diets that can be provided through educational programs. Education a role in
helping sufferers improve metabolic control and change their eating behavior. This study aims to
determine the effect of dietary education on diet management behavior in patients with diabetes
mellitus in Agrowisata Rumbai Pekanbaru. This research is a quantitative descriptive study with a
quasi experimental design with pre and postest without control. The research sample was DM
patients with 28 people with consecutive sampling technique. Data collection was done by DM diet
management behavior questionnaire. Data were analyzed using dependent T test statistics. The
results showed that there was an influence of dietary education education on diet management
behavior of DM sufferers (p = 0,000 <0.05). The results showed that education increased the
behavior of respondents in managing the diet from an average of 39.29 to 46.36. The results of this
study can be input for health services to be able to maintain and improve education in DM patients.
Education can improve the skills of sufferers to manage diabetes more effectively by regulating a
healthy diet so that people with diabetes are expected to be able to prevent complications that can
arise.
Keywords: Education on diet management, Behavior of diet management, Diabetes mellitus

Abstrak
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang menyebabkan hiperglikemia
sehingga meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Salah satu komponen penatalaksanaan dan
perawatan yang esensial bagi penderita DM adalah dengan pengaturan diet yang dapat diberikan
melalui program edukasi. Edukasi berperan membantu penderita meningkatkan pengendalian
metabolisme serta mengubah perilaku makan mereka. Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengaruh edukasi pengaturan diet terhadap perilaku pengelolaan diet pada penderita diabetes
melitus di Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain quasi eksperiment pre and post test without control.
Sampel penelitian adalah penderita DM berjumlah 28 orang dengan teknik consecutive sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner perilaku pengelolaan diet DM. Data dianalisis
menggunakan statistik uji T dependen. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh edukasi
pengaturan diet terhadap perilaku pengelolaan diet penderita DM (p=0,000 < 0,05). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa edukasi meningkatkan perilaku responden dalam pengelolaan diet dari rata-
rata 39,29 menjadi 46,36. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pelayanan kesehatan
untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan edukasi pada pasien DM. Edukasi dapat
meningkatkan keterampilan penderita mengelola diabetes secara lebih efektif dengan pengaturan
diet sehat sehingga diharapkan penderita DM mampu mencegah komplikasi yang dapat muncul.
Kata Kunci: Edukasi pengaturan diet, Perilaku pengelolaan diet, Diabetes melitus

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Murni Teguh |246


Indonesian Trust Health Journal Volume 2, No.2 - November 2019
Cetak ISSN : 2620-5564
Online ISSN : 2655-1292

PENDAHULUAN perawatan yang esensial adalah dengan


Saat ini Diabetes melitus (DM) pengaturan diet. Hal ini bertujuan untuk
menjadi salah satu prioritas penyakit tidak membantu penderita meningkatkan
menular. DM merupakan penyakit bersifat pengendalian metabolisme serta mengubah
progresif yang terjadi akibat defek sekresi perilaku makan mereka (Black & Hawks,
insulin, kerja insulin atau keduanya. Hal ini 2014).
mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar American Diabetes Association (ADA)
glukosa dalam darah atau disebut juga merekomendasikan pengaturan diet sebagai
dengan hiperglikemia. DM dapat salah satu kunci bagi penderita DM untuk
dikategorikan dalam berbagai klasifikasi mencegah perkembangan penyakit.
berdasarkan penyebab, perjalanan klinis Konsumsi daging merah, permen dan
penyakit serta pengobatannya (Smeltzer, makanan gorengan yang tinggi berkontribusi
Bare, Hinkle & Cheever, 2010). Secara pada peningkatan risiko resistensi insulin.
umum DM diklasifikasikan menjadi DM Penelitian di Jepang mengungkapkan bahwa
Tipe 1, DM Tipe 2, DM Gestasional dan DM peningkatan asupan beras putih dikaitkan
Tipe Lain (Black & Hawks, 2014). Bila DM juga dengan peningkatan risiko DM (Sami, et
tidak terkontrol akan menyebabkan al, 2017). Hal ini sesuai dengan penelitian
kerusakan pada berbagai organ dan yang dilakukan oleh Valley (dalam Sami, et
komplikasi antara lain kebutaan, serangan al, 2017) menyatakan bahwa terdapat
jantung, penyakit stroke, gagal ginjal dan hubungan antara konsumsi lemak dengan
amputasi (Sami, et al, 2017). gangguan toleransi glukosa.
The International Diabetes Federation Penelitian Savoca dan Miller (dalam
(IDF) Atlas (2015) menyatakan pada tahun Sami et al, 2017) menyatakan bahwa
2015 terdapat sekitar 415 juta orang dewasa pemilihan makanan dan perilaku diet
mengalami DM dan diperkirakan pada tahun penderita DM dipengaruhi oleh pengetahuan
2040 akan mengalami peningkatan menjadi yang kuat tentang rekomendasi diet diabetes.
642 juta. Hampir 80 % DM terjadi di negara Hasil penelitian tersebut terdapat hubungan
dengan berpenghasilan rendah dan yang positif antara pengetahuan tentang diet
menengah. Indonesia merupakan salah satu diabetes dan jumlah kebutuhan kalori (r =
negara yang memiliki populasi DM tertinggi 0,27, p < 0,05). Penelitian ini menyimpulkan
di dunia. Berdasarkan pemeriksaan kadar bahwa pengetahuan tentang diet diabetes
gula darah pada penduduk usia lebih dari 15 penting dan diperlukan untuk mencapai
tahun dengan menggunakan kriteria ADA perilaku diet yang lebih baik. Berdasarkan
dan konsensus Perkeni 2015 didapatkan data Riskesdas (2018) di Riau pengendalian
prevalensi DM 10,9% (Riskesdas, 2018). diabetes dengan cara mengatur makanan baru
Jenis pengendalian DM di Indonesia mencapai 77% dengan persentase tertinggi
berdasarkan diagnosis dokter didapatkan tingkat pendidikan penderita adalah
80,2% dengan pengaturan diet, 48,1% perguruan tinggi 88,1%.
olahraga, 35,7% alternatif herbal dan masih Berdasarkan berbagai uraian pada latar
terdapat 12,8% penderita yang tidak rutin belakang tersebut, maka peneliti tertarik
memeriksakan kadar gula darah. Sementara melakukan penelitian tentang “Pengaruh
itu, di Riau masih terdapat 7,9% kasus DM Edukasi Pengaturan Diet Terhadap Perilaku
yang tidak diobati (Riskesdas, 2018). Hal ini Pengelolaan Diet Pada Penderita Diabetes
menggambarkan bahwa DM merupakan Melitus di Kelurahan Agrowisata Kecamatan
penyakit kronis yang membutuhkan Rumbai Kota Pekanbaru”.
penanganan yang kompleks.
Sebagai penatalaksanaan DM tenaga METODE PENELITIAN
kesehatan dapat memberikan pendidikan Penelitian ini merupakan penelitian
kesehatan yang berkesinambungan. Salah deskriptif kuantitatif dengan desain quasi
satu komponen penatalaksanaan dan eksperiment pre and post test without

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Murni Teguh |247


Indonesian Trust Health Journal Volume 2, No.2 - November 2019
Cetak ISSN : 2620-5564
Online ISSN : 2655-1292

control. Sampel dalam penelitian ini adalah (46,4%) orang dan wiraswasta 8 (28,6%)
penderita DM yang berjumlah 28 orang di orang. Sebagian besar responden dengan
Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai status menikah sebanyak 19 (67,9%) dengan
Kota Pekanbaru. Pengambilan sampel lama menderita DM rata-rata kurang dari 6
dilakukan dengan metode non probability bulan sebanyak 10 (35,7%) orang dan 6
sampling. Teknik yang dilakukan dalam bulan sampai 1 tahun sebanyak 11 (39,3%)
pemilihan sampel adalah consecutive orang.
sampling dengan kriteria inklusi penderita
DM yang kooperatif, tinggal bersama Pengaruh Edukasi Tentang Pengaturan
keluarga. Penelitian ini dilakukan pada bulan Diet Diabetes Terhadap Perilaku
April 2019. Pengelolaan Diet Pada Penderita Diabetes
Instrumen yang digunakan dalam Melitus
penelitian ini adalah kuesioner tentang Analisis bivariat dilakukan untuk
perilaku pengelolaan diet pada penderita DM. mengetahui pengaruh variabel independen
Instrumen tersebut telah dilakukan uji yaitu edukasi pengaturan diet diabetes
validitas dan reliabilitas pada 28 responden di terhadap variabel dependen yaitu perilaku
Kelurahan Maharani Kecamatan Rumbai pengelolaan diet pada penderita diabetes
Kota Pekanbaru. Hasil uji validitas kuesioner melitus. Analisis dilakukan dengan
didapatkan dengan membandingkan nilai r menggunakan uji T dependen dengan hasil
tabel dan nilai r hitung pada setiap item sebagai berikut:
pertanyaan pada tingkat kemaknaan 5% (df = Tabel 1. Pengaruh Edukasi Tentang
n-2). Pengaturan Diet Diabetes Terhadap Perilaku
Hasil yang didapat dari 15 pertanyaan Pengelolaan Diet Pada Penderita Diabetes
dinyatakan valid dengan r hitung 0,351 – Melitus (n=28)
0,615 > r tabel 0,317. Uji reliabilitas Perilaku Mean SD p value
kuesioner dilihat dari nilai Cronbach Alpha Pengelolaan
dengan nilai ≥ 0,6 dinyatakan reliabel. Hasil Diet DM
perhitungan didapatkan nilai Cronbach Alpha Sebelum 39,29 2,370 0.000
Sesudah 46,36 5,445
0,803, maka semua pertanyaan dalam
kuesioner dinyatakan reliabel.
Setelah seluruh data pada penelitian ini Tabel 1 menunjukkan hasil uji statistik
terkumpul maka dilakukan analisis data pengaruh edukasi pengaturan diet terhadap
secara univariat dan bivariat. Analisis perilaku pengelolaan diet pada penderita
bivariat dilakukan dengan menggunakan diabetes melitus. Hasil penelitian terlihat
statistik uji T dependen untuk melihat apakah bahwa pemberian edukasi meningkatkan
terdapat pengaruh edukasi terhadap perilaku perilaku responden dalam pengelolaan diet
pengelolaan diet pada penderita DM sebelum yaitu dari rata-rata 39,29 sebelum edukasi
dan sesudah diberikan edukasi. menjadi 46,36 sesudah diberikan edukasi.
Hasil uji T diperoleh p value 0,000 artinya
HASIL PENELITIAN secara statistik ada perbedaan yang signifikan
Berdasarkan hasil penelitian rata-rata perilaku pengelolaan diet antara sebelum dan
usia responden dalam penelitian ini adalah sesudah pemberian edukasi.
50,75 tahun dengan standar deviasi (SD)
8,47. Pada penelitian ini dari 28 responden PEMBAHASAN
proporsi jenis kelamin laki-laki yaitu 13 Perawatan diabetes bertujuan untuk
(46,4%) orang dan perempuan 15 (53,6%) meningkatkan kemampuan penderita dalam
orang. Tingkat pendidikan rata-rata mengontrol kadar glikemik dengan
responden adalah SMA sebanyak 19 (67,9%) menyeimbangkan asupan makanan terhadap
orang dengan status pekerjaan tidak bekerja kadar insulin endogen dan atau eksogen.
atau Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 13 Pada penderita DM Tipe 1, dosis insulin
harus disesuaikan agar seimbang dengan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Murni Teguh |248


Indonesian Trust Health Journal Volume 2, No.2 - November 2019
Cetak ISSN : 2620-5564
Online ISSN : 2655-1292

asupan makanan yang bergizi dan aktivitas secara signifikan meningkatkan pengetahuan
fisik. Individu dengan DM Tipe 2 perlu dan sikap penderita DM.
memperhatikan porsi makanan, manajemen Pemberian edukasi sangat efektif
berat badan yang dikombinasikan dengan memperbaiki hasil klinis dan kualitas hidup
aktivitas fisik sehingga dapat membantu penderita DM (Funnel et al, 2012). Nutrisi,
meningkatkan kontrol glikemik(Paswan, et terapi dan pengobatan merupakan bagian tak
al, 2016). terpisahkan dalam perawatan dan manajemen
Manajemen gizi bagi penderita DM diri penderita diabetes. Status gizi buruk pada
dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki penderita menurunkan kemampuan kontrol
atau mempertahankan beberapa hal, antara glikemik. Terapi nutrisi yang diimbangi
lain kualitas hidup penderita dan keluarga dengan manajemen diri diabetes lainnya
melalui teknik manajemen yang mencakup dapat mengurangi glikemik hemoglobin 1,0 –
seluruh unit keluarga dalam pengambilan 2,0 %. Hal ini akan membantu penderita DM
keputusan. Selain itu, program manajemen meningkatkan hasil klinis dan
gizi juga bermanfaat bagi kesehatan metabolismenya. Konsistensi dalam
penderita DM untuk dapat mempertahankan pengaturan jarak dan asupan karbohidrat
kadar glukosa darah dan lipid sedekat dalam makanan juga dapat membantu
mungkin dengan nilai normal, mencegah penderita mengontrol kadar gula darah dan
komplikasi serta mempertahankan kebutuhan berat badan (Sievenpiper, et al, 2018).
mikro dan makro nutriennya sama dengan Menurut Sievenpiper, et al (2018)
orang sehat (Paswan, et al, 2016). intervensi perilaku sehat yang intensif pada
Beberapa perilaku self care yang orang dengan diabetes dapat menghasilkan
sangat penting pada penderita DM antara lain perbaikan dalam manajemen berat badan,
mengatur diet yang sehat, melakukan kebugaran, kontrol glikemik, dan faktor
aktivitas fisik, kontrol gula darah, mematuhi risiko kardiovaskular. Beberapa faktor yang
program pengobatan, koping yang efektif, dapat mempengaruhi perilaku pengelolaan
perilaku pencegahan risiko serta kemampuan diet penderita DM antara lain usia, jenis
memecahkan masalah yang baik kelamin, tingkat pendidikan dan lama
(Shrivastava, Shrivastava & Ramasamy, menderita penyakit. Pada penelitian ini
2013). Pada hasil penelitian ini terlihat menunjukkan bahwa rata-rata usia responden
bahwa pemberian edukasi meningkatkan 50,75 tahun dengan jenis kelamin perempuan
perilaku responden dalam pengelolaan diet 15 (53,6%) orang, tingkat pendidikan rata-
yaitu dari 39,29 sebelum edukasi menjadi rata responden adalah SMA sebanyak 19
46,36 sesudah diberikan edukasi dengan p (67,9%) orang dengan lama menderita DM
value 0,000. Hal ini artinya secara statistik rata-rata kurang dari 6 bulan sebanyak 10
ada perbedaan yang signifikan antara (35,7%) orang dan 6 bulan sampai 1 tahun
perilaku pengelolaan diet sebelum dan sebanyak 11 (39,3%) orang.
sesudah pemberian edukasi. Individu dengan tingkat pendidikan
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang tinggi biasanya mempunyai banyak
yang dilakukan Muchiri, Gericke dan informasi dan pengetahuan tentang kesehatan
Rheeder (2016) pada 82 responden tentang sehingga mereka cenderung memiliki
pengaruh Nutrition Education (NE) terhadap kesadaran dalam menjaga kesehatannya. Hal
pengetahuan dan sikap penderita DM Tipe 2 ini juga berpengaruh pada mereka yang telah
di Moretele Afrika Selatan. Penelitian menderita suatu penyakit yang cukup lama.
tersebut dilakukan selama 6 sampai 12 bulan Penderita DM yang telah terdiagnosis lebih
dengan analisis co variance didapatkan hasil awal biasanya lebih mengetahui faktor-faktor
pada kelompok intervensi nilai pengetahuan apa saja yang akan berpengaruh terhadap
rata-rata adalah + 0,95 (p=0,0333) dan sikap perkembangan penyakitnya (Fauzia, Nugroho
+ 0,27 (p=0,028). Hal ini menyatakan NE & Margawati, 2018). Riskesdas (2018)
menyatakan proporsi jenis pengendalian DM

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Murni Teguh |249


Indonesian Trust Health Journal Volume 2, No.2 - November 2019
Cetak ISSN : 2620-5564
Online ISSN : 2655-1292

dengan cara pengaturan makanan pada SARAN


kelompok usia 45-54 tahun adalah 81,7%, Hasil penelitian memberikan beberapa
jenis kelamin perempuan 81,5% dan tingkat saran kepada praktek dan pelayanan
pendidikan SMA 82,2%. keperawatan untuk perlu melakukan program
Hal ini didukung oleh penelitian edukasi pada penderita DM sehingga self
Karaoui, et al (2018) pada 207 penderita DM management penderita meningkat. Self
di Lebanon yang dianalisis dengan linier management pada penderita yang mengalami
berganda. Hasil penelitian menyatakan masalah penyakit kronis diakui secara luas
pengetahuan (Beta=0,448, p=0,001) dan sebagai bagian penting dalam perawatan diri
praktik manajemen diri (Beta 0,523, dan hal tersebut dapat ditingkankan melalui
p=0,047) diabetes lebih tinggi pada penderita pemberian edukasi yang tepat. Salah satu
DM dengan tingkat pendidikan perguruan program edukasi yang dapat dilakukan
tinggi dibandingkan tingkat pendidikan adalah berdasarkan program Diabetes Self
menengah. Penelitian tersebut juga Management Edukasi (DSME). Melalui
menyatakan terdapat hubungan yang pemberian program edukasi berbasis DSME
signifikan antara pengetahuan dan praktik diharapkan penderita DM mampu mencegah
manajemen diri (Beta=0,844, p=< 0,001). komplikasi yang dapat muncul. Selain itu
Namun tidak terdapat perbedaan yang berpartisipasi dalam program pendidikan
signifikan berdasarkan jenis kelamin dan usia manajemen diri dapat meningkatkan
terhadap praktik manajemen diri penderita keterampilan penderita mengelola diabetes
DM. secara lebih efektif dengan memeriksa gula
Penderita diabetes harus didorong darah secara teratur, diet sehat, melakukan
untuk memilih pola diet yang selaras dengan aktivitas fisik, minum obat sesuai resep
nilai, preferensi, dan tujuan perawatan yang dokter, serta menangani stres akibat diabetes.
memungkinkan mereka mencapai kepatuhan
terbesar dalam jangka panjang. Penderita DM REFERENSI
yang mendapatkan edukasi yang benar dan Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014).
berkesinambungan dapat mambatu mereka Keperawatan medikal bedah:
untuk mengelola perawatan diri akibat manajemen klinis untuk hasil yang
penyakitnya . Melalui pemberian program diharapkan edisi 8. Singapura:
edukasi diharapkan penderita DM mampu Elsevier.
mencegah komplikasi yang dapat muncul. CDC. (2018). Managing diabetes. Diperoleh
Selain itu berpartisipasi dalam program tanggal 26 Maret 2019.
pendidikan kesehatan dapat meningkatkan http://www.cdc.gov.
keterampilan penderita mengelola diabetes International Diabetes Federation Atlas (IDF
secara lebih efektif dengan memeriksa gula Atlas). (2015). IDF diabetes Atlas 7th
darah secara teratur, diet sehat, melakukan ed 2015. Diperoleh tanggal 25 Maret
aktivitas fisik, minum obat sesuai resep 2019. Diakses dari http://www.idf.org.
dokter, serta menangani stres akibat diabetes Fauzia, H. A., Nugroho, H., & Margawati, N.
(CDC, 2018). (2018). Hubungan antara tingkat
pengetahuan dan aspek perilaku
KESIMPULAN dengan status kontrol glikemik pasien
Berdasarkan hasil penelitian terdapat diabetes mellitus di RSUP DR.
pengaruh edukasi pengaturan diet terhadap Kariadi. Jurnal Kedokteran
perilaku pengelolaan diet pada penderita Diponegoro, 7 (2). Diperoleh tanggal
diabetes melitus. Secara statistik ada 26 Mei 2019. Diakses dari
perbedaan yang signifikan perilaku http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/
pengelolaan diet antara sebelum dan sesudah medico.
pemberian edukasi. Funnel, M. M., et al. (2012). National
standards for diabetes self

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Murni Teguh |250


Indonesian Trust Health Journal Volume 2, No.2 - November 2019
Cetak ISSN : 2620-5564
Online ISSN : 2655-1292

management education. Diabetes https://doi.org/10.1016/j.jcjd.2017.10.0


Care, 35 (1). Diperoleh tanggal 25 09.
Maret 2019. Diakses dari Shrivastava, S. R., Shrivastava, P. S., &
http://www.diabetesjournals.org. Romasamy, J. (2013). Role of self care
Karaoui, L. R., et al. (2018). Knowledge and in management diabetes melitus.
practice of patients with diabetes Journals of Diabetes & Metabolic
mellitus in Lebanon: A cross sectional Disorders, 12 (14). Diperoleh tanggal
study. BMC Public Health, 18:525. 25 Maret 2019. Diakses dari
Diperoleh tanggal 26 Mei 2019. http://wwwncbi.nlm.nih.gov.
Diakses dari Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., &
https://doi.org/10.1186/s12889-018- Cheever, K. H. (2010). Brunner &
5416-7. Suddarth’s Textbook of medical-
Muchiri, J. W., Gericke, G. J., & Rheeder, P. surgical nursing (12th ed.).
(2016). Impact of nutrition education Philadelphia, FA: Lippincott Williams
on diabetes knowledge and attitudes of & Wilkins.
adults with type 2 diabetes living in a
resource-limited setting in South
Africa: A randomised controlled trial.
Journal of Endocrinology, Metabolism
and Diabetes of South Africa, 21 (2),
26-34. Diperoleh tanggal 25 Juni 2019.
Diakses dari
http://dx.doi.org/10.1080/16089677.20
16.1200324
Paswan, S. K., et al. (2016). Role of nutrition
in the management of diabetes
mellitus. Asian Pacific journal Health
Sciences 3 (1), 1-6. Diperoleh tanggal
25 Maret 2019. Diakses dari
https://pdfs.semanticscholar.org.pdf.
Riskedas (2018). Laporan Nasional
Riskesdas 2018. Badan penelitian dan
pengembangan kesehatan: Kemenkes
RI. Diperoleh tanggal 25 Maret 2019.
Diakses dari
http://www.litbang.depkes.go.id.
Sami, W., et al. (2017). Effect of diet on type
2 diabetes mellitus: A review.
International of Health Science, 11 (2),
65-71. Diperoleh tanggal 26 Maret
2019. Diakses dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/arti
cles/PMC5426415/
Sievenpiper, J. L., et al. (2018). Nutritio
therapy: Diabetes Canada clinical
practice guidelines expert committee.
Canadian Journal of Diabetes, 42
(2018), 564-579. Diperoleh tanggal 01
Juni 2019. Diakses dari

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Murni Teguh |251

Anda mungkin juga menyukai