Anda di halaman 1dari 4

“RESUME ANGKLE BRACHIAL

INDEX”

Disusun oleh :
Tegar Wira Darmawan
1710201263

PROGAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERITAS „AISYIYAH
YOGYAKARTA
2021
A. Definisi Ankle Brachial Index
Menurut Sacks et al., (2003), ankle brachial index (ABI) yang pada prinsipnya sama
dengan tekanan darah yang merupakan hasil perkalian antara curah jantung dengan tahan
perifer. Sehingga pada pasien diabetes melitus yang mengalami ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer, apabila tahanan darah perifer dan curah jantungnya meningkat maka akan
terjadi peningkatan tekanan darah juga. Ankle brachial index (ABI) dikatakan normal
apabila tekanan darah kaki sebanding dengan tekanan darah brachial. ABI normal
merupakan indikator bahwa aliran darah ke perifertermasuk kaki efektif.
Ankle-Brachial Index adalah rasio tekanan darah sistolik (TDS) yang diukur di kaki
(dorsalis pedis dan posterior tibial) dan di lengan (brachial). Pertama kali diperkenalkan
oleh Winsor pada tahun 1950.
Ankle Brachial Index (ABI) test merupakan prosedur pemeriksaan diagnostik
sirkulasi ekstremitas bawah untuk mendeteksi kemungkinan adanya peripheral artery
disease (PAD) dengan cara membandingkan tekanan darah sistolik tertinggi dari kedua
pergelangan kaki dan lengan (Bryant & Nix, 2006).

B. Cara Pemeriksaan
a. Pemeriksaan ABI menggunakan alat doppler
Tekanan darah sistolik diukur pada arteri brachial dan arteri pergelangan kaki (dorsalis
pedis dan tibia posterior) dengan prosedur sebagai berikut (Lippincott Williams and
Wilkins. WOCNS, 2012):
1. Pengukuran Tekanan Brachial
 Setelah periode istirahat 5-10 menit, palpasi nadi brachial.
 Tempatkan manset 2-3 cm diatas fossa cubita di lengan.
 Olesi jelly pada nadi brachial.
 Tempatkan tip doppler pada nadi brachial sampai nadi terdengar jelas.
 Kembangkan manset 20-30 mmHg diatas titik nadi tidak terdengar.
 Turunkan tekanan manset 2-3 mmHg/detik, catat pembacaan
manometer pada saat nadi pertama terdengar catat sebagai nilai sistolik.
 Bersihkan jelly pada lokasi nadi.
 Ulangi prosedur pengukuran pada lengan lainnya.
 Jika perlu pengukuran ulang, tunggu 1 menit.
 Gunakan tekanan sistolik tertinggi pada tiap lengan untuk menghitung
score ABI.
2. Pengukuran Tekanan Ankle
 Palpasi nadi tibia posterior.
 Tempatkan manset 2-3 cm diatas malleolus.
 Olesi jelly pada nadi tibia posterior.
 Tempatkan tip doppler pada tibia posterior sampai nadi terdengar jelas.
 Kembangkan manset 20-30 mmHg diatas titik nadi tidak terdengar
 Turunkan tekanan manset 2-3 mmHg/detik, catat pembacaan manometer
pada saat nadi pertama terdengar dan catat sebagai nilai sistolik.
 Bersihkan jelly pada lokasi nadi.
 Ulangi prosedur pengukuran pada lengan lainnya.
 Jika perlu pengukuran ulang, tunggu 1 menit
 Gunakan tekanan sistolik tertinggi pada tiap kaki untuk menghitung ABI
b. Pemeriksaan ABI menggunakan metode palpasi
1. Pegukuran tekanan Brachial
 Setelah periode istirahat 5-10 menit, palpasi nadi brachialis.
 Tempatkan manset 2-3 cm diatas fosca cubita di lengan
 Palpasi nadi radialis kemudian kembangkan manset 20-30 mmHg diatastitik
nadi tidak terdengar.
 Turunkan tekanan manset 2-3 mmHg/detik, palpasi rasakan suara detak
pertama yang merupakan tekanan darah systolic brachialis.
 Ulangi pada lengan yang lain.
 Gunakan tekanan sistolik tertinggi pada tiap lengan untuk menghitung
score ABI.
C. Penyebab Medis
Indikasi pengukuran Ankle Brachial Index (ABI) berperan dalam hal skrining,
penegakan diagnosis, pedoman terapi, hingga penentuan prognosis. Pengukuran ABI
biasadigunakan pada kasus peripheral artery disease (PAD).

American Heart Association (AHA) merekomendasikan pemeriksaan ABI pada


pasien berisiko mengalami Peripheral Artery Disease (PAD), seperti klaudikasio
intermiten. Kelompok pasien memiliki risiko PAD misalnya pasien usia >40 tahun,
merokok, dan penderita diabetes mellitus. Sebanyak 6,5 juta orang berusia di atas 40
tahun diketahui menderita PAD berdasarkan studi di Amerika Serikat. Studi oleh
Dachun Xu et al yang dilakukan pada 2034 pasien, mendapatkan hasil bahwa
pemeriksaan ABI memiliki spesifitas sebesar 83,3–99,0% dan sensitivitas 72,1‒ 89,2%
untuk mendiagnosis PAD.

D. Pertimbangan Keperawatan
 Memastikan pasien menghindari rokok, kopi, alkohol, dan kegiatan fisik berat sekitar
12 jam sebelum pengukuran
 Memastikan pasien pada kondisi tenang dan hangat untuk menghindari vasokonstriksi,
karena itu pasien harus rileks, nyaman, dan sudah mengosongkan kandung kemih
 Memastikan pasien melepaskan sepatu/sandal, dan menghindari menggunakan pakaian
ketat
 Memastikan pasien yang memiliki luka ringan pada area pengukuran, sebaiknya luka
ditutupi oleh pelindung, seperti plester atau kasa

 Memastikan pasien sebaiknya sudah cukup tidur minimal 10 menit sebelum


pengukuran, agar tekanan darah dalam batas normal

Anda mungkin juga menyukai