Badan Pemeriksa Keuangan Dalam Kajian Ketatanegaraan Islam: Disusun Oleh
Badan Pemeriksa Keuangan Dalam Kajian Ketatanegaraan Islam: Disusun Oleh
SKRIPSI
Disusun Oleh :
RINI WULANDARI
104045201524
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
segala nikmat, rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tetap tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tuntunan dan petunjuk
kepada umat manusia menuju kehidupan serta peradaban dan berkeadilan serta keluarga
diharapkan penulis. Kebahagiaan yang tidak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah
dapat mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga dan
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dan
motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan rasa hormat dan bentuk
Bapak/Ibu :
1. Prof. DR. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas
2. Asmawi, M.Ag. dan Sri Hidayati, M.Ag. Kajur dan Sekjur yang memberikan
4. Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
5. Pimpinan dan seluruh karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum serta
6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Muhammad Sukasno dan Ibunda Supriyatin
terima kasih atas do’a, kasih sayang dan perhatiannya serta pengorbanan yang
tiada terhingga selama membesarkan dan mendidik penulis sampai saat ini. Tak
9. Aa Iman (terima kasih atas do’a dan supportnya), Mhamas (yang selalu sabar
mendengarkan curahan hati Dede), Uwah dan Atul (yang selalu memberikan
support dan menemaniku disaat jenuh), Ana dan Jeny (yang dengan sabar
10. Rekan-rekan senasib seperjuangan Nita, Santi, Qo2m, Dira, Putri Thanx untuk
kebaikan kalian. Tak lupa anak-anak Aliansi 2004 yang kuanggap sebagai abang-
abangku.....Chayoo !! serta sahabat-sahabatku Katren, Lina, Edet, Ana, Giarti......I
luv u all... !! Tak lupa untuk keluarga ke’2 ku (Mbah Wir, mas nanang, ka’ eng,
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan. Semoga Allah
membalas semua kebaikan dengan balasan yang berlipat ganda. Terakhir penulis
berharap semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca
Penulis
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi sala
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
Jakarta.
Rini Wulandari
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I. PENDAHULUAN
F. Metode Penelitian................................................................... 12
G. Sistematika Penulisan............................................................. 14
(BPK) DI INDONESIA
KETATANEGARAAN ISLAM
...............................................................................................64
BABV. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 66
B. Saran...................................................................................... 68
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan satu lembaga negara yang bebas dan
belanja negara yang telah disetujui oleh rakyat melalui DPR. Dalam pelaksanaan
tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan pada pokoknya adalah partner atau mitra
mestinya.
dipertegas dalam UUD 1945 setelah perubahan, dalam Pasal 23 ayat (1) UUD 1945
mengenai struktur organisasi dan kewenangan BPK, tetapi maksud dari bagian pasal
ini mengalami berubah secara sangat mendasar. Tujuan adanya perubahan ini agar
1
Peraturan BPK RI No.1 Th 2007 “Standar Pemeriksaan Keuangan Negara”, (Jakarta: Pustaka
Pergaulan, 2007)
penyelenggaraan pemerintahan negara di pusat dan daerah sejalan dengan apa yang
telah dicita-citakan oleh BPK itu sendiri. BPK membentuk perwakilan disetiap
propinsi dan meningkatkan ruang lingkup kerjanya, sehingga jumlah anggota Badan
DPD, dan DPRD, sesuai dengan kewenangannya.2 Karena sebelum diubah hasil
pemeriksaan hanya diserahkan kepada DPR saja. Bahkan ditegaskan pula dalam
pasal 23E ayat (3), “Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga
tidak diwajibkan untuk atas insiatifnya sendiri menyampaikan hasil pemeriksaan itu
kepada lembaga penegak hukum, tetapi ketika terdapat dugaan adanya tindak pidana
kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum, baik yang
disengaja atau karena kelalaian yang dilakukan oleh bendahara, pengelola Badan
Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang
2
Berdasarkan pasal 23E ayat (2) UUD 1945
ditentukan dengan keputusan BPK. Karena itu, pada hakikatnya, lembaga BPK ini
penunjang, perwakilan, pemeriksa dan pejabat lain yang ditetapkan oleh BPK sesuai
oleh pasal 23G ayat (1) UUD 1945 yang menegaskan, “Badan Pemeriksa Keuangan
Artinya, UUD mewajibkan bahwa perwakilan BPK itu harus ada di setiap provinsi.
besar, fungsi BPK sebenarnya pada pokoknya tetap terdiri atas tiga bidang, yaitu
fungsi operatif, fungsi yustisi, dan fungsi advisory. Bentuk pelaksanaan ketiga
rugi terhadap bandaharawan dan pegawai negeri bukan bendahara yang karena
3
Jimly, Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta : PT.Bhuana Ilmu
Populer, 2007)
4
UU RI No. 15 Th.2006 Badan Pemeriksa Keuangan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007)
perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang menimbulkan
kekayaan. Dasar ini sudah cukup bagi seorang muslim untuk dapat menerapkan
dengan benar bahwa suatu harta kekayaan harus dijauhkan dari sentuhan orang-
orang yang tamak terhadap harta umum atau dengan keinginan yang terlalu
memeriksa perkara yang terkait dengan pemeriksaan terhadap harta milik negara.
lembaga ini adalah perkara-perkara yang diajukan oleh seseorang yang teraniaya dan
Pengadilan mazhalim adalah salah satu dari tiga kekuasaan negara disamping
5
Jimly, Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,
(Jakarta: Konstitusi Press, 2006)
6
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqie, Peradilan dan Hukum Acara Islam, (Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 2001)
umum yang bertujuan mengukuhkan dasar-dasar keadilan diantara individu
masyarakat.
Pada pengadilan majelis mazhalim hendaknya dihadiri oleh lima petugas inti
dalam beracara sidang, oleh sebab itu, tugas mengadili suatu perkara tidak dapat
1. Para penjaga dan pembantu untuk menarik kekuatan dan meluruskan pihak
yang berani;
2. Para qadhi dan pejabat pemerintah yang berfungsi untuk mengetahui fakta-
3. Para fuqaha yang berfungsi sebagai sumber rujukan dalam masalah yang sulit
dan menjadi tempat bertanya tentang masalah yang problematis dan rumit;
5. Para saksi yang berfungsi sebagai saksi atas hak yang telah ditetapkan dan
korup para pejabat pemerintah atas harta yang mereka pungut dari rakyat. Untuk
menangani hal ini, petugas mazhalim perlu undang-undang yang adil dalam catatan
pembukuan negara dan ketetapan pemerintah sebelumnya tentang pungutan itu. Juga
memeriksa kecurangan pegawai-pegawai yang ditugaskan untuk mengumpulkan
Dari uraian diatas, penulis tertarik mengkaji lebih dalam sekaligus penulisan
maka dapat disusun pembatasan masalah guna memudahkan penyusunan skripsi ini
Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang ada menjadi
7
Imam, Al mawardi, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2000)
1. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi kewenangan Badan Pemeriksa
Islam.
umumnya.
mengetahui apa saja yang menjadi tugas dan wewenang BPK di Negara RI
3. Secara akademis dapat bermanfaat bagi para akdemisi Fakultas Syari’ah dan
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menjaga keaslian judul yang akan penulis ajukan dalam proposal
skripsi ini perlu kiranya penulis lampirkan juga beberapa rujukan yang menjadi
Buku yang berjudul Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia oleh Jimly
Asshiddiqie. Buku ini memuat tentang Materi hukum tata Negara positif yang
berlaku di Indonesia, setelah reformasi. Yang menyangkut diantaranya tentang
hukum keuangan negara yang berkaitan dengan tugas dan wewenang lembaga
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Buku ini juga membahas tentang persoalan
Dalam buku yang berjudul Hukum Tata Negara Indonesia oleh Ni’matul
perintah UUD 1945. mulai dari pemisahan kekuasaan dan chek and balances sampai
Buku yang berjudul Peradilan dan Hukum Acara Islam yang ditulis oleh
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqie, membahas tentang tata cara peradilan
dalam Islam dan membahas lembaga peradilan dalam Islam seperti membahas tugas
BPK RI No.01 Tahun 2007 mempertegas bahwa BPK sebagai lembaga negara, yang
undangan. Buku ini membahas tentang standar pemeriksaan standar umum, standar
8
Jimly, Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta : PT.Bhuana Ilmu
Populer, 2007)
9
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005)
10
Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddiqie, Peradilan Dan Hukum Acara dalam Islam, cet.II,
(Semarang: PT. .Pustaka Rizky Putra, 2001)
pelaksanaan pemeriksaan keuangan, standar pelaporan pemeriksaan keuangan, serta
undang ini diatur tentang hal-hal baru dalam proses dinamika lembaga BPK, antara
undangan yang terkait dengan ruang lingkup tugas dan fungsi BPK, seperti UU
Negara.12
negara. Pada hakikatnya, negara adalah suatu lembaga politik. Dalam kedudukannya
yang demikian, negara tunduk pada tatanan hukum publik. Negara berusaha
memberikan jaminan kesejahteraan kepada rakyat. Oleh karena itu, dengan tugas
yang dimiliki oleh lembaga BPK dalam hal pengelolaan keuangan negara
Dalam hal ini peran BPK sebagai lembaga pemeriksa yang bebas dan
11
Peraturan BPK RI No.1 Th 2007 “Standar Pemeriksaan Keuangan Negara”, (Jakarta: Pustaka
Pergaulan, 2007)
12
UU RI No. 15 Th.2006 Badan Pemeriksa Keuangan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007)
Terkait dengan tugasnya tersebut BPK dapat memeriksa apa saja yang termasuk
ataupun korupsi.
dalam ketatanegaraan Indonesia, disini penulis juga ingin mengkaji dari segi
ketatanegaraan Islam. Hal ini dimaksudkan penulis ingin mengetahui apakah secara
mempunyai peran yang sama dengan lembaga BPK. Sehingga dapat diketahui
Analisis Perbandingan
F. Metode Penelitian
diperlukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Pada dasarnya sesuatu yang
dicari dalam penelitian ini tidak lain adalah “pengetahuan” atau lebih tepatnya
“pengetahuan yang benar”,dimana pengetahuan yang benar ini nantinya dapat dipakai
untuk menjawab pertanyaan atau ketidaktahuan tertentu.13 Penelitian ini dimaksudkan
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis
diharapkan dapat menggali data dan informasi sedetail mungkin tentang Kajian
c. Sumber Data
Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut:
Negara. Peraturan BPK RI No. 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik Badan
Pemeriksa Keuangan RI, Peradilan dan Hukum Acara Dalam Islam, Hukum
13
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1997),
h.27-28
14
Moleong J.Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Roda Karya, 2004)
2. Data sekunder : buku-buku yang membahas tentang hal-hal yang terkait
dengan pembahasan.
d. Analisa data
penalaran yang berawal dari hal yang umum untuk menentukan hal yang khusus
f. Teknik Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan
G. Sistematika Penulisan
sistematika penulisan skripsi ini kedalam lima bab dengan sususnan sebagai berikut :
Bab I berisi pendahuluan yang terdiri atas sub-sub bab yang menjelaskan latar
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori dan konsepsional, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Indonesia yang terdiri dari sub-sub bab yang menjelaskan pengertian Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), sejarah dan praktek BPK, tugas dan wewenang BPK
Bab III Tentang Badan Pemeriksa Keuangan dalam perspektif Islam yang
terdiri dari tinjauan BPK dalam ketatanegaraan Islam, Wilayah mazhalim dalam
dan perbedaan BPK dan wilayah mazhalim, relevansi BPK dengan Wilayah
mazhalim.
Bab V Penutup, pada bab ini penulis menarik kesimpulan yang diambil
berdasarkan perumusan masalah dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan juga
Tahun 1945.15 Algemene Rekenkamer adalah nama lain dari apa yang kini disebut
dan mandiri dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Badan Pemeriksa Keuangan sebelumnya merupakan bagian dari Bab VIII yang
Keuangan dalam bab tersendiri dimaksudkan untuk memberi dasar hukum yang
lebih kuat serta pengaturan lebih rinci mengenai BPK. Dengan adanya ketentuan
15
UU RI No. 15 Th.2006 Badan Pemeriksa Keuangan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h.2
16
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.
176
BPK mempunyai visi dan misi yaitu terwujudnya BPK RI sebagai
lembaga pemeriksa yang bebas dan mandiri, profesional, efektif dan modern
pengendalian intern yang kuat, memiliki aparat pemeriksa intern yang kuat dan
negara.
Pada Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 telah ditetapkan bahwa untuk
Badan Pemeriksa Keuangan dengan suratnya tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah
17
http://www.legalitas.org/ind-phpl/buka.php, diakses pada tanggal 3 Juni 2008
mengumumkan kepada semua instansi di wilayah Republik Indonesia mengenai
mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23 ayat (5) UUD Tahun
1949.19
dengan itu maka terbentuk pula Dewan Pengawas Keuangan yang merupakan
salah satu alat perlengkapan negara RIS, sebagai Ketua diangkat R. Soerasno.
Administration (NICA).20
18
H.Abu Daud Busroh, Capita Selecta Hukum Tata Negara, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994),
Cet.Pertama, h.55
19
Ibid, h.56
20
Ibid, h.57
Tanggal 17 Agustus 1950 Negara Kesatuan Republik Indonesia kembali
Personalia Dewan Pengawas Keuangan RIS diambil dari unsur Badan Pemeriksa
sehingga dapat menjadi alat kontrol yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu maka
Pemerintah Pengganti Undang-undang No.7 Tahun 1963 (LN No. 195 Tahun
21
Ibid, h.58
22
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, h.178
23
Abu Daud Busroh, Capita Selecta Hukum Tata Negara, h.57
1963) yang kemudian diganti dengan Undang-Undang (PERPU) No. 6 Tahun
1965 yang antara lain menetapkan bahwa Presiden, sebagai Pemimpin Besar
penyusunan dan pengurusan keuangan negara. Ketua dan Wakil Ketua BPK RI
BPK RI dikembalikan pada posisi dan fungsi semula sebagai Lembaga Tinggi
Negara. Sehingga UU yang mendasari tugas BPK RI perlu diubah dan akhirnya
direalisasikan pada Tahun 1973 dengan UU No. 5 Tahun 1973 Tentang Badan
Pemeriksa Keuangan.25
seluruh Indonesia. Sementara itu organisasi BPK jauh lebih kecil. Di daerah ada
menghadapi dualisme pemeriksaan oleh BPK dan BPKP itulah, maka pasal 23E
ayat (1) menegaskan bahwa, “ Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas
dan mandiri”. Di sini tegas dikatakan hanya satu badan yang bebas dan mandiri.
24
http://www.wikipedia.org/wiki/Badan_Pemeriksa_keuangan, diakses pada tanggal 9 April 2008
25
Ibid
Oleh karena itu, BPKP dengan sendirinya harus dilikuidasi, dan digantikan
negara dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen
dan profesional.27
ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar 1945. Dalam hal ini, Badan Pemeriksa
Bab III pasal 6 ayat (1) Badan Pemeriksa Keuangan bertugas memeriksa
26
Padmo Wahjono, Perkembangan Hukum Tata Negara, (Jakarta: Ghalia Indonesia), h.277
27
Rahimullah, Hukum Tata Negara “Hubungan Antar Lembaga Negara”. (Jakarta: Gramedia,
2007), h.52
(ii) Pemerintah Daerah;
terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek
atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai dengan standar
28
Peraturan BPK RI No.1 Tahun 2007, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, (Jakarta: Pustaka
Pergaulan, 2007), h.20
meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara kepada DPR, DPD dan DPRD
perwakilan. Oleh karena itu, hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang telah diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD
unsur pidana, BPK melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang
29
Ibid, 57
30
Jimly Asshidiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT.Bhuana Ilmu
Populer, 2007), h.869
pelaksanaan tindak pemeriksaan tersebut yang hasilnya kemudian diberitahukan
BPK juga mempunyai wewenang. Pasal 9 ayat (1) menjelaskan bahwa BPK
berwenang :32
lainnya, BUMN, BUMD, dan lembaga lain atau badan lain yang mengelola
keuangan negara.
31
UU BPK, Pasal 8
32
UU RI No.15 tahun 2006 Tentang BPK, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007) Kewenangan dimaksud
merupakan perwujudan lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam pelaksanaan pemeriksaan
pengelolaan keuangan negara.
e. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan
negara. 33
g. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa diluar BPK yang bekerja
Pusat/Pemerintah Daerah.
diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang
keuangan negara dan /atau penetapan pihak yang berkewajiban membayar ganti
33
Ibid, Kode etik memuat pedoman tentang sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pemeriksa keuangan negara guna menjaga mutu
pemeriksaan, citra, dan martabat BPK. Kode etik ini berlaku bagi anggota BPK dan pihak lain yang bekerja
untuk dan atas nama BPK.
34
Ibid, Yang dimaksud “pengelola” termasuk pegawai perusahaan negara/daerah dan lembaga
atau badan lain. Yang dimaksud dengan BUMN/BUMD adalah perusahaan negara/daerah yang sebagian
besar atau seluruh modalnya dimiliki oleh negara/daerah.
kerugian ditetapkan dengan keputusan BPK. Dan untuk menjamin pelaksanaan
Negara Lain, Bank Indonesia, BUMN, Badan Layanan Umum, BUMD, Yayasan,
dan Lembaga atau Badan Lain, yang diperlukan karena sifat pekerjaannya. 2).
35
Ibid, pasal 10, h.9
36
Ibid, pasal 11
dan penjelasan pasal tersebut telah mengurangi hak konstitusional BPK sehingga
pajak dapat memberikan keterangan kepada lembaga negara yang berhak memeriksa
Ketentuan itu bertentangan dengan UUD 1945, terutama pasal 23E ayat (1)
tentang kewenangan BPK, yang menegaskan BPK didirikan sebagai suatu lembaga
negara yang bebas dan mandiri hanya untuk satu tujuan saja. “Tujuan tunggal
pendirian BPK itu adalah untuk memeriksa setiap sen uang yang dipungut oleh
negara, dari mana pun sumbernya, di mana pun disimpan dan untuk apa pun
dipergunakan”. Dan jika hal itu bertentangan maka dapat diartikan bahwa sebagai
lembaga negara yang bebas dan mandiri BPK belum dapat menjalankan tugas dan
Lebih lanjut, prosedur izin dari Menteri Keuangan dalam hal pemeriksaan
pajak itu juga tidak lazim. Hal itu disebabkan BPK adalah lembaga tinggi negara
BPK sebagai lembaga negara adalah lebih tinggi daripada Menteri Keuangan.38
terjemahan dari auditing. Pada saat ini, tidak ada pengelolaan keuangan yang dapat
itu memang sesuai dengan norma-norma aturan yang berlaku (rule of the games).
37
http://www.setneg.go.id/index/php, diakses pada tanggal 15 Juni 2008
38
Ibid
Oleh sebab itu, setiap pengelolaan keuangan harus dilakukan sesuai aturan yang
simultan dan menyeluruh sejak dari tahap perencanaan sampai ke tahap evaluasi dan
penilaian, mulai dari tahap rule making sampai ke tahap rule enforcing. Auditing
atau pemeriksaan tidak selalu bertujuan mencari kesalahan, melainkan juga untuk
meluruskan yang bengkok dan memberikan arah dan bimbingan agar pelaksanaan
tugas-tugas dan fungsi lembaga ini dapat tetap berada di dalam koridor aturan yang
berlaku. Artinya, pemeriksaan dapat berfungsi preventif dan dapat pula berfungsi
dan perhitungan pajak dilakukan secara internal (self assessment) oleh kelengkapan
penggelapan pajak. Oleh karena itu, jika tidak ada pemeriksaan eksternal oleh BPK,
sistem `self assessment` itu hanya merupakan lisensi untuk melakukan kejahatan
penggelapan pajak.
dengan beberapa ketentuan lain, yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
39
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,
(Jakarta: Konstitusi Press, 2006) Cet.II, h.162
40
Ibid, h.164
15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara.
landasan yuridis terbaru era reformasi yang semakin memperluas dan memperkuat
kewenangan dan fungsi BPK. Kalau sebelumnya objek pemeriksaan olek BPK lebih
depan menyangkut seluruh obyek pemeriksaan dari pusat sampai ke daerah yaitu
Pemerintah Daerah dan BUMD. Tidak saja sisi pengelolaan keuangannya, tetapi
juga kinerja dan audit investigasi dalam rangka lebih mengakomodasi laporan-
laporan masyarakat.41
mengandung dimensi yang sangat luas, yang tidak saja berkaitan dengan hukum
tata negara, tetapi juga bidang-bidang hukum yang lain, seperti hukum
administrasi, hak asasi manusia dan lain-lan. Dimensi perubahan itu juga
perubahan yang cukup besar di bidang sosial, politik, ekonomi, pertahanan, dan
hubungan internasional.42
41
Jimly Asshidiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD
1945, (Yogyakarta: FH UII Press, 2004), h.53
42
Jimly Asshidiqie, Konstitusi dan Ketatanegaraan Indonesia Kontemporer, (Jakarta: The
Biography Institute, 2007), h.84
Sebelum UUD 1945 diubah, pasal 23 ayat (5) diartikan secara restriktif
Pemeriksa Keuangan mencakup 7 butir ketentuan yang cukup luas dan rinci
pemeriksaan yang lebih luas dan melebar. BPK juga diharuskan menyampaikan
hasil pemeriksaannya kepada DPR, DPD, dan DPRD. Bahkan dalam hal hasil
secara hukum oleh lembaga penegak hukum. Lembaga penegak hukum inilah
yang dimaksud oleh pasal 23E UUD 1945 dengan istilah “badan sesuai dengan
undang-undang”.
Pasal 23 E ayat (1) hasil amandemen UUD 1945 memberi peran strategis
kepada BPK, yaitu memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
melalui suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. Sebagai
43
Jimly, Pokok-pokok Hukum Tata Negara, h.850
konstitusional dan perannya direvitalisasi menjadi lembaga negara yang sejajar
Sudah tentu, BPK sendiripun juga tidak dapat dikatakan salah jika beritikad
penegak hukum. Kemungkinan lain, dapat pula terjadi bahwa yang berinsiatif
untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK itu adalah DPR sebagai lembaga
pemeriksaan BPK itu kepada kepolisian atau badan-badan lain seperti KPK dan
sebagainya. Namun, setelah hasil pemeriksaan oleh BPK itu disampaikan kepada
DPR, maka semua informasi mengenai hasil pemeriksaan itu sudah menjadi milik
umum atau publik, sehingga dengan sendirinya setiap lembaga penegak hukum
negara dari kegiatan yang tidak terpuji yang merugikan kekayaan negara. 44
lembaga dan instansi pemerintah di negeri ini. Sebagai auditor negara, BPK kerap
tim audit BPK dihalang-halangi untuk melakukan proses audit. Pasca Amandemen
UUD 1945, BPK memang mulai menjadi lembaga tinggi negara yang
Selain terhambat oleh beberapa UU, dari pihak BUMN sendiri juga ada
keengganan untuk diperiksa BPK. Dengan alasan, bila BPK yang memeriksa maka
saham perusahaan plat merah itu akan turun nilainya. Ada sentimen negatif bila
BPK yang mengaudit karena sifatnya terbuka publik.45 Hal tersebut dimaksud
memeriksa uang negara yang dikelola oleh para penyelenggara negara. Misalnya,
BPK dapat memeriksa Menteri Keuangan dan Menteri BUMN ataupun menteri
lain yang membidangi pembinaan teknis badan usaha milik negara tersebut. BPK
tidak perlu memeriksa fisik uang dan pembukuannya, tetapi cukup memeriksa
tanggung jawab pengelolaan uang negara oleh pejabat negara yang terkait dengan
wakil pemerintah yang duduk sebagai komisaris, maka BPK dan aparat penyidik
bisa saja memeriksa komisaris yang bersangkutan sebagai tindakan dalam rangka
45
Jimly Asshidiqie, Sengketa Kewenangan Antar Lembaga Negara, (Jakarta: Sekretariat Jenderal
dan Kepaniteraan MK RI, 2006)
46
Jimly, Pokok-pokok Hukum Tata Negara, h.822
menilai pelaksanaan tanggung jawabnya mengawasi kekayaan negara yang
dilakukan oleh BPK untuk menghadirkan seseorang setelah upaya dalam rangka
bersikap tegas dalam menerapkan prinsip, nilai dan keputusan. Juga dalam
menurut keyakinannya.48
tugas BPK meliputi (i) pemeriksaan atas pengelolaan, dan (ii) pemeriksaan atas
kewenangan pemeriksaan keuangan negara oleh BPK ini menjadi sangat luas.49
yang demikian, BPK tentu saja juga memiliki wewenang untuk menetapkan
47
Peraturan BPK RI No.3 Tahun 2008, Tentang Cara Pemanggilan dan Permintaan Keterangan
Oleh BPK
48
Peraturan BPK RI No.2 Tahun 2007, Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia
49
UU RI No.15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara, h.34
reformasi memiliki kewenangan yang bersifat campuran. Padahal, pengertian
pengelola keuangan negara dalam arti yang sangat luas, baik dari segi sustansial
daerah. Akibatnya, format organisasi BPK mau tidak mau juga harus diperbaiki
kedudukannya yang demikian, negara tunduk pada tatanan hukum publik. Melalui
negara atau lembaga lain yang menggunakan angggaran negara tetapi juga diberi
BPK dapat meningkatkan kinerja dan mampu mengaudit laporan keuangan yang
lebih rumit.51 Sehingga keberadaan dan kedudukan BPK diperkokoh sebagai satu
50
Jimly, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara , h.863
51
“Kewenangan BPK Perlu di Tambah.” Kompas. 25 Agustus 2008
BAB III
BPK suatu badan independen yang dibentuk oleh pemerintah sebagai lembaga
pemeriksa keuangan negara berikut juga mengaudit keuangan pejabat, baik di tingkat
pusat maupun di level daerah. Lembaga kontrol ini diharapkan akan memberikan
efek yang yang sangat positif baik di tingkat masyarakat intern atau masyarakat
ekstern sehingga tercipta masyarakat yang lebih sejahtera. Kontrol yang baik dan
korupsi disemua level, sehingga dana yang diproyeksikan untuk kesejahteraan rakyat
tersalurkan sesuai jalurnya. Di sisi lain, efektitifitas dari kinerja lembaga ini akan
Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK memiliki peran dan fungsi
sentral untuk melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan dan kinerja pemerintah
(Pasal 4). BPK juga dapat melakukan pemeriksaan secara bebas dan mandiri, meliputi
waktu dan metode pemeriksaan, serta penyusunan dan penyajian laporan pemeriksaan
52
http://www.panmohamadfaiz.com., Optimalisasi Peran BPK Dalam Pengelolaan Keuangan
Negara, diakses pada tanggal 19 April 2008
(pasal 6). Kendati dalam penentuan standar pemeriksaan BPK melakukan konsultasi
Secara umum keberadaan Lembaga BPK ini lebih dilatarbelangi atas dasar
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif dan
53
transparan dengan memperhatikan rasa keadilan. Keadilan dalam Islam adalah
sebagai alasan pembenaran adanya semua lembaga dan perangkat negara, dan asas
berfirman:
Pada dasarnya harta kekayaan negara adalah milik Allah swt, pemerintah dan
sistem ekonomi dan politik secara global tetapi juga berkewajiban meletakkan sistem
53
Ridwan HR, Fiqh Politik, (Yogyakarta: FH UII Press, 2007), h.280
54
Samir Aliyah, Sistem Pemerintahan Peradilan dan Adat Dalam Islam. Penerjemah H.Asmuni
Solihan Zamakhsyari, Lc. Cet.I (Jakarta: Khalifa, 2004), h.96
55
pengawasan, perlindungan, dan pengarahan yang efektif dan sistematis. Secara
ada dua yaitu intern dan ekstern. Pengawasan intern lahir dari keimanan personal dan
pertanggungjawaban di sisi Allah swt, dan bahwa harta itu adalah amanat yang harus
dikelola dengan semestinya. Pengawasan seperti ini akan melahirkan sugesti untuk
tinggi pada masa Rasulullah saw, lalu para sahabat berkata, “wahai Rasulullah,
seandainya anda menetapkan patokan harga (tentu tidak melambung seperti ini).”
artinya Beliau melakukan sesuatu yang tidak menjadi hak Beliau untuk
55
Gunawan Widjaja, Pengelolaan Harta dan Kekayaan Negara, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), h.20
56
Yahya, A.R. , Struktur Negara Khilafah (Pemerintahan dan Administrasi), ( Jakarta: HTI Press,
2008), h.199
atas perkara-perkara yang terjadi dalam masalah hak-hak semua orang yang diatur
negara untuk masyarakat merupakan kewenangan lembaga mazhalim pada saat itu.57
Dalam Islam suatu lembaga dalam sebuah negara harus memenuhi kriteria-
pemerintahan;
daf’al-mafasid).
sistem Islam telah mengenal prinsip pemisahan antara tiga kekuasaan umum di
wilayah al-mazhalim. Majelis peradilan dan hukum (yudikatif) berada di luar batas-
57
Ibid
58
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah:Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001), h.7
batas lembaga eksekutif sepenuhnya. Sedangkan tugas peradilan bersifat mandiri dan
individual yang sama dengan isi putusan pengadilan. Searah dengan tujuan agar
tercapainya tertib administrasi keuangan negara, yang meliputi: tata pengaturan, cara
perkembangan masyarakat dan politik Islam. Dalam sejarah Islam yang paling
banyak menguasai lembaga peradilan Islam adalah ahli praktisi hukum. Dalam
peraturan perundang-undangan sekarang posisi para praktisi hukum itu selain sebagai
Al-Mazhalim kata jama’ dari Mazlimah, yaitu nama bagi sesuatu yang diambil
oleh orang zalim. Menurut istilah fuqaha, Wilayah Mazhalim merupakan suatu
jabatan kehakiman, akan tetapi lebih luas dari jabatan hakim biasa karena Wilayah
59
Ibid, h.136
60
Moh. Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, (Jakarta : Rineka Cipta,
2001), h.118
61
Abdul Wahab khalaf, Siyasah Syar’iyyah Politik Hukum Islam, Terj.Zainudin Adnan,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), h.35
Mazhalim yaitu suatu jabatan gabungan dari pengaruh kekuasaan dan peradilan
kehakiman.62
Dalam kajian fikih, Mazhalim merupakan salah satu bentuk lembaga peradilan
selain peradilan umum dan peradilan hisbah (peradilan khusus yang menangani
pelanggaran terhadap prinsip amar ma’ruf nahi mungkar). Mazhalim adalah lembaga
peradilan yang secara khusus menangani kelaliman para penguasa dan keluarganya
terhadap hak-hak rakyat. Peradilan Mazhalim ini bertujuan agar hak-hak rakyat dapat
negara.63
Mazhalim telah dimulai sejak zaman Rasulullah saw. kasus yang sangat terkenal
adalah kelaliman yang dilakukan oleh Zubair bin Awwam terhadap seorang Ansar.
Dalam kasus ini disebutkan bahwa Zubair tidak mau mengalirkan air ke ladang orang
Ansar yang menjadi tetangganya, sehingga tanaman orang tersebut kering. lalu orang
Ansar tersebut mengadu kepada Rasulullah saw. Ketika itu Rasulullah saw berkata:64
6 ل ا0, ' رIJ 5 ( ا: * ر ي5? ل اD * ر ي5 ا, & ' زG ا7,ا
Airilah ladangmu, Zubair, kemudian baru ladang orang Anshar itu. Orang Anshar
itu berkata, “Ya Rasulullah saw, ia adalah anak bibimu sehingga pantas saja engkau
memutuskan seperti itu.” Mendengar komentar itu Rasulullah saw marah dan
62
Abdul Karim Zaidan, Sistem Kehakiman Islam Jilid 3, (Kuala Lumpur: Pustaka Haji Abdul
Majid, 2004), h. 64
63
Hasan Muarif, dkk, ed.,Suplemen Ensiklopedi Islam, Vol.2 (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1996), h.52
64
Imam Al-Mawardi, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam. Penerjemah
Kamaluddin Nurdin, dkk, Cet.I (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h.158
bersabda, Alirkanlah air itu meskipun di atas perutnya, hingga genangan air
mencapai tinggi mata kaki. (HR.Bukhari dari Urwah bin Zubair)
Dalam hadis ini terlihat bahwa meskipun Zubair bin Awwam adalah anggota
keluarga Nabi SAW, secara tegas Rasulullah saw memutuskan bahwa air tetap dibagi
kepada tetangganya. Tidak ada keistimewaan bagi anggota keluarga Nabi SAW jika
dengan kebiasaan yang ditunjukan oleh Nabi SAW. Semua kasus yang
sejalan dengan semakin luasnya wilayah Islam. Atas inisiatif Khalifah Abdul
Malik bin Marwan, semua kasus mazhalim diselesaikan dalam peradilan khusus,
tegas ketika masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Dalam sejarah diketahui
seluruh harta rakyat yang diambil para penguasa secara zhalim, sehingga ia dapat
menyerahkan tugas ini kepada wazir-wazir dan kepala daerah atau hakim-hakim.
Meskipun hal ini pada awalnya adalah suatu tindakan jahiliah yang didorong oleh
65
Hasan Muarif, dkk, ed., Suplemen Ensiklpedi Islam, h.53
kepentingan politik, namun dengan kehadiran Rasulullah saw, pada saat peristiwa
itu membuat hal tersebut menjadi hukum syariat dan tindakan kenabian yang
hilful-fudhul dirumah Abdullah bin Judan dan jika aku diundang untuk
menghadiri acara seperti itu niscaya aku akan penuhi. Perundingan seperti itu
lebih aku sukai daripada aku mendapatkan unta yang harganya mahal” (HR
gugatan dari yang dirugikan, maka Wilayah mazhalim memiliki tugas dan
mazhalim ini tidak segan-segan mendukung mereka jika mereka berlaku adil dan
jujur walau tidak sertamerta. Karena harus tetap melihat undang-undang yang adil,
66
Imam Al-Mawardi, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam, h.161
catatan pembukuan negara, dan ketetapan pemerintah. Selanjutnya, bertugas
mengembalikan harta yang dirampas dan dikorupsi oleh pejabat. Sebaliknya, jika
negara. Lembaga berwenang juga dalam penetapan gaji dan tunjangan sosial, selain
itu menerima pengaduan para penerima gaji atas penyunatan gaji atau
menjamin penggunaan wakaf itu sesuai dengan ketentuan yang ada dan berdasarkan
rencana dan syarat-syarat yang diberikan oleh pihak pemberi wakaf. Untuk menjaga
diidentifikasi malalui: 1). catatan administrasi para pejabat yang bertugas menjaga
hukum, 2). administrasi negara, yang mencatat transaksi yang berlangsung atau
catatan-catatan khusus, 3). Dokumen yang tertulis. Sedangkan untuk wakaf khusus,
67
Ibid, h.162
68
Abdul Karim Zaidan, Sistem Kehakiman Islam, h.70
penanganan masalahnya bergantung pada adanya pengaduan pihak pemberi wakaf
mampu ditangani oleh para qadhi, yang disebabkan lemahnya kemampuan mereka
seperti ini, pejabat mazhalim dapat turun tangan karena adanya kekuatan yang ia
miliki dan lebih efektifnya keputusan hukum, sehingga lembaga ini dapat dengan
mudah memutuskan untuk menyita harta yang berada dalam genggaman pihak yang
kasus-kasus pelanggaran kepentingan umum yang sulit ditangani oleh pejabat biasa,
seperti tindakan berbuat mungkar secara terang-terangan. Dalam kasus seperti ini,
pejabat mazhalim turun tangan untuk mengambilnya dari mereka sesuai dengan
ketentuan Allah swt dan mewajibkan menaati peraturan dan kewajiban yang telah
ditetapkan oleh Allah swt. Lembaga ini juga memperhatikan pelaksanaan ibadah-
wewenangnya itu, pejabat mazhalim tidak boleh keluar dari tuntunan kebenaran dan
tidak boleh memberikan keputusan hukum yang tidak sesuai dengan keputusan
hukum yang di tetapkan oleh para hakim dan para qadhi, karena bisa saja pejabat
tuntunan syariat.69
69
Yahya A.R., Struktur Negara Khilafah, h.204
Pejabat yang mengurus masalah mazhalim dapat menggunakan cara-cara
yang dperbolehkan untuk mendapatkan fakta kebenaran, tidak semata dengan cara-
cara yang konvensional dan secara rutin dipergunakan. Kemudian dengan segera
memberikan keputusan hukum sesuai dengan tuntunan syariat. Menurut para ahli
dan seluruh fuqaha, pejabat mazhalim tidak boleh menetapkan hukum semata-mata
dengan bukti tulisan tangan jika tidak disertai adanya pengakuan akan kebenaran
yang boleh, bukan masalah yang wajib, yaitu jika dalam kasus tersebut menemukan
kecurigaan dan adanya penentangan dari satu pihak. Maka dapat menggunakan
cara-cara yang dapat mengungkapkan kebenaran dan menjaga pihak yang dituntut
1. Petugas mazhalim mempunyai wibawa dan kekuatan yang tidak dimiliki oleh
keluasan keluasan kebolehan sehingga petugas ini mempunyai ruang yang lebih
tanda yang tampak dan bukti-bukti yang ditemukan yang tidak dapat dilakukan
70
Imam Al-Mawardi, Hukum-Hukum Penyelengaraan Negara dalam Syariat Islam, Penerjemah
Fadli Bahri, Lc, cet.II (Jakarta: Darul Falah, 2006), h.132
oleh para hakim, sehingga ia dapat menemukan kebenaran dan mngetahui siapa
belum ditemukan dan hak-hak mereka belum jelas sehingga belum dapat
melakukan hal itu jika salah seorang dari pihak yang bersengketa meminta
untuk segera memutuskan hukum. Karena seorang hakim tidak dapat menunda
cara damai dan kerelaan, sedangkan qadhi tidak mempunyai wewenang untuk
7. Ia dapat terus menangani kedua pihak yang bersengketa itu jika ada tanda-tanda
jaminan jika dibutuhkan untuk mendorong pihak yang bersengketa itu untuk
saling bersikap jujur dan mengubah sikap pengingkaran dan saling menuduh
dusta.
10. Ia boleh memulai dengan memanggil para saksi dan menanyakan persaksian
mereka tentang kasus yang sedang ditangani. Sedangkan kebiasaan para qadhi
kemanfataan umum.
kehidupan masyarakat. Karena, dalam suatu negara, lembaga seperti ini difungsikan
untuk menegakkan hukum di wilayah kekuasaan negara, atau sebagai media untuk
secara efektif dan efisien. Berkenaan dengan tugas yang dimiliki dalam memberikan
perkara.
Karena itu mereka yang bertugas dalam wilayah mazhalim harus memenuhi
71
Nur Mufid dan Nur Fuad, Mencermati Konsep Kelembagaan Politik Era Abasiyah, (Jakarta:
Pustaka Progresif, 2000), h.122
1. Mempunyai kedudukan
2. Mempunyai pengaruh
3. Berwibawa
pelindung hukum dan ketegasan. Karena dengan kharisma dan wibawa yang
Sistem pemerintahan negara adalah sistem hubungan dan tata kerja antar
kewenangan dan fungsi antar lembaga negara serta institusi lainya yang terkait
diuraikan, maka dapat di jelaskan persamaan perbedaan BPK dan Wilayah Mazhalim
1. Segi kewenangan
72
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2005),
Cet. keduapuluh tujuh, h.138
BPK diberi wewenang oleh UUD 1945 untuk memeriksa keuangan negara
dan tanggung jawab atas pengelolaan keuangan negara yang dikelola oleh para
penyelenggara negara.73
BPK, maka BPK dapat dikatakan memiliki kewenangan yang sangat besar dan luas,
penjatuhan sanksi (yudikatif). Artinya siapa yang bersalah dan bertanggung jawab,
yakni :75
pusat dan pemerintah daerah. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK
2. Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta
73
C.S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h.35
74
Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer, 2007),h.862
75
Peraturan BPK RI No.1 Tahun 2 007, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, (Jakarta:
Pustaka Pergaulan, 2007), Cet.Pertama, h.21
mengamanatkan BPK untuk melaksanakan pemeriksaan kinerja pengelolaan
dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang
budgeter, tidak hanya untuk mencegah korupsi tetapi juga menyelamatkan uang dan
perluasan kewenangan BPK ini dapat dilihat sebagai upaya yang bersifat “extra-
dan difokuskan pada bidang-bidang yang secara potensial berdampak pada kewajaran
laporan keuangan serta tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara.
76
Jimly, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, h. 834
untuk mendapatkan data, dokumen, dan keterangan dari pihak yang diperiksa,
kesempatan untuk memeriksa secara fisik setiap asset yang berada dalam pengurusan
menggunakan pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang bekerja untuk dan
diakibatkan oleh perbuatan hukum baik sengaja maupun karena kelalaian. Dalam hal
kewenangan lembaga Wilayah mazhalim, ada kewenangan lain dalam hal memeriksa
harta yang dirampas dan dikorupsi oleh pejabat. ada dua macam yaitu:
1. Mengenai perampasan dan korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara. Jika
yang ada, ia harus segera memerintahkan untuk mengembalikan harta itu sebelum
kepada catatan administrasi negara. Jika tertera dengan jelas siapa pemiliknya, ia
harus membuat keputusan sesuai dengan apa yang tertera di dalamnya dan ia tidak
77
Ibid, h.866
78
Ibid, h.869
memerlukan bukti lagi, dan fakta yang ia dapatkan dalam administrasi negara
sudah mencukupi.
pemilik dan harta belum dapat diambil dari yang merampasnya kecuai jika ada
satu dari empat hal ini: a). Pengakuan pihak yang merampas harta itu, b). Adanya
fakta yang diketahui oleh pejabat mazhalim atas kejadian tersebut sehingga ia
dapat memberikan keputusan hukum berdasarkan apa yang ia ketahui, c). Adanya
bukti yang mengatakan bahwa pihak perampas telah merampas suatu harta atau
pemilik mempunyai bukti kepemilikannya, 4). Adanya informasi kuat yang tidak
mungkin dibuat-buat dan tidak diragukan. Karena para saksi dapat memberikan
yaitu mengawasi harta wakaf. Pengawasan bidang wakaf terbagi dalam dua jenis
yaitu wakaf umum dan wakaf khusus. Untuk wakaf umum, Wilayah Mazhalim dapat
penggunaan wakaf itu sesuai dengan ketentuan yang ada dan berdasarkan rencana dan
syarat-syarat yang diberikan oleh pihak pemberi wakaf. Hal itu dapat diketahui dari
sumber :
79
Imam Al-Mawardi, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam. Penerjemah
Kamaluddin Nurdin, dkk, Cet.I (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h.166
1). Dari catatan administrasi para pejabat yang bertugas untuk menjaga
hukum,
2). Dari administrasi negara yang mencatat transaksi yang berlangsung, atau
catatan-catatan khusus,
3). Dari dokumen tertulis yang telah lama ditulis dan dipercaya, meskipun
adanya pengaduan pihak pemberi wakaf atau mereka yang berhak menerima wakaf
tidak boleh dikembalikan kepada dokumen administrasi pemerintah atau apa yang
Titik temu persamaan kedua lembaga ini adalah BPK dengan wilayah
berdedikasi tinggi serta memiliki integritas moral dan kejujuran. Terlebih juga
mempunyai sikap tegas dalam menerapkan prinsip, nilai dan keputusan, serta cakap
1.2. Perbedaan
diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara
penyelenggara negara.
pelanggaran kepentingan umum yang sulit ditangani oleh pejabat biasa, seperti
mengganggu kelancaran dan keamanan lalu lintas yang sulit dicegah, dan tindakan
menahan hak orang lain yang sulit diminta. Dalam mengatasi masalah tersebut,
dan menetapkan hukuman sesuai dengan ketentuan Allah SWT, dan mewajibkan
mereka untuk menaati peraturan dan menunaikan hukuman yang telah diberikan.
bahwa Lembaga BPK hanya mengatasi hal-hal yang mengatur tentang kekayaan
memeriksa hal terkait dengan harta milik negara, tetapi lembaga ini juga
memberikan keputusan hukum bagi pihak yang bersengketa baik perkara antara
organisasi/departemen maupun persoalan perseorangan dengan
organisasi/departemen.
Perbedaan lain dalam kedua lembaga tersebut adalah BPK hanya memiliki
fungsi yudikatif dalam memberikan putusan untuk menetapkan ganti rugi. Sedangkan
Wilayah Mazhalim adalah lembaga yudikatif yang dapat mengadili dan memberikan
2. Segi Kemandirian
Secara umum tidak ada perbedaan secara mencolok antara BPK dan wilayah
mazhalim dari segi kemandirian. Secara khusus Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
obyek yang akan diperiksa. Sebagai pendukung BPK dapat memanfaatkan hasil
pihak lembaga perwakilan, serta informasi dari berbagai pihak. Kebebasan dalam
pelaksanaan dan metode pemeriksaan. Selain itu, kemandirian BPK dalam memeriksa
keuangan negara mencakup ketersediaan sumber daya manusia, anggaran dan sarana
itu sendiri berdasarkan ijtihadnya atas suatu perkara sesuai dengan ketetapan hukum
Allah SWT.
Ditela’ah secara keseluruhan kedua lembaga ini sama-sama lembaga yang
lembaga ini tidak dapat dipengaruhi oleh lembaga lain ataupun individu manapun
Persamaan Perbedaan
untuk membenarkan pendapat bahwa negara Islam adalah negara hukum. Sebelum
para pakar tata negara di Eropa muncul ke dunia. Berabad-abad sebelumnya, Islam
telah mengambil ketetapan bahwa hukumlah yang harus berkuasa paling tinggi dalam
negara.81 Berpedoman pada suatu prinsip manusia sama derajatnya dimata Allah,
Adanya jaminan keadilan hukum tidak saja berlaku pada dan oleh pemerintah
pusat, tetapi dapat juga menjadi garis politik yang nyata untuk seluruh rakyat sampai
terjadi pada negara yang tidak memiliki dasar hukum sehingga besar kemungkinan
81
Zainal Abidin Ahmad, Membangun Negara Islam, (Jakarta: Pustaka Iqra, 2001), Cet.I, h.90
82
Ali Salim Al-Bahansawi, Wawasan System Politik Islam, (Jakarta: Pustaka al-kautsar, 1996),
h.89
pula menjadi negara kafir, negara zalim (negara diktator/otokrasi bertindak sewenang-
wenang dan tidak punya hukum yang memihak rakyat) dan negara fasik (negara
anarki, kacau balau, dan tidak teratur dimana pemerintahnya tidak sanggup menjamin
keamanan).83
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dapat dikatakan mirip dengan lembaga Wilayah
hukum Islam. Disisi lain, juga memiliki kewajiban untuk melakukan ijtihad dalam
rangka legislasi, termasuk mengeluarkan fatwa yang didasarkan oleh syariah. Namun
demikian dalam negara Islam kewenangan legislasi sangat terbatas karena putusan
Mazhalim di Indonesia. Kedua lembaga ini bertemu pada salah satu objek kajian
yang ditugaskan untuk mengumpulkan zakat dan harta-harta kekayaan negara. Hanya
tetap mengandung norma konkrit dan bersifat individual, yang sama dengan isi
putusan pengadilan..
83
Zainal Abidin Ahmad, Membangun Negara Islam, h.91
Pada dasarnya kedua lembaga ini memiliki fungsi yudisial yang sama yaitu
menerapkan hukum dalam hal pengelolaan harta dan kekayaan milik negara agar
terhindar dari penyelewengan yang dilakukan oleh pejabat negara sehingga dapat
Dapat digaris bawahi eksistensi kedua lembaga ini merupakan suatu lembaga yang
bebas, mandiri dan professional sehingga dalam menjalankan tugasnya tersebut tidak
Oleh karena itu, dalam Islam tidak boleh ada pengaruh apa dan siapapun atas
para hakim atau pemeriksa dalam kedudukannya dan mereka sendiripun tidak boleh
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
mengenai BPK , sampai pada bab ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
dimaksud dalam UUD 1945. Tujuannya untuk menetapkan hukum secara adil
mandiri. Lingkup Kewenangan BPK pasca perubahan UUD 1945 menjadi lebih
luas, selain dapat memberikan pendapat kepada DPR, tetapi juga kepada DPD,
Indonesia, BUMN, Badan Layanan Umum, BUMD, Yayasan, dan Lembaga atau
badan lain.
memeriksa dengan teliti sikap dan tingkah laku para pejabat dan keluarga, (2)
memeriksa kecurangan para pegawai yang bertanggung jawab atas pungutan dana
untuk negara (pajak), (3) memeriksa para pejabat yang bertanggung jawab atas
keuangan Negara, (4) memeriksa secara cermat penanganan dan penyaluran harta
wakaf dan kepentingan lainnya, (5) mengembalikan hak-hak rakyat yang diambil
aparat negara.
Negara. Keduanya juga memiliki kesamaan visi dan misi yakni melindungi dan
Sebagaimana yang telah penulis uraikan secara luas mengenai BPK pada
skripsi ini penulis utarakan juga betapa pentingnya pengetahuan tentang mengetahui
dan memahami selukbeluk keberadaan BPK ini, baik dari segi kewenangan, segi
Untuk itu perlu penulis utarakan sepenggal saran sebagai lanjutan dari skripsi
optimalisasi fungsi dan peran BPK sebagai sebuah lembaga pengawas keuangan
1. Diperluaskan dukungan yang penuh dari pemerintah kepada BPK untuk membuat
2. Membuat sistem kontrol dari MPR terhadap BPK untuk mengurangi potensi
3. Full transparansi kepada publik atas hasil auditnya dan terbuka kepada siapa saja
4. Adanya anggaran dana khusus yang memadai mengingat ruang lingkup tugas
BPK yang sangat luas. Dana dapat diambilkan dari APBN yang telah disetujui
oleh MPR sehingga kinerja BPK dapat dirasakan maksimal, tanpa harus meminta
dan efisien. Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan citra BPK di mata
masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-karim
Al.Mawardi, Imam, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan Dalam Takaran Islam,
Jakarta: Gema Insani Press, 2000
Aliyah, Samir, Sistem Pemerintahan Peradilan dan Adat Dalam Islam, Jakarta: Khalifa,
2004
Ambary, Hasan Muarif, Suplemen Ensiklopedi Islam Vol.2, Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1996
Ahmad Abidin, H.Zainal, Membangun Negara Islam, Jakarta: Pustaka Iqra, 2001
Al-Bahansawi, Ali Salim, Wawasan System Politik Islam, Jakarta: Pustaka al- kautsar,
1996
A.R., Yahya, Struktur Negara Khilafah (Pemerintahan dan Administrasi), Jakarta: HTI
Press, 2008
Fuad, Nur dan Mufid, Nur, Mencermati Konsep Kelembagaan Politik Era Abasiyah,
Jakarta: Pustaka Progresif, 2000
Huda, Ni’matul, S.H., M.Hum., Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005
Hasbi Ash Shiddieqy, Muhammad Teungku, Peradilan dan Hukum Acara Islam,
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001
Iqbal, Muhammad, Drs, M.Ag., Fiqh Siyasah (Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam),
Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001
J.Lexy, M.A. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Roda Karya,
2004
Karim Zaidan, Abdul, Dr., Sistem Kehakiman Islam Jilid 3, Kuala Lumpur: Pustaka Haji
Abdul Majid, 2004
Khalaf, Abdul wahab, Siyasah syar’iyyah Politik Hukum Islam, Yogyakarta: Tiara
wacana, 1994
Kansil, C.S.T., Drs, S.H., Hukum Tata Negara Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2007
Mahfud MD, Moh, Prof, Dr, S.H., Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia,
Jakarta: Rineka Cipta, 2001
Peraturan BPK RI No.1 Tahun 2007, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Jakarta:
Pustaka Pergaulan, 2007
Peraturan BPK RI No.2 Tahun 2007, Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia, diakses pada 22 September 2008 dari
http://www.bpk.go.id/doc/hapsem 2007
Peraturan BPK RI No.3 Tahun 2008, Tentang Cara Pemanggilan dan Permintaan
Keterangan Oleh BPK, diakses pada 22 September 2008 dari
http://www.bpk.go.id/doc/hapsem 2007
Rahimullah, S.H, M.Si., Hukum Tata Negara (Hubungan Antar Lembaga Negara),
Jakarta: Gramedia, 2007
Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1997
UU RI No. 15 Tahun 2006, Tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Jakarta: Sinar Grafika,
2007
Koran