Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA
BUDAYA DAN SENI DALAM ISLAM

DOSEN PENGAMPU : Dr. Hamdani, S. Ag., MA

Kelompok 15 :
Rizqy Shafiyyurridha (210510303)
Melfa Emirsya (210510312)
Nur Chairunisa (210510309)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................1

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang.................................................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian dan hakikat seni dan budaya dalam islam..................................................3
B.Wujud kebudayaan.........................................................................................................4
C.Prinsip-prinsip kebudayaan islam................................................................................5
D.Hubungan antara agama dan budaya..........................................................................5
E.Seni Islam sebagai manifestasi budaya umat Islam.....................................................8
F . Masjid Sebagai Pusat Peradaban
Islam.......................................................................10
G.Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya Indonesia................................................................10
H.Islam dan Budaya Lokal.............................................................................................11
I.Local Wisdom (Kearifan Lokal)...................................................................................11

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan................................................................................................................13
B.Saran..............................................................................................................................13

Seni dan Budaya Dalam Islam | 1


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Budaya tidak terlepas dari yang namanya dinamika kehidupan saat ini maupun
masa lampau. Islam merupakan agama yang mencintai keindahan sehingga dalam
islam terdapat aspek hubungan islam dengan seni dan budaya. Islam merupakan
agama yang berkembang, fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan perkembangan
zaman.
Islam adalah agama yang sangat menghargai seni. Hampir dalam setiap masa
penyebaran islam di berbagai belahan dunia ini, seni selalu dianggap sebagai salah
satu cara dakwah yang paling tepat. Karena masyarakat akan lebih mudah memahami
nilai-nilai yang dibawa oleh agama islam melalui seni tanpa perlu ada nya kekerasan
dan pemaksaan. Jenis kebudayaan disetiap daerah berbeda-beda. Namun, saat ini
seluruh kebudayaan islam tersebut telah mengalami perkembangan yang sangat
signifikan dan semakin baik. Hal yang sangat mempengaruhi perkembangan
kebudayaan islam adalah adanya konsep pengembangan budaya islam.
Upaya penyebaran islam melalui kebudayaan di Indonesia dapat dibuktikan
dengan peran wali songo yang begitu besar di pulau Jawa, salah satu cara yang
digunakan wali songo adalah melalui kesenian. Hal itu menunjukkan bahwa wali
songo mengutamakan jalan yang menjadikan masyarakat tertarik dan dengan ajakan
yang baik daripada mengedepankan hal-hal yang bersifat normatif dan tekstual.

Seni dan Budaya Dalam Islam | 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Hakikat Seni dan Budaya dalam Islam

       Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa : budaya adalah pikiran,
akal budi, dan adat istiadat. Bahasa inggris sering menggunakan istillah Culture dan 
Civilization untuk merujuk arti budaya. Sedangkan dalam bahasa Arab, terdapat istillah al-
tsaqafah dan al-hadlarah. Para ahli sosial cenderung berpendapat bahwa kata al-tsaqafah
menunjuk pada aspek ide. Sedangkan kata al-hadlarah menunjuk kepada aspek material.
Maka al-hadlarah lebih tepat sebagai terjemahan dari civilization, sementara kata al-
tsaqafah lebih tepat diterjemahkan sebagai culture. Sedang kan kebudayaan adalah hasil
kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat
istiadat. Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan kecakapan ( adat,
akhlak, kesenian , ilmu dll). Sedang ahli sejarah mengartikan kebudaaan sebagai warisan
atau tradisi. Bahkan ahli Antropogi melihat kebudayaan sebagai tata hidup dan kelakuan.

Definisi-definisi tersebut menunjukkan bahwa jangkauan kebudayaan sangatlah luas.


Untuk memudahkan pembahasan, Ernst Cassirer membaginya menjadi lima aspek : 1.
Kehidupan Spritual 2. Bahasa dan Kesustraan 3. Kesenian 4. Sejarah 5. Ilmu
Pengetahuan.  Menurut Taylor, kebudayaan adalah kompleks yang menyangkut
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.

Aspek kehidupan Spritual, mencakup kebudayaan fisik, seperti sarana (candi, patung
nenek moyang, arsitektur) , peralatan (pakaian, makanan, alat-alat upacara). Juga mencakup
sistem sosial, seperti upacara-upacara (kelahiran, pernikahan, kematian). Adapun aspek
bahasa dan kesusteraan mencakup bahasa daerah, pantun, syair, novel-novel. Aspek seni
dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu ; visual arts dan performing arts, yang
mencakup ; seni rupa (melukis), seni pertunjukan (tari, musik) Seni Teater (wayang) Seni
Arsitektur (rumah,bangunan , perahu). Aspek ilmu pengetahuan meliputi scince (ilmu-ilmu
eksakta) dan humanities (sastra, filsafat kebudayaan dan sejarah).
Seni dan Budaya Dalam Islam | 3

B. Wujud Kebudayaan

Menurut Kontjaraningrat, wujud kebudayaan meliputi :

1. Wujud ideal, berupa ide-ide,norma, peraturan, hukum, dan sebagainya


2. Wujud tingkah laku, berupa aktivitas tingkah laku berpola dari manuasia dalam masyarakat.
Pola tingkah laku yang mendasar dan dimaksudkan dalam ajaran islam meliputi hal-hal
sebagai berikut :
a) Ketakwaan, beriman, cinta , dan takut kepada allah swt. Tidak ada satupun yang patut
disembah dan dihormati selain allah swt yang membuahkan kerendahan hati dan
keberanian moral dan optimisme.
b) Penyerahan diri mencakup penghindaran diri dari kejahatan nafsu hewani,
memberikan kemuliaan sejati pada kepribadian, dan menjamin kelestarian serta usaha
untuk kebajikan.
c) Kebenaran menciptakan pola tingkah laku setia pada realita atau suatu pendekatan
realistis terhadap kehidupan dan ketulusan.
d) Keadilan baik terhadap diri sendiri, maupun orang lain,atau makhluk lain. Keadilan
menjamin penghindaran diri dari perbuatan tidak adil yang tidak sepatutnya dilakukan
terhadap siapapun. Keadilan pada diri sendiri menjamin upaya yang tinggi untuk
meningkatkan kehidupan yang alamiah,sehat,dan teguh.
e) Cinta terhadap makhluk tuhan, termasuk terhadap diri sendiri, akan membuahkan
upaya yang simpati, kebaikan,rasa hormat,kemurahan hati dan menghindarkan diri
dari melukai perasaan pihak lain.
f)  Hikmah mendorong seseorang untuk menumbuhkan tingkah laku berdasarkan
keilmuan dan mencapai penalaran yang semakin tinggi terhadap realita dan fenomena.
g) Keindahan membuahkan kemanisan, kelembutan, dan keluwesan yang muncul dalam
moral dan kebiasaan.

3. Wujud benda, berupa benda hasil karya. Peradaban sering disebut juga untuk kebudayaan
yang memiliki sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan
sebagainya. Maka, peradaban adalah bagian dari kebudayaan tapi tidak sebaliknya.
Seni dan Budaya Dalam Islam | 4

C.  Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam

Suatu kebudayaan bisa bergerak kearah yang lebih maju atau bergerak mundur. Dalam
istilah lain, suatu kebudayaan bisa bergerak kearah yang lebih baik atau bergerak ke arah
yang lebih buruk. Dalam hal ini tergantung pada aktor-aktor penggeraknya.

                 Prinsip kebudayaan dalam islam adalah salah satu di antara dua alternatif. Sepanjang
sejarah umat manusia, kebudayaan hanya mempunyai dua model tersebut yaitu membangun
atau merusak. Kedua model kebudayaan itu hidup dan berkembang saling berganti
(al-anbiya:104)

                 Di samping itu, prinsip kebudayaan dalam pandangan islam adalah adanya ruh (jiwa) di
dalamnya dan ruh itu tidak lain adalah wahyu allah (al-quran menurut sunnah rasul-nya),
seperti yang dinyatakan oleh surat asy-syuraa: 52 dan 53. Selain itu tentu saja ada ruh di luar
wahyu.

                 Jika ruh budaya adalah wahyu allah, maka kebudayaan bergerak ke arah membangun.
Seperti yang dibuktikan oleh para rasul allah sejak adam sampai nabi muhammad saw.
Sebaliknya jika ruh budaya adalah bukan wahyu allah, maka kebudayaan bergerak ke arah
yang merusak. Itulah model kebudayaan yang digerakkan fir’aun, qorun, para kapitalis, dan
komunis.

D. Hubungan  Antara Agama dan Budaya

Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk berbudaya


meupakan dinamika ilahi. Bahkan menurut Hegel, keseluruhan karya sadar insane yang
berupa ilmu, tata hukum, tata Negara, kesenian, dan filsafat tak lain dari pada proses realisasi
diri dari ruh ilahi.

Sebaliknya, menurut kaum rohaniawan (terutama dari kalangan Katolik), menyatakan


bahwa tidak ada hubungannya antara agama dan budaya, karena menurutnya, agama
merupakan keyakinan hidup rohani pemeluknya, sebagai jawaban atas panggilan ilahi.
Keyakinan ini disebut Iman, dan Iman merupakan pemberian dari Tuhan, sedang
kebudayaan merupakan karya manusia. Sehingga keduanya tidak bisa ditemukan. Adapun
menurut para ahli antropologi, bahwa agama merupakan salah satu unsur kebudayaan. Hal
itu, karena para ahli antropologi mengatakan bahwa manusia mempunyai akal pikiran dan
mempunyai sistem pengetahuan yang digunakan untuk menafsirkan berbagai gejala serta
simbol – simbol agama. Pemahaman manusia sangat terbatas dan tidak mampu mencapai
hakekat dari ayat-ayat dalam kitab suci masing-masing agama. Mereka hanya dapat
menafsirkan ayat-ayat suci tersebut sesuai dengan kemampuan nalar nya.
Seni dan Budaya Dalam Islam | 5

Disinilah bahwa agama telah menjadi hasil kebudayaan manusia. Berbagai tingkah laku
keagamaan, menurut ahli antropologi, bukanlah diatur oleh ayat-ayat dari kitab suci,
melainkan oleh interpretasi mereka terhadap ayat-ayat suci tersebut. Dari keterangan diatas
dapat disimpulkan bahwa para ahli kebudayaan mempunyai pendapat yang berbeda di
dalam memandang hubungan antara agama dan kebudayaan.

Sebagai sebuah kenyataan, agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi karena
keduanya terdapat nilai dan simbol. Agama adalah simbol yang melambangkan nilai
ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga mengandung nilai dan simbol supaya manusia
bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol, dengan kata lain agama
memerlukan kebudayaan. Tetapi keduanya perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu yang
final, universal, abadi, dan tidak mengenal perubahan (absolut). Sedangkan kebudayaan
bersifat particular, relative dan temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat
berkembang sebagai agama pribadi, tetapi tanpa kebudayaan agama sebagai kolektivitas
tidak akan mendapat tempat.

Interaksi antara agama dan kebudayaan itu dapat terjadi dengan :


1. Agama mempengaruhi kebudayaan dalam pembentukannya, nilainya adalah agama,
tetapi simbolnya adalah kebudayaan. Contoh: bagaimana solat mempengaruhi
bangunan.
2. Agama dapat mempengaruhi simbol agama.
Contoh : kebudayaan Indonesia mempengaruhi Islam dengan pesantren dan kiai yang
berasal dari padepokan.
3. Kebudayaan dapat menggantikan sistem nilai dan simbol agama.Agama dan
kebudayaan mempunyai dua persamaan yaitu, keduanya adalah sistem nilai dan sistem
simbol dan keduanya mudah sekali terancam setiap kali ada peubahan.

Agama dalam persepektif ilmu-ilmu sosial adalah sebuah sistem nilai yang memuat
sejumlah konsepsi mengenai konstruksi realitas, yang berperan besar dalam menjelaskan
struktur tata normative dan tata sosial serta memahamkan dan menafsikan dunia sekitar.
Sementara seni tradisi meupakan ekspresi cipta, karya, dan karsa manusia (dalam
masyarakat tertentu) yang berisi nilai-nilai dan pesan-pesan religiusitas, wawasan filosofis
dan kearifan lokal.

Baik agama maupun kebudayaan, sama-sama memberikan wawasan dan cara pandang
dalam mensikapi kehidupan agar sesuai dengan kehendak Tuhan dan kemanusiaannya.
Misalnya, dalam menyambut anak yang baru lahir, bila agama memberikan wawasan untuk
melaksanakan aqiqah, sementara kebudayaan yang dikemas dalam marhaban dan bacaan
berjanji memberikan wawasan dan cara pandang lain, tetapi memiliki tujuan yang sama,
yaitu mendoakan kesolehan anak yang baru lahir agar sesuai dengan harapn ketuhanan dan
kemanusiaan.
Seni dan Budaya Dalam Islam | 6
Islam datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan
yang baik dan seimbang. Dengan demikian islam tidaklah datang untuk menghancurkan
budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam
menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang tidak bermanfaat
dan membawa madharat di dalam kehidupannya. Sehingga islam perlu meluruskan dan
membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang
beradab dan berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.

Dari sudut pandang Islam, kebudayaan itu terbagi menjadi tiga macam :
1. Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam. Dalam kaidah fiqh
disebutkan : al-a’datu muhakkamatun. Maksudnya, adat istiadat dan kebiasaan suatu
masyarakat, yang merupakan bagian dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di
dalam penentuan hukum.  Tetapi yang perlu dicatat, bahwa kaidah tersebut hanya
berlaku pada hal-hal yang belum ada ketentuannya dalam syariat, seperti kadar besar
kecilnya mahar dalam pernikahan.

2. Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan ajaran Islam, kemudian


direkonstruksi sehingga menjadi Islami. Contohnya adalah tradisi jahiliyah yang
melakukan ibadah haji dengan cara-cara yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Seperti talbiyah yang sarat dengan kesyirikan, thawaf di Ka’bah dengan telanjang
direkonstruksi dengan menghilangkan unsur-unsur jahiliyahnya menjadi bentuk
ibadah yang telah ditetapkan aturan-aturannya. Dalam konteks seni sastra budaya
Arab dalam bentuk syair-syair Jahiliyah isinya direkonstruksi dengan memasukkan
nilai-nilai Islam.

3. Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam. Contohnya, budaya ngaben yang


dilakukan oleh masyarakat Bali, yaitu upacara pembakaran mayat yang
diselenggarakan dalam suasana yang meriah dan gegap gempita dan secara besar-
besaran. Ini dilakukan sebagai bentuk penyempurnaan bagi orang yang meninggal
supaya kembali kepada penciptanya. Upacara semacam ini membutuhkan biaya yang
sangat besar. Suatu hal yang harus disadari bahwa asas (fondasi) dari budaya Islam
itu adalah menumbuh kembangkan kesadaran berketuhanan (rabbaniyah, ribbiyah).
Maka dari itu, apapun bentuk manivestasi dari budaya Islam tersebut didasari dan
dimaksudkan untuk tegaknya nilai-nilai ketuhanan pada setiap manusia dan tujuannya
tidak lain dalam rangka mencari keredaan Tuhan. Karena itu dapat dipastikan dalam
rangka mencari keredaan Tuhan tersebut, setiap muslim dalam aktivitasnya
mengharapkan balasan dari Tuhan berupa pahala.
Seni dan Budaya Dalam Islam | 7

E. Seni Islami sebagai Manifestasi Budaya Umat Islam

Seni secara umum merupakan penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa
manusia, dilahirkan dengan perantara alat komunikasi ke dalam bentuk yang ditangkap oleh
indera pendengar (seni suara) penglihatan (seni tulis/lukis) atau dilahirkan dengan perantara
gerak (seni tari, drama)”. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa esensi dari seni itu adalah
apa saja yang mengandung keindahan atau kebaikan. Penilaian terhadap keindahan atau
kebaikan itu sendiri kadang-kadang sangat subyektif, temporer (tidak abadi), dan lokal
(tidak global).

Dalam Islam, untuk menggambarkan sesuatu itu indah atau baik dapat digunakan
istilah ihsan, shalih, atau jamil. Dalam hadis dijelaskan ihsan termasuk salah satu dari
trilogy arkan al-din (tiang/fondasi agama), yaitu iman, islam, dan ihsan. Penjabaran dari
ihsan bedasarkan hadis tersebut adalah “ engkau menyembah Allah seolah-olah engkau
melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihatnya, maka pasti sesungghunya Dia melihatmu.
Sedang kata shalih  biasanya disandarkan dengan kata amal, sehingga menjadi amal shalih,
secara harfiyah bermakna kerja yang baik. Perkataan jamil  biasanya dihubungkan dengan
hadis Nabi yang popular, “ Allah itu indah (jamil) dan menyenangi keindahan”.

Secara definitive, seni menurut Islam pada hakikatnya sebgai refleksi dan ekspresi dari
berbagai cita rasa, gagasan, dan ide sebgai media komunikasi yang begaya estetis untuk
menggugah citarasa inderawi dan kesadaran manusiawi dalam memahami secara benar
berbagai fenomena, panorama, dan aksioma yang menyangkut dimensi alam, kehidupan,
manusia dan keesaan / keagungan ketuhanan berdasarkan konsepsi ilahi dan nilai-nilai fiti
yang tertuang dan tesajikan dalam bentuk suara/ucapan, lukisan/tulisan, geak dan berbagai
implementasi dan apresiasi lainnya. Oleh karena itu tiada satu pun bentuk apresiasi dan
karya seni yang bebas nilai. Maka dalam menilai satu seni sebagai seni Islam diperlukan
criteria dan rambu-rambu yang jelas sehingga dapat membedakan dan memilahkannya dari
kesenian jahiliyah meskipun bernama ataupun menyebut lafal keislaman.

Di antara kaidah-kaidah (rambu-rambu) yang menjadi criteria seni Islam tersebut, menurut
Yusuf Al-Qaradhawi, adalah :

1.      Harus mengandung pesan-pesan kebijakan dan ajaran kebaikan di antara sentuhan


estetiknya agar terhindar laghwun (perilaku absurdisme, hampa, sia-sia).
2.      Menjaga dan menghormati nilai-nilai susila Islam dalam pertunjukkannya.
3.      Tetap menjaga aurat dan menghindari erotisme dan keseronokan.
4.      Menghindari semua syair, teknik, metode, sarana dan instrument yang diharamkan
syariat terutama yang meniru gaya khas ritual religious agama lain (tasyabbuh bil
kuffar) dan yang menjurus kemusyrikan.
5.      Menjauhi kata-kata, gerakan, gambaran yang tidak mendidik atau meracuni fitrah.
Seni dan Budaya Dalam Islam | 8

6.      Menjaga disiplin dan prinsip hijab.


7.      Menghindari perilaku takhanus (kebancian).
8.      Menghindari fitnah dan praktek kemaksiatan dalam penyajian dan pertunjukkannya.
9.      Dilakukan dan dinikmati sebatas keperluan dan menghindari berlebihan
(israf dan tabdzir) sehingga melalaikan kewajiban kepada Allah.

Menurut Islam seni bukan sekedar untuk seni yang absurd dan hampa nilai. Keindahan
bukan berhenti pada keindahan dan kepuasan estetis, sebab semua aktivitas hidup tidak
terlepas dari lingkup ibadah yang universal. Seni Islam harus memiliki semua unsur
pembentuknya yang penting yaitu, jiwanya, prinsipnya, metode, cara penyampaiannya,
tujuan dan sasaran. Motivasi seni Islam adalah spirit ibadah kepada Allah menjalankan
kebenaran (haq), menegakkan dan membelanya demi mencari ridha Allah swt, bukan
mencari popularitas ataupun matei duniawi semata. Seni Islam harus memiliki risalah
dakwah melalui sajian seninya yaitu melalui tiga pesan:

1. Ketauhidan, dengan menguak dan mengungkap kekuasaan, keagungan dan transdensi


(kelemahannya) dalamm segala-galanya, ekspresi dan penghayatan keindahan alam,
ketakberdayaan manusia dan ketergantungannya terhadap Allah, prinsip-
prinsip uluhiyah dan ubudiyah.

2. Kemanusiaan dan penyelamatan hak-hak asasi manusia serta memelihara lingkungan


seperti, mengutuk kezhaliman, penjajahan, perampasan hak, penyalahgunaan
wewenang dan kekuasaan, memberantas kriminalitas, dsb.

3. Akhlak dan Kepribadian Islam, seperti pengabdian, pengorbanan, kesetiaan,


kepahlawanan , dll. Juga penjelasan nilai-nilai Islam dalam berbagai segi menyangkut
keluarga dan kemasyarakatan, pendidikan, ekonomi, dan politik.

Puncak dari manifestasi seni Islam adalah Al-Qur’an. Maka dari itu ukuran jiwa seni
bagi setiap Muslimitu adalah seberapa besar kesadaran dan penghayatan nilai-nilai Al-
Qur’an pada dirinya. Penghayatan terhadap nilai-nilai Al-Qur’an tersebut menumbuhkan
kesadaran terhadap ayat-ayat Tuhan lainnya, yakni jagad raya ini (ayat kauniyah). Artinya,
estetika dan harmoni seni Islam tidak saja diwarnai oleh nilai-nilai Al-Qur’an.
Seni dan Budaya Dalam Islam | 9

F. Masjid sebagai pusat peradaban islam

Masjid pada umumnya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus seperti
shalat. Padahal masjid lebih luas daripada sekedar tempat shalat. Masjid dijadikan sebagai
simbol persatuan umat islam. Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi mendirikan masjid
pertama, fungsi masjid masih kokoh dan orisinil sebagai pusat peribadatan dan peradaban.
Masjid Al-Azhar di Mesir merupakan salah satu contoh yang sangat dikenal luas kaum
muslimin indonesia. Masjid ini mapu memberikan beasiswa bagi para pelajar dan
mahasiswa. Bahkan pengentasan kemiskinan pun merupakan program nyata masjid.

Tapi sangat disesalkan masjid kemudian mangalami penyempitan fungsi, apalagi


adanya intervensi pihak-pihak tertentu yang menjadikan masjid sebagai alat untuk
memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Masjid hanya mengajari umat tentang baca
tulis Al-qur’an tanpa pengembangan wawasan dan pemikira islami dan tempat belajar umat
tentang ilmu fiqih ibadah, bahkan lebih sempit lagi yaitu ibadah praktis dari salah satu
mahzab. Kita mungkin tidak akan menemukan masjid yang memiliki kegiatan yang
terprogram secara baik dalam pembinaan keberagaman umat.

Pada pengembangan berikutnya muncul kelompok-kelompok yang sadar untuk


mengembalikan fungsi masjid sebagaimana mestinya. Kesadaran ke arah optimalisasi
fungsi masjid kembali tumbuh terutama di kalangan para intelektual muda, khususnya para
aktivis masjid. Kini mulai tumbuh kesadaran umat akan pentingnya peranan mesjid untuk
mencerdaskan dan mensejahterakan jamaahnya. Meluasnya fungsi dan peranan masjid ini
seiring dengan laju pertumbuhan umat islam di Indonesia, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif yang tercermin dalam pertambahan jumlah penduduk muslim dan peningkatan
jumla intelektual muslim yang sadar dan peduli terhadap peningkatan kualitas umat islam
Dalam syariat islam masjid memiliki dua fungsi utama yaitu: pertama sebagai pusat ibadah
ritual dan kedua berfungsi sebagai pusat ibadah sosial. Dari kedua fungsi tersebut titik
sentralnya bahwa fungsi utama mesjid adalah sebagai pusat pembinaan umat islam.

G. Nilai-nilai Islam dalam Budaya Indonesia

Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Oleh karena itu Islam besar dari
negeri Arab, maka Islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas dari budaya Arab. Pada
awalnya masuknya dakwah islam ke Indonesia, dirasakan sangat sulit membedakan mana
jaran islam dan mana budaya arab. Sebagaimana para wali di tanah jawa yang
mendakwahkan ajaran islam melalui bahasa dan budaya. Lebih jauh lagi nilai-nilai islam
sudah menjadi bagian yang tidak dapat di pisahkan dari kebudayaan mereka. Seperti
upacara adat dan penggunaan bahasa sehari-hari. Istilah-istilah arab yang masuk ke dalam
budaya jawa, seperti dalam pewayangan actor janoko yang tidak lain dalam bahasa Arab
adalah jannaka. Empat sekawan semar, gareng, petruk, dan bagong merupakan produk
personifikasi dari ucapan Ali Bin Abi thalib “itsmar khairan,fatruk ma bagha”(berbuatlah
kebaikan, tinggalkan perbuatan sia-sia
Seni dan Budaya Dalam Islam | 10

H. Islam dan Budaya Lokal

Sebagai salah satu agama yang universal, risalah islam ditunjukan untuk semua umat
manusia, segenap ras, dan bangsa serta untuk semua lapisan masyarakat. Universalisme
islam menampakkan diri dalam berbagai manifestasi penting, dan yang terbaik adalah
dalam ajaran-ajarannya.ajaran-ajaran islam yang mencakup aspek akidah, syari’ah dan
akhlak, menampakkan perhatiannya yang sangat besar terhadap persoalan utam
kemanusiaan. Hal ini dapat dilihat dari lima tujuan umum syari’ah yaitu; menjamin
keselamatan agama, jiwa, akal, keturunan, harta. Selain itu risalah islam juga menampilkan
nilai-nilai kemasyarakatan (social values) yang luhur, yang biasa dikatakan sebagai tujuan
dasar syari’ah yaitu’ keadilan, ukhuwwah (persaudaraan), takaful(jaminan keselamatan),
kebebasan dan kehormatan. Semua ini akhirnya bermuara pada keadilan sosial dalam arti
sebenarnya. Refleksi dan manifestasi kosmopolitanisme islam bias dilacak dalam etalase
sejarah kebudayaan sejak rasulullah, baik dalam format non material sepertimkonsep-
konsep pemikiran,maupun yang material seperti arsitektur bangunan dan sebagainya.

Walaupun demikian , menurut Ibnu Khaldun, abhwa diantara hal aneh tapi nyata bahwa
mayoritas ulama dan cendekiawan dalam sejarah perkembangan islam adalah ‘ajam(non
arab). Maka jadilah ilmu-ilmu ini semua ilmu-ilmu keterampilan yang membutuhkan
pengajaran. Begitu juga iintelektual-intelektual dalam bidang hadits, ushul fiqih, ilmu kalam
dan tafsir. Dari paparan di atas, menunjukkan kepada kita betapa kebudayaan dan peradaban
islam dibangun di atas kombinasi nilai ketaqwaan (Q.S al-Hujurat:13), persamaan dan
kreativitas dari jiwa islam yang universal (Q.S al-Mulk:2) dengan akulturasi timbal balik
dari budaya-budaya local luar arab yang terislamkan, tanpa harus mempertentangkan antara
Arab dan non Arab.

I. Local Wisdom (Kearifan Lokal)

Gagasan pribumisasi Islam, secara genelogis dilontarkan pertama kali oleh


Abdurahman Wahid pada tahun 1980an. Dalamg 'Pribumisasi Islam' tergambar bagaimana
Islam sebagai ajaran yang normatif berasal dari Tuhan diakomodasikan ke dalam
kebudayaan yang berasal dari manusia tanpa kehilangan identitasnya masing-masing. Inti
'Pribumisasi Islam' adalah kebutuhan, bukan untuk menghindari polarisasi antara agama dan
budaya, sebab polarisasi demikian memang tidak terhindarkan. Pribumisasi Islam telah
menjadikan agama dan budaya tidak saling mengalahkan, melainkan berwujud dalam pola
nalar keagamaan yang tidak lagi mengambil bentuknya yang otentik dari agama, serta
berusaha mempertemukan jembatan yang selama ini memisahkan antara agama dan budaya.
'Pribumisasi Islam' justru memberi keanekaragaman interpretasi dalam praktek kehidupan
beragama (Islam) di setiap wilayah yang berbeda-beda. Dengan demikian, Islam tidak lagi
dipandang secara tunggal, melainkan beraneka ragam. Tidak ada lagi anggapan Islam yang
di Timur Tengah sebagai Islam yang murni dan paling benar, karena Islam sebagai agama
mengalami historitas yang terus berlanjut.
Seni dan Budaya Dalam Islam | 11
'Islam Pribumi' sebagai jawaban dari Islam otentik mengandaikan tiga hal. Pertama,
'Islam Pribumi' memiliki sifat kontekstual, yakni dipahami sebagai ajaran yang terkait
dengan konteks zaman dan tempat. Perubahan waktu dan perbedaan wilayah menjadi kunci
untuk menginterpretasikan ajaran. Dengan demikian, Islam akan mengalmi perubahan dan
dinamika dalam merespons perubahan zaman. Kedua, 'Islam Pribumi' bersifat progresif,
yakni kemajuan zaman bukan dipahami sebagai ancaman terhadap penyimpangan ajaran
dasar agama (Islam), tetapi dilihat sebagai pemicu untuk melakukan respons kreatif secara
intens. Ketiga, 'Islam Pribumi' memiliki problem-problem kemanusiaan secara universal
tanpa melihan perbedaan agama dan etnik. Dengan demikian, Islam tidak kaku dan rigid
dalam menghadapi realitas sosial masyarakat yang selalu berubah. Sejak kehadiran Islam di
Indonesia, para ulama telah mencoba mengadopsi kebudayaan lokal secara selektif.
Kalangan ulama Indonesia telah berhasil mengintegrasikan antara keislaman dan
keindonesiaan, sehingga apa yang ada di daerah ini telah dianggap sesuai dengan nilai
Islam, karena Islam menyangkut nilai dan norma, bukan selera atau ideologi apalagi adat.

Berbeda dengan agama lain, Islam masuk Indonesia dengan begitu elastis. Baik itu yang
berhubungan dengan pengenalan simbol-simbol Islami (misalnya bentuk bangunan
peribadatan) atau ritus-ritus keagamaan (untuk memahami nilai-nilai Islam). Inilah
pribumisasi Islam yang dilakukan para penyebar Islam di tanah air, khususnya para Wali
Songo di Jawa, yang menggunakan media budaya sebagai sarana mendakwahkan Islam.
Dengan langkah persuasif ini, terbukti Islam bisa diterima dengan baik sebagai agama baru
setelah sebelumnya penduduk lokal menganut animisme, dinamisme atau Hindu Budha
selama bertahun-tahun lamanya.Yang patut diamati pula, kebudayaan populer di Indonesia
banyak sekali menyerap konsep-konsep dalam simbol-simbol Islam, sehingga seringkali
tampak bahwa Islam muncul sebagai sumber kebudayaan yang penting dalam kebudayaan
populer di Indonesia. 
Seni dan Budaya Dalam Islam | 12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Islam seni bukan sekedar untuk seni yang absurd dan hampa nilai. Keindahan
bukan berhenti pada keindahan dan kepuasan estetis, sebab semua aktivitas hidup tidak
terlepas dari lingkup ibadah yang universal. Islam memberikan kebebasan kepada insani
untuk hidup berkebudayaan. Namun, sudahlah nyata bahwa tidak ada kebebasan di dunia
ini yang tidak terbatas. Islam mengajarkan bahwasanya di dalam mencari ilmu pengetahuan
atau filsafat atau seni satu hal perlu diingat, yaitu bagaimana nilainya bagi jiwa.

B. Saran

Sebagai umat Islam yang merupakan agama yang paling sempurna kita sebaiknya
menjaga dan terus mengembangkan kebudayaan Islam terutama kita warga negara
Indonesia yang memiliki banyak kebudayaan yang bernuansa Islami.
Seni dan Budaya Dalam Islam | 13

Anda mungkin juga menyukai