KEBIDANAN
TENTANG STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN
Disusun oleh :
SULISTYANA (1901003)
SYAHRINA RAMADHANI (1901010)
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat hidayah
dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Mutu Pelayanan
Kebidanan.
Penyusun berharap tulisan ini bisa memberikan wawasan luas untuk memahami
tentang Standart Pelayanan Kebidanan. Selain itu penyusun berharap tulisan ini dapat
menjadi dasar pengantar dan pemenuhan materi perkuliahan Mutu Pelayanan
Kebidanan
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu Penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat sangat membangun, Penyusun mengharapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
penyusunan tulisan ini. Semoga Allah SWT memberkati kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A.Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan Penyusunan..........................................................................................................1
D.Manfaat Penyusunan........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI..............................................................................................2
A.Pengertian Standar...........................................................................................................2
B. Prasyarat Standar..............................................................................................................2
C. Pengenalan Standar Pelayanan Kebidanan......................................................................2
D.Indicator mutu pelayanan kebidanan..............................................................................13
BAB III PENUTUP............................................................................................................26
A.Kesimpulan......................................................................................................................26
B. Saran.................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai,
berkaitan dengan parameter yang telah di tetapkan. (Donabedian, 1980)
Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana
pelayanan kesehatan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. (Rowland, 1983)
Standar pelayanan kebidanan dasar adalah norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
Standar layanan kebidanan merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu
layanan Kebidanan ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang terlibat
dalam layanan kebidanan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien, penyedia layanan
kebidanan, penunjang layanan kebidanan , ataupun manajemen organisasi layanan
kebidanan, dan akan bertanggung gugat dalam menjalankan tugas dan perannya masing-
masing.
Setiap bidan harus bekerja secara profesional dalam melaksanakan standar pelayanan
kebidanan, dan dalam melaksanakan profesi tersebut bidan harus bekerja sesuai standar
seperti standar pendidikan, standar falsafah, standar organisasi, standar kurikulum, standar
evaluasi pendidikan, dan standar lulusan. Dan setiap bidan harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan dasar, pengetahuan tambahan yang wajib dimiliki dan dilaksanakan dalam
melakukan kegiatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan standar pelayanan kebidanan dasar?
2. Apa saja syarat Standar ?
3. Apa saja standar pengenalan pelayanan kebidanan ?
4. Apa itu indicator mutu pelyanan kebidnanan?
C. Tujuan Penyusunan
1. Untuk mengetahui maksud dari standar pelayanan kebidanan dasar
2. Untuk mengetahui syarat Standar
3. Untuk mengetahui standar pengenalan pelayanan kebidanan
4. Indicator mutu pelayanan kebidanan
D. Manfaat Penyusunan
Adapun manfaat dari Penyusunan makalah ini adalah :
1. Membentuk citra mahasiswa sebagai manusia yang unggul secara intelektual.
2. Membentuk citra mahasiswa sebagai figur yang memiliki integritas intelektual,
profesional, dan terbuka terhadap perubahan.
3. Membentuk citra mahasiswa yang santun, peduli terhadap lingkungan kesehatan dan
waktu.
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Standar
Menurut Clinical Practice Guideline (1990)
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang
dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal.
Menurut Donabedian (1980)
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu
dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan.
Menurut Rowland and Rowland (1983)
Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu
sarana pelayanan kesehatan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh
keuntungan yang maksimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Secara
luas.
Standar pelayanan kebidanan dasar adalah norma dan tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
B. Prasyarat Standar
1. Jelas
2. Masuk akal
3. Mudah dimengerti
4. Dapat dicapai
5. Absah
6. Meyakinkan
7. Mantap, spesifik serta eksplisit
3
secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan menyusun rencana
kegiatan pribadi untuk meningkatkan pelayanan.
3)Hasil dari pernyataan ini :
1.Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik
2.Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri
3.Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran dan
pelayanan kebidanan
4)Prasarat
1.Adanya kebijakan nasional setempat untuk mencatat semua kelahiran dan
kematian ibu dan bayi
2.Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi
dilaksanakan sesuai ketentuan nasional atau setempat
3.Bidan bekerja sama dengan kader atau tokoh masyarakat dan memahami
masalah kesehatan setempat.
4.Register kohort ibu dan bayi, kartu ibu, KMS ibu hamil, buku KIA, dan
PWS KIA partografi digunakan untuk pencatatan dan pelaporan
pelayanan. Bidan memiliki persediaan yang cukup untuk semua
dokumen yang diperlukan.
5.Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format pencatatan
tersebut diatas.
6.Pemetaan ibu hamil
7.Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat
jumlah kasus dan jadwal kerjanya setiap hari
5)Hal yang harus diingat pada standar ini :
1. Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan
untuk memepelajari hasil kerjanya
2.Pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaan
pelayanan. Menunda pencatatan akan meningkatkan resiko tidak
tercatatanya informasi penting dalam pelaporan
3. Pencatatan dan pelaporan harusmudah dibaca,cermat dan memuat tanggal,
waktu dan paraf
4
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat
secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motivasi ibu, suami dan
anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2) Hasil dari identifikasi ini :
1.Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan
2.Ibu, suami, anggota masyarak menyadari manfaat pemeriksaan
kehamilan, secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat
pemeriksaan hamil.
3.meningkatnya cakupan ibu hami yang memeriksakan diri sebelum
kehamilan 16 minggu
3) Persyaratannya antara lain:
Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk
menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua hamiltelah
memeriksakan kandungan secara dini dan teratur.
4) Prosesnya antara lain:
Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur
untuk menjelaskna tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu hami, suami,
keluarga, maupun masyarakat.
5
2.Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan
komplikasi kehamilan
3.Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya
kehamilan dan tau apa yang harus dilakukan
4. Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi
kegawatdaruratan
4) Petsyaratannya antara lain
Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk
penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatan hasil pemeriksaan
kehamilan atau kartu ibu.
5) Prosesnya antara lain
Bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan.
2) Pernytaan Standar
6
rujukan. Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap
kunjungan antenatal
3) Persyaratan :
1.Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas atau ketuban pecah
2.Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara
bersih dan aman
3.Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan
steril
4.Perlengkapan alat yang cukup
9
l. Standar 12 : Penanganan Kala II dengan Gawat Janin Melalui Episiotomy
1)Tujuan
Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-
tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perinieum.
2) Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang
lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk
memeperlancar persalinan diikuti dengan penjahitan perinieum.
o. Standar 15: Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas
1)Tujuan
Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah
persalinan dan penyuluhan ASI ekslusif.
10
2) Pernyataan standar :
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah
pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan,
untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali
pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi
yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan
tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi,
perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, Imunisasi dan KB.
11
s. Standar 19: Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor
1)Tujuan
Untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan
vakum ekstraktor.
2) Pernyataan Standar
Bidan mengenali kapan di perlukan ekstraksi vakum, melakukannya
secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan
memastikan keamanannya bagi ibu dan janin/bayinya.
1)Tujuan
Mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio
plasenta total/persial.
2)Pernyataan Standar
Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan
pertama termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai
dengan kebutuhan.
12
w. Standar 23: Penanganan Sepsis Puerperalis
1)Tujuan
Mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang
tepat.
2)Pernyataan Standar
Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis
puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.
Ada dua kata kunci penting dalam pengertian tersebut diatas adalah pengukuran
dan perubahan. Untuk mengukur tingkat hasil suatu kegiatan digunakan "indikator"
sebagai alat atau petunjuk untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan kegiatan.
Indikator yang berfokus pada hasil asuhan kepada pasien dan proses-proses kunci
serta spesifik disebut indikator klinis.
13
Indikator klinis adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak terhadap pelayanan. Indikator
tidak dipergunakan secara langsung untuk mengukur kualitas pelayanan, tetapi dapat
dianalogikan sebagai "bendera" yang menunjuk adanya suatu masalah spesifik dan
memerlukan monitoring dan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan, mungkin tidak
relevan mengukurnya dengan ukuran kuantitatif untuk mengambil suatu keputusan.
Sebagai contoh dalam komunikasi: bagaimana kualitas komunikasi interpersonal
antara bidan - pasien, maka pengukurannya adalah melalui observasi langsung untuk
mengetahui bagaimana kualitas interaksinya. Monitoring dilakukan terhadap indikator
kunci guna dapat mengetahui penyimpangan atau prestasi yang dicapai.
Dengan demikian setiap individu akan dapat menilai tingkat prestasinya sendiri
(self assesment). Indikator Memiliki Karakteristik sebagai berikut.
1) Sahih (Valid) artinya indikator benar-benar dapat dipakai untuk mengukur
aspek-aspek yang akan dinilai.
2) Dapat dipercaya (Reliable): mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat
yang berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.
3) Peka (Sensitive): cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak perlu
banyak.
4) Spesifik (Specific) memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas dan
tidak tumpang tindih.
5) Relevan: sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan kritikal contoh:
pada unit bedah indikator yang dibuat berhubungan dengan pre-operasi dan
post-operasi.
2. Klasifikasi Indikator
A. Indikator input merujuk pada sumber-sumber yang diperlukan untuk
melaksanakan aktivitas, antara lain: personel, alat/fasilitas, informasi, dana,
peraturan/kebijakan.
B. Indikator proses adalah memonitor tugas atau kegiatan yang dilaksanakan.
C. Indikator output : mengukur hasil meliputi cakupan, termasuk pengetahuan,
sikap, dan perubahan perilaku yang dihasilkan oleh tindakan yang dilakukan.
Indikator ini juga disebut indikator effect.
D. Indikator outcome : dipergunakan untuk menilai perubahan atau dampak
(impact) suatu program, perkembangan jangka panjang termasuk perubahan
14
status kesehatan masyarakat/penduduk.
Ilustrasi dari indikator dengan contoh kegiatan imunisasi: Input meliputi
peralatannya, vaksin dan alat proteksi dan staf yang terlatih, proses adalah kegiatan
dalam melakukan aktifitas pemberian imunisasi, output meliputi cakupan pemberian
meningkat adalah output, dan outcome adalah dampaknya sebagai efek output antara
lain menurunnya morbiditas dan mortalitas dari upaya pencegahan penyakit melalui
immunisasi (outcome).
Cara pengukuran ini disebut dengan proprosi. Tetapi dalam kondisi tertentu
indikator tanpa denominator (hanya data pembilang) sangat berarti untuk kejadian
jarang atau langka tetapi penting misalnya kematian ibu. Indikator dapat dikategorikan
serius dari peristiwa yang diukur. Bila peristiwa tersebut dinilai sangat berbahaya atau
berdampak luas, walaupun frekuensinya rendah, maka diperlukan pengawasan atau
monitoring yang lebih intens untuk perbaikan yang lebih cepat.
16
keharusan mencuci tangan secara rutin mungkin meningkat drastis, apabila staf
menyadari dan menerima bahwa praktek cuci tangan penting untuk meningkatkan
mutu kinerja dan akan dimonitor atau dievaluasi. Indikator diarahkan sebanyak
mungkin pada tindakan. Pada banyak organisasi, informasi yang diperoleh dari
indikator akan memerlukan tindak lanjut melalui investigasi: seperti kunjungan
supervisi untuk mengumpulkan lebih banyak data kualitatatif, survey khusus sebelum
mengarah pada suatu pengambilan keputusan.
Mengukur kinerja bidan dengan menggunakan indikator kinerja klinis merupakan
suatu langkah yang mempunyai keuntungan ganda. Pertama, cara ini akan
memberikan kesempatan bagi bidan untuk melakukan "self assessment“ sehingga
dapat mengetahui tingkat kemampuannya, dan berusaha untuk memperbaikinya.
Peningkatan kemampuan dan produktifitas individu-individu akan memberikan
kontribusi peningkatan mutu pelayanan pada organisasinya yang bermuara. pada
kepuasan pasen dan staf. Sistem penilaian kinerja dengan indikator kunci akan
memberikan kesempatan kepada pimpinan untuk melakukan komunikasi interpersonal
yang efektif, sehingga secara bersama.- sama dapat dilakukan evaluasi dan perbaikan
yang mengarah pada perbaikan kinerja dan bermuara pada peningkatan mutu
pelayanan.
A. Pengertian Disiplin dalam Standar Pelayanan Kebidanan
Disiplin mempunyai makna sebagai upaya kesadaran untuk mentaati
peraturan organisasi maupun perundangan yang berlaku, tercermin dari sikap dan
perilakunya sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh dirinya dan masyarakat.
Ditinjau dari segi pembinaan, disiplin dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
disiplin umum atau disiplin tata laku dan sikap dan disiplin kerja. Disiplin umum
adalah disiplin yang tampak dalam penampilan sikap dan perilaku lahiriah
seseorang seperti ketaatan terhadap jam kerja atau sikap yang segan terhadap
atasan. Disiplin kerja yaitu disiplin yang memuat tentang metodologi dan teknik
penyelesaian pekerjaan yang memerlukan ketaatan mengikuti metode, prosedur, dan
teknik melaksanakan tugas. Disiplin kerja merupakan konsep yang didefinisikan
sebagai sikap dan perilaku layanan yang taat dan tertib terhadap aturan yang telah
ditetapkan dalam tugas.
1.Kepuasan pelanggan
Persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui. Persepsi
adalah apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang kita rasakan terhadap
apa yang kita terima. Harapan adalah kunci pokok bagi setiap penyelenggara
pelayanan kesehatan yang terlibat dalam kepuasan pasien atau pelanggan. Faktor-
faktor yang mendorong kepuasan pelanggan adalah kualitas produk, harga,
service quality, faktor emosional dan kemudahan.
Service quality bergantung pada 3 hal, yaitu sistem, teknologi dan manusia.
Adapun dimensi dari service quality adalah kemampuan untuk memberikan
pelayanan seperti yang dijanjikan dan akurat (reability), Kemauan untuk menolong
pelanggan dan menyediakan pelayanan yang cepat (responsiveness), Kemampuan
pengetahuan dan sopan santun petugas untuk menanamkan rasa percaya dan
keyakinan kepada pelanggannya (assurance), kepedulian, perhatian khusus kepada
pelanggan (empathy) dan penampakan dari fasilitas . fisik, peralatan, petugas, dan
barang-barang komunikasi (tangibles). Kepuasan pasien sendiri pun memiliki
dimensi yang sangat bervariasi, secara umum dimensi kepuasan dibedakan atas dua
macam.
a. Kepuasan Yang Mengacu Hanya Pada Penerapan Kode Etik Serta Standar
Pelayanan Profesi
18
pasien. Dengan pendapat ini, maka ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang
bermutu hanya mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayanan profesi
yang baik saja.
20
2.Jika dibandingkan kedua kelompok dimensi kepuasan pasien ini, dapat terlihat bahwa
dimensi kepuasan yang kedua bersifat ideal. Karena sesungguhnya menyelenggarakan
semua persyaratan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan pasien tidaklah semudah
yang diperkirakan. Untuk mengatasi masalah ini, lazimnya diterapkan prinsip kepuasan
yang terkombinasi secara selektif, dalam arti: penerapan dimensi kepuasan kelompok
pertama dilakukan secara optimal, sedangkan penerapan dimensi kepuasan kelompok
kedua dilakukan secara selektif, yakni hanya yang sesuai dengan kebutuhan serta
kemampuan saja.Ketepatan
Ketepatan yaitu tingkat layanan yang diberikan kepada pasien adalah yang paling
bermanfaat atau yang paling dibutuhkan waktunya. Ketepatan dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu:
3.Ketepatan Terhadap Aturan dan Hukum
Profesi bidan merupakan profesi yang diatur melalui beberapa ketentuan dan
peraturan pemerintah. Pengaturan dilakukan terhadap: registrasi, lingkup pelayanan
kesehatan yang diizinkan, kewenangan yang diberikan kepada bidan, penyelenggaraan
praktik bidan, seperti tempat dan ruangan praktik, perlengkapan, peralatan kesehatan,
sampai kelengkapan administrasi.
Peraturan-peraturan ini menuntut bidan untuk memenuhi semua persyaratan yang
diatur. Ketidakpatuhan terhadap aturan pada praktiknya mungkin tidak terasa, tetapi sangat
berisiko, terutama bila terjadi masalah dalam pelayanan terhadap pasien dan pasien
mempermasalahkan dengan mengajukan tuntutan hukum. Bila hal ini terjadi, dampaknya
akan terasa dalam jangka panjang, terutama dari segi reputasi dan nama baik.
a. Etika Profesi
Setiap pelayanan kebidanan umumnya dilandasi dengan etika profesi dengan untuk
memastikan standar pelayanan yang diberikan secara optimal dan menghindari malpraktik.
Oleh karenanya bidan perlu memegang teguh etika profesi sebagai landasan dalam
menjalankan pelayanan.
b. Profesionalisme dan Keahlian
Jasa pelayanan kebidanan sangat mengandalkan pada keahlian dan keterampilan
bidan dalam memberikan pelayanan terutama karena sifat pelayanan mengandung risiko
sangat tinggi (menyangkut jiwa manusia). Oleh karenanya langkah awal bagi seorang bidan
adalah memastikan keahliannya sudah memenuhi syarat dan standar yang telah ditetapkan
dan telah memenuhi kebutuhan pasien.
c. Efisiensi dan Efektifitas
Efisien adalah cara mencapai akhir dengan hanya menggunakan sarana yang perlu,
atau dengan menggunakan sarana sesedikit mungkin. Efisien dalam pelayanan kesehatan
21
adalah pelayanan yang disediakan berhubungan antara hasil layanan dan sumber daya yang
digunakan untuk memberikan layanan kepada pasien.
Efektivitas adalah seberapa besar suatu tujuan sedang, atau telah tercapai. Efektivitas
merupakan sesuatu yang hendak ditingkatkan oleh manajemen. Efektivitas dalam pelayanan
kesehatan adalah perlakuan dan pelayanan yang diberikan dalam konteks yang benar,
diberikan sesuai dengan keilmuan saat ini untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Perencanaan
Perencanaan merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan itu
benar-benar timbul, mengantisipasi sebanyak mungkin keputusan pelaksanaan dengan
meramalkan masalah-masalah yang mungkin timbul, menerapkan prinsip-prinsip, serta
menetapkan aturan-aturan untuk memecahkannya. Lima langkah perencanaan adalah
sebagai berikut:
a.Mengamati keadaan.
Untuk tujuan perencanaan kesehatan primer, diperlukan informasi keterangan
mengenai :
• masyarakat (jumlah penduduk, kelahiran, kematian, kelompok umur, perumahan,
sekolah, pemimpin, organisasi dan lain-lain).
• kesehatan, penyakit, dan kesakitan
• organisasi pelayanan kesehatan
• staf kesehatan
22
• sumber daya masyarakat
b. Mengenali masalah.
Ada dua batasan masalah yang berguna, yakni :
• masalah adalah kesulitan atau hambatan yang timbul di antara keadaan sekarang
dan tujuan yang diinginkan di masa yang akan datang
• masalah adalah kesenjangan yang dirasakan antara apa yangada dan apa yang
seharusnya ada.
c. Menetapkan tujuan. Bidan harus mampu :
• menetapkan tujuan yang relevan, dapat dilaksanakan, terukur, dan
diamati
• menulis tujuan program
• memerinci sasaran yang dapat diukur
d. Mengkaji hambatan. Bidan harus mampu:
• mengenali hambatan atau kendala pencapaian sasaran
• menganalisis cara-cara mengatasi hambatan
• mengenali keterbatasan yang tidak dapat dihilangkan.
e. Menjadwalkan kegiatan. Bidan harus mampu:
• mempertimbangkan berbagai strategi alternatif
• membuat tabulasi mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan yang tersedia.
• memilih strategi terbaik
• memobilisasi sumber daya masyarakat
• membuat perincian aktivitas
• menyusun rencana
3. Pelaksanaan
Tanpa pelaksanaan, rencana hanya akan merupakan teori. Pada tahap pelaksanaan harus
diambil empat jenis utama keputusan.
a. Jenis yang pertama terdiri atas semua hal yang menjamin bahwa kegiatan
program dilaksanakan sesuai rencana dan pelayanan dilakukan seperti yang
dimaksud.
b.Jenis kedua berkaitan dengan penempatan orang dalam jumlah, waktu, dan
tempat yang tepat untuk menjalankan kegiatan-kegiatan itu.
c. Jenis ketiga berkaitan dengan mobilisasi dan alokasi sumber daya fisik dan dana
yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan tersebut.
d.Jenis keempat adalah keputusan yang berkenaan dengan informasi yang
23
diperlukan, cara pengolahan, dan cara komunikasinya untuk mendukung
keputusan-keputusan terdahulu dan untuk mendukung evaluasi.
4. Pengukuran
Pengukuran adalah mengamati seberapa jauh kemajuan pekerjaan, kinerja, dan
pencapaian pelayanan. Untuk melakukan pengukuran tersebut dapat dilakukan pemantauan
dengan tujuan sebagai berikut.
a. Memantau masukan jaminan bahwa :
pekerjaan berjalan sesuai jadwal
pemakaian sumber daya dan biaya masih berada dalam batas yang
direncanakan
kelompok masyarakat atau perorangan berperan serta seperti yang
diharapkan
b.Memantau proses dan menjamin bahwa:
fungsi, kegiatan, dan tugas yang diharapkan dijalankan sesuai dengan
norma yang ditetapkan
standar kerja dipenuhi
diadakan pertemuan sebagaimana perlunya
komunikasi terjadi bilamana perlu
c. Memantau keluaran atau hasil akhir dan menjamin bahwa:
produk atau hasil sesuai dengan target yang telah ditetapkan
pelayanan diselenggarakan sesuai rencana
pelatihan menghasilkan keterampilan baru atau tingkat
keterampilan yang lebih tinggi
keputusan diambil tepat pada waktunya dan cepat
pencatatan dipercaya dan pelaporan dikerjakan
masyarakat puas
5. Peninjauan Ulang dan Peningkatan Manajemen
Peninjauan ulang dan peningkatan manajemen adalah salah satu cara untuk:
a. Menganalisis faktor-faktor yang menghasilkan atau menghambat kinerja yang
memuaskan, meliputi pengetahuan, sikap bidan, lingkungan dan sumber daya.
24
Pada tahap ini, bidan melakukan perbaikan serta upaya peningkatan kinerja sebagaimana
hasil dari tahapan-tahapan sebelumnya secara berkelanjutan. Dalam menerapkan manajemen
mutu terpadu, ada beberapa prinsip utama yang harus diperhatikan sebagai berikut.
a. Kepuasan pelanggan.
Kualitas tidak lagi hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi tertentu, tetapi
kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk
dipuaskan dalam segala aspek termasuk harga, kenyamanan, keamanan, dan ketepatan
waktu.
b.Penghargaan kepada setiap orang.
Setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki bakat dan kreativitas
tersendiri yang unik. Jadi karyawan merupakan sumber daya yang paling bernilai dan
diperlakukan dengan baik serta diberikan kesempatan terlibat dan berpartisipasi dalam tim
pengambil keputusan.
c. Manajemen berdasarkan fakta.
Setiap pengambilan keputusan harus selalu didasarkan pada data dan informasi, bukan
sekedar perasaan (feeling).
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang
dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal. Standar pelayanan kebidanan dasar adalah
norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Syarat-syarat standar adalah jelas, masuk akal, mudah dimengerti, dapat dicapai, absah,
meyakinkan, mantap, spesifik serta eksplisit.
1. Pengenalan standar pelayanan kebidanan
2. Standar Pelayanan Umum (2 Standar)
3. Standar Pelayanan Antenatal (6 Standar)
4. Standar Pertolongan Persalinan (4 Standar)
5. Standar Pelayanan Nifas (3 Standar)
6. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-Neonatal (9 Standar)
Mutu Pelayanan kesehatan adalah Penampilan yang pantas dan sesuai (sesuai dengan
standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil
kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi.
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap
klien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun
negatif.
Untuk meningkatkan kinerja bidan dapat menggunakan sistem model manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan
penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja.
B. Saran
Kami mengharapkan pada teman teman yang nantinya akan menjadi seorang bidan
layaknya harus melayani masyarakat dengan baik. dengan cara bertanggung jawab,
menggunakan model kemitraan dalam kerjasama dengan kaum wanita atau ibu agar mereka
26
dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan sehingga
mereka puas dengan pelayanan yang kita berikan.
27
DAFTAR PUSTAKA
28