Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH MUTU PELAYANAN

KEBIDANAN
TENTANG STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

DOSEN PENGAMPU : NIRMA SURYA UTAMI, S.Tr.Keb., M.K.M

Disusun oleh :

SULISTYANA (1901003)
SYAHRINA RAMADHANI (1901010)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN


WIDYA HUSADA MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat hidayah
dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Mutu Pelayanan
Kebidanan.

Penyusun berharap tulisan ini bisa memberikan wawasan luas untuk memahami
tentang Standart Pelayanan Kebidanan. Selain itu penyusun berharap tulisan ini dapat
menjadi dasar pengantar dan pemenuhan materi perkuliahan Mutu Pelayanan
Kebidanan

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu Penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat sangat membangun, Penyusun mengharapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
penyusunan tulisan ini. Semoga Allah SWT memberkati kita semua.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A.Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan Penyusunan..........................................................................................................1
D.Manfaat Penyusunan........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI..............................................................................................2
A.Pengertian Standar...........................................................................................................2
B. Prasyarat Standar..............................................................................................................2
C. Pengenalan Standar Pelayanan Kebidanan......................................................................2
D.Indicator mutu pelayanan kebidanan..............................................................................13
BAB III PENUTUP............................................................................................................26
A.Kesimpulan......................................................................................................................26
B. Saran.................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai,
berkaitan dengan parameter yang telah di tetapkan. (Donabedian, 1980)
Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana
pelayanan kesehatan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. (Rowland, 1983)
Standar pelayanan kebidanan dasar adalah norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
Standar layanan kebidanan merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu
layanan Kebidanan ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang terlibat
dalam layanan kebidanan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien, penyedia layanan
kebidanan, penunjang layanan kebidanan , ataupun manajemen organisasi layanan
kebidanan, dan akan bertanggung gugat dalam menjalankan tugas dan perannya masing-
masing.
Setiap bidan harus bekerja secara profesional dalam melaksanakan standar pelayanan
kebidanan, dan dalam melaksanakan profesi tersebut bidan harus bekerja sesuai standar
seperti standar pendidikan, standar falsafah, standar organisasi, standar kurikulum, standar
evaluasi pendidikan, dan standar lulusan. Dan setiap bidan harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan dasar, pengetahuan tambahan yang wajib dimiliki dan dilaksanakan dalam
melakukan kegiatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan standar pelayanan kebidanan dasar?
2. Apa saja syarat Standar ?
3. Apa saja standar pengenalan pelayanan kebidanan ?
4. Apa itu indicator mutu pelyanan kebidnanan?

C. Tujuan Penyusunan
1. Untuk mengetahui maksud dari standar pelayanan kebidanan dasar
2. Untuk mengetahui syarat Standar
3. Untuk mengetahui standar pengenalan pelayanan kebidanan
4. Indicator mutu pelayanan kebidanan

D. Manfaat Penyusunan
Adapun manfaat dari Penyusunan makalah ini adalah :
1. Membentuk citra mahasiswa sebagai manusia yang unggul secara intelektual.
2. Membentuk citra mahasiswa sebagai figur yang memiliki integritas intelektual,
profesional, dan terbuka terhadap perubahan.
3. Membentuk citra mahasiswa yang santun, peduli terhadap lingkungan kesehatan dan
waktu.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Standar
Menurut Clinical Practice Guideline (1990)
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang
dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal.
Menurut Donabedian (1980)
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu
dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan.
Menurut Rowland and Rowland (1983)
Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu
sarana pelayanan kesehatan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh
keuntungan yang maksimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Secara
luas.
Standar pelayanan kebidanan dasar adalah norma dan tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

B. Prasyarat Standar
1. Jelas
2. Masuk akal
3. Mudah dimengerti
4. Dapat dicapai
5. Absah
6. Meyakinkan
7. Mantap, spesifik serta eksplisit

C. Pengenalan Standar Pelayanan Kebidanan


1.Standar Pelayanan Umum
a.Standar 1 : Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat
1) Memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan
kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orangtua yang
bertanggung jawab.
2)Pernyataan Standar
Bidan memberikan penyuluhan dan nasihat kepada perorangan, keluarga dan
2
masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk
penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan kesiapan menghadapi kehamilan
dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan
mendukung kebiasaan yang baik.
3) Hasil dari Pernyataan Standar
Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan
ibu yang sehat, keluarga dan masyarakat meningkatkan pengetahuannya
tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda.
4) Persyaratan
a)Bidan bekerja sama dengan kader kesehatan dan sektor terkait sesuai
dengan kebutuhan
b)Bidan terdidik dan terlatih dalam:
1.Penyuluhan kesehatan
2.Komunikasi dan keterampilan konseling dasar
3.Siklus menstruasi, perkembangan kehamilan, metode kontrasepsi, gizi,
bahaya kehamilan pada usia muda, kebersihan dan kesehatan diri,
kesehatan atau kematangan seksual dan tanda bahaya pada kehamilan
4.Tersedianya bahan untuk penyuluhan kesehatan tentang hal-hal tersebut
diatas. Penyuluhan kesehatan ini akan efektif bila pesannya jelas dan
tidak membingungkan

b.Standar 2 : Pencatatan dan Pelaporan


1)Tujuan
Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan
penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja.
2)Pernyataan Standar
Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya dengan
sesama seperti yang sesungguhnya yaitu, pencatatatn semua ibu hamil
diwilayah kerja, rincian pelayanan yang telah diberikan sendiri oleh bidan
kepada seluruh ibu hamil atau bersalin, nifas, dan bayi baru lahir semua
kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. disamping itu, bidan
hendaknya mengikut sertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan
meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam
proses melahirkan, ibu dalam nifas, dan bayi baru lahir. bidan meninjau

3
secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan menyusun rencana
kegiatan pribadi untuk meningkatkan pelayanan.
3)Hasil dari pernyataan ini :
1.Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik
2.Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri
3.Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran dan
pelayanan kebidanan
4)Prasarat
1.Adanya kebijakan nasional setempat untuk mencatat semua kelahiran dan
kematian ibu dan bayi
2.Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi
dilaksanakan sesuai ketentuan nasional atau setempat
3.Bidan bekerja sama dengan kader atau tokoh masyarakat dan memahami
masalah kesehatan setempat.
4.Register kohort ibu dan bayi, kartu ibu, KMS ibu hamil, buku KIA, dan
PWS KIA partografi digunakan untuk pencatatan dan pelaporan
pelayanan. Bidan memiliki persediaan yang cukup untuk semua
dokumen yang diperlukan.
5.Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format pencatatan
tersebut diatas.
6.Pemetaan ibu hamil
7.Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat
jumlah kasus dan jadwal kerjanya setiap hari
5)Hal yang harus diingat pada standar ini :
1. Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan
untuk memepelajari hasil kerjanya
2.Pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaan
pelayanan. Menunda pencatatan akan meningkatkan resiko tidak
tercatatanya informasi penting dalam pelaporan
3. Pencatatan dan pelaporan harusmudah dibaca,cermat dan memuat tanggal,
waktu dan paraf

2.Standar Pelayanan Antenatal


a. Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
1) Tujuan

4
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat
secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motivasi ibu, suami dan
anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2) Hasil dari identifikasi ini :
1.Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan
2.Ibu, suami, anggota masyarak menyadari manfaat pemeriksaan
kehamilan, secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat
pemeriksaan hamil.
3.meningkatnya cakupan ibu hami yang memeriksakan diri sebelum
kehamilan 16 minggu
3) Persyaratannya antara lain:
Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk
menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua hamiltelah
memeriksakan kandungan secara dini dan teratur.
4) Prosesnya antara lain:
Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur
untuk menjelaskna tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu hami, suami,
keluarga, maupun masyarakat.

b.Standar 4 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal


1) Tujuan
Memeberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini, komplikasi
kehamilan.
2) Pelayanan Standar
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. pemeriksaan
meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk
menilai apakah perkembangan berlangsung normal.
Bidan juga harus mengenal kehamilan risti atau kelainan khususnya anemia
kurang gizi, hipertensi, PMS, atau infeksi HIV, memberikan pelayanan
imunisasi, nasihat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya
yang diberikan oleh puskesmas.
3) Hasilnya antara lain :
1.Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama
kehamilan

5
2.Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan
komplikasi kehamilan
3.Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya
kehamilan dan tau apa yang harus dilakukan
4. Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi
kegawatdaruratan
4) Petsyaratannya antara lain
Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk
penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatan hasil pemeriksaan
kehamilan atau kartu ibu.
5) Prosesnya antara lain
Bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan.

c. Standar Pelayanan 5 : Palpasi Abdominal


1) Tujuan
Memeperkirakan usia kesehatan, pemantauan pertumbuhan jani, penentuan
letak, posisi, dan bagian bawah janin.

2) Pernytaan Standar

Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan


partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan. bila umur kehamilan
bertambah, memeriksa poisi, bagian terendah, masuknya kepala janin
kedalam rongga panggul, untuk mencari kelainana serta melakukan tepat
waktu.
3) Hasilnya
1.Perkiraan usia kehamilan yang baik
2.Diagnosis dini dan letak kehamilan, dan merujuknya sesuai kebutuhan
3.Diagnois dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya sesuai
dengan kebutuhan
4) Perysratannya :
1.Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal yang benar
2.Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi baik
3.Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima masyarakat
4.Menggunakan KMS ibu hamil atau buku KIA, kartu ibu untuk pencatatan
5. Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang memerlukan

6
rujukan. Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap
kunjungan antenatal

d. Standar 6 : Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan


1)Tujuan
Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak
lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelumpersalinan berlangsung
2)Persyaratan Standar
1.Ada pedoman pengolahan anemia pada kehamilan
2. Bidan mampu mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan.
memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia. Alat untuk
mengukur kadar HB yang berfungsi baik
3.Tersedia tablet zat besi dan asam folat, obat anti malaria( di daerah endermis
malaria) obat cacing.
4.Menggunakan KMS ibu hamil atau buku KIA, Kartu Ibu
3) Proses yang harus Dilakukan Bidan
Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan pada
minggu ke-28. HB dibawah 11% pada kehamilan termasuk anemia, dibawah
8% adalah anemia berat. Dan jika anemia berat terjadi, misalnya wajah
pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat, segera
rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan selanjutnya. sarankan ibu
hamil dengan anemia untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan
setelah persalinan.

e. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan


1) Tujuan
Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan
melakukan tindakan yang diperlukan.
2) Pernyataan Standar
Bidan menemukan secara dini setiap kehamilan tekanan darah pada
kehamilan dan mengenal tanda serta gejala pre-eklamsia lainnya, serta
mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
3) Hasilnya
1.Ibu hamil dengan tanda pre eklamsi mendapat perawatan yang memadai
dan tepat waktu.
7
2.Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklamsi.
4) Persyaratannya :
1.Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, pengukuran
tekanan darah
2.Bidan mampu mengukur tekanan darah dengan benar, mengenali tanda-
tanda pre-eklamsia
3.Bidan mampu mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan
tindak lanjut sesuai dengan ketentuan

f. Standar 8 : persiapan persalinan


1) Pernyataan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ke 3 untuk memastiakn bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan
direncanakan dengan baik.
2) Prasyarat
1.Semua ibu harus melakukan dua kali kunjungan antenatal pada trimester
terakhir kehamilan
2.Adanya kebijaksanaan dalam protokol nasional atau setempat tentang
indikasi persalinan yangh harus dirujuk dan berlangsung di rumah sakit
3. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan persalinan yang
aman dan bersih
4. Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal tersedia
5. Perlengkapan penting yang diperlukan untuk melakukan pertolongan
persalinan yang bersih dan aman tersedia dalam keadaan DTT atau steril
6. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepat
jika terjadi kegawatdaruratan ibu dan janin
7. Menggunakan KMS ibu hamil atau buku KIA kartu ibu dan partograf
8. Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami komplikasi
selama kehamilan

3.Standar Pertolongan Persalinan


i. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu
1) Tujuan
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung
pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.
8
2) Pernyataan standar
Bidan menilai cara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai dengan
memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinana berlangsung.
3) Hasilnya :
1. Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan tepat
waktu bila diperlukan
2. Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong
tenaga kesehatan terlatih
3. Berkurangnya kematian atau kesakitan ibu atau bayi akibat partus lama

j. Standar 10 : Persalinan Kala II yang Aman


1)Tujuan
Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.
2) Pernyataan standar :
Menggunakan dan mengurangi kejadian pendarahan pascapersalinan,
memperpendek dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan
penutup ketuban secara tepat.

3) Persyaratan :

1.Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas atau ketuban pecah
2.Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara
bersih dan aman
3.Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan
steril
4.Perlengkapan alat yang cukup

k.Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III


1)Tujuan
Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput kebtuban secara
lengkap untuk mengurangi kejadian pendarahan pascapersalinan,
,emperpendek kala III, mencegah atoni uteri dan retensio plasenta.
2) Pernyataan standar
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.

9
l. Standar 12 : Penanganan Kala II dengan Gawat Janin Melalui Episiotomy
1)Tujuan
Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-
tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perinieum.
2) Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang
lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk
memeperlancar persalinan diikuti dengan penjahitan perinieum.

4.Standar Pelayanan Masa Nifas


m.Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
1)Tujuan
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan
serta mencegah hipotermi, hipoglikemia dan infeksi.
2) Pernyataan standar
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan,
dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan
juga harus mencegah dan menangani hipotermia.

n.Standar 14: Penanganan Pada Dua Jenis Pertama Setelah Persalinan


1)Tujuan
Mempromosikan perawatan Ibu dan bayi yang bersih dan aman selama
kala 4 untuk memulihkan kesehatan bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu
dan sayang bayi, memulai pemberian IMD.
2)Pernyataan Standar
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi
dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang
diperlukan.

o. Standar 15: Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas

1)Tujuan
Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah
persalinan dan penyuluhan ASI ekslusif.
10
2) Pernyataan standar :
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah
pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan,
untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali
pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi
yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan
tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi,
perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, Imunisasi dan KB.

5.Standar Penanganan Kegawatan Obstetri Dan Neonatal


p.Standar 16: Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan Pada Trimester
III
1)Tujuan
Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam
trimester 3 kehamilan.
2)Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan,
serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.

q.Standar 17: Penanganan Kegawatan dan Eklampsia


1)Tujuan
Mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala preeklamasi berat dan
memberikan perawatan yang tepat dan segera dalam penanganan
kegawatdaruratan bila ekslampia terjadi.
2)Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia mengancam,
serta merujuk dan memberikan pertolongan pertama.

r. Standar 18: Penanganan Kegawatan pada Partus Lama


1) Tujuan
Menngetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan
kegawatdaruratan pada partus lama/macet.
2) Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama serta
melakukan penaanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.

11
s. Standar 19: Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor
1)Tujuan
Untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan
vakum ekstraktor.
2) Pernyataan Standar
Bidan mengenali kapan di perlukan ekstraksi vakum, melakukannya
secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan
memastikan keamanannya bagi ibu dan janin/bayinya.

t. Standar 20: Penanganan Retensio Plasenta

1)Tujuan
Mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio
plasenta total/persial.
2)Pernyataan Standar
Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan
pertama termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai
dengan kebutuhan.

u. Standar 21: Penanganan Perdarahan Postpartum Primer


1)Tujuan
Mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang
tepat pada ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer/atoni uteri.
2) Pernyataan Standar
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam
pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera
melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan.

v. Standar 22: Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder


1)Tujuan
Mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder serta
melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu.
2) Pernyataan Standar
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala
perdarahan post partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama
untuk penyelamatan jiwa ibu, atau merujuknya.

12
w. Standar 23: Penanganan Sepsis Puerperalis
1)Tujuan
Mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang
tepat.
2)Pernyataan Standar
Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis
puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.

x. Standar 24: Penanganan Asfiksia Neonaturum


1) Tujuan
Mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum,
mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan
kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum.
2) Pernyataan Standar
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia,
serta melakukan resusitasi secepatnnya, mengusahakan bantuan medis
yang diperlukan dan memberikan perawatan lanjutan.

D. Indikator mutu pelayanan kebidanan


1. Pengertian Indikator
Ada beberapa pengertian yang disampaikan oleh para pakar antara lain:
a. Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi.
Contoh: berat badan bayi dan umurnya adalah indikator status nutrisi dari
bayi tersebut (Wilson & Sapanuchart, 1993).
b. Indikator adalah variabel yang mengindikasikan atau menunjukkan satu
kecenderungan situasi, yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan
(Green, 1992).
c. Indikator adalah variable untuk mengukur suatu perubahan baik langsung
maupun tidak langsung (WHO, 1981)

Ada dua kata kunci penting dalam pengertian tersebut diatas adalah pengukuran
dan perubahan. Untuk mengukur tingkat hasil suatu kegiatan digunakan "indikator"
sebagai alat atau petunjuk untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan kegiatan.
Indikator yang berfokus pada hasil asuhan kepada pasien dan proses-proses kunci
serta spesifik disebut indikator klinis.
13
Indikator klinis adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak terhadap pelayanan. Indikator
tidak dipergunakan secara langsung untuk mengukur kualitas pelayanan, tetapi dapat
dianalogikan sebagai "bendera" yang menunjuk adanya suatu masalah spesifik dan
memerlukan monitoring dan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan, mungkin tidak
relevan mengukurnya dengan ukuran kuantitatif untuk mengambil suatu keputusan.
Sebagai contoh dalam komunikasi: bagaimana kualitas komunikasi interpersonal
antara bidan - pasien, maka pengukurannya adalah melalui observasi langsung untuk
mengetahui bagaimana kualitas interaksinya. Monitoring dilakukan terhadap indikator
kunci guna dapat mengetahui penyimpangan atau prestasi yang dicapai.

Dengan demikian setiap individu akan dapat menilai tingkat prestasinya sendiri
(self assesment). Indikator Memiliki Karakteristik sebagai berikut.
1) Sahih (Valid) artinya indikator benar-benar dapat dipakai untuk mengukur
aspek-aspek yang akan dinilai.
2) Dapat dipercaya (Reliable): mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat
yang berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.
3) Peka (Sensitive): cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak perlu
banyak.
4) Spesifik (Specific) memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas dan
tidak tumpang tindih.
5) Relevan: sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan kritikal contoh:
pada unit bedah indikator yang dibuat berhubungan dengan pre-operasi dan
post-operasi.
2. Klasifikasi Indikator
A. Indikator input merujuk pada sumber-sumber yang diperlukan untuk
melaksanakan aktivitas, antara lain: personel, alat/fasilitas, informasi, dana,
peraturan/kebijakan.
B. Indikator proses adalah memonitor tugas atau kegiatan yang dilaksanakan.
C. Indikator output : mengukur hasil meliputi cakupan, termasuk pengetahuan,
sikap, dan perubahan perilaku yang dihasilkan oleh tindakan yang dilakukan.
Indikator ini juga disebut indikator effect.
D. Indikator outcome : dipergunakan untuk menilai perubahan atau dampak
(impact) suatu program, perkembangan jangka panjang termasuk perubahan
14
status kesehatan masyarakat/penduduk.
Ilustrasi dari indikator dengan contoh kegiatan imunisasi: Input meliputi
peralatannya, vaksin dan alat proteksi dan staf yang terlatih, proses adalah kegiatan
dalam melakukan aktifitas pemberian imunisasi, output meliputi cakupan pemberian
meningkat adalah output, dan outcome adalah dampaknya sebagai efek output antara
lain menurunnya morbiditas dan mortalitas dari upaya pencegahan penyakit melalui
immunisasi (outcome).

3. Indikator Kinerja Klinis


Mengidentifikasi indikator yang tepat untuk suatu tindakan klinis yang
memerlukan pertimbangan yang selektif dan membangun konsesus di antara
manager lini pertama (First Line Manager) dan staf, sehingga apa yang akan
dimonitor dan dievaluasi akan menjadi jelas bagi kedua belah pihak.

4. Pengukuran Indikator Kinerja Klinis


Untuk menilai keberhasilan suatu kegiatan pelayanan kebidanan dipergunakan
indikator kinerja klinis. Indikator adalah pengukuran kuantitatif, umumnya
pengukuran kuantitatif meliputi, yaitu
a. numerator adalah suatu data pembilang dari suatu peristiwa (events) yang
sudah diukur;
b. denominator data penyebut adalah jumlah target sasaran atau jumlah seluruh
pasien yang menjadi sasaran pemberian asuhan/pelayanan. Contoh data
denominator di puskesmas: populasi sasaran dalam satu wilayah seperti:
jumlah balita, bumil, bayi baru lahir. Indikator yang meliputi denominator
sangat berguna untuk memonitor perubahan dan membandingkan tingkat
keberhasilan suatu area dengan area lain pada suatu wilayah.

Cara pengukuran ini disebut dengan proprosi. Tetapi dalam kondisi tertentu
indikator tanpa denominator (hanya data pembilang) sangat berarti untuk kejadian
jarang atau langka tetapi penting misalnya kematian ibu. Indikator dapat dikategorikan
serius dari peristiwa yang diukur. Bila peristiwa tersebut dinilai sangat berbahaya atau
berdampak luas, walaupun frekuensinya rendah, maka diperlukan pengawasan atau
monitoring yang lebih intens untuk perbaikan yang lebih cepat.

5. Pengumpulan data indikator kinerja


15
Pengumpulan data indikator merupakan tulang punggung dari program
pengukuran kinerja. Hal tersebut hanya dapat dikembangkan melalui sistem
manajemen informasi yang tepat, dimana pengumpulan data, pengorganisasian serta
reaksi terhadap data kinerja direncanakan dan diorganisir secara sistematik, sehingga
dapat memberikan makna terhadap perubahan dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan dalam suatu organisasi.

Ada enam sasaran kunci pengumpulan data kinerja:


A. menata sistem informasi yang akurat yang mendasari keputusan mendatang,
B. menghindari aspek hukum yang berkaitan dengan pengukuran dan hasil data
yang dikumpulkan,
C. menemukan lingkungan tepat yang dapat memberikan peluang untuk
melakukan tindakan,
D. menumbuhkan motivasi staf dan merencanakan peningkatan kinerja itu
sendiri,
E. mengumpulkan data interval secara reguler terhadap proses- proses kritis,
dalam upaya mempertahankan kinerja yang sudah meningkat,
F. mengumpulkan data obyektif dan subyektif.
Evaluasi data penyimpangan kinerja melalui indikator kinerja klinis adalah satu
bagian penting dari dalam peningkatan kinerja. Ada dua jenis penyimpangan, yaitu :

A. Pertama penyebab umum terjadinya penyimpangan, erat kaitannya dengan


penyimpangan minor yang terjadi dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan
tanpa memperdulikan sistem yang sudah mapan. Penyebab penyimpangan
kinerja staf juga bisa terjadi karena, sistem atau prosedur yang tidak jelas,
keterbatasan fasilitas. Oleh karena itu, keterbatasan sumber-sumber untuk
mendeteksi penyebab dalam setiap penyimpangan minor masih dapat
ditoleransi.
B. Kedua penyebab khusus: terjadinya penyimpangan kinerja disebabkan karena,
kesalahan staf itu sendiri, kurang pengetahuan dan ketrampilan, kemampuan
yang kurang dalam pemeliharaan peralatan.

Target suatu indikator adalah menggunakan deviasi standar untuk


mengidentifikasi penyebab penyimpangan. Penyebab khusus terjadinya
penyimpangan lebih mudah dikoreksi dari pada penyebab umum. Sebagai contoh:

16
keharusan mencuci tangan secara rutin mungkin meningkat drastis, apabila staf
menyadari dan menerima bahwa praktek cuci tangan penting untuk meningkatkan
mutu kinerja dan akan dimonitor atau dievaluasi. Indikator diarahkan sebanyak
mungkin pada tindakan. Pada banyak organisasi, informasi yang diperoleh dari
indikator akan memerlukan tindak lanjut melalui investigasi: seperti kunjungan
supervisi untuk mengumpulkan lebih banyak data kualitatatif, survey khusus sebelum
mengarah pada suatu pengambilan keputusan.
Mengukur kinerja bidan dengan menggunakan indikator kinerja klinis merupakan
suatu langkah yang mempunyai keuntungan ganda. Pertama, cara ini akan
memberikan kesempatan bagi bidan untuk melakukan "self assessment“ sehingga
dapat mengetahui tingkat kemampuannya, dan berusaha untuk memperbaikinya.
Peningkatan kemampuan dan produktifitas individu-individu akan memberikan
kontribusi peningkatan mutu pelayanan pada organisasinya yang bermuara. pada
kepuasan pasen dan staf. Sistem penilaian kinerja dengan indikator kunci akan
memberikan kesempatan kepada pimpinan untuk melakukan komunikasi interpersonal
yang efektif, sehingga secara bersama.- sama dapat dilakukan evaluasi dan perbaikan
yang mengarah pada perbaikan kinerja dan bermuara pada peningkatan mutu
pelayanan.
A. Pengertian Disiplin dalam Standar Pelayanan Kebidanan
Disiplin mempunyai makna sebagai upaya kesadaran untuk mentaati
peraturan organisasi maupun perundangan yang berlaku, tercermin dari sikap dan
perilakunya sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh dirinya dan masyarakat.
Ditinjau dari segi pembinaan, disiplin dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
disiplin umum atau disiplin tata laku dan sikap dan disiplin kerja. Disiplin umum
adalah disiplin yang tampak dalam penampilan sikap dan perilaku lahiriah
seseorang seperti ketaatan terhadap jam kerja atau sikap yang segan terhadap
atasan. Disiplin kerja yaitu disiplin yang memuat tentang metodologi dan teknik
penyelesaian pekerjaan yang memerlukan ketaatan mengikuti metode, prosedur, dan
teknik melaksanakan tugas. Disiplin kerja merupakan konsep yang didefinisikan
sebagai sikap dan perilaku layanan yang taat dan tertib terhadap aturan yang telah
ditetapkan dalam tugas.

Kedisiplinan bidan dalam melaksanakan standar merupakan salah satu jenis


disiplin kerja, karena disiplin dalam melaksanakan standar adalah disiplin yang
17
memuat tentang metodologi pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan.
B. Standar Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional
terhadap klien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik
positif maupun negatif. Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu
tindakan tertentu atau prosedur tertentu.

Standar outcome adalah standar keluaran yang menilai kualitas dari


layanan kesehatan, di antaranya: Kepuasan pelanggan, ketepatan, efisiensi, dan
efektivitas. Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan
fungsional klien. Standar Outcome diukur melalui hasil :

1.Kepuasan pelanggan
Persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui. Persepsi
adalah apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang kita rasakan terhadap
apa yang kita terima. Harapan adalah kunci pokok bagi setiap penyelenggara
pelayanan kesehatan yang terlibat dalam kepuasan pasien atau pelanggan. Faktor-
faktor yang mendorong kepuasan pelanggan adalah kualitas produk, harga,
service quality, faktor emosional dan kemudahan.

Service quality bergantung pada 3 hal, yaitu sistem, teknologi dan manusia.
Adapun dimensi dari service quality adalah kemampuan untuk memberikan
pelayanan seperti yang dijanjikan dan akurat (reability), Kemauan untuk menolong
pelanggan dan menyediakan pelayanan yang cepat (responsiveness), Kemampuan
pengetahuan dan sopan santun petugas untuk menanamkan rasa percaya dan
keyakinan kepada pelanggannya (assurance), kepedulian, perhatian khusus kepada
pelanggan (empathy) dan penampakan dari fasilitas . fisik, peralatan, petugas, dan
barang-barang komunikasi (tangibles). Kepuasan pasien sendiri pun memiliki
dimensi yang sangat bervariasi, secara umum dimensi kepuasan dibedakan atas dua
macam.

a. Kepuasan Yang Mengacu Hanya Pada Penerapan Kode Etik Serta Standar
Pelayanan Profesi

Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu


apabila penerapan kode etik serta standar pelayanan profesi dapat memuaskan

18
pasien. Dengan pendapat ini, maka ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang
bermutu hanya mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayanan profesi
yang baik saja.

Ukuran-ukuran yang dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian terhadap


kepuasan pasien mengenai:
a)Hubungan bidan-pasien (midwife-petient relationship),
b)Kenyamanan pelayanan (amenities),
c)Kebebasan melakukan pilhan (choice),
d)Pengetahuan dan kompetensi teknis (scientific knowledge and technical
skill),
e)Efektifitas pelayanan (effectivess), f) Keamanan tindakan (safety).
b.Kepuasan yang Mengacu pada Penerapan Semua Persyaratan Pelayanan
Kesehatan

Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu


apabila penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan dapat memuaskan pasien.

Ukuran-ukuran pelayanan kesehatan lebih bersifat luas, karena di dalamnya


tercakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai:
• Ketersediaan pelayanan kesehatan (available), yaitu pelayanan yang bermutu,
apabila pelayanan kesehatan tersebut tersedia di masyarakat.

• Kewajaran pelayanan kesehatan (appropriate), yaitu pelayanan kesehatan


bersifat wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan yang
dihadapi.
• Kesinambungan pelayanan kesehatan (continue), yaitu pelayanan kesehatan
tersedia setiap saat, baik menurut waktu ataupun kebutuhan pemakai
jasa pelayanankesehatan.
• Penerimaan pelayanan kesehatan (acceptable), yaitu pelayanan kesehatan
dapat diterima oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan
• Ketercapaian pelayanan kesehatan (accesible) yaitu lokasi dapat dicapai oleh
pemakai jasa pelayanan kesehatan
• Keterjangkauan pelayanan kesehatan (affordable), yaitu biaya pelayanan
kesehatan dapat dijangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan
• Efisiensi pelayanan kesehatan (Efficient), yaitu pelayanan kesehatan dapat
19
diselenggarakan secara efisien
• Mutu pelayanan kesehatan (Quality), yaitu dapat menyembuhkan pasien serta
tindakan yang diberikan adalah aman.

20
2.Jika dibandingkan kedua kelompok dimensi kepuasan pasien ini, dapat terlihat bahwa
dimensi kepuasan yang kedua bersifat ideal. Karena sesungguhnya menyelenggarakan
semua persyaratan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan pasien tidaklah semudah
yang diperkirakan. Untuk mengatasi masalah ini, lazimnya diterapkan prinsip kepuasan
yang terkombinasi secara selektif, dalam arti: penerapan dimensi kepuasan kelompok
pertama dilakukan secara optimal, sedangkan penerapan dimensi kepuasan kelompok
kedua dilakukan secara selektif, yakni hanya yang sesuai dengan kebutuhan serta
kemampuan saja.Ketepatan
Ketepatan yaitu tingkat layanan yang diberikan kepada pasien adalah yang paling
bermanfaat atau yang paling dibutuhkan waktunya. Ketepatan dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu:
3.Ketepatan Terhadap Aturan dan Hukum
Profesi bidan merupakan profesi yang diatur melalui beberapa ketentuan dan
peraturan pemerintah. Pengaturan dilakukan terhadap: registrasi, lingkup pelayanan
kesehatan yang diizinkan, kewenangan yang diberikan kepada bidan, penyelenggaraan
praktik bidan, seperti tempat dan ruangan praktik, perlengkapan, peralatan kesehatan,
sampai kelengkapan administrasi.
Peraturan-peraturan ini menuntut bidan untuk memenuhi semua persyaratan yang
diatur. Ketidakpatuhan terhadap aturan pada praktiknya mungkin tidak terasa, tetapi sangat
berisiko, terutama bila terjadi masalah dalam pelayanan terhadap pasien dan pasien
mempermasalahkan dengan mengajukan tuntutan hukum. Bila hal ini terjadi, dampaknya
akan terasa dalam jangka panjang, terutama dari segi reputasi dan nama baik.
a. Etika Profesi
Setiap pelayanan kebidanan umumnya dilandasi dengan etika profesi dengan untuk
memastikan standar pelayanan yang diberikan secara optimal dan menghindari malpraktik.
Oleh karenanya bidan perlu memegang teguh etika profesi sebagai landasan dalam
menjalankan pelayanan.
b. Profesionalisme dan Keahlian
Jasa pelayanan kebidanan sangat mengandalkan pada keahlian dan keterampilan
bidan dalam memberikan pelayanan terutama karena sifat pelayanan mengandung risiko
sangat tinggi (menyangkut jiwa manusia). Oleh karenanya langkah awal bagi seorang bidan
adalah memastikan keahliannya sudah memenuhi syarat dan standar yang telah ditetapkan
dan telah memenuhi kebutuhan pasien.
c. Efisiensi dan Efektifitas
Efisien adalah cara mencapai akhir dengan hanya menggunakan sarana yang perlu,
atau dengan menggunakan sarana sesedikit mungkin. Efisien dalam pelayanan kesehatan
21
adalah pelayanan yang disediakan berhubungan antara hasil layanan dan sumber daya yang
digunakan untuk memberikan layanan kepada pasien.
Efektivitas adalah seberapa besar suatu tujuan sedang, atau telah tercapai. Efektivitas
merupakan sesuatu yang hendak ditingkatkan oleh manajemen. Efektivitas dalam pelayanan
kesehatan adalah perlakuan dan pelayanan yang diberikan dalam konteks yang benar,
diberikan sesuai dengan keilmuan saat ini untuk mencapai hasil yang diinginkan.

C. Meningkatkan Kinerja Bidan


Untuk meningkatkan kinerja bidan dapat menggunakan sistem model manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan
penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja.
1. Komitmen dan Kebijaksanaan
a. Menjalankan pekerjaan sesuai wewenang
b. Menciptakan situasi yang kondusif
c. Memakai alat pelindung diri (APD)
d. Mengutamakan kebersihan personal (personal hygiene)
e. Mempertahankan standar pelayanan
f. Memotivasi masyarakat untuk ikut serta dalam program kesehatan
g. Menetapkan norma standar pelayanan dalam kinerja dan produktivitas kerja.

2. Perencanaan
Perencanaan merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan itu
benar-benar timbul, mengantisipasi sebanyak mungkin keputusan pelaksanaan dengan
meramalkan masalah-masalah yang mungkin timbul, menerapkan prinsip-prinsip, serta
menetapkan aturan-aturan untuk memecahkannya. Lima langkah perencanaan adalah
sebagai berikut:
a.Mengamati keadaan.
Untuk tujuan perencanaan kesehatan primer, diperlukan informasi keterangan
mengenai :
• masyarakat (jumlah penduduk, kelahiran, kematian, kelompok umur, perumahan,
sekolah, pemimpin, organisasi dan lain-lain).
• kesehatan, penyakit, dan kesakitan
• organisasi pelayanan kesehatan
• staf kesehatan
22
• sumber daya masyarakat
b. Mengenali masalah.
Ada dua batasan masalah yang berguna, yakni :
• masalah adalah kesulitan atau hambatan yang timbul di antara keadaan sekarang
dan tujuan yang diinginkan di masa yang akan datang
• masalah adalah kesenjangan yang dirasakan antara apa yangada dan apa yang
seharusnya ada.
c. Menetapkan tujuan. Bidan harus mampu :
• menetapkan tujuan yang relevan, dapat dilaksanakan, terukur, dan
diamati
• menulis tujuan program
• memerinci sasaran yang dapat diukur
d. Mengkaji hambatan. Bidan harus mampu:
• mengenali hambatan atau kendala pencapaian sasaran
• menganalisis cara-cara mengatasi hambatan
• mengenali keterbatasan yang tidak dapat dihilangkan.
e. Menjadwalkan kegiatan. Bidan harus mampu:
• mempertimbangkan berbagai strategi alternatif
• membuat tabulasi mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan yang tersedia.
• memilih strategi terbaik
• memobilisasi sumber daya masyarakat
• membuat perincian aktivitas
• menyusun rencana
3. Pelaksanaan
Tanpa pelaksanaan, rencana hanya akan merupakan teori. Pada tahap pelaksanaan harus
diambil empat jenis utama keputusan.
a. Jenis yang pertama terdiri atas semua hal yang menjamin bahwa kegiatan
program dilaksanakan sesuai rencana dan pelayanan dilakukan seperti yang
dimaksud.
b.Jenis kedua berkaitan dengan penempatan orang dalam jumlah, waktu, dan
tempat yang tepat untuk menjalankan kegiatan-kegiatan itu.
c. Jenis ketiga berkaitan dengan mobilisasi dan alokasi sumber daya fisik dan dana
yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan tersebut.
d.Jenis keempat adalah keputusan yang berkenaan dengan informasi yang
23
diperlukan, cara pengolahan, dan cara komunikasinya untuk mendukung
keputusan-keputusan terdahulu dan untuk mendukung evaluasi.
4. Pengukuran
Pengukuran adalah mengamati seberapa jauh kemajuan pekerjaan, kinerja, dan
pencapaian pelayanan. Untuk melakukan pengukuran tersebut dapat dilakukan pemantauan
dengan tujuan sebagai berikut.
a. Memantau masukan jaminan bahwa :
 pekerjaan berjalan sesuai jadwal
 pemakaian sumber daya dan biaya masih berada dalam batas yang
direncanakan
 kelompok masyarakat atau perorangan berperan serta seperti yang
diharapkan
b.Memantau proses dan menjamin bahwa:
 fungsi, kegiatan, dan tugas yang diharapkan dijalankan sesuai dengan
norma yang ditetapkan
 standar kerja dipenuhi
 diadakan pertemuan sebagaimana perlunya
 komunikasi terjadi bilamana perlu
c. Memantau keluaran atau hasil akhir dan menjamin bahwa:
 produk atau hasil sesuai dengan target yang telah ditetapkan
 pelayanan diselenggarakan sesuai rencana
 pelatihan menghasilkan keterampilan baru atau tingkat
keterampilan yang lebih tinggi
 keputusan diambil tepat pada waktunya dan cepat
 pencatatan dipercaya dan pelaporan dikerjakan
 masyarakat puas
5. Peninjauan Ulang dan Peningkatan Manajemen
Peninjauan ulang dan peningkatan manajemen adalah salah satu cara untuk:
a. Menganalisis faktor-faktor yang menghasilkan atau menghambat kinerja yang
memuaskan, meliputi pengetahuan, sikap bidan, lingkungan dan sumber daya.

b.Menemukan kekurangan-kekurangan keterampilan staf dalam komunikasi dan


pemecahan masalah yang menjadi kendala saat memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.
c. Mempertimbangkan informasi mengenai masyarakat, masalah kesehatan, tujuan
program, dan standar-standar yang harus dicapai.
d.Mengenali kebutuhan-kebutuhan tertentu akan dukungan logistik atau data.
6. Peningkatan berkelanjutan

24
Pada tahap ini, bidan melakukan perbaikan serta upaya peningkatan kinerja sebagaimana
hasil dari tahapan-tahapan sebelumnya secara berkelanjutan. Dalam menerapkan manajemen
mutu terpadu, ada beberapa prinsip utama yang harus diperhatikan sebagai berikut.
a. Kepuasan pelanggan.
Kualitas tidak lagi hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi tertentu, tetapi
kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk
dipuaskan dalam segala aspek termasuk harga, kenyamanan, keamanan, dan ketepatan
waktu.
b.Penghargaan kepada setiap orang.
Setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki bakat dan kreativitas
tersendiri yang unik. Jadi karyawan merupakan sumber daya yang paling bernilai dan
diperlakukan dengan baik serta diberikan kesempatan terlibat dan berpartisipasi dalam tim
pengambil keputusan.
c. Manajemen berdasarkan fakta.
Setiap pengambilan keputusan harus selalu didasarkan pada data dan informasi, bukan
sekedar perasaan (feeling).

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang
dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal. Standar pelayanan kebidanan dasar adalah
norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Syarat-syarat standar adalah jelas, masuk akal, mudah dimengerti, dapat dicapai, absah,
meyakinkan, mantap, spesifik serta eksplisit.
1. Pengenalan standar pelayanan kebidanan
2. Standar Pelayanan Umum (2 Standar)
3. Standar Pelayanan Antenatal (6 Standar)
4. Standar Pertolongan Persalinan (4 Standar)
5. Standar Pelayanan Nifas (3 Standar)
6. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-Neonatal (9 Standar)

Mutu Pelayanan kesehatan adalah Penampilan yang pantas dan sesuai (sesuai dengan
standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil
kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi.

Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap
klien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun
negatif.

Untuk meningkatkan kinerja bidan dapat menggunakan sistem model manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan
penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja.

B. Saran
Kami mengharapkan pada teman teman yang nantinya akan menjadi seorang bidan
layaknya harus melayani masyarakat dengan baik. dengan cara bertanggung jawab,
menggunakan model kemitraan dalam kerjasama dengan kaum wanita atau ibu agar mereka
26
dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan sehingga
mereka puas dengan pelayanan yang kita berikan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Al-Assaf. 2009. Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : EGC


Nurmawati. 2010. Mutu Pelayanan Kebidanan. Jakarta : CV.
Trans Info Media Walyani, Elisabeth Siwi. 2014. Konsep
Kebidanan. Yogyakarta : PT. Pustaka

28

Anda mungkin juga menyukai