Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)


DI RUANG NICU RSUD Dr. SOEDONO MADIUN

Disusun oleh :
RIZQI FAUZIYAH AR-ROHMAH
NIM. 21650243

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2021
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
 Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya

kurang dari 2500 gram (Prawirohardjo, 2010). BBLR adalah bayi dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gastasi berat
lahir yaitu bayi yang di timbang dalam 1 jam setelah bayi lahir (Hanifah,
2010). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bayi berat
lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasinya.

2. Etiologi
Menurut Huda dan Hardhi, (2013) penyebab kelahiran bayi berat badan
lahir rendah yaitu :
1. Prematur Murni
Premature Murni adalah neonates dengan usia kehamilan kurang dari
37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa
kehamilan atau disebut juga neonates preterm atau BBLR. Faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan premature atau BBLR
adalah :
a. Faktor ibu :
1) Riwayat kelahiran premature sebelumnya.
2) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
3)  Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
4) Penyakit ibu:HT, jantung, gangguan pembuluhdarah  (perokok).

5) Primigravidarum: ibu yang pertama kali hamil


6) Usia ibu  <  20 tahun.
b. Faktor kehamilan
1) Faktor janin
Seperti cacat bawaan,infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda,
anomaly congenital.
2) Faktor kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan.
2. Dismature
Dismatur(IUGR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami
gangguan pertumbuhan dalam kandungan. Menurut Renfield (1975)
IUGR dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu.
b. Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa minggu
sampai beberapa hari sampai janin lahir. Factor-faktor yang
mempengaruhi BBLR pada dismatur adalah :
1) Faktor ibu (HT, GGK, perokok, DM, toksemia, dan hipoksia ibu)
2)  Faktor utery dan plasenta (uterus bicornis,infark plasenta,insersi
tali pusat).
3)  Faktor janin (kelainan kromosom, gamelli, cacat bawaan, infeksi
dalam kandungan)
4) Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah.

3. Manifestasi klinik
Menurut Huda dan Hardhi, (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan
lahir rendah adalah:
1) Sebelum bayi lahir
a) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
b) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c) Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih
lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
d) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya. Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion
gravidarum atau perdarahan anterpartum.
2) Setelah bayi lahir
a) Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
b) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c) Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan
intrauterine.
d) Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya.

Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :


1. Berat kurang dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala lebih besar.
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
8. Otot hipotonik lemah.
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
11. Kepala tidak mampu tegak.
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit.
13. Nadi 100 – 140 kali / menit.
4. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (premature) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38
minggu),tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilanya,yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini terjadi
karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan
yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,
infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang.
  Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan
janin tidak mengalami hambatan,dan selanjutnya akan melahirkan bayi
dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system
reproduksi normal,tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada
masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar
dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR,vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,terlebih lagi bila
ibu menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar HB
berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu
gangguan yang paling sering tyerjadi selama masa kehamilan. Ibu hamil
umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi
kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.
Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu
turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi
dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik
sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian
janin didalam kandungan,abortus,cacat bawaan,BBLR,anemia pada
bayiyang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu
dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang
menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun
mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
premature juga lebih besar.

5. Pathways

Pathways

Faktor ibu Plasenta Faktor janin

BBLR

Pernafasan Imatur imunologis Kulit Otak

Imaturasi paru Sistim imun Halus, Imaturasi


rendah mudah sentrum
Membran hialin Pembentukan lecet, vital
belum terbentuk surfaktan lembab
Resiko
belum infeksi
terbentuk Resiko
Reflek
kerusakan
menelan
integritas
blm
Dispnea kulit
sempurna

Sindroma gangguan
Ketidakseimb
pernafasan
angan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Ketidakefektifan pola
tubuh
nafas

Status nutrisi
turun

Metabolisme
meningkat

Ketidakefektifan
termoregulasi
6. Komplikasi
a. Sindroma distress respiratorik idiopatik
Terjadi pada 10 % bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru
progresif akibat kurangnya  surfaktan yang menurunkan tegangan
permukaan di alveoli dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera
setelah lahir bayi akan mengalami :
1) Rintihan waktu inspirasi
2) Napas cuping hidung.
3) Kecepatan respirasi lebih dari 70/menit.
4) Tarikan waktu inspirasi pada sternum (tulang dada).
5) Nampak gambaran sinar-X dada yang khas bronkogrm udara dan
pemeriksaan gas darah menunjukkan :
6) Kadar oksigen arteri menurun
7) Konsentrasi CO2 meningkat
8) Asidosis metabolic
Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika,
bikarbonas intravena dan makanan intravena. Mungkin diperlukan
tekanan jalan positif berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea.
Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul gagal napas
dengan pernapasan tekanan positif berkelanjutan.
b. Takipnea selintas pada bayi baru lahir
Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan
tetap edematosus untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan
takipnea. Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak menyebabkan
tanda- tanda distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam
setelah lahir. Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan
yang biasanya lahir normal. Perdarahan intraventrikular dihubungkan
dengan sindroma distress respiratori idiopatik dan nampaknya
berhubungan dengan hipoksia pada sindroma distress respirasi
idiopatik. Bayi lemas dan mengalami serangan apnea.

c. Fibroplasias Retrorental
Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat
pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa dibelakang lensa dan pelepasan
retina yang menyebabkan kebutaan. Hal ini dapat dihindari dengan
menggunakan konsentrasi oksigen di bawah 40% (kecuali bayi yang
membutuhkan lebih dari 40 %).sebagian besar incubator mempunyai
control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik  melebihi 40% tetapi
lebih baik menggunakan pemantau oksigen perkutan yang saat ini
mudah didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi.
d. Serangan Apnea
Serangan apnea disebabkan ketidak mampuan fungsional pusat
pernapasan atau ada hubunganya dengan hipoglikemi atau perdarahan
intracranial. Irama pernapasan bayi tak teratur dan diselingi periode
apnea. Dengan mengunakan pemantau apnea dan memberikan oksigen
pada bayi dengan pemompaan segera bila timbul apnea sebagian besar
bayi akan dapat bertahan dari serangan apnea, meskipun apnea ini
mungkin berlanjut selama beberapa hari atau mingu. Perangsang
pernapasan seperti aminofilin mungkin bermanfaat.
e. Enterokolitis Nekrotik
Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan
riwayat asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya :
kembung, muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus
dan usus mungkin mengalami perforasi. Pengobatan diberikan
pengobatan gentamisin intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman
oral dan berikan pemberian makanan intravena. Mungkin diperlukan
pembedahan.

7. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Sembiring J, 2019), pemeriksaan penunjang BBLR yang dapat
dilakukan, antara lain:
a. Pemeriksaan skore ballard.
b. Pemeriksaan shake test dianjurkan untuk bayi kurang bulan.
c. Pemeriksaan darah rutin, glukosa darah, kadar elektrolit, dan analisa
gas darah.
d. Foto thoraks ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir
dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
e. Pemeriksaan USG.

8. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Sembiring J, 2019), penatalaksanaan BBLR yang dapat
dilakukan, antara lain:
a. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, dan terapi oksigen.
b. Pengawasan terhadap patent ductus arterious (PDA).
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Pemberian nutrisi yang cukup.
e. Pengelolaan hiperbilirubinemia.
f. Penanganan infeksi dengan acuan yang tepat.
9. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut World Health Organization (2016), mengklasifikasikan
penatalaksanaan keperawatan BBLR berdasarkan beberapa kriteria,
diantaranya adalah:
1. Bayi dengan berat lahir 1750 – 2499 gram
a. Bayi dengan berat lahir > 2250 gram umumnya cukup kuat untuk mulai
minum sesudah dilahirkan.
b. Jaga bayi tetap hangat dan kontrol infeksi, tidak ada perawatan khusus.
c. Bayi dengan berat 1750 – 2250 gram mungkin perlu perawatan ekstra,
tetapi dapat secara normal bersama ibunya untuk diberi minum dan
kehangatan, terutama jika kontak kuli ke kulit dapat dijaga.
d. Mulai memberikan ASI dalam satu jam sesudah kelahiran. Kebanyakan
bayi mampu menghisap dengan baik. Bayi yang tidak bisa menyusu
harus diberi ASI perah dengan cangkir dan sendok. Ketika bayi
menghisap dari putting dengan baik dan berat badan bertambah, kurangi
pemberian minum melalui sendok dan cangkir.
e. Periksalah bayi sekurangnya dua kali sehari untuk menilai kemampuan
minum, asupan cairan, adanya suatu tanda bahaya atau tanda – tanda
adanya infeksi bakteri berat. Jika terdapat salah satu tanda bahaya,
lakukan observasi di tempat perawatan bayi baru lahir seperti yang
dilakukan pada berat bayi lahir sangat rendah.
2. Bayi dengan berat lahir dibawah 1750 gram
a. Berikan oksigen melalui pipa nasal atau nasal prongs, jika terdapat salah
satu tanda hipoksemia.
b. Lakukan perawatan kulit ke kulit di antara ke dua payudara ibu atau beri
pakaian di ruangan yang hangat atau dalam humidicrib. Jika tidak ada
penghangat bertenaga listrik, botol air panas yang dibungkus dengan
handuk bermanfaat untuk menjaga bayi tetap hangat. Pertahankan suhu
inti tubuh sekitar 36,5 – 37,5 ⁰C dengan kaki tetap hangat dan berwarna
kemerahan.
c. Jika mungkin berikan cairan IV 60 ml/kg/hari selama hari pertama
kehidupan. Sebaiknya gunakan paediatric (100 mL) intravenous burette
dengan tetes = 1 mL sehingga, 1 tetes per menit = 1 mL per jam. Jika
bayi sehat dan aktif, beri 2 – 4 mL ASI perah setiap 2 jam melalui pipa
lambung, tergantung berat badan bayi.
d. Bayi sangat kecil yang ditempatkan di bawah pemancar panas atau
terapi sinar memerlukan lebih banyak cairan dibandingkan dengan
volume biasa. Lakukan perawatan hati – hati agar pemberian cairan IV
dapat akurat karena kelebihan cairan dapat berakibat fatal.
e. Jika mungkin, periksa glukosa darah setiap 6 jam hingga pemberian
minum enteral dimulai, terutama jika bayi mengalami apnea, letargi,
atau kejang. Bayi mungkin memerlukan larutan glukosa 10%.
f. Mulai berikan minum jika kondisi bayi stabil (biasanya pada hari ke-
2, pada bayi yang lebih matur mungkin pada hari ke-1). Pemberian
minum dimulai jika perut tidak distensi, terdapat bising usus, telah
keluar mekonium, dan tidak terdapat apnea. Gunakan tabel minum.
Hitung jumlah minum dan waktu pemberiannya. Jika toleransi minum
baik, tingkatkan kebutuhan perhari. Pemberian susu dimulai dengan 2 –
4 mL setiap 1 – 2 jam melalui pipa lambung. Beberapa BBLSR yang
aktif dapat minum dengan cangkir dan sendok atau pipet steril. Gunakan
hanya ASI jika mungkin. Jika volume 2 – 4 mL dapat diterima tanpa
muntah, distensi perut atau retensi lambung lebih dari setengah yang
diminum, volume dapat ditingkatkan sebanyak 1 – 2 mL per minum
setiap hari. Kurangi atau hentikan minum jika terdapat tanda – tanda
toleransi yang buruk. Jika target pemberian minum dapat dicapai dalam
5 – 7 hari pertama, tetesan IV dapat dilepas untuk menghindari infeksi.
Minum dapat ditingkatkan selama 2 minggu pertama kehidupan hingga
150 – 180 mL/kg/hari (minum 19 – 23 mL setiap 3 jam untuk bayi 1 kg
dan 28 – 34 mL untuk bayi 1,5 kg). Setelah bayi tumbuh, hitung kembali
volume minum berdasarkan berat badan terakhir.
g. Faktor – faktor risiko sepsis adalah bayi yang dilahirkan di luar rumah
sakit atau dilahirkan dari ibu yang tidak sehat, pecah ketuban >18 jam,
bayi kecil (mendekati 1 kg).
h. Amati bayi secara ketat terhadap periode apnea dan bila perlu rangsang
pernapasan bayi dengan mengusap dada atau punggung. Jika gagal,
lakukan resusitasi dengan balon dan sungkup. Jika bayi mengalami
episode apnea lebih dari sekali dan atau sampai membutuhkan resusitasi
berikan sitrat kafein atau aminofilin. Dosis awal sitrat kafein adalah 20
mg kg oral atau IV (berikan secara lambat selama 30 menit). Dosis
rumatan sesuai anjuran Jika kafein tidak tersedia, berikan dosis awal
aminofilin 10 mg/kg secara oral atau IV selama 15 – 30 menit. Dosis
rumatan sesuai anjuran. Jika monitor apnu tersedia, maka alat ini harus
digunakan.
i. BBLR dapat dipulangkan apabila tidak terdapat tanda bahaya atau
tanda infeksi berat. Berat badan bertambah hanya dengan ASI. Suhu
tubuh bertahan pada kisaran normal (36 – 37 ⁰C) dengan pakaian
terbuka. Ibu yakin dan mampu merawatnya. BBLR harus diberi semua
vaksin yang dijadwalkan pada saat lahir dan jika ada dosis kedua pada
saat akan dipulangkan.
j. Lakukan konseling pada orang tua sebelum bayi pulang mengenai
pemberian ASI eksklusif menjaga bayi tetap hangat tanda bahaya untuk
mencari pertolongan, timbang berat badan, nilai minum, dan kesehatan
secara umum setiap minggu hingga berat badan bayi mencapai 2,5 kg.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata klien : nama,tempat lahir, jenis kelamin.
b. Orang tua      : nama ayah/ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan dan alamat.
c. Keluhan utama
Bayi tampak kecil, kulit tipis, lanugo masih banyak, malas menyusu,
keadaan umum lemah, reflek hisap lemah, dan bayi tampak lebih
sering tidur.
d. Riwayat kesehatan :
Keadaan umum bayi lemah dan reflek hisap lemah.
e. Riwayat kesehatan dahulu
Selama hamil ibu mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahan antepartum, hipertensi, preeklamsia berat, eklamsia,
diabetes melitus, penyakit jantung, infeksi selama kehamilan, dan ibu
menderita HIV/ AIDS.
f. Riwayat antenatal :
1. Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, HT,gizi buruk,merokok,
ketergantungan obat-obatan, DM, penyakit kardiovaskuler dan
paru.
2. Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan congenital.
3. Riwayat komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat
erat dengat permasalahan pada bayi baru lahir.
4. Kala I : perdarahan antepartumbaik solusio plasenta maupun
plasenta previa.
5. Kala II :persalinan dengan tindakan pembedahan, karena
pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat  menekan system
pusat pernafasan.
g. Riwayat post natal :
1. Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua (0-
3), asfiksia berat (4-6), asfiksia sedang (7-10) asfiksia ringan.
2. Berat badan lahir : preterm atau BBLR < 2500 gram, untuk aterm
2500 gram,  LK  kurang atau lebih dari normal (34-36)
3. Pola nutrisi yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan
absorbsi gastrointestinal, muntah, aspirasi, kelemahan  menghisap
sehingga perlu diberikan cairan parenteral atau personde sesuai
dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan,
kalori dan juga untuk mengoreksi dehidrasi, asidosis metabolik,
hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
4. Pola eliminasi yang perlu dikaji pada neonates adalah BAB :
frekuensi,jumlah,konsisten. BAK : frekuensi dan jumlah.
5. Latar belakang sosial budaya kebudayaan yang berpengaruh
terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, obat-obatan jenis
psikotropika, kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol,
dan kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantangan makanan
tertentu.
6. Hubungan psikologis. sebaiknya segera setelah bayi baru lahir
dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi
memungkinkan.
7. Keadaan umum : pada neonates dengan BBLR keadaannya lemah
dan hanya merintih.kesadaran neonates dapat dilihat dari responnya
terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai
dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat
menunjukan kondisi neonatos yang baik.
8. Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi akan baik
apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Suhu normal
pada tubuh bayi n (36 C-37,5C), nadi normal antara (120-140 x/m),
untuk respirasi normal pada bayi (40-60 x/m), sering pada bayi post
asfiksia berat respirasi sering tidak teratur.
9. Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna
biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
10. Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan
adanya peningkatan tekanan intrakranial.
11. Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada
bleeding conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukan
refleksi terhadap cahaya.
12. Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat
penumpukan lender.
13. Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
14. Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.
15. Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonates pendek.
16. Thorak : bentuk simetris,terdapat tarikan intercostals,perhatikan
suara wheezing dan ronchi,frekwensi bunyi jantung lebih dari
100x/m.
17. Abdomen : bentuk silindris,hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah
ascus costae pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut
buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia
diafragma,bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi,
sering terdapat retensi karena GI tract belum sempurna.
18. Umbilicus : tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak
adanya tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
19. Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah
kelainan letak muara uretra pada neonates laki-laki, neonates
perempuan lihat labia mayir dan labia minor, adanya sekresi mucus
keputihan, kadang perdarahan.
20. Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja,frekwensi buang air
besar serta warna dari feces.
21. Ekstremitas : warna biru,gerakan lemah, akral dingin, perhatikan
adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syraf atau keadaan
jari-jari tangan serta jumlahnya.
22. Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat rflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai
keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang.

h. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan
BBLR yaitu:
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas pusat
pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau
kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolik.
2. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan SSP imatur (pusat
regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan,
penurunan lemak subkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan
berkeringat, cadangan metabolik buruk).
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot
abdominal lemah, dan refleks lemah.
4.  Risiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
tidak efektif.
5. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat
ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak,
ginjal imatur.
6. Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan kelembaban
kulit.
i. Rencana Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas pusat
pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau
kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif.
Kriteria hasil:
Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
Membran mukosa merah muda.

Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Kaji frekwensi dan pola 1. Membantu dalam membedakan periode
pernapasan, perhatikan adanya perputaran pernapasan normal dari
apnea dan perubahan frekwensi serangan apnetik sejati, terutama sering
jantung. terjadi pad gestasi minggu ke-30
2. Isap jalan napas sesuai kebutuhan 2. Menghilangkan mukus yang neyumbat
3. Posisikan bayi pada abdomen jalan napas
atau posisi telentang dengan 3. Posisi ini memudahkan pernapasan dan
gulungan popok dibawah bahu menurunkan episode apnea, khususnya
untuk menghasilkan hiperekstensi bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis
4. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap metabolik atau hiperkapnea
obat-obatan yang akan 4. Magnesium sulfat dan narkotik menekan
memperberat depresi pernapasan pusat pernapasan dan aktifitas SSP
pada bayi   5. Hipoksia, asidosis netabolik,
hiperkapnea, hipoglikemia, hipokalsemia
Kolaborasi : dan sepsis memperberat serangan apnetik
5. Berikan oksigen sesuai indikasi 6. Perbaikan kadar oksigen dan
karbondioksida dapat meningkatkan
fungsi pernapasan

6.  Berikan obat-obatan yang sesuai


indikasi

2. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan SSP imatur (pusat


regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan,
penurunan lemak subkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan
berkeringat, cadangan metabolik buruk).
Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan.
Kriteria hasil :
Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 – 37,50C).
Intervensi Rasional
Mandiri : 1. Hipotermia membuat bayi cenderung
1. Kaji suhu dengan memeriksa merasa stres karena dingin, penggunaan
suhu rektal pada awalnya, simpanan lemak tidak dapat diperbaruai bila
selanjutnya periksa suhu aksila ada dan penurunan sensivitas  untuk
atau gunakan alat termostat meningkatkan kadar CO2 atau penurunan
dengan dasar terbuka dan kadar O2.
penyebar hangat.
2. Tempatkan bayi pada inkubator 2. Mempertahankan lingkungan termonetral,
atau dalam keadaan hangat. membantu mencegah stres karena dingin
3.  Hipertermi dengan peningkatan laju
3. Pantau sistem pengatur suhu , metabolisme kebutuhan oksigen dan
penyebar hangat (pertahankan glukosa serta kehilangan air dapat terjadi
batas atas pada 98,6°F, bila suhu lingkungan terlalu tinggi.
bergantung pada ukuran dan
usia bayi) 4. Penurunan keluaran dan peningkatan berat
4. Kaji haluaran dan berat jenis jenis urine dihubungkan dengan penurunan
urine perfusi ginjal selama periode stres karena
rasa dingin
5. Ketidakadekuatan  penambahan berat badan
5. Pantau penambahan berat meskipun masukan kalori adekuat dapat
badan berturut-turut. Bila menandakan bahwa kalori digunakan untuk
penambahan berat badan tidak mempertahankan suhu lingkungan tubuh,
adekuat, tingkatkan suhu sehingga memerlukan peningkatan suhu
lingkungan sesuai indikasi. lingkungan.
  6. Tanda-tanda hip[ertermi ini dapat berlanjut
6. Perhatikan perkembangan pada kerusakan otak bila tidak teratasi.
takikardia, warna kemerahan,
diaforesis, letargi, apnea atau
aktifitas kejang. 7. Membantu mencegah kejang berkenaan
Kolaborasi : dengan perubahan fungsi SSP yang
7. Pantau pemeriksaan disebabkan hipertermi
laboratorium sesuai indikasi 8. Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi
(GDA, glukosa serum, pada hiportemia dan hipertermia
elektrolit dan kadar bilirubin)
8. Berikan obat-obat sesuai
dengan indikasi :  fenobarbital
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot
abdominal lemah, dan refleks lemah.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan.
Kriteria hasil :
Bayi mendapat kalori dan nutrient esensial yang adekuat.
Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva
normal dengan penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30
gram/hari.

Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji maturitas refleks berkenaan 1. Menentukan metode pemberian makan
dengan pemberian makan yang tepat untuk bayi
(misalnya : mengisap, menelan,
dan batuk)
2. Auskultasi adanya bising usus, 2. Pemberian makan pertama bayi stabil
kaji status fisik dan statuys memiliki peristaltik dapat dimulai 6-12
pernapasan jam setelah kelahiran. Bila distres
pernapasan ada  cairan parenteral di
indikasikan dan cairan peroral haru s
ditunda
3.  Kaji berat badan dengan 3. Mengidentifikasikan adanya resiko derajat
menimbang berat badan setiap dan resiko terhadap pola pertumbuhan.
hari, kemudian dokumentasikan 4.  Memberikan informasi tentang masukan
pada grafik pertumbuhan bayi aktual dalam hubungannya dengan
4. Pantau masuka dan dan perkiraan kebutuhan untuk digunakan
pengeluaran. Hitung konsumsi dalam penyesuaian diet.
kalori dan elektrolit setiap hari 5. Pemberian cairan intravena mungkin
5. Kaji tingkat hidrasi, perhatikan diperlukan untuk memenuhi peningkatan
fontanel, turgor kulit, berat jenis kebutuhan, tetapi harus dengan hati-hati
urine, kondisi membran mukosa, ditangani untuk menghindari kelebihan
fruktuasi berat badan. cairan
6. hipoglikemia secara bermakna
6. Kaji tanda-tanda hipoglikemia; meningkatkan mobilitas mortalitas serta
takipnea dan pernapasan tidak efek berat yang lama bergantung pada
teratur, apnea, letargi, fruktuasi durasi masing-masing episode.
suhu, dan diaphoresis. Pemberian
makan buruk, gugup, menangis,
nada tinggi, gemetar, mata
terbalik, dan aktifitas kejang. Kolaborasi :
Kolaborasi : 7. Mendeteksi perubahan fungsi ginjal
7. Pantau pemeriksaan laboratorium berhubungan dengan penurunan simpanan
sesuai indikasi :  Glukas serum. nutrien dan kadar cairan akibat  malnutrisi.
Nitrogen urea darah, kreatin, 8. Ketidakstabilan metabolik pada bayi
osmolalitas serum/urine, SGA/LGA dapat memerlukan suplemen
elektrolit urine. untuk mempertahankan homeostasis.
8. Berikan suplemen elektrolit
sesuai indikasi misalnya kalsium
glukonat 10%

4. Risiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang


tidak efektif.
Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi.
Kriteri hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda infeksi.
Leukosit 5.000-10.000

Intervensi Rasional
Mandiri : 1.  Untuk mengetahui lebih dini adanya
1.  Kaji adanya tanda – tanda-tanda terjadinya infeksi
tanda  infeksi
2. Lakukan isolasi bayi lain yang 2. Tindakan yang dilakukan untuk
menderita infeksi sesuai meminimalkan terjadinya infeksi  yang
kebijakan insitusi lebih luas
3. Sebelum dan setelah menangani 3. Untuk mencegah terjadinya infeksi
bayi, lakukan pencucian tangan
4. Yakinkan semua peralatan yang 4. Untuk mencegah terjadinya infeksi
kontak dengan bayi bersih dan
steril
5.  Cegah personal yang mengalami 5. Untuk mencegah terjadinya infeksi yang
infeksi menular untuk tidak berlanjut pada bayi
kontak langsung dengan bayi.

5. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat


ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak,
ginjal imatur.

Tujuan : cairan terpenuhi.


 Kriteria hasil :
Bebas dari tanda-tanda dehidrasi
Menunjukan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.

Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Bandingkan masukan dan 1. Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam,
pengeluaran urine setiap shift dan sementara kebutuhan terapi cairan kira-
keseimbangan kumulatif setiap kira 80-100 ml/kg/hari pada hari pertama,
periodik 24 jam meningkat sampai 120-140 ml/kg/hari
pada hari ketiga postpartum.
2. Pantau berat jenis urine setiap 2. Meskipun imaturitas ginjal dan
selesai berkemih atau setiap 2-4 ketidaknyamanan untuk
jam dengan menginspirasi urine mengonsentrasikan urine biasanya
dari popok bayi bila bayi tidak mengakibatkan berat jenis yang rendah
tahan dengan kantong penampung pada bayi preterm (rentang normal1,006-
urine. 1,013). Kadar yang rendah menandakan
volume cairan berlebihan dan kadar lebih
besar dari 1,013 menandakan
ketidakmampuan masukan cairan dan
dehidrasi.
3. Evaluasi turgor kulit, membran 3. Kehilangan atau perpindahan cairan yang
mukosa, dan keadaan fontanel minimal dapat dengan cepat menimbulkan
anterior. dehidrasi, terlihat oleh turgor kulit yang
buruk, membran mukosa kering, dan
fontanel cekung.
4. Pantau tekanan darah, nadi, dan 4. Kehilangan 25% volume darah
tekanan arterial rata-rata (TAR) mengakibatakan syok dengan TAR < 25
Kolaborasi : mmHg menandakan hipotensi.
5. Pantau pemeriksaan laboratorium 5. Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas
sesuai dengan indikasi Ht normal 45-53% kalium serum
6. Berikan infus parenteral dalam 6. Hipoglikemia dapat terjadi karena
jumlah lebih besar dari 180 ml/kg, kehilangan melalui selang nasogastrik
khususnya pada PDA, displasia diare atau muntah.
bronkopulmonal (BPD), atau
entero coltis nekrotisan (NEC) 7. Penggantian cairan darah menambah
7. Berikan tranfusi darah. volume darah, membantu mengenbalikan
vasokonstriksi. Mungkin perlu untuk
mempertahankan kadar Ht/Hb optimal dan
menggantikan kehilangan darah.
6. Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan kelembaban
kulit.
Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit.
Kriteria hasil:
 Kulit tetap bersih dan utuh.

Tidak terlihat adanya tanda-tanda terjadinya iritasi.

Intervensi Rasional
1. Observasi tekstur dan warna kulit.
1. Untuk mengetahui adanya kelainan pada
kulit secara dini
2. Jaga kebersihan kulit bayi. 2. Meminimalkan kontak kulit bayi dengan
zat-zat yang dapat merusak kulit pada
bayi
3.  Ganti pakaian setiap basah. 3. Untuk meminimalisir terjadinya iritasi
pada kulit bayi
4. Lakukan mobilisasi tiap 2 jam. 4. Untuk mencegah kerusakan kulit pada
bayi
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Nurhaeni. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat.


Yogyakarta : AR Group.

Hanifah, 2010. Perawatan Pediatic. Jakarta : TUSCA

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2004. Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam :


Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC.
Yogyakarta : Media Action Publishing.

Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Proverawati, 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta : Muha Medika

Anda mungkin juga menyukai