Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN RESMI KIMIA ANALISIS II

PRAKTIKUM II

KINETIKA REAKSI LOGAM MAGNESIUM DENGAN ASAM KLORIDA

PENYUSUN :

NAMA : NUR AMALIATUL ALIAH

NIM : E0020039

DOSEN PEMBIMBING : 1.DESI SRI REJEKI ,M.Si

2. ERY NOURIKA ALFIRAZA,M.Sc

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI

SEMESTER 1

2020
PRAKTIKUM II

KINETIKA REAKSI LOGAM MAGNESIUM DENGAN ASAM KLORIDA

I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan tingkat reaksi logam magnesium dengan larutan asam klorida.

II. DASAR TEORI


Kinetika kimia adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari bagaimana
suatu reaksi berlangsung. Dalam kinetika kimia dibicarakan tentang laju reaksi dan
mekanisme reaksi. Pengertian “laju reaksi” digunakan untuk menerangkan berapa
cepat reaksi berlangsung, sedang “mekanisme reaksi” dipakai untuk menerangkan
melalui langkah-langkah manakah suatu zat pereaksi berubah menjadi hasil reaksi.

Laju reaksi suatu reaksi kimia biasanya didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi
zat yang ikut serta dalam reaksi tersebut per satuan waktu. Misalnya untuk reaksi
A+B P , akan mempunyai laju reaksi menurut persamaan:
Laju reaksi : - d (A) = - d (B) = + d (P)
dt dt dt
persamaan ini menunjukan bahwa laju reaksi suatu reaksi kimia adalah berbanding
terbalik terhadap waktu dan sebanding dengan konsentrasi. Dan untuk reaksi di atas
hal tersebut dapat dinyatakan secara empiris dengan persamaan :
r = k (A)p (B) q
Secara kinetika kimia p dan q dikenal sebagai tingkat reaks, sedangkan p=q adalah
tingkat reaksi total dari reaksi tersebut. Andaikan suatu reaksi mempunyai tingkat
reaksi n, maka laju reaksi akan sebanding dengan konsentrasi dan berbanding terbalik
dengan waktu .
r α (C)
r α 1/t
C : konsentrasi
n : tingkat reaksi
t : waktu
Oleh karena itu r α (C)n . 1/t sehingga jika dibuat grafik (C)n vs 1/t maka diperoleh
grafik berupa garis lurus. Sehingga tingkat reaksi dapat ditentukan dengan membuat
grafik (C )n vs 1/t
Tingkat reaksi Penentuan tingkat reaksi dengan membuat grafik
1 (C) vs 1/t
2 (C)2 vs 1/t
3 (C)3 vs 1/t

Dalam ilmu kimia, laju reaksi menunjukan perubahan konsentrasi zat yang terlibat
dalam reaksi setiap satuan waktu. Konsentrasi pereaksi dalam suatu reaksi kimia
semakin lama semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi semakain lama semakin
bertambah. (Anderton, 19997).
Untuk mempercepat laju reaksi ada 2 cara yang dapat dilakukan yaitu memperbesar
energy kinetic suatu molekul atau menurunkan harga Ea. Kedua cara itu bertujuan
agar molekul-molekul semakin banyak memiliki energy yang sama atau lebih dari
energy aktivasi sehingga tumbukan yang terjadi semakin banyak.(Ryan,2001)
Laju reaksi suata reaksi kimia merupakan pengukuran bagaimana konsentrasi ataupun
tekanan zat-zat yang terlibat dalam reaksi berubah seiring dengan berjalannya waktu.
Analisis laju reaksi sangatlah penting dan memiliki banyak kegunaan, misalnya
dalam teknik kimia dan kajian kesetimbangan kimia. Laju reaksdi secara mendasar
tergantung pada(Hiskia achmad ,1992):
 Konsentrasi reaktan, yang biasanya membuat reaksi berjalan dengan lebih
cepat apabila konsentrasinya dinaikkan. Hal ini diakibatkan karena
peningkatan pertumbukan atom per satuan waktu.
 Luas permukaan yang tersedia bagi reaktan untuk saling berinteraksi,
terutama reaktan padat dalam sistem heterogen. Luas permukaan yang besar
akan meningkatkan laju reaksi.
 Tekanan dengan meningkatkan tekanan, kita menurunkan volume antar
molekul sehingga akan meningkatkan frekuensi tumbukan molekul.
 Energy aktivasi , yang didefinisikan sebagai jumlah energy yang diperlukan
untuk membuat reaksi bermulai dan berjalan secara spontan. Energy aktivasi
yang lebih tinggi mengimplikasikan bahwa reaktan memerlukan lebih banyak
energy untuk memulai reaksi yang berenergi aktivasi lebih rendah
 Keberadaan ataupun ketiadaan katalis . katalis adalah zat yang mengubah
lintasan(mekanisme) suatu reaksi dan akan meningkatkan laju reaksi dengan
menurunkan energy aktivasi yang diperlukan agar reaksi dapat berjalan.
Katalis tidak dikonsumsi ataupun berubah selama reaksi, sehingga ia dapat
digunakan kembali.
 Untuk bebrapa reaksi, keberadaan raidasi elektromagnetik,
utamanyaultraviolet, diperlukan untuk memutuskan ikatan yang diperlukan
agar reaksi sapat bermulai. Hal ini utamanya terjadi pada reaksi yang
melibatkan radikal.
 Temperature yang meningkatkan laju reaksi apabila dinaikkan, hal ini
dikarenakan temperature yang tinggi meningkatkan energy molekul per
satuan waktu.
Jika suatu zat dipanaskan, partikel-partikel zat tersebut menyerap energy kalor. Pada
suhu yang lebih tinggi molekul bergerak lebih cepat sehingga energy kinetiknya
bertambah. Peningkatan energy kinetic menyebabkan kompleks teraktivasi lebih
cepat terbentuk , karen energy aktivasi mudah terlampaui, dengan demikian reaksi
berlangsung lebih cepat.(Suroso, 2002)
Penyelidikan tentang reaksi yang bertujuan untuk menentukan hukum laju dan
konstanta laju, seringkali dilakukan pada beberapa temperature. Idealnya langkah
pertama untuk mengenali semua produknya , dan untuk menyelidiki ada tidaknya
antar hasil sementara dan reaksi samping. (Atkins,1999)
Daya laju suatu reaksi kimia sama dengan hasil kali massa aktif(konsentrasi) pereaksi
dan koefisien afinitas (tetapan kecepatan) dengan setiap massa aktif meningkat
sampai daya tertentu. Daya tertentu tersebut tidak harus angka-angka bulat dan tidak
disimpulkan dari persamaan reaksinya. Hokum Gulberd dan Waage tersebut dikenal
sebagai hokum aksi massa. (Anonim,2010)
Laju reaksi berhubungan dengan konsentrasi zat-zat yang terlibat dalam reaksi.
Hubungan ini ditentukan oleh persamaan laju tiap-tiapp reaksi. Perlu diperhatikan
bahwa beberapa reaksi memiliki kelajuan yang tidak tergantung pada konsentrasi
reaksi. Hal ini disebut sebagai reaksi orde nol.
Besarnya laju reaksi dipengaruhi oleh factor-faktor sebagai berikut:
1. Sifat dan ukuran pereaksi
Sifat pereaksi dan ukuran pereaksi menentukan laju reaksi. Semakin relative dari
sifat pereaksi laju reaksi akan semakin bertabah atau reaksi berlangsung semakin
cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah,
hal ini dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat yang bereaksi maka daerah
interaksi zat pereaksi semakin luas juga. Permukaan zat pereaksi dapat diperluas
dengan memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk meningkatkan laju reaksi, pada
zat pereaksi dalam bentuk serbuk lebih baik bila dibandingkan dalam bentuk
bongkahan. Sifat dasar pereaksi, zat zat berbeda secara nyata dalam lajunya
mereka mengalami perubahan kimia . molekul hydrogen dan flour bereaksi secara
meledak, bahkan pada temperature kamar, dengan menghasilkan molekul
hydrogen flourida.
2. Konsentrasi
Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu
pereaksi, atau sebagai laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Besarnya laju
reaksi sebanding dengan konsentrasi pereaksi. Jika natrium tiosulfat dicampur
dengan asam kuat encer maka akan timbul endapan putih.
3. Temperature atau suhu reaksi
Laju reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperature. Biasanya kenaikan
sebesar 100 C akan melibatkan dua atau tiga laju suatu reaksi antara molekul-
molekul. Kenaikan laju reaksi ini dapat diterangkan sebagian sebagai lebih
cepatnya molekul-molekul bergerak kian kemari pada temperature yang lebih
tinggi dan karenanya bertabrakan satu sama lain lebih sering. Hampir semua
reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikan karena kalor yang diberikan akan
menambah energy kinetic partikel pereaksi. Akibatnya jumlah dan energy
tumbukan bertambah besar.
4. Katalis
Adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi untuk mempercepat jalannya
reaksi. Katalis biasanya ikut bereaksi sementara dan kemudian terbentuk kembali
sebagai zat bebas. Suatu reaksi menggunakan katalis disebut reaksi katalis atau
prosesnya disebut katalisme. (Keenan, 1980)

Hukum laju (persamaan laju) menyatakan hubungan antara laju reaksi


dengan konsentrasi dari reaktan dipangkatkan bilangan tertentu. Untuk
reaksi:

Hukumnya adalah:

di mana nilai konstanta laju, k dan nilai x dan y ditentukan berdasarkan


eksperimen, bukan berdasarkan koefisien stoikiometri persamaan reaksi setara. Untuk
reaksi tersebut, dikatakan reaksi orde ke-x terhadap A, orde ke-y terhadap B, dan orde
reaksi total sama dengan x + y.

Orde reaksi suatu substansi (seperti reaktan, katalis atau produk) adalah
banyaknya faktor konsentrasi yang mempengaruhi kecepatan reaksi. Untuk

persamaan laju reaksi )([A], [B], ... adalah konsentrasi), orde reaksinya
adalah x untuk A dan y untuk B. Orde reaksi secara keseluruhan adalah jumlah
sum x + y + .... Perlu diingat bahwa orde reaksi sering kali tidak sama dengan
koefisien stoikiometri.
Contohnya, reaksi kimia antara raksa (II) klorida dengan ion oksalat:

Persamaan laju reaksinya adalah[1]


r = k[HgCl2]1[C2O42−]2
Dalam contoh ini, orde reaksi reaktan HgCl2 adalah 1 dan orde reaksi ion oksalat
adalah 2; orde reaksi secara keseluruhan adalah 1 + 2 = 3. Orde reaksi di sini (1
dan 2) berbeda dengan koefisien stoikiometrinya (2 dan 1). Orde reaksi hanya
bisa ditentukan lewat percobaan. Dari situ dapat ditarik kesimpulan
mengenai mekanisme reaksi.
Di sisi lain, reaksi dasar (satu langkah) memiliki orde reaksi yang sama dengan
koefisien stoikiometri untuk setiap reaktan. Orde reaksi secara keseluruhan
(jumlah koefisien stoikiometri reaktan) selalu sama dengan molekularitas reaksi
dasar.
Orde reaksi untuk setiap reaktan sering kali memiliki angka positif, tetapi ada
pula orde reaksi yang negatif, berupa pecahan atau nol.
Konsentrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif
antara zat terlarut dan pelarut. Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa
macam, di antaranya:
Fraksi mol
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan
jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.
Fraksi mol dilambangkan dengan X.
Contoh: Suatu larutan terdiri dari 3 mol zat terlarut A den 7 mol zat terlarut B.
maka:
XA = nA / (nA + nB) = 3 / (3 + 7) = 0.3
XB = nB /(nA + nB) = 7 / (3 + 7) = 0.7
XA + XB = 1
Persen berat
Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.
Contoh: Larutan gula 5% dalam air, artinya: dalam 100 gram larutan terdapat:
- gula = 5/100 x 100 = 5 gram
- air = 100 - 5 = 95 gram
Molalitas (m)
Molalitas menyatakan mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
Contoh: Hitunglah molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air !
- molalitas NaOH = (4/40) / 500 gram air = (0.1 x 2 mol) / 1000 gram air = 0,2 m
Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Contoh: Berapakah molaritas 9.8 gram H2SO4 (Mr= 98) dalam 250 ml larutan ?
- molaritas H2SO4 = (9.8/98) mol / 0.25 liter = (0.1 x 4) mol / liter = 0.4 M
Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+. Untuk basa, 1
mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-.
Antara Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan:
N = M x valensi
Pengenceran dilakukan dengan jalan menambah pelarut kedalam zat yang akan
diencerkan. Hal ini adalah cara pengenceran yang lazim dilakukan. Untuk zat-zat
yang menunjukan reaksi eksotermis pada pengenceran H2SO4 pekat (petunjuk
kimia edisi 3,Ir.singgih 2010)

Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan


cara menambah pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.jika suatu
larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas
dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada penegenceran asam sulfat pekat.
Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat harus
ditambahkan kedalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan kedalam
asam sulfat pekat,panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat
menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memerak.
Jika kita berada didekatnya,perakan asam sulfat ini merusak kulit. (Braddy,2000)

Rumus Pengenceran menurut Gunawan (2004) yaitu :

M1.V1 = M2.V2

Keterangan : M1 = molaritas awal larutan

V1 = volume awal larutan

M2 = molaritas akhir larutan

V2 = volume akhir larutan

Rekasi logam dengan asam (logam + larutan HCl encer)

Banyak logam-logam dapat bereaksi dengan asam encer membentuk garam dan
hidrogen
logam + asam encer $\rightarrow$ garam + hidrogen
$\mbox{Fe}(s)+2\mbox{HCl}(aq)\rightarrow\mbox{FeCl}_{2}(aq)+\mbox{H}_
{2}(g)$

Salah satu kesimpulan reaksi logam dengan asam yakni pada logam Pb tidak
dapat bereaksi dengan asam klorida encer dan pada kondisi suhu ruang tapi dapat
bereaksi dengan asam pekat dan dengan pemanasan.
III. ALAT DAN BAHAN

3.1 ALAT
1. Labu ukur 20ml
2. Gelas ukur 10ml
3. Beker glass
4. Pipet ukur 5ml
5. Filler
6. Stop watch
7. Label

3.2 BAHAN
1. Hcl 2 M
2. Aqua dest
3. Pita magnesium 2cm
IV. CARA KERJA

4.1
Pita Mg 2cm dalam
HCL 1,8 M

Ambil larutan Hcl 2M dengan pipet

Dipipet sampai 22,5ml

Masukkan kedalam labu ukur

Tambahkan aqua dest ad batas miniskus

Ambil 10ml (yang diperlukan untuk praktikum) dengan gelas ukur

Masukkan dalam beker glass

Masukan pita magnesium 2cm, tekan stop watch

Hentikan stop watch ketika pita magnesium pas habis dan catat

Ulangi percobaan 1-2 kali

Catat hasil pengamatan

Gambar grafik 1/t vs konsentrasi dan 1/t vs (konsentrasi)2

Tentukan tingkat reaksinya

HASIL
4.2
Pita Mg 2cm dalam

HCL 1,6 M

Ambil larutan Hcl 2M dengan pipet

Dipipet sampai 20 ml

Masukkan kedalam labu ukur

Tambahkan aqua dest ad batas miniskus

Ambil 10ml (yang diperlukan untuk praktikum) dengan gelas ukur

Masukkan dalam beker glass

Masukkan pita magnesium 2cm ,tekan stop watch

Hentikan stop watch ketika pita magnesium pas habis

Ulangi percobaan 1-2 kali

Catat hasil pengamatan

Gambar grafik 1/t vs konsentrasi dan 1/t vs (konsentrasi)2

Tentukan tingkat reaksinya

HASIL
4.3
Pita Mg 2cm
dalam HCL 1,4 M

Ambil larutan Hcl 2M dengan pipet

Dipipet sampai 17,5 ml

Masukkan kedalam labu ukur

Tambahkan aqua dest ad batas miniskus

Ambil 10ml (yang diperlukan untuk praktikum) dengan gelas ukur

Masukkan dalam beker glass

Masukkan pita magnesium 2cm, tekan stop watch

Hentikan stop watch ketika pita magnesium pas habis

Ulangi percobaan 1-2 kali

Catat hasil pengamatan

Gambar grafik 1/t vs konsentrasi dan 1/t vs (konsentrasi)2

Tentukan tingkat reaksinya

HASIL
4.4

Pita Mg 2cm
dalam HCL 1,2
M
Ambil larutan Hcl 2M dengan pipet

Dipipet sampai 15 ml

Masukkan kedalam labu ukur

Tambahkan aqua dest ad batas miniskus

Ambil 10ml (yang diperlukan untuk praktikum) dengan gelas ukur

Masukkan dalam beker glass

Masukkan pita magnesium 2cm, tekan tombol stop watch

Hentikan stop watch ketika pita magnesium pas habis

Ulangi percobaan 1-2 kali

Catat hasil pengamatan

Gambar grafik 1/t vs konsentrasi dan 1/t vs (konsentrasi)2

Tentukan tingkat reaksinya

HASIL
4.5
Pita Mg 2cm
dalam HCL 1 M

Ambil larutan Hcl 2M dengan pipet

Dipipet sampai 12,5 ml

Masukkan kedalam labu ukur

Tambahkan aqua dest ad batas miniskus

Ambil 10ml (yang diperlukan untuk praktikum) dengan gelas ukur

Masukkan dalam beker glass

Masukkan pita magnesium 2cm, tekan stop watch

Hentikan stop watch ketika pita magnesium pas habis

Ulangi percobaan 1-2 kali

Catat hasil pengamatan

Gambar grafik 1/t vs konsentrasi dan 1/t vs (konsentrasi)2

Tentukan tingkat reaksinya

HASIL
4.6

Pita Mg 2cm
dalam HCL 0,8 M

Ambil larutan Hcl 2M dengan pipet

Dipipet sampai 10 ml

Masukkan kedalam labu ukur

Tambahkan aqua dest ad batas miniskus

Ambil 10ml (yang diperlukan untuk praktikum) dengan gelas ukur

Masukkan dalam beker glass

Masukkan pita magnesium 2cm, tekan tombol stop watch

Hentikan stop watch ketika pita magnesium pas habis

Ulangi percobaan 1-2 kali

Catat hasil pengamatan

Gambar grafik 1/t vs konsentrasi dan 1/t vs (konsentrasi)2

Tentukan tingkat reaksinya

HASIL
4.7
Pita Mg 2cm
dalam HCL 0,6 M

Ambil larutan Hcl 2M dengan pipet

Dipipet sampai 7,5 ml

Masukkan kedalam labu ukur

Tambahkan aqua dest ad batas miniskus

Ambil 10ml (yang diperlukan untuk praktikum) dengan gelas ukur

Masukkan dalam beker glass

Masukkan pita magnesium 2cm, tekan tombol stop watch

Hentikan stop watch ketika pita magnesium pas habis

Ulangi percobaan 1-2 kali

Catat hasil pengamatan

Gambar grafik 1/t vs konsentrasi dan 1/t vs (konsentrasi)2

Tentukan tingkat reaksinya

HASIL
V. HASIL PRAKTIKUM

5.1 PENGENCERAN

NO. Perlakuan Perhitumgan Keterangan


1. Hcl 1,8 M V1.M1 = V2.M2
 Diambil larutan Hcl 22,5 ml V1. 2 = 25 . 1,8
 Dimasukkan kedalam labu V1 = 25 . 1,8 +
ukur ukuran 25ml 2
 Ditambahkan aquadest hingga = 22,5 ml
garis meniscus, kocok
2. Hcl 1,6 M V1.M1 = V2.M2
 Diambil larutan Hcl 20 ml V1. 2 = 25 . 1,6
 Dimasukkan kedalam labu V1 = 25 . 1,6 +
ukur ukuran 25ml 2
 Ditambahkan aquadest hingga = 20 ml
garis meniscus, kocok
3. Hcl 1,4 M V1.M1 = V2.M2
 Diambil larutan Hcl 20 ml V1. 2 = 25 . 1,4
 Dimasukkan kedalam labu V1 = 25 . 1,4 +
ukur ukuran 25ml 2
 Ditambahkan aquadest hingga = 17,5 ml
garis meniscus, kocok
Hcl 1,2 M V1.M1 = V2.M2
 Diambil larutan Hcl 20 ml V1. 2 = 25 . 1,2
 Dimasukkan kedalam labu V1 = 25 . 1,2 +
ukur ukuran 25ml 2
 Ditambahkan aquadest hingga = 15 ml
garis meniscus, kocok
Hcl 1 M V1.M1 = V2.M2
 Diambil larutan Hcl 20 ml V1. 2 = 25 . 1
 Dimasukkan kedalam labu V1 = 25 . 1 +
ukur ukuran 25ml 2
 Ditambahkan aquadest hingga = 12,5 ml
garis meniscus, kocok
Hcl 0,8 M V1.M1 = V2.M2
 Diambil larutan Hcl 20 ml V1. 2 = 25 . 0,8
 Dimasukkan kedalam labu V1 = 25 . 0,8 +
ukur ukuran 25ml 2
 Ditambahkan aquadest hingga = 10 ml
garis meniscus, kocok
Hcl 0,6 M V1.M1 = V2.M2
 Diambil larutan Hcl 20 ml V1. 2 = 25 . 0,6
 Dimasukkan kedalam labu V1 = 25 . 0,6 +
ukur ukuran 25ml 2
 Ditambahkan aquadest hingga = 7,5 ml
garis meniscus, kocok

5.2 TABEL PENGAMATAN

No Konsentrasi Panjang pita Percobaan 1 Percobaan 2


Hcl (M) Mg (cm)

t 1/t t 1/t
1. 2 2 00.44.47 0.022 00.45.49 0.021
2. 1,8 2 00.46.44 0.021 00.46.65 0.021
3. 1,6 2 00.48.97 0.020 00.49.83 0.020
4. 1,4 2 00.52.93 0.019 00.5181 0.019
5. 1,2 2 00.53.79 0.018 00.54.51 0.018
6. 1 2 00.56.19 0.017 00.55.02 0.018
7. 0,8 2 01.38.81 0.010 00.58.77 0.017
8. 0.6 2 03.52.63 0.004 01.01.59 0.016

Keterangan
Percobaan dilakukan 2 kali
Dari data di atas,lengkapilah table berikut ini :

X1 Y1 (X1- ) (X1- )2 (Y1- ) (Y1- )2 (X1- )(Y1- )


2 0.022 0,7 0,49 0,008 6,4x10-5 5,6x10-3
1,8 0.021 0,5 0,25 0,007 4,9x10-5 3,5x10-3
1,6 0.020 0,3 0,09 0,006 3,6x10-5 1,8x10-3
1,4 0.019 0,1 0,01 0,005 2,5x10-5 5x10-4
1,2 0.018 -0,1 0,01 0,004 1,6x10-5 -4x10-4
1 0.017 -0,3 0,09 0,003 9x10-6 -9x10-4
0,8 0.010 -0,5 0,25 -0,004 1,6x10-5 2x103
0,6 0.004 -0,7 0,49 -0,01 1x10-4 7x103
Ʃ=10,4 Ʃ=0,131 Ʃ=1,68 Ʃ=31,5x10-5 Ʃ=0,0191
8 8
=1,3 =0,016

b=Ʃ(X1- ) (Y1- )
Ʃ( 1- )2

= 0,0191
1,68
= 0,0113690476

r = Ʃ(X1- ) ( 1- )

√Ʃ( 1- )2.Ʃ( 1-Y)


2

= 0,0191

√(1,68). (31,5 10-5)

= 0,0191

0,0230043479

= 0,0186704968

a= y-bx

= 0,016- (0,0113690476 . 1,3)

= 0,016 - 0,0147797619

= 0,0012202381
5.2 GRAFIK

PERCOBAAN 1

C vs 1/t
0,03

0,025 y = 0,0114x + 0,0016


R² = 0,8046
0,02
Axis Title

0,015
C vs 1/t
0,01
Linear (C vs 1/t)
0,005

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Axis Title

PERCOBAAN 2

C vs 1/t
0,025
y = 0,0037x + 0,014
0,02 R² = 0,9737
Axis Title

0,015

0,01 C vs 1/t
Linear (C vs 1/t)
0,005

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Axis Title
VI. PEMBAHASAN

Telah dilakukan percobaan kinetika reaksi logam dengan asam klorida. Tujuan dari
percobaan ini adalah mampu menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia serta mampu
menentukan laju dan orde reaksi. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah
metode pencampuran, pengenceran. Prinsip percobaan ini adalah mekanisme reaksi
suatu kimia.
Reaksi kimia adalah suatu proses, dimana zat-zat baru, yaitu hasil reaksi terbentuk
dari berbagai zat yang disebut pereaksi. Reaksi kimia biasanya disertai oleh kejadian-
kejadian fisik seperti perubahan warna, timbulnya gas dan sebagainya.(Petrucci,
1992)
Mg(s) + 2HCL (aq) MgCl 2(aq) + H2(g)

A + B C

Menurut keenan , orde suatu reaksi adalah jumlah semua eksponen dari konsentrasi
dalam persamaan laju. Jika laju reaksi berbanding lurus dengan pangkat satu
konsentrasi hanya satu pereaksi.
Laju = k (HCL)

Maka reaksi ini dikatakan sebagai reaksi orde pertama. Penentuan orde reaksi dengan
metode diferensial, metode integral (penentuan orde reaksi pertama dan penentuan
orde reaksi kedua) (kenaan. 1991)
Laju / kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi dengan produk dalam
satu satuan waktu. Laju reaksi dapat dnyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi
pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi biasanya
dinyatakan dalam mol/ L tetapi untuk fase gas, digunakan atmosfer , millimeter
merkurium/pascal.
Laju = perubahan konsentrasi suatu pereaksi
Lama berlangsung pereaksi

Factor factor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sifat dasar reaksi,
temperature,katalis, dan konsentrasi.

Kinetika reaksi logam magnesium dengan asam klorida


Percobaan ini bertujuan untuk menentukan persamaan laju antara magnesium
dengan asam klorida. Digunakan konsentrasi 2M. metode yang digunakan dalam
percobaan ini adalah pengenceran. Tujuannya adalah agar didapat konsentrasi
HCL yang lebih encer. Tujuan digunakannya konsentrasi yang bervariasi adalah
untuk membandingkan laju reaksi Mg pada masing masing larutan Hcl yang
berbeda konsentrasi tersebut terhadap waktu. Dilakukan pemasukan logam Mg ke
dalam larutan Hcl dengan berbagai konsentrasi.
Hasil percobaan dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi Hcl maka
reaksinya semakin cepat, hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi
maka reaksinya semakin cepat. Hal ini disebabkan karena semakin besar
konsentrasi, semakin banyak jumlah partikel dalam larutan,sehingga semakin
banyak tumbukan yang terjadi seamakin banyak tumbukan maka semakin cepat
mencapai Ea reaksi.
Orde reaksi dari persamaan laju reaksi yang ideal adalah 2, dalam percobaan
diperoleh orde mendekati 2,yaitu 2,019. Hal ini dikarenakan beberapa factor,
yaitu :
1. Temperature
Temperature dari percobaan pertama dengan percobaan lainnya kemungkinan
tidak sama, sehingga laju yang diperoleh juga berbeda. Apabila suhunya
semakin besar maka, molekul dapat bergerak semakin cepat dan tumbukan
lebih sering terjadi. Hal ini karena kecepatan molekul akan semakin
meningkat saat suhu dinaikkan, sehingga energy kinetic akan semakin besar.
Tumbukan yang terjadipun akan semakin banyak terjadi sehingga laju
reaksinya akan semakin cepat.
2. Konsentrasi
Dalam percobaan ini, apabila konsentrasi Hcl yang digunakan semakin kecil
maka semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya reaksi.
Begitupun sebaliknya, makin besar konsentrasi Hcl maka semakin sedikit
waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya reaksi. Apabila konsentrasi tinggi
maka molekul dalam zat zat pereaksi dapat semakin sering terjadi tumbukan
sehingga laju reakisnya juga cepat.
3. Luas permukaan logam Mg
Semakin luas permukaan logam Mg, waktu yang dibutuhkan reaksi semakin
cepat. Sebagai contoh luas permukaan serbuk lebih besar dari padatan.,
sehingg tumbukan antar partikel akan banyak terjadi hal ini mengakibatkan
laju reaksi semakin cepat.
4. Factor eksternal
Dalam percobaan ini, cepat lambatnya laju reaksi juga dipengaruhi oleh factor
penggoyangan larutan hcl, penggoyangan ini dapat mempercepat terjadinya
reaksi. Hasil percobaan diperoleh grafik dari reaksi antara Mg dengan Hcl
berupa garis linear. Selain itu, grafik log (Hcl) vs log 1/t dihasilkan suatu
persamaan garis linear.dari persamaan tersebut didapatkan orde reaksi Hcl
sebesar 2 dan tetapan laju reaksi sebesar. Jadi hokum persamaan laju reaksi
untuk reaksi ini adalah : V = k(HCL)
VII. KESIMPULAN

A. Reaksi antara Hcl dengan Mg merupakan reaksi pembentukan gas dengan


menghasilkan gas H2
B. Laju reaksi berbanding terbalik dengan waktu dan berbanding lurus
dengan konsentrasi.
C. Laju reaksi dipengaruhi konsentrasi,kereaktifan zat pereaksi,temperature,
Katalis, dan luas permukaan bidang.
D. Semakin besar konsentrasi HCL maka waktu yang dibutuhkan untuk
melarutkan logam Mg semakin cepat.
E. Karena SD1 > SD2 maka orde reaksinya berada pada tingkat 2.
F. Waktu tercepat Mg bereaksi dengan HCL 2,0 M, yaitu 00.44.47 dan waktu
terlambat bereaksi 0,6 M yaitu 03.52.63
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Atkins,PW ,1993, “KIMIA FISIK II”, edisi keempat

Brady, J.,1994”Kimia universitas asas dan struktur” jilid I, edisi kelima,

Erlangga, Jakarta.

Keenan ,C.,1992, “Ilmu kimia untuk universitas”, edisi keenam,

The university og Tennese Knoxvill, Erlangga , Jakarta

Vogel A.I., 1985, “Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro”

Edisi kelima, PT.Kalman media pustaka, Jakarta.

Underwood, 1990,”Analisa Kimia Kualitatif”, Erlangga, Jakarta

Basri , S.,1996, “Kamus Kimia”, Rinaka Cipta, Jakarta.aq

Khopkar, S.M.,1990,”Konsep Dasar Kimia Analitik”, UI Press, Jakarta.


IX. LAMPIRAN

Persiapan alat dan bahan praaktikum

Alat dan bahan pengenceran


Proses pengambilan larutan HCL dalam pengenceran

proses pengenceran
Mengambil 10 ml untuk reaksi

Proses penghitungan saat pipa Magnesium di masukan kedalam

Larutan Hcl
Penghentian waktu tepat saat pipa Magnesium habis

Catat hasil akhir

Anda mungkin juga menyukai