Anda di halaman 1dari 10

Nama : Eirene Lumi

NIM : 20111101084

Kelas : 1C

Antropologi kesehatan sebagai salah satu cabang ilmu sosial


mempunyai bidang kajian sendiri yang dapat dibedakan dengan ilmu
sosial lainnya, seperti sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu politik, kriminologi
dan lain-lainnya. Antropologi juga dapat dikelompokkan ke dalam
cabang ilmu humaniora karena kajiannya yang terfokus kepada
manusia dan kebudayaannya yang fokus dalam bidang kesehatan.
Secara umum dapat dikatakan antropologi keeshatan merupakan ilmu
yang mempelajari manusia dari segi keragaman fisiknya,
masyarakatnya, dan kebudayaannya terutama dalam bidang kesehatan.

Definisi Antropologi Kesehatan


Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur
budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan
kesehatan (Solita Sarwono, 1993).

Antropologi lebih luas lagi kajiannya dari itu seperti Koentjaraningrat


mengatakan bahwa ilmu antropologi mempelajari manusia dari aspek
fisik, sosial, budaya (1984;76).

Menurut Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-


masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu
kutub biologi dan kutub sosial budaya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan
adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan
sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara
interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia,
yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia
(Foster/Anderson, 1986; 1-3).

Menurut Ralp Linton : Ilmu manusia (The study of man)

Menurut Keesing (1981) : Kajian tentang manusia

Menurut Haviland (1985) : Studi tentang manusia dan perilakunya yang


melaluinya diperoleh pengertian lengkap tentang keanekaragaman
manusia.

Menurut Weaver : Antropologi Kesehatan adalah cabang dari


antropologi terapan yang menangani berbagai aspek dari kesehatan
dan penyakit (Weaver, 1968;1)

Menurut Hasan dan Prasad : Antropologi Kesehatan adalah cabang dari


ilmu mengenai manusia yang mempelajari aspek-aspek biologi dan
kebudayaan manusia dari titik tolak pandangan untuk memahami
kedokteran, sejarah kedokteran, hukum kedokteran, aspek sosial
kedokteran dan masalahmasalah kesehatan manusia (Hasan dan
Prasad, 1959; 21-22)

Menurut Hochstrasser : Antropologi Kesehatan adalah pemahaman


biobudaya manusia dan karyakaryanya, yang berhubungan dengan
kesehatan dan pengobatan (Hochstrasser dan Tapp, 1970; 245).
Menurut Koentjaraningrat

Ada 5 masalah tentang manusia :

1. Perkembangan manusia sebagai makhluk biologi.


2. Terjadinya aneka warna makhluk manusia dilihat dari ciri-ciri
tubuhnya.
3. Sejarah asal, perkembangan serta penyebaran berbagai macam
bahasa di seluruh dunia.
4. Persebaran dan terjadinya aneka warna kebudayaan manusia
dalam kehidupan masyarakat.
5. Dasar-dasar aneka warna kebudayaan manusia dalam kehidupan
masyarakat.

Cabang-Cabang Antropologi
Antropologi Fisik (Biologi) :

- Somatologi
Bagian dari ilmu antropologi yang mencoba mencapai suatu
pengertian tentang sejarah terjadinya beragam manusia
dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya.

- Paleoantropologi
Ilmu bagian yang meneliti asal-usul atau terjadinya dan evolusi
manusia dengan mempergunakan sisa-sisa tubuh yang telah
membatu (fosil-fosil manusia) tersimpan dalam lapisan-lapisan
bumi yang harus didapat oleh si peneliti dengan berbagai metode
penggalian.
Antropologi Budaya :

- Prehistori
Mempelajari sejarah perkembangan dan penyebaran semua
kebudayaan manusia di bumi sebelum manusia mengenal huruf.

- Etnolinguistik
Ilmu bagian yang asal mulanya berkaitan erat dengan ilmu
antropolgi.

- Etnologi
Ilmu bagian yang mencoba mencapai pengertian mengenai
asas-asas manusia, dengan mempelajari kebudayaan-kebudayaan
dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin suku bangsa
yang tersebar di seluruh muka bumi pada masa sekarang.

- Etnopsikologi
Antropologi yang menggunakan ilmu psikologi dan mempelajari
tentang kepribadian suku bangsa.

- Antropologi spesialisasi
- Antropologi terapan
- Arkheologi
Sejarah Antropologi Kesehatan
 Tahun 1849 Rudolf Virchow, ahli patologi Jerman terkemuka, yang
pada tahun 1849 menulis apabila kedokteran adalah ilmu
mengenai manusia yang sehat maupun yang sakit, maka apa pula
ilmu yang merumuskan hukum-hukum sebagai dasar struktur
sosial, untuk menjadikan efektif hal-hal yang inheren dalam
manusia itu sendiri sehingga kedokteran dapat melihat struktur
sosial yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka
kedokteran dapat ditetapkan sebagai antropologi.
 Tahun 1953 Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian
Antropologi Kesehatan terdapat pada tulisan yang ditulis Caudill
berjudul “Applied Anthropology in Medicine”. Tulisan ini
merupakan tour the force yang cemerlang, tetapi meskipun telah
menimbulkan antusiasme, tulisan itu tidaklah menciptakan suatu
subdisiplin baru.

 Tahun 1963, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan” dan


Paul membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu
artikel mengenai kedokteran dan kesehatan masyarakat. Setelah
itu baru ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar menghargai
implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan
penyakit bagi ilmu antropologi. Pengesahan lebih lanjut atas
subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah dengan munculnya
tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang berjudul Medical
Behaviour Science yang berorientasi antropologi, sejumlah besar
(3000 judul) dari yang terdaftar dalam bibliografi tersebut tak
diragukan lagi menampakan pentingnya sistem medis bagi
Antropologi.
Perkembangan Antropologi Kesehatan
Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua
masyarakat yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat
dari budaya, di antaranya objek yang menjadi kajian disiplin ilmu ini
adalah:

1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes).


2. Beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan
supranatural maupun supernatural atau penyihir.
3. Kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda
disetiap kelompok masyarakat.
4. Healers yang mempunyai peranan sebagai penyembuh.
5. Perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak
secara individual, terutama illness dan sickness pada keluarga
ataupun masyarakat.

Jauh sebelum apa yang disimpulkan ahli-ahli antropologi pada akhir


abad 20, pada tahun 1924 W.H. R. River, seorang dokter,
menyebutkan bahwa kepercayaan medis dan prakteknya tidak dapat
dipisahkan dari aspek budaya dan organisasi sosial yang lain. Ia
menyatakan “praktek medis primitif mengikuti dari dan membuat
pengertian dalam syarat-syarat yang mendasari kepercayaan medis.
Ia juga menyatakan keberadaan 3 padangan dunia yang berbeda
(gaib, religi, dan naturalistik) dan menghubungkan sistem-sistem
kepercayaan, dan tiap-tiap pandangan memilki model perilaku medis
yang sesuai.
Teori Antropologi
Antropologi merupakan suatu cabang ilmu sosial yang membahas
mengenai budaya masyarakat suatu etnis. Antropologi muncul
karena adanya ketertarikan dari orang Eropa yang melihat budaya,
ciri-ciri fisik dan adat istiadat yang berbeda.

Kata antropologi berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu


“anthropos” yang berarti manusia dan “logos” yang berarti ilmu.
Secara harfiah, antropologi dapat didefinisikan sebagai suatu
keilmuan yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik,
serta kebudayaannya. Obyek dari antropologi adalah manusia,
kebudayaan serta perilakunya.

Tujuan dari antropologi adalah untuk membangun masyarakat


dengan mempelajari perilaku, bagaimana manusia dapat
bermasyarakat dalam suku bangsa dan budaya manusia.

Antropologi semakin berkembang karena adanya teori- teori yang


bermunculan dan berkembang. Teori antropologi tersebut adalah
sebagai berikut:

 Teori Evolusi Deterministrik


Adalah teori tertua dan dikembangkan oleh 2 tokoh pertama
dalam antropologi, ialah Edward Burnet Tylor (1832-1917) dan
Lewis henry Morgan (1818-1889). Teori ini muncul dari anggapan
adanya hukum universal yang mengendalikan perkembangan
semua kebudayaan manusia.Berdasarkan teori ini setiap
kebudayaan mengalami fase-fase atau evolusi.
 Teori Partikularisme
Teori partikularisme muncul setelah berakhirnya masa teori
evolusionisme. Pemikiran baru ini dipelopori oleh Franz Boas
(1858-1942) yang menentang teori evolusionisme. Teori ini
disebut juga sebagai partikularisme historic. Teori partikularisme
berpandangan bahwa perkembangan tiap kebudayaan
mempunyai kekhasan sendiri-sendiri dan tidak dapat
digeneralisasikan ke dalam aturan atau hukum yang universal.

 Teori Difusi
Perkembangan sejarah unsur-unsur kebudayaan manusia di awali
oleh seorang sarjana bernama F. Ratzel (1844-1904). Dia adalah
seorang sarjana Ilmu hayat merangkap ilmu bumi, yang
memberiakn suatu anggapan bahwa Kebudayaan manusia itu
pangkalnya satu, dan di satu tempat yang tertentu, yaitu pada
waktu makhluk manusia baru saja muncul di dunia ini. Kemudian,
kebudayaan induk itu berkembang, menyebar, dan pecah ke
dalam banyak kebudayaan baru, karena pengaruh keadaan
lingkungan dan waktu.

Teori Difusi Rivers (1864-1922) meneliti unsur- unsur kebudayaan


di daerah Melanesia. Dengan mengembangkan metode
wawancara melalui pengumpulan bahan mengenai sistem
kemasyarakatannya dengan mengumpulkan data mengenai asal-
usul individu dengan mengajukan pertanyaan tentang kerabat dan
nenek moyang sebagai pangkalnya. Metode tersebut lebih dikenal
dengan genealogical method atau metoe genealogi yang
merupakan alat utama untuk melakukan field work Di beberapa
tempat Rivers juga menggunakan metode field work.

Teori Difusi Elliot Smith (1871-1937) Dan W.J Perry (1887-1949)


Sejarah kebudayaan dunia pada zaman purbakala pernah terjadi
suatu peristiwa difusi besar yang berpangkal di Mesir yang
bergerak kea rah timur dan meliputi jarak yang sangat jauh. Teori
ini disebut heliolithic theory, meskipun sangat dikecam R.H.
Lowie, ahli antropologi Amerika, yang menyatakan bahwa teori
Heliotik itu merupakan teori difusi yang sangat extreme yang tidak
sesuai dengan kenyataan, baik dipandang dari hasil penggalian
ilmu Prehistori maupun dari sudut konsep- konsep tentang proses
difusi dan pertukaran unsur-unsur kebudayaan.

 Teori Fungsionalisme
Teori ini dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942) Ia
mengajukan teori fungsionalisme, yang berasumsi bahwa semua
unsur kebudayaan merupakan bagian-bagian yang berguna bagi
masyarakat di mana unsur-unsur tersebut terdapat. Teori ini
beranggapan bahwa semua unsur kebudayaan adalah bagian-
bagian yang berguna bagi masyarakat di mana unsur-unsur
tersebut berada.Pandangan fungsionalis menekankan bahwa
setiap pola perilaku, kepercayaan dan sikap yang menjadi bagian
dari kebudayaan suatu masyarakat, memiliki peran mendasar di
dalam kebudayaan yang bersangkutan.
Bronislaw Malinowski (1884 – 1942) merupakan salah satu tokoh
antropologi yang menggagas dan berhasil mengembangkan teori
fungsionalisme dalam ilmu antropologi. Secara garis besar
Malinowski merintis bentuk kerangka teori untuk menganalisis
fungsi dari kebudayaan manusia, yang disebutnya sutu teori
fungsional tentang kebudayaan atau “a functional theory of
Culuture”.

Anda mungkin juga menyukai