Anda di halaman 1dari 14

Makalah

“FILSAFAT PANCASILA”
Pengguna Model Pendidikan Moral dalam Kurikulum
dan Kematangan Moral juga Karakteristik dan
Pemilihan Media

(Kelas Manajemen 1-A1)


Disusun Oleh:
Kelompok 6
1. Gogot Saputro 21.13021.0037
2. Probo Anugrah 21.13021.0023
3. Sri Yuniarti P. S. 21.13021.0009

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI


FAKULTAS EKONOMI
KEDIRI
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha


Esa, yang telah memberikan segala berkat dan nikmat serta
kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Makalah dengan
judul “Pengguna Model Pendidikan Moral dalam Kurikulum dan
Kematangan Moral juga Karakteristik dan Pemilihan Media”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Pancasila. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan dan pengetahuan pembaca Tentang Bermoral dan
Beretika dalam masyarakat bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan Terima Kasih kepada Ibu Habibah
Zulaiha, S.Sy., MH selaku Dosen mata kuliah Filsafat Pancasila.
Ucapan Terima Kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 5 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 1
C. Tujuan Masalah................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................... 2
KD 6: Menjelaskan dan Memahami Pengguna Model
Pendidikan Moral dalam Kurikulum dan Kematangan Moral ... 2
1) Kaitan pengguna model pendidikan moral dengan
pendidikan.............................................................................. 2
2) Kematangan Moral ......................................................... 3
a. Uraian Umum ................................................................... 3
b. Kaitan antara kematangan moral dengan pendidikan moral
dalam pendidikan kewarganegaraan (PKn) .................... 4
c. Kaitan model pendidikan moral (MR dan CM) dengan
kematangan moral. ......................................................... 4
d. Kaitan antara jenis kelamin dengan kematangan moral. ... 5
KD 12: Menjelaskan dan Memahami Karakteristik dan
Pemilihan Media ........................................................................ 7
1) Karakteristik Media .......................................................... 7
2) Pemilihan Media ................................................................ 8
BAB III PENUTUP ................................................................ 10
A. KESIMPULAN ................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan moral perlu diterapkan kepada setiap individu,
karena pendidikan moral merupakan suatu usaha nyata yang
dapat mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik dalam
kehidupan bermasyarakat maupun bernegara.
Dalam menjaga keamanan dan kenyamanan suatu Negara
diperlukan masyarakat yang bermoral dan memiliki relasi baik
sesama warga Negara untuk menghindari perilaku buruk dan
datangnya ancaman militer maupun non militer serta menjaga
ideologi Negara yaitu Pancasila tetap kokoh tidak dapat
diruntuhkan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penggunaan model pendidikan moral dalam
kurikulum.
2. Apa itu kematangan moral?
3. Apa itu karakteristik media?
4. Bagaimana cara memilih media?

C. Tujuan Masalah
1. Mendeskripsi pengertian pengguna model pendidikan
moral
2. Mendeskripsi pengertian kematangan moral
3. Mendeskripsi pengertian karakteristik media
4. Mendeskripsi cara pemilihan media

1
BAB II
PEMBAHASAN

KD 6: Menjelaskan dan Memahami Pengguna Model


Pendidikan Moral dalam Kurikulum dan Kematangan
Moral

1) Kaitan pengguna model pendidikan moral dengan


pendidikan.
Seberapa pentingnya pendidikan moral pada suatu Negara?
Sangat penting karena pendidikan moral dapat diartikan yaitu
usaha nyata dalam membentuk moralitas anak didik menjadi
generasi bangsa yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
bermoral. Pendidikan moral pada hakekatnya memiliki strategi,
metode, dan model pendidikan moral yang secara umum dapat
dilihat pada kajian teori.
Terdapat unsur terpenting dan berperan dalam pendidikan
moral adalah penggunaan model pendidikan moral yang tepat dan
bervariasi sehingga mampu meningkatkan kematangan moral.
Menurut (Hardoko, 2008) bahwa pada umumnya dalam praktek
pembelajaran pendidikan moral belum dilaksanakan, karena
banyak guru yang belum mengetahui model pendidikan moral
dan terjebak dalam metode konvensional berupa penyampaian
informasi melalui ceramah dan Tanya-jawab.
Model pendidikan moral sendiri ada 2 jenis yaitu Moral
Reasoning dan Consideration Model.
a. Moral Reasoning
Moral Reasoning merupakan kesadaran moral yang
menjadi faktor utama yang mempengaruhi perilaku moral
dalam pengambilan keputusan etis.

2
b. Consideration Model
Consideration Model berorientasi pada pengembangan
kemampuan berpikir moral mengenai kesejahteraan orang
lain atau kepedulian kepada orang lain.
Kedua jenis model pendidikan tersebut yaitu Moral
Reasoning dan Consideration Model memiliki relasi atau
hubungan dengan moral atau etika. Etika sendiri sangat
berhubungan erat yang mendasar-antar-manusia yang memiliki
fungsi mengarahkan kepada perilaku moral.
Lalu apa kaitan model pendidikan moral ini dengan
pendidikan? Dalam sebuah lembaga pendidikan entah itu sekolah,
kampus, tempat bimbel, dll. Akan tetap diajari pendidikan moral,
pasti juga ada yang namanya tata tertib yang harus dipatuhi dalam
lembaga pendidikan tersebut dan tata tertib itu juga memiliki
fungsi yaitu membuat siswa, mahasiswa atau siapapun yang
berada di lingkup tersebut menjadi disiplin dalam sebuah aturan,
etika, dan sebagainya.
Karena pendidikan moral yang sudah ditanamkan dalam
lembaga pendidikan seperti yang sudah disebutkan adalah bekal
untuk mengembangkan etika yang pasti akan berlaku dan dapat
diterapkan di lingkungan masyarakat maupun Negara.

2) Kematangan Moral
a. Uraian Umum
Kematangan Moral, terdapat 2 kata yang bisa diartikan
sebagai berikut: (1) Kematangan adalah perubahan yang
terjadi pada setiap individu secara teratur berdasarkan
genetik yang sudah mencapai kemasakan / usia masak. (2)
Moral merupakan tata cara dalam kehidupan, adat istiadat
atau kebiasaan yang digunakan dalam tumbuh kembang
individu atau kelompok sosial. Maka, Kematangan moral
sendiri dapat diartikan bahwa perubahan dan
perkembangan secara teratur dalam menyikapi tata cara
3
dalam kehidupan, adat istiadat atau kebiasaan yang
digunakan individu atau kelompok sosial.

b. Kaitan antara kematangan moral dengan pendidikan


moral dalam pendidikan kewarganegaraan (PKn)
Seseorang yang sudah menanamkan moral dalam
tubuhnya dan sudah mencapai kematangan moral pasti
akan bisa menyikapi pendidikan moral di dalam
pendidikan kewarganegaraan. Mengapa? karena mereka
sudah dilatih beretika di lingkungan sekitar seperti
menghormati orang tua, mematuhi segala peraturan yang
ada di keluarga. Maka dari itu saat seseorang beranjak di
dunia pendidikan, mereka sudah mengerti apa itu
bermoral.
Berbeda jika tidak di ajarkan moral oleh orang tua
sejak kecil, akibatnya akan terjadi saat mereka dewasa
seperti terjerumus ke jalan yang salah, minum-minuman
keras, pergaulan bebas, hilangnya toleransi beragama, dll.
Karena sejak kecil tidak ada pendidikan bermoral dari
orang tua, jika tidak ada pendidikan moral sama sekali
sejak kecil, masih bisa diajarkan di lembaga pendidikan
seperti sekolah, perguruan tinggi, dll. Hingga moral
tersebut tertanam dan bisa mencapai kematangan moral.
Itulah mengapa pendidikan moral sangat penting untuk
individu maupun kelompok dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

c. Kaitan model pendidikan moral (MR dan CM)


dengan kematangan moral.
Terdapat 2 model pendidikan moral yaitu Moral
Reasoning dan Consideration Model. Moral Reasoning
atau penalaran model lebih mem-prioritaskan pendidikan
moral dalam bentuk pola indoktrinasi (penanaman
4
gagasan, sistem berpikir, perilaku, dll.) oleh sebab itu,
dalam model pendidikan moral ini kematangan moral
memiliki kaitan dan memiliki tujuan untuk bisa
mengembangkan kemampuan berpikir mengenai masalah-
masalah moral dengan memberikan alasan moral.
Berbeda dengan Consideration Model, yang lebih
mementingkan pola kepribadian manusia secara utuh,
otentik dan kreatif serta adanya keseimbangan antara
jasmani dan rohani. Dalam model ini diharapkan agar anak
memiliki kepedulian, mengindahkan orang lain,
memerhatikan perasaan dan pribadi orang lain.
Kaitannya dengan kematangan moral adalah
pengembangan sikap bermoral yang artinya bisa
memahami sebelum bertindak baik itu benar maupun salah
harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar tidak
menimbulkan rasa tidak nyaman kepada orang lain.

d. Kaitan antara jenis kelamin dengan kematangan


moral.
Pendidikan moral dapat diajarkan kepada siapapun,
hanya saja cara pemberi dan penerima pendidikan setiap
orang berbeda-beda. Perkembangan pendidikan moral
kepada setiap individu hingga mencapai kematangan
moral juga tentu berbeda.
Jenis kelamin juga memengaruhi perbedaan dalam
kematangan moral, mengapa? Bisa dibuktikan melalui
penelitian di suatu lingkungan masyarakat bahwa remaja
laki-laki mempunyai tingkat kematangan sosial yang lebih
tinggi daripada remaja perempuan.
Perbedaan ini mungkin disebabkan karena adanya
perlakuan yang berbeda dari masyarakat. Remaja laki-laki
diharapkan dapat lebih kuat, matang, mandiri serta mampu
membuat keputusan, berbeda dengan remaja perempuan

5
yang tidak diharuskan seperti itu. Berdasarkan kondisi,
perilaku dan kebiasaan-kebiasaan yang diharapkan
masyarakat maka akan memunculkan aspek-aspek
kepribadian yang berbeda pula.
Maka dari itu mengapa kematangan moral berkaitan
dengan jenis kelamin karena terdapat perbedaan antara
laki-laki dengan perempuan.

6
KD 12: Menjelaskan dan Memahami Karakteristik dan
Pemilihan Media

1) Karakteristik Media

Setiap karakteristik dalam media pembelajaran


berbeda-beda, dan dilihat dari berbagai segi. Karakteristik
media pembelajaran dapat dilihat dari segi ekonomis,
kemudahan kontrol oleh pemakai, juga dapat dilihat
kemampuan membangkitkan rangsangan seluruh alat indera
(Sadiman, dkk., 1990). Karakteristik media pembalajaran
sangat penting dalam konteks pengelompokan dan pemilihan
media (Sadiman, dkk., 1990). Karakteristik media juga
merupakan dasar pemilihan media yang disesuaikan dengan
situasi belajar tertentu.
Menurut Gerlach dan Ely, karakteristik media
berdasarkan petunjuk penggunaan media pembelajaran
dikemukakan menjadi 3, antara lain: (Arsyad, 2002)
a. Ciri fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media
untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan
merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek.
b. Ciri manipulatif, kemampuan media untuk
mentransformasi suatu obyek, kejadian atau proses dalam
mengatasi masalah ruang dan waktu. misal, materi audio
visual (Video) tentang proses suatu kegiatan yang
durasinya cukup lama dapat disajikan dengan waktu yang
lebih singkat, atau biasa disebut teknik time-lapse
recording.
c. Ciri distributif, kemampuan media mentransportasikan
obyek atau kejadian melalui ruang, dan secara bersamaan
kejadian itu disajikan kepada sejumlah besar siswa, di
berbagai tempat, dengan stimulus pengalaman yang
relatif sama mengenai kejadian tersebut.
7
Dapat disimpulkan bahwa dalam karakteristik media dan
pemilihan media merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan karena kedua hal tersebut merupakan penentuan
dalam strategi pembelajaran.
Banyak ahli seperti Bretz, Duncan, Briggs, Gagne, dll.
Yang telah mengelompokkan atau membuat taksonomi
mengenai media pembelajaran, hal tersebut dapat
diklasifikasikan atas: media grafis, media audio, media
proyeksi diam (hanya menonjolkan visual saja dan mungkin
ada sedikit unsur gerakan dan dapat digunakan dengan
bantuan proyektor), media permainan-simulasi. Ada juga
media cetak, media audio-visual, media teknologi
berdasarkan computer, dan media kombinasi (cetak dan
komputer).

2) Pemilihan Media

Ada banyak cara dalam pemilihan media pembelajaran,


dan itupun dapat dilihat dari berbagai segi situasi dan kondisi.
Dalam pemilihan media juga perlu diperhatikan resiko yang
memungkingkan maupun tidak memungkinkan, karena
media pembelajaran sangat berpengaruh pada penerima
materi seperti rasa tidak nyaman, sulit dimengerti, dsb.
Ada beberapa pertimbangan pokok dalam memilih media
pembelajaran, antara lain:
a. Menunjang tercapainya tujuan pembelajaran, yang
artinya media pembelajaran dapat membantu dan
mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran.
b. Media yang dipilih hendaknya selalu disesuaikan dengan
kemampuan pelajar.
c. Media yang dipilih hendaknya disenangi oleh pemberi
materi maupun penerima.
d. Persiapan media pembelajaran harus disesuaikan kondisi
perekonomian/ekonomis.
8
e. Perlu diperhatikan saat memilih media pembelajaran
yaitu kondisi fisik sekitar, karena dapat memengaruhi
kegiatan pembelajaran.
Itulah pokok yang harus diperhatikan dalam pemilihan
media pembelajaran.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pendidikan moral sangat penting bagi kehidupan


bermasyarakat dan bernegara, oleh karena itu perlu
dilaksanakannya penanaman moral sejak usia dini melalui
didikan orang tua maupun lembaga pendidikan seperti sekolah,
perguruan tinggi, dan sebagainya.
Dalam menyampaikan pendidikan moral kepada penerima
juga dapat dilakukan melalui suatu media, terdapat banyak sekali
jenis media dan berbagai macam bentuk yang bisa disesuaikan di
berbagai macam situasi dan kondisi. Maka dari itulah mengapa
suatu media merupakan perantara atau sarana untuk
mempermudah sebuah kegiatan seperti pembelajaran.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aloysius, H. 2008. Disertasi dan Tesis Program Pascasarjana. Malang.

Arsyad. 2002.

Duwi Rahayu, D. 2019. Pengaruh Moral Reasoning, Ethical Sensitivity,


dan Kecerdasan Emosional Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Dengan
Perilaku Belajar Sebagai Variabel Moderating.

Chesser, E. 1982. How To Make a Success Of Your Marriage. New


York.

Hardoko Aloysius, D. S. 2015. Pengembangan Bahan Ajar PKN


Berbasis Karakter dengan Menggunakan Model Pendidikan Moral Pada
Siswa SMP. Samarinda.

Hardoko, A. 2009. Laporan Akhir Potensi dan Pekerti: Pengembangan


Model Pendidikan Moral (Moral Reasoning dan Consideration Model)
Dengan Scaffolding Untuk Membentuk Kematangan Moral Siswa
Melalui Pembelajaran PKN . Samarinda.

Dinah, M. C. L., 1993. Pengaruh Persepsi Pengasuhan Orang Tua


terhadap Sikap Seksualitas Pada Mahasiswa.

Puspita, A. 2020. Pentingnya Pendidikan Moral Dalam Dunia


Pendidikan.
Resume Mahasiswa PGSD S-1 UNNES. (n.d.). Semarang.
Sadiman, d. 1990.

11

Anda mungkin juga menyukai