Anda di halaman 1dari 11

Materi Kuliah Asyncrhonus 1 (Pengganti Pertemuan ke 2)

1. Bacalah 3 Artikel jurnal yang di lampirkan, kemudian isilah matrik di bawah ini dengan lengkap dan cermat!

Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan jenis penelitian eksperimental, PTK dan R&D
Persamaan:

No Judul Penelitian Bagian Bagian Bagian Hasil dan Resume Isi Jurnal
Pendahuluan Metodelogi Pembahasan
1 UPAYA PENINGKATAN HASIL Menyajikan latar Menggunakan memaparkan data Pada penelitian ini, penulis
BELAJAR FISIKA SISWA belakang masalah, model Problem hasil penelitian menemukan masalah yang
MELALUI PENERAPAN MODEL topik penelitian, Base Learning terdapat pada SMA Negeri 1
PEMBELAJARAN PROBLEM waktu dan tempat Darussalam yakni masih terdapat
BASED LEARNING (PBL)-PTK guru yang menggunakan
melaksanakan
pendekatan konvensional dalam
penelitian
proses belajar mengajar di sekolah
tersebut. Hal ini menyebabkan
prestasi belajar siswa rata-rata
dibawah KKM mata pelajaran
tersebut. Oleh karenanya penulis
melakukan terobosan dengan
melakukan pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivisme
untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Metode penelitian yang
dilakukan dengan
menggunakan pendekatan
desktiptif dengan jenis
penelitian yakni penelitian
Tindakan kelas. Penelitian
dilakukan di SMA N 1
Darussalam dari tanggal 26
oktober 2016 sampai 2
November 2016 dengan subjek
penelitian siswa-siswi kelas XI
IPA.
Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data pada penelitian
tindakan kelas (PTK) yang telah
dilaksanakan selama 3 siklus
terlihat adanya peningkatan hasil
belajar, aktivitas guru dan siswa,
kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran, dan
respon siswa yang baik terhadap
penerapan model pembelajaran
problem based learning (PBL).
2 PENGEMBANGAN MODUL Menyajikan latar Menggunakan memaparkan data Penelitian ini bertujuan untuk
FISIKA BERBASIS PROBLEM belakang masalah, model Problem hasil penelitian mengetahui: (1) karakteristik
BASED LEARNING (PBL) UNTUK topik penelitian, Base Learning modul Fisika berbasis Problem
MENINGKATKAN waktu dan tempat Based Learning (PBL) pada materi
KETERAMPILAN BERPIKIR usaha dan energi di SMA/MA; (2)
melaksanakan
KRITIS PADA MATERI kelayakan modul Fisika berbasis
penelitian
USAHADAN ENERGI DI PBL pada materi usaha dan energi
SMA/MA – R&D di SMA/MA; (3) modul fisika
berbasis PBL efektif untuk
meningkatkan keterampilan
berpikir kritis pada materi usaha
dan energi di SMA/MA. Metode
penelitian ini adalah R&D dengan
mengacu model 4-D (four D
model) yang dikemukakan oleh
Thiagarajan, Semmel (1974).
Model 4-D terdiri dari define
(pendefinisian), design
(perancangan), develop
(pengembangan), dan disseminate
(penyebarluasan). Modul dinilai
berdasarkan kelayakan materi,
media, dan bahasa, serta uji coba
(terbatas dan kelompok besar)
kepada siswa, dan tahap
penyebaran pada Guru Fisika.
Pengumpulan data penelitian
pada tahap define menggunakan
angket analisis kebutuhan guru
dan siswa. Sedangkan tahap
design menggunakan analisis KI
dan KD untuk menentukan desain
awal modul. Kemudian tahap
develop menggunakan angket
validasi ahli (ahli materi, ahli
media, ahli bahasa, guru, dan
teman sejawat), dan pada tahap
disseminate menggunakan angket
penyebaran. Hasil penelitian pada
tahap define yaitu analisis
kebutuhan siswa > 80% dan
analisis kebutuhan guru sebesar
100%. Pada tahap design
didapatkan data kualitatif berupa
analisis silabus, KI, dan KD.
Sedangkan pada tahap develop
menunjukkan hasil validasi ahli
materi, media, bahasa, sebesar
93,75%, 98,82%, 71,43% dengan
kategori “sangat baik”. Kemudian
hasil dari guru fisika dan teman
sejawat sebesar 82,23%, dan
87,65% dengan kategori “sangat
baik”. Untuk tahap disseminate
didapatkan hasil sebesar 82,23%
dengan kategori “sangat baik”.
Hasil penelitian sebagai berikut:
(1) modul fisika disusun berbasis
PBL untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis.
Modul disesuaikan dengan
langkah pembelajaran PBL, yaitu
merumuskan masalah, menyusun
hipotesis, mengumpulkan data,
menguji hipotesis, dan
kesimpulan; (2) modul
dikategorikan layak oleh (ahli
materi, ahli media, ahli bahasa,
guru, dan teman sejawat) yang
menunjukkan nilai rata-rata 86,78
> cut off 85,12. Serta didukung
dengan respon positif dari siswa
dan hasil disseminate yang
dilakukan pada guru fisika yang
mengkategorikan modul sangat
baik; (3) penggunaan modul
tersebut dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa
berdasarkan hasil perhitungan N-
Gain yang menunjukkan nilai 0,43
dengan kategori sedang.
3 PENGARUH MODEL PROBLEM Menyajikan latar Menggunakan memaparkan data Tujuan dari penelian ini adalah
BASED LEARNING DENGAN belakang masalah, model Problem hasil penelitian untuk mengetahui pengaruh
METODE EKSPERIMEN topik penelitian, Base Learning model problem based learning
TERHADAP HASIL BELAJAR IPA waktu dan tempat dengan metode eksperimen
FISIKA SISWA KELAS VII SMP terhadap hasil belajar IPA fisika
melaksanakan
NEGERI 19 MATARAM TAHUN siswa kelas VII SMPN 19 Mataram
penelitian
PELAJARAN 2014/2015 - tahun pelajaran 2014/2015.
Eksperimen Metode penelitia yang digunakan
adalah metode eksperimen
dengna model pembelajaran
problem base learning. Sampel
pada penelitian inni adalah siswa
kelas VII SMPN 19 Mataram.
Penerapan model problem based
learning dengan metode
eksperimen berpengaruh positif
terhadap hasil belajar IPA Fisika
siswa kelas VII SMP Negeri 19
Mataram Tahun Pelajaran
2014/2015. Selain itu, kelas
eksperimen dengan model
problem based learning dengan
metode eksperimen menunjukkan
peningkatan hasil belajar IPA fisika
yang lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol dengan model
pembelajaran konvensional.
Penerapan model problem based
learning dengan metode
eksperimen menunjukkan
peningkatan yang signifikan pada
sub materi penguasaan konsep
sedangkan pada sub materi
penyelesaian persamaan
matematis untuk menentukan
suatu nilai kurang menunjukkan
peningkatan yang signifikan.
Perbedaan:

No Judul Penelitian Bagian Bagian Bagian Hasil dan Resume Isi Jurnal
Pendahuluan Metodelogi Pembahasan
1 UPAYA PENINGKATAN HASIL Menyajikan latar Menggunakan Hasil penelitian Pada penelitian ini, penulis
BELAJAR FISIKA SISWA belakang masalah, pendekatan menyajikan data menemukan masalah yang
MELALUI PENERAPAN MODEL topik penelitian, penelitian yang dan prosedur terdapat pada SMA Negeri 1
PEMBELAJARAN PROBLEM waktu dan tempat bersifat penelitian dari Darussalam yakni masih terdapat
BASED LEARNING (PBL)-PTK guru yang menggunakan
melaksanakan deskriptif siklus I, II dan III
pendekatan konvensional dalam
penelitian
proses belajar mengajar di sekolah
tersebut. Hal ini menyebabkan
prestasi belajar siswa rata-rata
dibawah KKM mata pelajaran
tersebut. Oleh karenanya penulis
melakukan terobosan dengan
melakukan pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivisme
untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Metode penelitian yang
dilakukan dengan
menggunakan pendekatan
desktiptif dengan jenis
penelitian yakni penelitian
Tindakan kelas. Penelitian
dilakukan di SMA N 1
Darussalam dari tanggal 26
oktober 2016 sampai 2
November 2016 dengan subjek
penelitian siswa-siswi kelas XI
IPA.
Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data pada penelitian
tindakan kelas (PTK) yang telah
dilaksanakan selama 3 siklus
terlihat adanya peningkatan hasil
belajar, aktivitas guru dan siswa,
kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran, dan
respon siswa yang baik terhadap
penerapan model pembelajaran
problem based learning (PBL).
2 PENGEMBANGAN MODUL Menyajikan latar Menggunakan Menyajikan tahap- Penelitian ini bertujuan untuk
FISIKA BERBASIS PROBLEM belakang masalah, metode tahap penelitian, mengetahui: (1) karakteristik
BASED LEARNING (PBL) UNTUK topik penelitian, penelitian dan hasil penelitian modul Fisika berbasis Problem
MENINGKATKAN waktu dan tempat pengembangan serta kesimpulan Based Learning (PBL) pada materi
KETERAMPILAN BERPIKIR usaha dan energi di SMA/MA; (2)
melaksanakan dan saran
KRITIS PADA MATERI kelayakan modul Fisika berbasis
penelitian
USAHADAN ENERGI DI PBL pada materi usaha dan energi
SMA/MA – R&D di SMA/MA; (3) modul fisika
berbasis PBL efektif untuk
meningkatkan keterampilan
berpikir kritis pada materi usaha
dan energi di SMA/MA. Metode
penelitian ini adalah R&D dengan
mengacu model 4-D (four D
model) yang dikemukakan oleh
Thiagarajan, Semmel (1974).
Model 4-D terdiri dari define
(pendefinisian), design
(perancangan), develop
(pengembangan), dan disseminate
(penyebarluasan). Modul dinilai
berdasarkan kelayakan materi,
media, dan bahasa, serta uji coba
(terbatas dan kelompok besar)
kepada siswa, dan tahap
penyebaran pada Guru Fisika.
Pengumpulan data penelitian
pada tahap define menggunakan
angket analisis kebutuhan guru
dan siswa. Sedangkan tahap
design menggunakan analisis KI
dan KD untuk menentukan desain
awal modul. Kemudian tahap
develop menggunakan angket
validasi ahli (ahli materi, ahli
media, ahli bahasa, guru, dan
teman sejawat), dan pada tahap
disseminate menggunakan angket
penyebaran. Hasil penelitian pada
tahap define yaitu analisis
kebutuhan siswa > 80% dan
analisis kebutuhan guru sebesar
100%. Pada tahap design
didapatkan data kualitatif berupa
analisis silabus, KI, dan KD.
Sedangkan pada tahap develop
menunjukkan hasil validasi ahli
materi, media, bahasa, sebesar
93,75%, 98,82%, 71,43% dengan
kategori “sangat baik”. Kemudian
hasil dari guru fisika dan teman
sejawat sebesar 82,23%, dan
87,65% dengan kategori “sangat
baik”. Untuk tahap disseminate
didapatkan hasil sebesar 82,23%
dengan kategori “sangat baik”.
Hasil penelitian sebagai berikut:
(1) modul fisika disusun berbasis
PBL untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis.
Modul disesuaikan dengan
langkah pembelajaran PBL, yaitu
merumuskan masalah, menyusun
hipotesis, mengumpulkan data,
menguji hipotesis, dan
kesimpulan; (2) modul
dikategorikan layak oleh (ahli
materi, ahli media, ahli bahasa,
guru, dan teman sejawat) yang
menunjukkan nilai rata-rata 86,78
> cut off 85,12. Serta didukung
dengan respon positif dari siswa
dan hasil disseminate yang
dilakukan pada guru fisika yang
mengkategorikan modul sangat
baik; (3) penggunaan modul
tersebut dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa
berdasarkan hasil perhitungan N-
Gain yang menunjukkan nilai 0,43
dengan kategori sedang.
3 PENGARUH MODEL PROBLEM Menyajikan latar Menggunaakan Memaparkan data Tujuan dari penelian ini adalah
BASED LEARNING DENGAN belakang masalah, metode kuasi hasil penelitian untuk mengetahui pengaruh
METODE EKSPERIMEN topik penelitian, eksperimen model problem based learning
TERHADAP HASIL BELAJAR IPA waktu dan tempat dengan metode eksperimen
FISIKA SISWA KELAS VII SMP terhadap hasil belajar IPA fisika
melaksanakan
NEGERI 19 MATARAM TAHUN siswa kelas VII SMPN 19 Mataram
penelitian
PELAJARAN 2014/2015 - tahun pelajaran 2014/2015.
Eksperimen Metode penelitia yang digunakan
adalah metode eksperimen
dengna model pembelajaran
problem base learning. Sampel
pada penelitian inni adalah siswa
kelas VII SMPN 19 Mataram.
Penerapan model problem based
learning dengan metode
eksperimen berpengaruh positif
terhadap hasil belajar IPA Fisika
siswa kelas VII SMP Negeri 19
Mataram Tahun Pelajaran
2014/2015. Selain itu, kelas
eksperimen dengan model
problem based learning dengan
metode eksperimen menunjukkan
peningkatan hasil belajar IPA fisika
yang lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol dengan model
pembelajaran konvensional.
Penerapan model problem based
learning dengan metode
eksperimen menunjukkan
peningkatan yang signifikan pada
sub materi penguasaan konsep
sedangkan pada sub materi
penyelesaian persamaan
matematis untuk menentukan
suatu nilai kurang menunjukkan
peningkatan yang signifikan.

2. Jelaskan keunggulan dari R&D dibandingkan dengan penelitian Eksperimental dan PTK!
Keunggulan Penelitian R&D dibanding dengan penelitian Eksperimen dan PTK adalah:
Pertama: Penelitian R&D dapat menghasilkan suatu model atau produk yang dapat digunakan untuk mengembangkan mutu
Pendidikan dan dan pembelajaran secara efektif
Kedua: hasil penelitiannya bisa dikatakan sangat berkualitas karena menggunakan metode penelitian dengan pendekatan
penelitian deskriptif, penelitian evaluatif dan penelitian eksperimen.
Ketiga: mendorong inovasi sebuah produk atau model Pendidikan yang aktual dan kekinian

3. Mengapa PTK harus dilakukan oleh guru yang mengajar di kelas tersebut? Jelaskan!
Menurut saya, ada dua alasan mengapa guru harus melakukan PTK pada kelas yang diajarkannya:
Pertama: Untuk memperbaiki proses pembelajaran dikelas yang diajarkan.
Kedua: Untuk meningkatkan profesionalitas guru tersebut dengan meningkatkan kinerjanya.
Dari kedua alasan tersebut maka PTK harus dilakukan oleh guru yang mengajar dikelas tersebut .

Catatan : Dikumpulkan setiap menjelang kuliah tatap muka ke email: danrosana.uny@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai