Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN I

SISTEM PERNAPASAN : PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)

O
L
E
H

MANOTAR EVI S. SITUMORANG


NIM. 2105038

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARAMEDAN
2021
BAB I
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Pengertian

Penyakit paru obsruksi kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru yang
menghambat aliran udara pada pernapasan saat menarik napas atau menghembuskan
napas. Udara harus dapat masuk dan keluar dari paru-paru untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Ketika aliran udara ke arah luar paru-paru terhambat, udara akan terperangkap di
dalam paru-paru. Hal ini akan mempersulit paru- paru mendapatkan oksigen yang
cukup bagi bagian tubuh yang lainnya. Emfisema dan bronkitis kronis menyebabkan
proses inflamasi yang berlebihan dan pada akhirnya menimbulkan kelainan di dalam
struktur paru-paru, sehingga aliran udara terhambat secara permanen(itulah sebabnya
disebut “obstruktif kronis”).

1.2 Etiologi
Etiologi penyakit ini yang sering ditemukan meliputi:

a. Kebiasaan merokok

Hampir semua perokok menyadari bahwa merokok merupakan kebiasaan yang


salah. Namun sebagaian besar perokok tidak mampu menghilangkan kebiasaan ini.
Resiko mengalami serangan jantung 2 kali lebih besar bagi prokok berat atau yang
merokok 20 batang atau lebih dalam sehari. Bahkan, resiko menghadapi kematian
mendadak 5 kali lebih besar dari pada orang yang tidak merokok sama sekali. Namun
bagi mereka yang dapat berhenti merokok sama sekali, resiko ini dapat berkurang
hampir sama yang tidak merokok. Sejumlah kecil nikotin dalam rokok adalah racun
bagi tubuh. Nikotin yang terserap dalam setiap hisapan rokok memang tidak
mematikan, tetapi tetap membahayakan jantung. Terjadi pengerasan pembuluh nadi
serta mengacaukan irama jantung.
b. Infeksi saluran napas atas yang kambuh atau kronis (ISPA)

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyebab penyakit ini dapat berupa
bakteri, virus dan berbagai mikroba lain. Gejala utama dapat berupa batuk dan
demam, kalau berat, dapat disertai sesak napas dan nyeri dada. Penanganan penyakit
ini dapat dilakukan dengan istirahat, pengobatan simtomatis sesuai gejala atau
pengobatan kausal untuk mengatasi penyebab, peningkatan daya tahan tubuh dan
pencegahan penularan kepada orang sekitar, antara lain dengan menutup mulut ketika
batuk, tidak meludah sembarang. Faktor berkumpulnya banyak orang misalnya di
tempat pengungsian tempat korban banjir, juga berperan dalam penularan ISPA.

Penyakit kulit juga hampir selalu di alami, terutama yang sering tergenang
banjir. Penyakit ini bisa berupa infeksi, alergi, atau bentuki lain. Pada musim banjir,
maka masala utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik. Seperti ISPA, maka
faktor berkumpulnya banyak orang berperan dalam penularan infeksi kulit. Penyakit
saluran cerna lain, adalah demam tifoid, yang juga terkait dengan faktor kebersihan
makanan. Upaya untuk mengatasi tentu saja dengan menjaga kebersihan diri dan
lingkungan

c. Polusi udara

Selama ini orang banyak menduga bahwa andil terbesar dari pencemaran
udara kota berasal dari industri. Jarang di sadari, bahwa justru yang mempunyai andil
sangat besar adalah gas dan partikel yang di emifisikan ( dikeluarkan ) oleh kendaraan
bermontor. Padahal kendaraan bermontor jumlahnya semakin bertambah besar.
Di kota-kota besar, konstrikbusi gas buang kendaraan bermontor sebagai
sumber pencemaran udara mencapai 60 – 70%. Padahal, konstribusi gas buah dari
cerobong asap industri hanya berpisah 10-15%, sedangkan sisannya dari sumber
pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan,
dll.
Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu di waspadai, tetapi WHO ( word
helalth organization) menetapkan beberapa jenis polutan yang di anggap serius.
Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan, serta mudah merusak
harta benda adalah partikulat yang mengandung partikel ( asap dan jelaga ),
hidrokarbon, sulfur di oksida, dan nitrogen oksida. Kesemuanya di emisikan oleh
kendaraan bermontor.
WHO memperkirakan bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup
udara kotor akibat emisi kendaraan bermontor, se3dangkan 10% sisannya menghirup
udara yang bersifat” marjinal”. Akibat menghirup udara yang tidak bersih ini lebih fatal
pada bayi dan anak-anak. Demikian pula pada orang dewasa yang beresiko tinggi,
misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang yang telah memiliki riwayat penyakit
paru dan saluran pernapasan menaun. Celakanya, para penderita maupun kelurganya
tidak menyadari bahwa berbagai akibat negatif tersebut berasal dari pencemaran udara
akibat emisi kendaraan bermontor semakin memprihatinkan.

1.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala PPOK dapat mencakup:


a. Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang cukup berat
dan keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru
b. Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus
c. Dispenea pada aktivitas fisik ringan
d. Infeksi saluran nafas yang sering terjadi
e. Hipoksemia intermiten atau kontinu
f. Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang nyata
g. Deformitas toraks
1.4 Mind Mapping

1.5 Klasifikasi

Klasifikasi penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) antara lain :


a. Asma
Asma merupakan penyakit obstruksi kronik saluran napas yang bersifat reversibel
baik secara spontan maupun dengan pengobatan (Kosasih, 2008).
Asma adalah penyakit inflamasi kronis jalan napas yang ditandai dengan
hiperresponsivitas jalan napas terhadap berbagai rangsangan (Patricia, et.al, 2011).
Asma merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan bronkospasme episodik
reversible yang terjadi akibat respons bronkokonstriksi berlebih terhadap berbagai
rangsangan (Robbins, 2007).
b. Bronkitis kronis
Bronkitis kronis merupakan suatu keadaan adanya batuk produktif lebih dari 250
ml sputum perhari selama minimal 3 bulan pertahun selama 2 tahun berturut-turut, tanpa
ada penyebab medis lain (Patricia, et.al, 2011). Sedangkan menurut GOLD (2017)
bronkitis kronis merupakan batuk produktif dan menetap minimal 3 bulan secara
berturut-turut dalam kurun waktu sedikitnya 2 tahun.

c. Emfisema
Emfisema adalah suatu penyakit yang dimana terjadi kehilangan elastisitas paru
dan pembesaran abnormal dan permanen pada ruang udara yang jauh dari bronkiolus
terminal termasuk destruksi dinding alveolar dan bantalan kapiler tanpa fibrosis yang
nyata.

d. Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah gangguan pada saluran pernapasan yang terjadi akibat
adanya pelebaran bronkus dan bronkiolus akibat kerusakan otot dan jaringan elastik
penunjang, yang disebabkan oleh atau berkaitan dengan infeksi nekrotikan kronis. Sekali
terbentuk, bronkiektasis menimbulkan kompleks gejala yang didominasi oleh batuk dan
pengeluaran sputum purulen dalam jumlah besar (Robins, et.al ,2007)

1.6 Pemeriksaan Penunjang


a. Tes fungsi paru menunjukkan obstruksi aliran nafas dan menurunnya pertukaran
udara akibat destruksi jaringan paru. Kapasitas total paru bisa normal atau meningkat
akibat udara yang terperangkap. Dilakukan pemeriksaan reversibilitas karena 20%
pasien mengalami perbaikan dari pemberian bronkodilator.
b. Foto toraks bisa normal, namun pada emfisema, akan menunjukkan hiperinflasi
disertai hilangnya batas paru serta jantung tampak kecil.
c. Computed tomography bisa memastikan adanya bula emfisematosa.
d. Analisa gas darah harus dilakukan jika ada kecurigaan gagal nafas. Pada hiposemia
kronis kadar hemoglobin bisa meningkat. (Patrick Davey. 2005)

1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama adalah meningkatkan kualitas hidup, memperlambat
perkembangan proses penyakit, dan mengobati obstruksi saluran napas agar tidak terjadi
hipoksia.pendekatan terapi mencakup :
Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan menurunkan kerja napas.
1. Mencegah dan mengobati infeksi.
2. Teknik terapi fisik untuk memperbaiki dan meningkatkan ventilasi paru.
3. Memelihara kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk memfasilitasi pernapasan
yang adekuat.
4. Dukungan psikologis
5. Edukasi dan rehabilitasi klien.
Jenis obat yang diberikan:
1. Bronkodilators.
2. Terapi aerosol.
3. Terapi infeksi.
4. Kortikostiroid.
5. Oksigenasi.

1.8 Pengkajian Keperawatan


1.8.1 Pengkajian
1. Biodata
a.  Identitas Pasien
Beberapa komponen yang ada pada identitas meliputi nama, jenis kelamin,
umur, alamat, suku bangsa, agama, No.registrasi, pendidikan, pekerjaan, tinggi badan,
berat badan, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit.
b.  Identitas penanggung jawab
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
bangsa, status perkawinan, hubungan dengan klien dan alamat.
c. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien Bronkhitis biasanya mengeluh
adanya sesak nafas.
d. Riwayat penyakit sekarang
Pada riwayat sekarang berisi tentang perjalanan penyakit yang dialami pasien
dari rumah sampai dengan masuk ke Rumah Sakit.
e. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien sebelumnya pernah mengalami Bronkhitis
atau penyakit menular yang lain.
f. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluarga ada yang
pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang lain yang ada di
dalam keluarga.
g. Pola fungsi kesehatan
Pengorganisasian data berdasarkan pola fungsi kesehatan menurut
Gordon :
a.  Persepsi terhadap kesehatan
Adanya tindakan penatalaksanaan kesehatan di RS akan menimbulkan
perubahan terhadap pemeliharaan kesehatan.
b.  Pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas perlu dikaji karena pada klien dengan Bronkhitis
mengalami keletihan, dan kelemahan dalam melakukan aktivitas gangguan
karena adanya dispnea yang dialami.
c.  Pola istirahat dan tidur
Gangguan yang terjadi pada pasien dengan Bronkhitis salah satunya
adalah gangguan pola tidur, pasien diharuskan tidur dalam posisi semi
fowler.Sedangkan pada pola istirahat pasien diharuskan untuk istirahat karena
untuk mengurangi adanya sesak yang disebabkan oleh aktivitas yang berlebih.
d.  Pola nutrisi-metabolik.
Adanya penurunan nafsu makan yang disertai adanya mual muntah
pada pasien dengan Bronkhitis akan mempengaruhi asupan nutrisi pada tubuh
yang berakibat adanya penurunan BB dan penurunan massa otot.
e.  Pola eliminasi.
Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan
pada kebiasaan BAB dan BAK.
f.  Pola hubungan dengan orang lain.
Akibat dari proses inflamasi tersebut secara langsung akan
mempengaruhi hubungan baik intrapersonal maupun interpersonal.
g.  Pola persepsi dan konsep diri.
Akan terjadi perubahan jika pasien tidak memahami cara yang efektif
untuk mengatasi masalah kesehatannya dan konsep diri yang meliputi (Body
Image, identitas diri, Peran diri, ideal diri, dan harga diri).
h.  Pola reproduksi dan seksual.
Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah menikah
akan mengalami perubahan.
i.   Pola mekanisme koping.
Masalah timbul jika pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
kesehatannya, termasuk dalam memutuskan untuk menjalani pengobatan yang
intensif.
j.   Pola nilai dan kepercayaan.
Adanya kecemasan dalam sisi spiritual akan menyebabkan masalah
yang baru yang ditimbulkan akibat dari ketakutan akan kematian dan akan
mengganggu kebiasaan ibadahnya.
h. Pemeriksaan Fisik
1)   Paru-paru :
Adanya sesak, retraksi dada, auskultasi adanya bunyi ronchi,
hipersonor atau bunyi tambahan lain. tetapi pada kasus berat bisa didapatkan
komplikasi yaitu adanya pneumonia.
2)   Kardiovaskuler :
TD menurun, diaforesis terjadi pada minggu pertama, kulit pucat, akral
dingin, penurunan curah jantung dengan adanya bradikardi, kadang terjadi
anemia, nyeri dada.
3)   Neuromuskular :
Perlu diwaspadai kesadaran dari composmentis ke apatis,somnolen
hingga koma pada pemeriksaan GCS, adanya kelemahan anggota badan dan
terganggunya aktivitas.
4)   Perkemihan :
Pada pasien dengan bronkhitis kaji adanya gangguan eliminasi seperti
retensi urine ataupun inkontinensia urine.
5)    Pencernaan
 Inspeksi : kaji adanya mual,muntah,kembung,adanya distensi abdomen
dan nyeri abdomen,diare atau konstipasi.
 Auskultasi : kaji adanya peningkatan bunyi usus.
 Perkusi : kaji adanya bunyi tympani abdomen akibat adanya kembung.
 Palpasi : kaji adanya hepatomegali, splenomegali, mengidentifikasi
adanya infeksi pada minggu kedua,adanya nyeri tekan pada abdomen.
6)      Bone :
Adanya respon sistemik yang menyebabkan malaise, adanyasianosis.
Integumen turgor kulit menurun, kulit kering.

1.8.2 Klasifikasi Data


Ø  Data Subyektif :
1. Klien mengatakan sesak napas
2. Klien mengatakan batuknya berdahak
3. Klien mengatakan berat badannya menurun,
4. Klien mengatakan kurang nafsu makan
5. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas
6. Klien mengatakan sesak bertambah saat beraktivitas
7. Klien mengatakan cemas
8. Klien selalu bertanya tentang penyakitnya
Ø  Data Obyektif :
1. Suara paru ronkhi
2. Klien nampak batuk berdahak
3. Frekuensi napas cepat
4. Klien bernapas menggunakan otot otot pernapasan
5. Klien nampak batuk
6. Porsi makan tidak dihabiskan
7. Badan tampak kurus
8. Berat badan menurun
9. Nampak aktivitas dibantu
10. Klien nampak sesak saat beraktivitas
11. Klien nampak gelisah
12. Klien selalu bertanya.

1.9 Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang biasa ditemukan pada pasien dengan PPOK menurut NANDA (2015)
adalah sebagai berikut :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebihan, batuk
yang tidak efektif
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan, penggunaan
otot bantu pernafasan
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan suplai O2 ke sel dan
jaringan kurang.
e. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan.
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
g. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan kerja siliaris
h. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
i. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan
1.10 Fokus Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
. keperawatan
(NANDA)
4. Intoleransi  Berpartisipasi dalam  Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi Mengurangi stres dan stimulasi yang
aktifitas b.d aktivitas fisik tanpa disertai medik dalam merencanaakan program berlebihan, meningkatkan istirahat
ketidakseimbaga peningkatan darah, nadi dan terapi yang tepat
n antara suplai RR.  Bantu klien untuk mengidentifikasi Klien mungkin merasa nyaman dalam
dan kebutuhan  Mampu melakukan aktivitas yang mampu dilakukan. kepala dalam keadaan evalasi, tidur di
oksigen. aktivitas sehari-hari (ADLs)  Bantu utuk memilih aktivitas yang sesuai kursi atau istiirahat pada meja dengan
secara mandiri. dengan kemampuan fisik, sosial dan bantuan bantal
 Tanda-tanda vital normal. psikologi.
 Energi psikomotor.  Bantu utuk mengidetifikasi dan Meminimalkan kelelahn dan

 Level kelemahan. mendapatkan sumber yang diperlukan menolong menyeimbangkan suplai

untuk aktivitas yang diinginkan oksigen dan kebutuhan.


 Mampu berpindah: dengan
atau menggunakan alat.  Bantu klien untuk mendapatkan alat
 Status kardiopulmoari bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
adekuat.  Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
 Sirkulasi status baik. yang disukai

 Status respirasi: pertukara  Bantu klien membuat jadwal latihan

gas da vetilasi adekuat. diwaktu luang


 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
 Monitor respon fisik,emosi, sosial dan
spiritual.
5. Risiko tinggi  Tidak muncul tanda tanda  Monitor vital sign, terutama pada proses  Selama peride ini, potensial
penyebaran infeksi sekunder. terapi. berkembang menjadi komplikasi
infeksi yang b.d  Klien dapat  Demonstrasikan teknik mencuci yang yang lebih fatal( hipotensi / shock ).
penyakit kronis . mendemonstrasikan benar.  Sangat efektif untuk mengurangi
kegiatan untuk  Ubah posisi dan berikan pulmonari penyebaran infeksi .
menghindarkan infeksi. toilet yang baik.  Meningkatkan ekspektorasi,
 Batasi pengunjung atas indikasi. membersihkan dari infeksi.
 Lakukan isolasi sesuai dengan  Mengurangi paparan dengan
kebutuhan individual. organisme patogen lain.
 Anjurkan untuk istirahat secara adekuat  Isolasi mungkin dapat mencegah
sebanding dengan aktifitas, tingkatkan penyebaran atau memproteksi klien
intake nutrisi secara adekuat. dari proses infeksi lainya.
 Memvasilitasi proses pengembuhan
dan meningkatkan pertahanan tubuh
alami.
1.11 Daftar Pustaka

Kuwalak, Jennifer.P.2017.PATOHFISIOLOGI,Jakarta:EGC

Somantri,Irwan.2019.Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem


pernapasan.Jakarta:Salemba Medika

Syamsudin,Sesilia Andriani keban.2017.Buku ajar Farmakotrapi gangguan saluran


pernapasan.Jakarta:Salemba Medika

Anies.2018.penyakit berbasis lingkungan.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media

Herdman,T. Heather.2017.diagnosis keperawatan.Jakarta:EGC

Huda Nurarif,Amin dan Hardi kusuma.2017.Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc.Yogyakarta:mediaction

http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/copd.pdf

Anda mungkin juga menyukai