Anda di halaman 1dari 24

Mata kuliah : Asuhan KB dan Kesehatan Reproduksi

Dosen pengampu :Siti Khadijah batjo SSiT.,MPH

TUGAS

Disusun Oleh:

NAZRA PO7124319084

DIV KEBIDANAN IIB

JURUSAN DIV KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES PALU

2021/2022
TUGAS 1

Paragraf 3

Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan

Keluarga Berencana

Pasal 51

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf c, Bidan berwenang melakukan
komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 52

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49
sampai dengan Pasal 51 diatur dengan Peraturan Menteri.
TUGAS 2 :

1. Pengertian Informed Consent

Informed berasal dari dua kata, yaitu Informed (telah mendapatkan


penjelasan/keterangan/informasi) dan Consent (memberikan persetujuan/mengizinkan). Informed
Consent adalah suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapatkan informiasi. 1
Consent adalah bahasa latin. Kata aslinya consentio, consentio; dalam bahasa Inggris menjadi consent
yang artinya “persetujuan”, izin, menyetujui kepada seseorang yang melakukan sesuatu. Istilah awal
hanya “consent’ lalu menjadi Informed Consent, sesuai dengan perkembangan politik dan hak-hak
individu maka ia memperoleh kata sifat informed sehingga memperoleh arti seperti sekarang
dipergunakandimana-manaa.
Menurut Veronika Komalawati pengertian Informed Consent adalah suatu kesepakatan atau
persetujuan pasien atas upaya medis yang dilakukan dokter terhadap dirinya setelah pasien mendapatkan
informasi dari doktermengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai
informasi mengenai segala resiko yang mungkinterjadi.
Informed Consent yaitu suatu persetujuan yang diberikan oleh pasien dan keluarganya atas dasar
informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Persetujuan (Informed Consent) ini sangat penting mengingat tindakan medis tidak dapat dipaksakan
karena tidak ada yang tau pasti hasil akhir dari pelayanan kedokteran tersebut.

1. Dasar Hukum Pengaturan Informed Consent

1. Menurut Pasal 8 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatani bahwa Setiap orang
berhak menerima informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan
yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenagakesehatan.
2. Menurut Pasal 32 huruf (j) dan (k) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakita
disebutkan bahwa : Perlindungan Hak Pasien yaitu:
Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan. memberikan persetujuan atau menolak
atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
Menurut Pasal 45 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokterann,yaitu
1. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter
gigi terhadap pasien harus mendapatkanpersetujuan.
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapatkan
penjelasan secaralengkap.
3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurag-kurangnya mencakup :
a. Diagnosis dan tata cara tindakanmedis;
b. Tujuan tindakan medis yangdilakukan;
c. Alternatif tindakan lain danresikonya;
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
e. Prognosis terhadap tindakan yangdilakukan.
4. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis
maupunlisan.
5. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung resiko tinggi
harusdiberikan dengan persetujuan tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan
6. Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) ayat 4), ayat (5) diatur dengan
PeraturanMenteri
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/MenKes/Per/III/2008 serta Manual
Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI Tahun 2008, disebutkan bahwa Informed Consent adalah 2.
persetujuan tindakan kedokteran/Informasi kesehatan yang diberikan oleh pasien atau keluarga
terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang
akan dilakukan terhadap pasien tersebuut.
1. Tujuan InformedConsent

Tujuan Informed Consent yaitu :

1) Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya tidak
diiperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa
sepengetahuan pasiennya.
2) Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif,
karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medik ada
melekat suatu resiko.
2. Fungsi Informed Consent

Perlunya dimintakan Informed Consent dari pasien karena Informed Consent mempunyai
beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien selaku manusia


2. Promosi terhadap hak untuk menentukan nasibnya sendiri
3. Untuk mendorong dokter melakukan kehati-hatian dalam mengobatipasien
4. Menghindari penipuan dan misleaing oleh dokter
5. Mendorong diambil keputusan yang lebih rasional
6. Mendorong keterlibatan publik dalam masalah kedokteran dan kesehatan
7. Sebagai suatu proses edukasi masyarakaat dalam bidang kedokteran dan kesehatan.
Selain itu manfaat dari Informed Consent yaitu

a. Membantu kelancaran tindakan medis. Melalui Informed Consent, secara tidak langsung
terjalin kerja sama antara bidan dan klien sehingga memperlancar tindakan yang akan
dilakukan. Keadaan ini dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam upaya tindakankedaruratan.
b. Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi. Tindakan bidan yang tepat dan
segera, akan menurunkan resiko terjadinya efek samping dan komplikasi.
c. Mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit, karena si ibu memiliki
pemahaman yang cukup terhadap tindakan yangdilakukan
d. Meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan mutu ditunjang oleh tindakan yang lancar, efek
samping dan komoplikasi yang minim, dan proses pemulihan yang cepat.
e. Melindungi bidan dari kemungkinan tuntutan hukum. Jika tindakan medis menimbulkan
masalah, bidan memiliki bukti tertulis tentang persetujuanpasien.
Pada prinsipnya Informed Consent diberikan disetiap pengobatan oleh dokter. Akani tetapi, urgensi
dari penerapan prinsip Informed Consent sangat terasa dalam kasus-kasus sebagai berikut:
a. Dalam kasus-kasus yang menyangkut dengan pembedahan atauoperasi
b. Dalam kasus-kasus yang menyangkut dengan pengobatan yang memakai teknologi baru yang
sepenuhnya belum di pahami efeksampingnya
c. Dalam kasus-kasus yang memakai terapi atau obat yang kemungkinan banyak efek samping,
seperti terapi dengan sinar leaser, dan lain-lain
d. Dalam kasus-kasus di mana di samping mengobati, dokter juga melakukan riset dan
eksperimen dengan berobjekkan pasien.
3. Komponen InformedConsent

Menurut Culver and Gert ada 4 (empat) komponen yang harus dipahami pada suatu persetujuan
a. Sukarela(voluntariness)

Sukarela mengandung makna bahwa pilihan yang dibuat adalah dasar sukarela tanpa ada unsur
paksaan didasari informasi dan kompetensi. Sehingga pelaksanaan sukarela harus memenuhi unsur
informasi yang diberikan sejelas-jelasnya.
b. Informasi(Information)

Jika pasien tidaktahu atau sulit untuk dapat mendeskripsikan keputusan


c. Kompetensi(competense)

Dalam konteks consent kompetensi bermakna suatu pemahaman bahwa seseorang


membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat keputusan dengan tepat, juga banyak informasi

d. Keputusan(decision)

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, dimana hal itu merupakan persetujuan tanpa
refleksi. Pembuatan keputusan merupakan tahap terakhir proses pemberian persetujuan.
4. Bentuk-bentuk InformedConsent

Informed Consent harus dilakukan setiap kali akan melakukan tindakan medis, sekecil apapun
tindakan tersebut. Menurut departemen kesehatan (2002), Informed Consent dibagi menjadi 2 (dua)
bentuk :
a. ImpliedConsent

Implied Consent yaitu persetujuan yang dinyatakan tidak langsung. Contohnya : saat bidan akan
mengukur tekanan darah ibu, ia hanya mendekati si ibu dengan membawa sfingmomanometer tanpa
mengatakan apa pun dan si ibu langsung menggulung lengan bajunya (meskipun tidak mengatakan
apapun, sikap ibu menunjukan bahwa ia tidak keberatan terhadap tindakan yang akan dilakukan bidan)
b. ExpressConsent

Express consent yaitu persetujuan yang dinyatakan dalam bentuk tulisan atau secara verbal.
Sekalipun persetujuan secra tersirat dapat diberikan, namun sangat bijaksana bila persetujuan pasien
dinyatakan dalam bentuk tertulis karena hal ini dapat menjadi bukti yang lebih kuat di masa mendatang.
Contoh, persetujuan untuk pelaksanaan sesar. Persetujuan pada Informed Consent dapat dibedakan
menjadi tiga bentuk, yaitu:
a. Persetujuan tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang mengandung risiko besar,
sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKesNo.585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3 ayat
b. dan SK PB-IDI No.319/PB/A.4/88 butir 3, yaitu intinya setiap tindakan medis yang mengandung
risiko cukup besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah sebelumnya pihak
pasien memperoleh informasi tentang perlunya tindakan medis serta risiko yang berkaitan
dengannya (telah terjadi Informed Consent)
c. Persetujuan lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat non-invasif dan
tidak mengandung risiko tinggi, yang diberikan oleh pihakpasien.
d. Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya pasien yang akan
disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan lengannya sebagai tanda
menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.

5. Dimensi dalam proses Informed Consent

Dimensi dalam proses Informed Consent, yaitu :

1. Dimensi yang menyangkuthukum


Dalam hal ini Informed Consent merupakan perlindungan bagi pasien terhadap bidan yang
berperilaku memaksakan kehendak, dimana proses Informed Consent sudah memuat:
 Keterbukaan informasi dari bidan kepadapasien
 Informasi tersebut harus di mengerti pasien
 Memberikan kesempatan kepada pasien untuk memberikan kesempatan yang baik
2. Dimensi yang menyangku tetik
Dari proses Informed Consent terkandung nilai etik sebagai berikut:
 Menghargai kemandirian atau otonomi pasien
 Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila dibutuhkan atau diminta
sesuai dengan informasi yang telahdibutuhkan
 Bidan menggali keinginan pasien baik yang dirasakan secara subjektif maupun sebagai
hasil pemikiran yangrasional.
 Informed coice
Pengertian Informed Choice adalah Pilihan yang didasari dengan pengetahuan yang cukup setelah
mendapat informasi yang lengkap . Informed choice adalah membuat pilihan setelah menjelaskan
pendapat setelah mendapatkan penjelasan tentang alternative asuhan yang akan dialaminya. Informasi
dalam konteks ini : informasi yang lengkap sudah diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman
risiko, manfaat, keuntungan, kemungkinan hasil dari tiap pilihannya.

Pengertian informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang alternatif
asuhan yang akan dialaminya.

Menurut kode etik internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM tahun 1993 bahwa bidan harus
menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima
tanggung jawab terhadap hasil dari pilihannya. Definisi informasi dalam konteks ini adalah meliputi:
informasi yang lengkap sudah diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat,
keuntungan, dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya. Hak dan keinginan wanita harus dihormati,
tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya.

Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan kebidanan,
yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya dan merupakan aspek otonomi
pribadi menentukan pilihannya sendiri.

Choice berarti ada alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan dan klien mengerti perbedaannya sehinggga
dia dapat menentukan mana yang disukai atau sesuai dengan kebutuhannya.

Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan, misalnya tentang metode kontrasepsi yang
dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi yang paling sesuai dengan dirinya /
keluarganya. Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan pemberian informasi yang obyektif,
akurat dan mudah dimengerti oleh klien.

Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif yang tersedia.Bidan harus
memberikan pilihan kepada klien tanpa bersifat otoriter, karena klien mempunyai hak untuk
menentukan pilihannya dari informasi yang telah diperoleh dari bidan tentang segi positif dan negatif
pilihannya yang sesuai dengan kondisinya dan tindakan apa yang akan dilaksanakan.

Pemberian informasi yang jelas akan membantu klien membuat pilihan sendiri yang sesuai dan
memahami tujuan dan risiko prosedur klinik terpilih.proses pertukaran informasi dan interaksi positif
antara klien dan petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan
membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi.
TUGAS 3:

 standar / kompetensi bidan sesuai dengan kewenangannya


1. Pengertian Kompetensi
Kompetensi adalah pengetahuan yang dilandasi oleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktik kebidanan pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan secara aman, dan tanggung jawab sesuai dengan standar dengan syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat (PP IBI, 2004).
Kompetensi tersebut dikelompokkan dalam dua kategori yang merupakan kopetensi minimal yang
mutlak diberikan oleh bidan persalin dan kompetensi tambahan/lanjutan yang merupakan
pengembangan dari pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk mendukung tugas bidan dalam
memenuhi perkembangan iptek (PP IBI,1997).
Mengacu pada Permenkes 572 tahun 1996 tentang registrasi dan praktik bidan serta
memperhatikan kompetensi bidan yang di susun oleh ICM, pada Februari 1999, disusun kompetensi
bidan Indonesia dan disahkan pada KONAS IBI XII di Denpasar Bali. Kompetensi dan wewenang bidan
Indonesia terdiri atas Kompetensi 1-9 dan wewenang bidan sesuai pasal 18 Kepmenkes RI No. 900/
Menkes/SK/VII/2002.

2. Kompetensi Bidan
Ada 9 kompetensi yang harus dikuasai seorang bidan (setiap kompetensi terdiri atas kompetensi
inti dan kompetensi tambahan,), yaitu :

1. Pengetahuan umum, keterampilan dan perilaku yang berhubungan dengan ilmu-ilmu social,
keehatan masyarakat, dan profesi kesehatan.
Kompetensi ke-1 : Bidan memiliki persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu
social, kesehatan masyarakat, dan etik yang ,membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi
sesuai dengan budaya untuk wanita, bayi baru lahir, serta keluarganya.

1. Pengetahuan dan keterampilan dasar.


 Kebudayaan dasar masyarakat di Indonesia.
 Keuntungan dan kerugian praktek kesehatan tradisional dan modern.
 Sarana tanda bahaya serta transportasi kegawatdaruratan bagi anggota masyarakat yang sakit
yang membutuhkan asuhan tambahan.
 Penyebab langsung maupun tidak langsung kematian dan kesakitan ibu dan bayi di
masyarakat.
 Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak-haknya yang
diperlakukan untuk mencapai kesejahteraan yang optimal (kesetaraan dalam memperoleh
pelayanan kebidanan).
 Keuntungan dan resiko dari tatanan tempat bersalin yang tersedia.
 Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman.
 Masyarakat keadaan kesehatan lingkungan, makanan dasn ancaman umum bagi kesehatan.
 Standar profesi dan praktek kebidanan.
2. Pengetahuan dan keterampilan kebidan.
 Epidemiologi, sanitasi diagnisa masyarakat dan vital statistik.
 Infrastruktur kesehatan setempat dan nasional, serta bagaimana mengakses sumber daya yang
dibutuhkan untuk asuhan kebidanan.
 Primary Healt Care (PHC) berbasis di masyarakat dengan menggunakan promosi kesehatan
serta strategi pencegahan penyakit.
 Program imunisasi nasional dan akses untuk pelayanan imunisasi
3. Perilaku professional bidan.
 Berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan aspek legal.
 Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis yang dibuatnya.
 Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan ketrampilan mutakir.
 Menggunakan cara pencegahan universal untuk penyakit menular dan strategi pengendalian
infeksi.
 Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan kebidanan.
 Menghargai budaya setempat berhubungan dengan praktek kesehatan, kehamilan, kelahiran,
periode paska persalinan, bayi baru lahir dan anak.
 Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum wanita/ ibu agar mereka
dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta
persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri.
 Menggunakan ketrampilan mendengar dan memfasilitasi.
 Bekerja sama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
kepada ibu dan keluarga.
 Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.
2. Pra-konsepsi, keluarga berencana, dan ginekologi.
Kompetensi ke-2: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang
tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk
meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi
orangtua.

1. Pengetahuan dasar.
 Pertumbuhan dan perkembangan seksualitas dan aktivitas seksual.
 Anatomi dan fisiologi pria dan wanita yang berhubungan dengan konsepsi dan reproduksi.
 Norma dan praktek budaya dalam kehidupan seksualitas dan kemampuan bereproduksi.
 Komponen riwayat kesehatan, riwayat keluarga dan riwayat genetic yang relevan.
 Pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengevaluasi potensi kehamilan yang sehat.
 Berbagai metode alamiah untuk menjarangkan kehamilan dan metode lain yang bersifat
tradisional yang lazim digunakan.
 Jenis, indikasi, cara pemberian, cara pencabutan dan efek samping berbagai kontrasepsi yang
digunakan antara lain pil, suntikan, AKDR, alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), kondom, tablet
vagina.
 Metode konseling bagi wanita dalam memilih suatu metode kontrasepsi.
 Penyuluhan kesehatan mengenai PMS (HIV/AIDS) dan kelangsungan hidup anak.
 Tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan penyakit menular seksual yang lazim terjadi.
2. Pengetahuan tambahan.
 Faktor-faktor yang menentukan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan.
 Indikator penyakit akut dan kronis yang dipengaruhi oleh kondisi geografis dan proses rujukan
untuk pemeriksaan/pengobatan lebih lanjut.
 Indikator dan metode konseling/rujukan terhadap gangguan hubungan interpersonal,
termasuk kekerasan dan pelecehan dalam keluarga (seks, fisik, emosi).
3. Keterampilan dasar.
 Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang lengkap.
 Melakukan pemeriksaan fisik yang berfokus sesuai dengan kondisi wanita.
 Menetapkan dan atau melaksanakan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan laboratorium
seperti hematokrit dan analisis urine.
 Melaksanakan pendidikan kesehatan dan ketrampilan konseling dasar dengan tepat
 Memberikan pelayanan KB yang tersedia sesuai kewenangan dan budaya masyarakat.
 Melakukan pemeriksaan berskala akseptor KB dan melakukan intervensi sesuai kebutuhan.
 Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang ditemukan
 Melakukan pemasangan AKDR.
 Melakukan pencabutan AKDR dengan letak normal.
4. Keterampilan tambahan.
 Melakukan pemasangan AKBK.
 Melakukan pencabutan AKBK dengan letak normal.

3. Asuhan konseling selama kehamilan.


Kompetensi ke-3: Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan
kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan.

1. Pengetahuan dasar.
 Anatomi dan fisiologi tubuh manusia.
 Siklus menstruasi dan proses konsepsi
 Tumbuh kembang janin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
 Tanda-tanda dan gejala kehamilan
 Mendiagnosa kehamilan.
 Perkembangan normal kehamilan
 Komponen riwayat kesehatan.
 Komponen pemeriksaan fisik yang terfokus selama antenatal.
 Menentukan umur kehamilan dari riwayat menstruasi, pembesaran dan atau tinggi fundus
uteri.
 Mengenal tanda dan gejala anemia ringan dan berat, hypermesis gravidarum, kehamilan
ektopik terganggu, abortus imminiens, molla hydatidosa, dan komplikasinya dan kehamilan
ganda, kelainan letak serta preeklamsi.
 Nilai normal dari pemeriksaan laboratorium seperti hemoglobin dalam darah, tes gula,
protein, aceton dan bakteri dalam urine.
 Perkembangan normal dari kehamilan: perubahan bentuk fisik, ketidak-nyamanan yang
lazim, pertumbuhan fundus uteri yang diharapkan.
 Perubahan psikologis yang normal dalam kehamilan dan dampak kehamilan terhadap
keluarga.
 Penyuluhan dalam kehamilan: perubahan fisik, perawatan buah dada, ketidaknyamanan,
kebersihan, seksualitas, nutrisi, pekerjaan, dan aktifitas (senam hamil).
 Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan janin.
 Penatalaksanaan imuniasai pada wanita hamil.
 Pertumbuhan dan perkembangan janin.
 Persiapan persalinan, kelahiran dan menjadi orangtua
 Persiapan keadaan rumah/keluarga untuk menyambut kelahiran bayi.
 Tanda-tanda dimulainya persalinan.
 Promosi dan dukungan pada ibu menyusui.
 Tehnik relaksasi dan strategi meringankan nyeri pada persalinan dan kelahiran.
 Mendokumentasikan temuan dan asuhan yang diberika
 Mengurangi ketidaknyamanan selama kehamilan.
 Penggunaan obat-obat tradisional ramuan yang aman untuk mengurangi ketidaknyamanan
selama kehamilan.
 Akibat yang timbul dari merokok, penggunaan alcohol dan obat terlarang bagi wanita hamil
dan janin.
 Akibat yang ditimbulkan/ditularkan oleh binatang tertentu terhadap kehamilan, misalnya
toxoplasmosis.
 Tanda dan gejala dari komplikasi kehamilan yang mengancam jiwa, seperti pre-eklamsi,
perdarahan pervaginaan, kelahiran prematur, anemia berat.
 Kesejahteraan janin termasuk DJJ dan pola aktivitas janin.
 Resusitasi kardiopulmonary.
2. Pengetahuan tambahan.
 Tanda, gejala dan indikasi rujukan pada komplikasi tertentu dalam kehamilan seperti asma,
infeksi HIV, penyakit menular seksual (PMS), diabetes, kelainan jantung, postmatur/serotinus.
 Akibat dari penyakit akut dan kronis yang disebut diatas bagi kehamilan dan janin.
3. Keterampilan dasar.
 Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisa pada setiap
kunjungan/pemeriksaan ibu hamil.
 Melaksanakan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan lengkap.
 Melaksanakan pemeriksaan abdomen secara lengkap termasuk pengukuran tinggi fundus
uteri/posisi/presentasi dan penurunan janin.
 Melakukan penilaian pelvic, termasuk ukuran dan struktur tulang panggul.
 Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk detak jantung janin dengan menggunakan
fetoscope (pinard) dan gerakan janin dengan palpasi uterus.
 Menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraan persalinan
 Mengkaji status nutrisi ibu hamil dan hubungannya dengan pertumbuhan janin.
 Mengkaji kenaikan berat badan ibu hamil dan hubungan dengan komplikasi kehamilan
 Memberikan penyuluhan pada klien/keluarga mengenai tanda-tanda berbahaya dan serta
bagaimana menghubungi bidan.
 Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan, hyperemesis gravidarum
tingkat 1, abortus iminen dasn preeklamsi ringan.
 Menjelaskan dan mendemostrasikan cara mengurangi ketidaknyamanan yang lazim terjadi
dalam kehamilan.
 Memberikan imunisasi pada kehamilan.
 Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan melakukan penanganan yang tepat
termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan yang tepat dari:
a) Kekurangan gizi.
b) Pertumbuhan janin yang tidak ade kuat.
c) Pre eklamsi berat dan hipertensi.
d) Perdarahan pervainaan.
e) Kehamilan ganda pada janin kehamilan aterm.
f) Kelainan letak pada janin kehamilan aterm.
g) Kematian janin.
h) Adanya edema yang signifikan, sakit kepala yang berat,gangguan pandangan, nyeri
epigastrium yang disebabkan tekanan darah tinggi.
i) Ketuban pecah sebelum waktunya.
j) Persangkaan polyhydramnion.
k) Diabetes mellitus.
l) Kelainan kongenital pada janin.
m) Hasil laboratorium yang tidak normal.
n) Persangkaan polyhydramnion, kelainan letak janin.
o) Infeksi pada ibu hamil seperti: PMS, vaginitis, infeksi saluran perkemihan dan saluran
nafas.
p) Memberikan bimbingan dan persiapan untuk persalinan, kelahiran dan menjadi orangtua.
q) Memberikan bimbingan dan penyuluhan mengenai perilaku kesehatan selama hamil,
seperti nutrisi, latihan (senam), keamanan dan berhenti merokok.
r) Penggunaan secara aman jamu/obat-obatan tradisional yang tersedia.
4. Keterampilan tambahan.
 Menggunakan Doppler untuk memantau DJJ.
 Memberikan pengobatan dan atau kolaborasi terhadap penyimpangan dari keadaan normal
dengan menggunakan standar local dan sumber daya yang tersedia.
 Melaksanakan kemampuan LSS dalam menejemen pasca abortus.

4. Asuhan selama persalinan dan pelahiran.


Kompetensi ke-4: bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap
kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman,
menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya
yang baru lahir.

1. Pengetahuan dasar.
 Fisiologi persalinan.
 Anatomi tengkorak bayi, diameter yang penting dan petunjuk
 Aspek psikologis dan kultural pada persalinan dan kelahiran.
 Indikator tanda-tanda mulai persalinan.
 Kemajuan persalinan normal dan penggunaan partograf atau alat serupa
 Penilaian kesejahteraan janin dalam masa persalinan.
 Penilaian kesejahteraan ibu dalam masa persalinan.
 Proses penurunan kepala melalui pelvic selama persalinan dan kelahiran.
 Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan normal dan ganda.
 Pemberian kenyamanan dalam persalinan, seperti: kehadiran keluarga/ pendamping,
pengaturan posisi, hidrasi, dukungan moril, pengurangan nyeri tanpa obat
 Transisi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar aterus.
 Pemenuhan kebutuhan fisik bayi baru lahir meliputi pernafasan, kehangatan dan pemberian
ASI/PASI.
 Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosional bayi baru lahir, jika memungkinkan antara lain
kontak kulit langsung, kontak mata antarbayi dan ibunya bila dimungkinkan.
 Mendukung dan meningkatkan pemberian ASi eksklusif.
 Menejemen fisiologi kala III.
 Memberikan suntikan intramuskuler meliputi uterotonika, antibiotik dan sedativa.
 Indikasi tindakan kegawatdaruratan kebidanan seperti: distrosia bahu, asfiksia neonata,
retensio plasenta, perdarahan karena atonia uteri dan mengatasi renjatan.
 Indikasi tindakan operatif pada persalinan misalnya gawat janin, CPD.
 Indikator komplikasi persalinan misalnya: perdarahan, partus macet, kelainan presentasi,
eklamsia, kelelahan ibu, gawat janin, infeksi, ketuban ibu, gawat janin, infeksi, ketuban pecah
dini tanpa infeksi, distocia karena inersia uteri primer, post term dan preterm serta tali pusat
menumbung.
 Prinsip Manajemen Kala III, secara fisiologis.Prinsip Manajemen aktif kala III.

2. Pengetahuan tambahan.
 Penatalaksanaan persalinan dengan malpresentasi.
 Pemberian suntikan anastesi local.
 Akselarasi dan induksi persalinan.
3. Keterampilan dasar.
 Pengumpulan data yang terfokus pada riwayat kebidanan dan tanda-tanda vital ibu pada
persalinan sekarang.
 Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus
 Melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap untuk posisi dan penurunan janin.
 Mencatat waktu dan mengkaji kontraksi uterus (lama, kekuatan dan frekuensi).
 Melakukan pemeriksaan panggul (pemeriksaan dalam) secara lengkap dan akurat meliputi
pembukaan, penurunan, bagian terendah, presentasi, posisi keadaan ketuban dan proporsi
panggul dengan bayi.
 Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan partagraf.
 Memberikan dukungan psikologis bagi wanita dan keluarga.
 Memberikan cairan, nutrisi dan kenyamanan yang adekuat selama persalinan.
 Mengidentifikasi secara dini kemungkinan pola persalinan abnormal dan kegawatdaruratan
dengan intervensi yang sesuai dan atau melakukan rujukan dengan tepat waktu.
 Melakukan amniotomi pada pembukaan servik lebih dari 4 cm sesuai dengan indikasi.
 Menolong kelahiran bayi dengan lilitan tali pusat.
 Melakukan episiotomi dan penjahitan, jika diperlukan.
 Melaksanakan manajemen fisiologi kala III.
 Melaksanakan manajemen aktif kala III.
 Memberikan suntikan intramuskuler meliputi uterotonika, antibiotika dan sedativa.
 Memasang infus, mengambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin (HB) dan hematokrit.
 Menahan uterus untuk mencegah terjadinya inversi uteri dalam kala III.
 Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya.
 Memperkirakan jumlah darah yang keluar pada persalinan dengan benar.
 Memeriksa robekan vagina, serviks dan perineum.
 Menjahit robekan vagina dan perineum tingkat II.
 Memberikan pertolongan persalinan abnormal: letak sungsang, partus macet, kepala di dasar
panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, post term dan pre term.
 Melakukan pengeluaran plasenta secara manual.
 Mengelola perdarahan post partum.
 Memindahkan ibu untuk tindakan tambahan/kegawatdaruratan dengan tepat waktu sesuai
indikasi.
 Memberikan lingkungan yang aman dengan meningkatkan hubungan/tali kasih ibu dan bayi
baru lahir.
 Memfasilitasi ibu untuk menyusui sesegera mungkin dan mendukung ASI eksklusif.
 Mendokumentasikan temuan-temuan yang penting dan intervensi yang dilakukan.
4. Keterampilan tambahan.
 Menolong kelahiran presentasi dengan penempatan dan gerakan tangan yang tepat.
 Memberikan suntikan anastesi lokal jika diperlukan.
 Melakukan ekstraksi forsep rendah dan vakum jika diperlukan sesuai kewenangan.
 Mengidentifikasi dan mengelola malpresentasi, ditorcia bahu, gawat janin dan kematian janin
dalam kandungan (IUFD) dengan tepat
 Mengidentifikasi dan mengelola tali pusat menumbung.
 Mengidentifikasi dan menjahit robekan serviks.
 Membuat resep dan atau memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri jika diperlukan
sesuai kewenangan
 Memberikan oksitosin dengan tepat untuk induksi dan akselerasi dan persalinan dan
penanganan perdarahan post partum.
5. Asuhan pada ibu nifas dan menyusui.
Kompetensi ke-5: bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi
dan tanggap terhadap budaya setempat.

1. Pengetahuan dasar.
 Fisiologi nifas
 Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/abortus.
 Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang lazim
terjadi termasuk pembengkakan payudara, abses, mastitis, puting susu lecet, puting susu
masuk.
 Kebutuhan nutrisi nifas, kebutuhan istirahat, aktivitas dan kebutuhan fisiologis lainnya seperti
pengosongan kandung kemih.
 Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.
 Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus.
 Bonding dan attachement orangtua dan bayi baru lahir untuk menciptakan hubungan positif.
 Indikator subinvolusi misalnya perdarahan yang terus menerus, infeksi.
 Indikator masalah-masalah laktasi.
 Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan pervaginaan menetap, sisa
plasenta, renjatan (shock) dan preeklamsi post partum.
 Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum, seperti anemia kronis,
hematoma vulva, retensi urine dan incontinensia alvi.
 Kebutuhan asuhan dan konseling selam dan sesudah abortus.
 Tanda dan gejala komplikasi abortus.
2. Keterampilan dasar.
 Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus, termasuk keterangan rinci
tentang kehamilan, persalinan, dan kelahiran.
 Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu.
 Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/luka jahitan.
 Merumuskan diagnisa masa nifas.
 Menyusun perencanaan.
 Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif.
 Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi perawatan diri sendiri, istirahat, nutrisi
dan asuhan bayi baru lahir.
 Mengidentifikasi hematoma vulva dan melaksanakan rujukan bilamana perlu.
 Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan atau merujuk untuk tindakan
yang sesuai.
 Penatalaksanaan ibu post partum abnormal sisa plasenata, renjatan dan infeksi ringan.
 Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca persalinan.
 Melakukan konseling dan memberi dukungan untuk wanita pasca absorsi.
 Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu.
 Memberikan antibiotika yang sesuai.
 Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.
3. Keterampilan tambahan.\
 Melakukan insisi pada hematoma vulva.
6. Asuhan pada bayi baru lahir.
Kompetensi ke-6: bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi
baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.

1. Pengetahuan dasar.
 Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus.
 Kebutuhan dasar bayi baru lahir: kebersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, kehangatan,
nutrisi, bonding dan attechement.
 Indikator pengkajian bayi baru lahir, misalnya nilai APGAR.
 Penampilan dan perilaku bayi baru lahir.
 Tumbuh kembang yang normal pada bayi baru lahir sampai 1 bulan.
 Memberikan imunisasi pada bayi.
 Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal, seperti: caput, molding, mongolian
spot, hematoma.
 Komplikasi yang lazim terjadi pada bayi lahir normal seperti: hypoglikemi, hypotrmi, dehidrasi,
diare dan infeksi, ikterus.
 Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi baru lahir sampai 1 bulan.
 Keuntungan dan resiko imunisasi pada bayi.
 Pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur.\
 Komplikasi tertentu pada bayi baru lahir, seperti: trauma intracranial, fraktur clavikula,
kematian mendadak, hematoma.
2. Pengetahuan tambahan.
 Sunat dan tindik pada bayi perempuan.
 Ketrampilan dasar.
 Membersihkan jalan nafas dan memelihara kelancaran pernafasan dan merawat tali pusat.
 Menjaga kehangatan dan menghindari panas yang berlebihan.
 Menilai segera bayi baru lahir seperti nilai APGAR.
 Membersihkan badan bayi dan memberikan identitas.\
 Melakukan pemeriksaan fisik yang berfokus pada bayi baru lahir dan schreening untuk
menemukan adanya tanda kelainan-kelainan pada bayi baru lahir yang tidak memungkinkan
untuk hidup.
 Mengatur posisi bayi pada waktu menyusui
 Memberikan imunisasi pada bayi.
 Mengajarkan pada orangtua tentang tanda-tanda bahaya dan kapan harus membawa bayi
untuk minta pertolongan medik.
 Melakukan tindakan pertolongan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir seperti: kesulitan
bernafas/asphyksia, hypotermi, hypoglikemi.
 Memindahkan secara aman bayi baru lahir ke fasilitas kegawatdaruratan apabila
dimungkinkan.
 Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.
3. Keterampilan tambahan.
 Melakukan penilaian masa gestasi.
 Mengajarkan pada orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi yang normal dan
asuhannya.
 Membantu orangtua dan keluarga untuk memperoleh sumber daya yang tersedia di
masyarakat.
 Memberikan dukungan kepada orangtua selama berduka cita yang sebagai bayi dengan cacat
bawaan, keguguran atau kematian bayi.
 Memberi dukungan kepada orangtua selama bayinya dalam perjalanan rujukan diakibatkan ke
fasilitas perawatan kegawatdaruratan.
 Memberi dukungan pada orangtua dengan kelahiran ganda
 Melaksanakan tindik dan sunat pada bayi perempuan.
7. Asuhan pada bayi dan balita.
Kompetensi ke-7: bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi
dan balita sehat (1 bulan – 5 tahun).

1. Pengetahuan dasar.
 Keadaan kesehatan bayi dan anak Indonesia, meliputi: angka kesakitan, angka kematian,
penyebab kesakitan dan kematian.
 Peran dan tanggung jawab orangtua dalam pemeliharaan bayi dan anak.
 Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak normal serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
 Kebutuhan fisik dan psikososial anak.
 Prinsip dan standar nutrisi pada bayi dan anak.
 Prinsip-prinsip komunikasi pada bayi dan anak.
 Prinsip keselamatan untuk bayi dan anak.
 Upaya pencegahan penyakit pada bayi dan anak, misalnya pemberian imunisasi.
 Masalah-masalah yang lazim terjadi pada bayi normal, seperti: gumoh/ regurgitasi, diaperrash
dan lain-lain serta penatalaksanaannya.
 Penyakit-penyakit yang sering terjadi pada bayi dan anak.
 Penyimpangan tumbuh kembang bayi dan anak serta penatalaksanaannya.
 Bahaya-bahaya yang sering terjadi pada bayi dan anak di dalam dan di luar rumah serta upaya
pencegahannya.
 Kegawatdaruratan pada bayi dan anak serta penatalaksanaannya.
2. Keterampilan dasar.
 Melaksanakan pemantauan dan menstimulasi tumbuh kembang bayi dan anak balita.
 Melaksanakan penyuluhan pada orangtua tentang pencegahan bahaya-bahaya pada bayi dan
anak sesuai dengan usia.
 Melaksanakan pemberian imunisasi pada bayi dan anak.
 Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan pada bayi dan anak yang terfokus pada gejala.
 Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus.
 Mengidentifikasi penyakit berdasarkan data dan pemeriksaan fisik.
 Melakukan pengobatan sesuai kewenangan, kolaborasi atau merujuk.
 Menjelaskan pada orangtua tentang tindakan dilakukan.
 Melakukan pemeriksaan secara berkala pada bayi sesuai dengan standar yang berlaku.
 Melaksanakan penyuluhan pada orangtua tentang pemeliharaan bayi dan anak.Melaksanakan
penilaian status nutrisi pada bayi dan anak.
 Melaksanakan tindakan, kolaborasi atau merujuk secara tepat sesuai keadaan bayi dan anak
yang mengalami cidera dan kecelakaan.
 Mendokumentasikan temuan-temuan dari intervensi yang dilakukan.
8. Kebidanan komunitas.
Kompetensi ke-8: bidan merupakan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada
keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.

1. Pengetahuan dasar.
 Konsep dan sasaran kebidanan komunitas.
 Masalah kebidanan komunitas.
 Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok dan masyarakat.
 Strategi pelayanan kebidanan komunitas.
 Ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas.
 Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam keluarga dan masyarakat.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.
 Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak.
2. Pengetahuan tambahan.
 Kepemimpinan untuk semua (KESUMA).
 Pemasaran sosial.
 Peran serta masyarakat (PSM).
 Audit Maternal Perinatal.
 Perilaku kesehatan masyarakat.
 Program-program pemerintah yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak (safe motherhood
dan gerakan sayang ibu).
 Paradigma sehat tahun 2010.
3. Keterampilan dasar.
 Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, laktasi, bayi balita dan KB di masyarakat.
 Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak.
 Melakukan pertolongan persalinan di rumah dan polindes.
 Mengelola pondok bersalin desa (POLINDES).
 Melaksanakan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas dan laktasi, bayi dan balita.
 Melakukan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk mendukung upaya-
upaya kesehatan ibu dan anak
 Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan
 Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
4. Keterampilan tambahan.
 Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.
 Melaksanakan pelatihan dan pembinaan terhadap dukun bayi.
 Mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai dengan kewenangannya.
 Menggunakan teknologi kebidanan tepat guna.
9. Asuhan pada wanita/ibu dengan gangguan reproduksi
Kompetensi ke-9: melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem
reproduksi.

1. Pengetahuan dasar.
 Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual (PMS),
HIV/AIDS.
 Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang lazim terjadi.
 Tanda dan gejala penatalaksanaan pada kelainan ginekologi meliputi keputihan, pendarahan
tidak teratur dan penundaan haid.
2. Pengetahuan tambahan.
 Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina.
 Mengambil dan proses pengiriman sediaan pap smear.
3. Keterampilan dasar.
 Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan sistem reproduksi.
 Melaksanakan pertolongan pertama pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
 Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara cepat dan tepat dan wanita/ibu dengan
gangguan sistem reproduksi.
 Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada kelainan ginekologi
meliputi: keputihan, perdarahan tidak teratur, dan penundaan haid.
 Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.
4. Keterampilan dasar.
 Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan sistem reproduksi.
 Melaksanakan pertolongan pertama pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
 Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara cepat dan tepat dan wanita/ibu dengan
gangguan sistem reproduksi.
 Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada kelainan ginekologi
meliputi: keputihan, perdarahan tidak teratur, dan penundaan haid.
 Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.
5. Keterampilan tambahan.
 Mempersiapkan wanita menjelang klimakterium dan menopause.
 Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus spontan (bila belum
sempurna).
 Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat pada wanita/ibu dengan gangguan
sistem reproduksi.
Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada gangguan sistem reproduksi
meliputi: keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid

Anda mungkin juga menyukai