Makalah Tata Kelola Yang Baik Dan Etika Bisnis
Makalah Tata Kelola Yang Baik Dan Etika Bisnis
PENDAHULUAN
mengambil langkah strategis agar organisasi dapat terus berkembang dengan baik
sesuai dengan perubahan yang terjadi. Perubahan untuk menjadi lebih baik, tidak
akan terlepas dari sejumlah tantangan yang akan terus menghadang, apalagi di era
persaingan berbasis waktu maka siapa yang cepat dia yang menang, baik lebih
cepat dalam menawarkan produk baru dari pesaingnya (fast to market) maupun
kecepatan merespon permintaan pelanggan terhadap produk yang telah ada (fast
to product). Oleh karena itu organisasi yang ingin terus berkembang harus
kompetitif. Namun, tujuan dari organisasi seharusnya tidak hanya sampai pada
perusahaan harus melakukan kerja keras dan kreativitas ekstra agar mampu
menjawab tantangan usaha ini, yaitu dengan salah satu cara membentuk dan
melakukan proses internalisasi budaya perusahaan yang kuat dan sehat kepada
perbankan mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi oleh industri perbankan
sumberdaya dan risiko secara lebih efisien dan efektif, yang pada akhirnya akan
Mandiri. Pertumbuhan perusahaan yang kian pesat menjadikan Bank plat merah
ini sebagai salah satu bank terbesar di tanah air. Bank Mandiri kembali
Governance Asia (CGA) Annual Recognition Award 2012, Bank Mandiri meraih
The Best of Asia CGA. Penghargaan ke-4 kalinya berturut-turut sejak 2009 itu
Recognition Award kepada Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini atas
Tbk.
(Persero) Tbk.
(Persero) Tbk.
2. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan GCG di Bank PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk.
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan tata kelola perusahaan di PT Bank
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori yang menjelaskan hubungan prinsipal dan agen ini salah satunya berakar
pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Teori prinsipal-
agen menganalisis susunan kontraktual di antara dua atau lebih individu, kelompok
atau organisasi. Salah satu pihak (principal) membuat suatu kontrak, baik secara
implisit maupun eksplisit, dengan pihak lain (agent) dengan harapan bahwa agen
hal ini terjadi pendelegasian wewenang). Menurut Belkaoui (2011:188), teori agensi
antara berbagai pihak organisasi sebagai suatu solusi yang efisien terhadap konflik
kepentingan tersebut. Teori ini berubah menjadi suatu pandangan atas perusahaan
sebagai suatu “penghubung (nexus) kontrak” melalui pernyataan oleh Jansen dan
Meckling yang menyatakan bahwa perusahaan adalah “cerita fiksi legal yang
Berdasarkan teori keagenan, perusahaan adalah suatu legal fiction yang berperan
"an agency relationship as a contract under which one or more persons (the
principal(s)) engage another person (the agent) to perform some service on their
behalf which involves delegating some decision making authority to the agent"
(p.85).
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang
(prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama
prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik
bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk
memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara
merupakan konsep yang tidak relevan dan fungsi manajemen adalah mengawasi
Menurut Eisenhardt (1989) dalam Emirzon (2007), Teori keagenan dilandasi oleh
beberapa asumsi. Asumsi-asumsi tersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu asumsi
tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian dan asumsi informasi. Asumsi sifat
manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self-
interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang
(bounded rationality), dan manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Asumsi
kriteria efektivitas dan adanya asimetri informasi antara principal dan agent. Asumsi
diperjualbelikan.
konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Pihak pemilik (principal) termotivasi
pemenuhan ekonomi dan psikologinya, antara lain dalam hal memperoleh investasi,
dan agen disebut dengan agency problems. Salah satu penyebab agency problems
ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal
tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen sebaliknya, agen memiliki
lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan
1. Moral hazard, yaitu permasalahan muncul jika agen tidak melaksanakan hal-
didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah
Teori keagenan berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang terjadi jika
pihak-pihak yang saling bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang
pihak lain (agent) yang melakukan perkerjaan. Teori keagenan ditekankan untuk
(Eisenhardt, 1989 dalam Darmawati, 2005). Pertama adalah masalah keagenan yang
timbul pada saat (a) keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan dari prinsipal dan agen
berlawanan dan (b) merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi prinsipal untuk
telah melakukan sesuatu secara tepat. Kedua adalah masalah pembagian resiko yang
timbul pada saat prinsipal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap resiko.
Dengan demikian, prinsipal dan agen mungkin memiliki preferensi tindakan yang
setelah suatu kejadian yang disebut sebagai peranan pascakeputusan. Peranan ini
seorang agen melapor kepada prinsipal tentang kejadian-kejadian dimasa lalu. Inilah
yang memberi akuntansi nilai umpan baliknya selain nilai prediktifnya. Dimana nilai
umpan balik menjelaskan bahwa informasi juga mempunyai peran penting dalam
dalam teori agensi muncul karena adanya hubungan kerja antara pihak
investor.
Menurut Dwiyanti (2010), manajer sebagai pengelola perusahaan lebih
information.
Adanya asimetri informasi ini menyebabkan kemungkinan munculnya
periodik. Selain itu, penggunaan hutang yang terlalu besar juga akan
2.2 Peran Tata Kelola dan Tata Kelola Bisnis Untuk Mengatasi Konflik
Kepentingan
2010).
kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh pihak-
Menurut Van der Stede (2007), tata kelola perusahaan merujuk pada
penilaian tata kelola perusahaan, hak pemegang saham suara, dan ancaman
(stakeholders).
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah
misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan
pribadi.
d Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur
berkesinambungan.
etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati
tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu
masing.
b Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada
sistem yang berbeda yang berasal dari dua sistem hokum yang berbeda, yaitu
Sistem hukum Anglo Saxon mempunyai Sistem Satu Tingkat atau One Tier
System, dimana perusahaan hanya mempunyai satu Dewan Direksi yang pada
Eksekutif) dan Direktur Independen yang bekerja dengan prinsip paruh waktu
(Non Direktur Eksekutif). Pada dasarnya yang disebut belakangan ini, diangkat
Board Of Directors
Sistem Hukum Kontinental Eropa mempunyai Sistem Dua Tingkat atau Two
Tiers System. Disini perusahaan mempunyai dua badan terpisah, yaitu Dewan
diangkat dan setiap waktu dapat diganti oleh badan pengawas (Dewan
dan menjawab hal-hal yang diajukan oleh Dewan Komisaris. Sehingga Dewan
Dalam hal ini Dewan Komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas
dengan pihak ketiga. Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diganti dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Negara-negara dengan Two Tiers System
adalah Denmark, Jerman, Belanda, dan Jepang. Karena sistem hukum Indonesia
berasal dari sistem hukum Belanda, maka hukum perusahaan Indonesia menganut
Gambar 2.2
Struktur Dewan Komisaris dan Dewan Direksi Dalam Two Tiers System
sendiri sesuai dengan ketetuan yang berlaku. Dalam konteks good corporate
kegiatan Direksi.
transparansi dan pasar yang efisien, konsisten dengan aturan hukum dan jelas
dan penegakan hukum yang berlaku. Dasar kerangka tata kelola perusahaan
pasar dan insentif untuk menciptakan pelaku pasar dan kenaikan pasar
umum disajikan.
4 Pengawas, pihak berwenang, dan penegak hukum harus memiliki
secara profesional dan obyektif. Selain itu, keputusan mereka harus tepat
1 Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham dan para anggota non-
senior perusahaan.
suatu perusahaan.
memperoleh manfaat yang wajar atas investasinya dan merasa yakin bahwa
dalam suatu negara, tentunya pengusaha yang baik harus taat azas dan patuh
penentuan visi, misi, keyakinan dasar, nilai dasar dan tujuan perusahaan,
(3) analisis SWOT, (4) analisis portofolio, (5) permusan peluang dan
perumusan strategi.
2 Komitmen Organisasi
3 Gaya Kepemimpinan
Setiap perusahaan pasti memiliki pemimpin yang bertugas
perusahaan.
perlu dilandasi oleh integritas yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan
pedoman perilaku yang dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan
antara lain terdiri dari karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat terutama
kepentingan harus terjalin hubungan yang sesuai dengan asas kewajaran dan
berikut:
1 Perusahaan menjamin tidak terjadinya diskriminatif berdasarkan suku,
agama, ras, golongan, dan gender serta terciptanya perlakuan yang adil
perusahaan.
Asia menjelang akhir tahun 1990-an, muncul inisiatif untuk menguatkan kerangka
tata kelola perusahaan, baik di tingkat nasional maupun regional. Studi yang
kontributor utama dalam krisis ekonomi tersebut yakni lemahnya “tata keola
Direksi, serta elemen tata kelola perusahaan lainnya. Revisi UUPT ini
Pedoman Pedoman
Umum Sektoral Manual GCG
(General (Sectoral (GCG Manual)
Code) Code)
Good Corperrate
Banking (2004,
Governance Business Ethic
2013)
(2001,2006)
Good
Governance Actuarial Audit
Bisnis Syariah Consultants Committee
(2011) (2011) (2002)
Risk
Insurance And Management
Reinsurance (2011)
Brokers (2011)
4 Inisiatif CG Lainnya
Berbagai inisiatif lainnya di bidang tata kelola perusahaa yang bertujuan
diikuti oleh 83 perusahaan, dan tahun 2013 diikuti oleh 234 peserta.
b Capital Market Awards
Bursa Efek Indonesia mulai mengadakan Capital Market Awards
ASEAN.
d IICG Award – Most Trusted Award
IICG meluncurkan Penghargaan “Most Trusted Companies” pada
Untuk itu diperlukan pedoman praktis yang dapat dijadikan acuan oleh
pedoman GCG perusahaan dengan mengacu pada GCG ini dan Pedoman Sektoral
secara efektif;
4. Kebijakan untuk memastikan terlaksananya akuntabilitas, pengendalian
bisnis;
6. Sarana pengungkapan informasi untuk pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya;
7. Kebijakan penyempurnaan berbagai peraturan perusahaan dalam rangka
2.8 Instrumen Penilaian dan Bukti Empiris Terhadap Praktek Tata Kelola
Market Forum
Pada tahun 2009, para Menteri Keuangan Negara-negara Association
pada dokumentasi yang dapat diakses oleh public, dan bertujuan agar
dengan tata kelola yang baik, dan dapat dipromosikan kepada investor
manca negara.
3. Credit Lyonnaise Securities Asia (CLSA)
CLSA merupakan asosiasi broker dan grup investasi bersama-sama
survey atas praktik tata kelola di Asia sejak tahun 2000. Dalam CG
STUDI KASUS
Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program
Juli 1999, empat bank pemerintah -- Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank
perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi
selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan
perekonomian Indonesia.
menyeluruh. Pada saat itu, Bank Mandiri menutup 194 kantor cabang yang saling
berdekatan dan mengurang jumlah karyawan, dari jumlah gabungan 26.600 menjadi
semua jaringan Bank Mandiri dan pada seluruh kegiatan periklanan dan promosi
lainnya.
Satu dari sekian banyak keberhasilan Bank Mandiri yang paling signifikan adalah
Bank Mandiri mewarisi 9 core banking system yang berbeda dari keempat bank.
yang yang terbaik, Bank Mandiri melaksanakan sebuah program tiga tahun, dengan
yang sangat agresif. Hari ini, infrastruktur IT Bank Mandiri memberikan layanan
Nasabah korporat Bank Mandiri sampai dengan saat ini masih mewakili kekuatan
terdiversifikasi dengan baik, dan secara khusus sangat aktif dalam sector manufaktur
Food & Beverage, agrobisnis, konstruksi, kimia dan tekstil. Persetujuan dan
monitoring kredit dikendalikan dengan proses persetujuan four eyes yang terstruktur,
dimana keputusan kredit dipisahkan dari kegiatan marketing dari unit Bisnis Bank
Mandiri.
Sejak berdirinya, Bank Mandiri telah bekerja keras untuk menciptakan tim
manajemen yang kuat dan professional yang bekerja berlandaskan pada prinsip-
prinsip good corporate governance yang telah diakui secara internasional. Bank
Mandiri disupervisi oleh Dewan Komisaris yang ditunjuk oleh Menteri Negara
Manajemen ekskutif tertinggi adalah Dewan Direksi yang dipimpin oleh Direktur
Utama. Dewan Direksi Bank Mandiri terdiri dari banker dari legacy banks dan juga
dari luar yang independen dan sangat kompeten. Bank Mandiri juga mempunyai
fungsi offices of compliance, audit dan corporate secretary, dan juga menjadi obyek
pemeriksaan rutin dari auditor eksternal yang dilakukan oleh Bank Indonesia, BPKP
atas komitmen Bank Mandiri atas penerapan GCG dengan memberikan Corporate
Dengan aset yang terus bertumbuh sampai dengan diatas Rp 319 triliun, dan lebih
dari 21 ribu karyawan yang tersebar pada 1000 kantor dalam negeri dan 6 kantor dan
perwakilan luar negeri Bank Mandiri bertekad untuk memberikan keprimaan dalam
layanan perbankan dan memberikan solusi keuangan yang sangat luas dalam investasi
dan produk syariah, serta bancassurance untuk nasabah korporat, komersial, small
business dan micro business selain nasabah individual Bank Mandiri. Tekad Bank
Mandiri tersebut telah diakui dan dihargai sebagai peringkat pertama dalam Banking
Jaringan distribusi Bank Mandiri termasuk 3,186 ATMs, 7,051 ATMs in the LINK
Network and 12,663 ATM Bersama Networks, and Electronic Data Capture (EDC)
kurang lebih 25,254 di seluruh Indonesia. Bank Mandiri mempunyai 8.3 juta
pemegang kartu ATM and 3.2 juta pengguna SMS Banking, 783,356 pengguna
internet banking and 822,937 pengguna Call Mandiri dan lebih dari 1 juta pemegang
Bank Mandiri untuk memberi nilai lebih kepada nasabah, masyarakat, juga para
Mandiri yang juga berimplikasi pada sistem strukturisasi yang kokoh dan rapih.
Perusahaan yang dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama Direksi dan Komisaris
emiten yang tercatat di BEI, yang mewajibkan seluruh perusahaan publik untuk
mengangkat pejabat dan struktur organisasi yang independen serta memberikan peran
Bank Mandiri berkomitmen untuk memberikan nilai tambah bagi para pemangku
kepentingan. Salah satu kunci utama untuk merealisasikan komitmen tersebut adalah
penerapan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)
secara konsisten serta menjadikannya sebagai budaya kerja yang berlaku di dalam
kelola yang baik dalam setiap kegiatan bisnisnya demi mencapai tujuan bisnis jangka
Mandiri memastikan penerapan prinsip-prinsip GCG pada setiap aspek bisnis dan
pada semua jajaran organisasi, hal tersebut diwujudkan dalam aspek-aspek sebagai
berikut:
eksternal, antara lain di bidang perbankan, perseroan terbatas, BUMN, Peraturan OJK
1. Struktur organisasi yang dibentuk Direksi sesuai dan tepat dengan Perseroan.
2. Direksi melakukan perumusan yang tepat dalam menempatkan tugas dan
antara lain:
Asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran Bank Mandiri
kewajaran dan kesetaraan. Asas ini dapat mencapai kesinambungan usaha Bank
1. Transparansi
Transparansi (transparency) mengandung unsur pengungkapan (disclosure)
dan penyediaan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan
itu Bank Mandiri dikelola secara sehat, terukur dan profesional dengan
undangan dan ketentuan internal, prinsip pengelolaan Bank yang sehat serta
warga korporasi yang baik atau dikenal dengan good corporate citizen.
4. Independensi
Independensi mengandung unsur kemandirian dari dominasi
dibawahnya tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak
perbankan, hal ini menyebabkan banyak bank yang harus di-bail out dan
Governance.
Prinsip-prinsip GCG
masing-masing
telah menilai dengan hasil penilaian untuk periode tahun 2003 adalah
- Komite Audit
- Komite GCG
material
akurat
minoritas
Governance
Mandiri.
pendekatan Risk Based Bank Rating (RBBR) adapun salah satu faktor
Efek Indonesia
Juli 2013.
terbaik nomor 2.
dalam rating yang dilaksanakan oleh pihak independen yaitu Corporate Governance
Mandiri sebagai peserta CGPI ditujukan untuk memotivasi Bank Mandiri dalam
Tabel 3.2 Penghargaan dari The Indonesian Institute for Coporate Directorship
Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) merupakan unsur
penting di industri perbankan mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi oleh
(GCG) merupakan proses jangka panjang yang memberikan hasil berupa sustainable
value.
Implementasi GCG sebagai sebuah sistem dilakukan melalui proses intern yang
GCG, Bank Mandiri mengalami perubahan yang lebih baik, terutama dengan
meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) hingga dapat bekerja lebih
mumpuni.
revitalisasi budaya perusahaan agar dapat memberikan keyakinan dan panduan yang
lebih kuat. Revitalisasi tersebut dilakukan melalui penetapan budaya perusahaan yang
dikenal dengan ”TIPCE” yaitu: Trust, Integrity, Professionalism, Customer focus dan
Excellence (TIPCE) revitalisasi visi baru menjadi ”To be Indonesia’s Most Admired
Bank Mandiri 2010-2014. Dan selanjutnya di tahun 2020 Bank Mandiri mentargetkan
untuk dapat masuk dalam jajaran Top 1 di ASEAN dan menjadi pemain utama di
regional.
Bank Mandiri telah memiliki struktur dan kebijakan yang mendukung penerapan
corporate governance policy, code of conduct dan lain-lain. Selain itu Bank Mandiri
lain: tata tertib Dewan Komisaris, tata tertib Direksi, charter komite di level Dewan
Bank Mandiri telah menyusun arsitektur kebijakan dan prosedur yang merupakan
Arsitektur tersebut mendukung penerapan tata kelola perusahaan secara konsisten dan
kebijkan tertulis yang berkaitan dengan seluruh aktivitas Bank Mandiri. Kebijakan
dan prosedur tersebut senantiasa dikaji untuk disesuaikan dengan kondisi dan
terimplementasinya budaya, etika bisnis dan pengelolaan perusahaan yang baik, yakni
berupa Arsitektur Kebijakan yang dilandasi oleh Prinsip GCG, budaya perusahaan,
tidak hanya terkait dengan prinsip-prinsip GCG, namun termasuk sosialisasi terhadap
melakukan evaluasi. Tujuan dari sosialisasi dan evaluasi tersebut adalah agar seluruh
jajaran Bank dapat memahami dan melaksanakan visi, misi dan strategi serta prinsip-
prinsip GCG dimaksud dengan pemahaman dan standar yang sama di seluruh jajaran
Bank Mandiri.
Pada akhirnya Bank Mandiri menyadari bahwa keempat tahapan yang telah
Dala mewujudkan tahapan ini (walking the talk) maka diperlukan keteladanan Top
Management yang berperan sebagai Change Champion dan Change Agent di setiap
unit kerja, dan sebagai role-model yang menerapkan budaya perusahaan da prinsip-
Selain itu, dalam rangka memenuhi ketentuan Bank Indonesia yaitu PBI No.
2013 perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum, Bank
2013.
Hasil self assessment dimaksud telah memperoleh feedback dari Bank Indonesia
dengan hasil penilaian peringkat 2 atau Baik yang mencerminkan Bank telah
melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum baik. Hal ini
tercermin dari pemenuhan yang memadai atas prinsip-prinsip GCG. Apabila terdapat
kurang signifikan dan dapat diselesaikan dangan tindakan normal oleh manajemen
Indonesia telah ditindaklanjuti dengan baik sehingga pada self assessment untuk
periode Desember 2013 diperoleh hasil penilaian peringkat 1 atau Sangat Baik.
Kode etik Bank Mandiri menjabarkan prinsip-prinsip dasar perilaku pribadi dan
tugasnya. Hal Ini merupakan standar perilaku yang wajar, patut dan dapat dipercaya
Kebijakan Kode Etik Bank Mandiri dibangun sejak tahun 2000 dan telah
dilakukan revisi pada tahun 2010. Penerapan Kode Etik Bank Mandiri diikuti dengan
media pelaporan pelanggaran kode etik serta kebijakan Peraturan Disiplin Mandiri
Bank Mandiri telah memiliki Code of Conduct yang merupakan standar etika
perilaku yang harus dipedomani oleh seluruh jajaran Bank, yang mengatur hal-hal
mengenai:
Kode Etik Bank Mandiri berlaku bagi Dewan Komisaris Bank Mandiri, Direksi
Bank Mandiri dan seluruh pekerja Bank Mandiri diseluruh jenjang Organisasi Bank
komitmen yang dimaksud kan untuk melaksanakan standar etika Perusahaan. Bank
Pegawai yang isinya pegawai mengikatkan diri untuk melaksanakan Kode Etik
Bankir Indonesia, Code of Conduct Bank dan seluruh peraturan yang berlaku baik
dipatuhi oleh seluruh jajaran bank yang berisi Integritas Pribadi, Pencegahan
Etik Bankir Indonesia, Code of Conduct dan etika bisnis tersebut berlaku efektif
Upaya penerapan dan penegakan kode etik Bank Mandiri dilakukan dengan penuh
kesadaran secara terus menerus dalam bentuk sikap perbuatan, komitmen dan
ketentuan, meliputi:
Mandiri untuk tidak menerima dan/atau meminta hadiah atau bingkisan dalam
bentuk dan dalih apapun dari pihak nasabah, debitur, dan mitra kerja maupun
pihak ketiga lainnya dalam media massa dan website Bank Mandiri.
3. Annual Disclosure Benturan Kepentingan
Dengan telah disusunnya kebijakan turunan Kode Etik Bank Mandiri berupa
5. Program Awareness
Program induksi Kode Etik Bank Mandiri dilakukan terhadap pegawai baru
konsisten.
6. Selain itu, juga dilakukan sosialisasi kepada seluruh unit kerja Bank Mandiri
terkait kode etik antara lain strategi anti fraud Bank Mandiri, budaya
1. Trust
Membangun keyakinan dan sangka baik di antara stakeholders dalam
4. Customer Focus
Senantiasa menjadikan pelanggan sebagai mitra utama yang saling
mendapatkan nilai tambah optimal dan hasil yang terbaik secara terus-
Pada Rencana Jangka Panjang (RJP) Bank Mandiri 2010 – 2014, ditetapkan
VISI Bank yaitu “To be Indonesia’s most admired and progressive financial
institution”. Melalui Visi tersebut tercermin aspirasi Bank Mandiri untuk menjadi
yang berstandar kelas dunia dan turut serta memberikan kontribusi kepada bangsa
Target yang luar biasa tidak pernah akan dapat dicapai dengan usaha yang biasa-biasa
saja. Transformasi bisnis dan budaya yang dijalankan oleh Bank Mandiri merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua hal tersebut
bagaikan dua sisi mata uang yang saling mendukung, dimana tanpa budaya yang kuat
dengan tema Bank Mandiri The New Horizon. Adapun hasil dari diskusi tersebut
yang terukur
7. Menggali kebutuhan dan keinginan pelanggan secara proaktif dan
ekspektasi
BAB IV
KESIMPULAN
membentuk struktur dan fungsinya yang bertugas untuk mengelola pelaksanaan Good
Governance (GCG) disesuaikan dengan skala organisasi dan kompleksitas usaha yang
ada di bank serta fungsi pengelolaan Good Corporate Governance (GCG) adalah
prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam setiap kegiatan usahanya pada
seluruh tingkatan atau jenjang organisasi termasuk pada saat penyusunan visi, misi,
atau tata kelola perusahaan yang baik, merupakan kebutuhan mutlak bagi Bank
Mandiri. Selain untuk menjaga kesinambungan bisnis Bank Mandiri dalam jangka
pemenuhan hak dan tanggungjawab Bank Mandiri kepada seluruh pemegang saham,
dan fairness, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai
bahwa GCG merupakan perangkat utama yang mengatur dan mengarahkan kegiatan
pemegang saham, dan para pemangku kepen tingan (stakeholders) lainnya. Dengan
untuk membangun fondasi bisnis yang sehat. Untuk mengupayakan sistem perbankan
yang sehat dan kuat sebagaimana komitmen Dewan Komisaris dan Direksi, Bank
bisnis bank dan perubahan-perubahan dalam bisnis perbankan baik secara nasional
maupun global, dan persaingan yang semakin ketat pada industri perbankan,
maka Bank Mandiri harus menyiapkan antisipasi melalui perbaikan dan penyesuaian
secara terus menerus. Dengan demikian, Bank Mandiri dapat menciptakan sumber
Target yang luar biasa tidak pernah akan dapat dicapai dengan usaha yang biasa-
biasa saja. Transformasi bisnis dan budaya yang dijalankan oleh Bank Mandiri
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua hal
tersebut bagaikan dua sisi mata uang yang saling mendukung, dimana tanpa budaya
yang kuat strategi tidak bisa diimplementasikan atau dampaknya tidak signifikan