Anda di halaman 1dari 10

Indonesian Journal of Chemistry 53

PREPARATION OF PELETEO NI-Pt/ZEOLITE


FOR CONVERSION OF AMYL AND ISOAMYL ALCOHOL
TO HYDROCARBON

Pembuatan Pelet Katalis Ni-Pt/Zeolit untuk Konversi Amll dan laoamll Alkohol
manjadl Hldrokarbon

ABDULLAH
Faculty of Education, Lambung Mangkurat University, Banjarmasin
TRIYONO, BAMBANG SETIADJI
Chemistry Dept. Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Gadjah Mada University,
Yogyakarta

ABSTRACT

Catalysts with Ni and Pt as active metals in peleted zeolite were used for conversion of amyl
alcohol, isoamyl alcohol and their mixture to hydrocarbon compounds.
The catalysts were prepared by impregnation the peleted zeolite in NiCl2.6H2O and Ptd4
solution, while stirring for 24 hours then followed by oxidation with O2 gas at 35CPC for 2 hours
and reduced by hydrogen gas at 400C for 1 hour. Ni and Pt in catalysts were determined by AAS,
specific surface area, total pore volume and gas sorption analyzer NOVA-1000 determined pore
radius average. Determination of catalysts acidity was carried out by absorption of ammonia
method. The activity of catalysts was evaluated in a micro reactor by flow system. Experimental
temperature by varied between 300C and 40(fC with the increment of 2&C. Products were
analyzed by gas chromatographic and mass spectrometric method.
The result shows that Ni-PVzeolite is more active than Ni/zeolite can be used for converting all
of the alcohol. Products for conversion are 2-pentene, 2-methyl-1-butene, 2-methyl-2-butene,
cyclopentane, 3-methyl-1-butanaldehide and acetone. The highest conversion was observed on
isoamyl alcohol (31.37%) at 4(XfC.

Keywords: Catalyst, zeolite, alcohol conversion, hydrocarbon.

PENDAHULUAN satunya adalah reaksi hidrogenolisis, dengan


pemutusan ikatan antara atom C dan O [5,6].

Isoamil
alkohol (isopentanol) merupakan Pemanfaatan zeolit sebagai pengemban
komponen terbesar dalam minyak fusel didasarkan pada kemampuan dispersinya
dan sampai saat ini pemanfaatannya yang tinggi, kemampuannya dalam
masih sangat terbatas, sehingga perlu menstabilkan logam, tetap stabil dalam suhu
diupayakan agar isopentanol yang ada dapat tinggi dan mampu membentuk katalis
dimanfaatkan untuk keperluan lainnya. Salah bifungsional, selain itu kekayaan alam
satu upaya yang dapat dilakukan adalah Indonesia yang jumlahnya sangat melimpah
mengkonversinya menjadi senyawa tersebut dapat lebih termanfaatkan. Dengan
hldrokarbon, balk hldrokarbon jenuh maupun memakai zeolit sebagai pengemban, dimana
tidakjenuh (1,2,3). pada zeolit tersebut terdapat situs asam,
Konversi isoamil alkohol menjadi maka kemungkinan reaksi yang lain terhadap
hidrokarbon dapat dilakukan yaitu dengan alkohol adalah reaksi dehidrasi [4,7].
adanya bantuan katalis. Pada konversi ini Melalui reaksi hidrogenolisis, isoamil
digunakan katalis logam Ni dan Pt yang alkohol dapat terkonversi menjadi isopentana.
diembankan pada zeolit berbentuk pelet. Senyawa ini merupakan senyawa hidrokarbon
Penggunaan logam-logam ini didasarkan jenuh dengan atom C5 bercabang.
pada kemampuannya dalam mengadsorpsi hidrokarbon dengan struktur seperti ini
gas H2I sekaligus mendisosiasinya menjadi diketahui memiliki angka oktan yang cukup
atom-atom H yang aktif. Oleh karena itu atom tinggi, sehingga berpotensi sebagai bahan
Ni dan Pt telah dikenal baik sebagai katalis campuran (aditif) dalam rangka peningkatan
pada reaksi hydrotreatment, dan salah kualitas bahan bakar bensin. Diharapkan aditif
semacam ini akan lebih aman terhadap

Abdullah, Triyono, Bambang Setiaji


Indonesian Journal of Chemistry 54

lingkungan dari pada tetra etilen lead (TEL) Sebanyak 24,5 g pelet yang telah
yang mengandung unsur Pb [4,8]. dikalsinasi (kalsinasi 1) kemudian direndam
Melalui reaksi dehidrasi, isoamil alkohol dalam larutan NiCI2.6H20 (2 g/50 mL) untuk
akan terkonversi menjadi senyawa katalis Ni/zeolit, sedangkan untuk katalis Ni-
hidrokarbon tidak jenuh, yaitu senyawa Pt/zeolit tinggal menambahkan 150 mg RCI4
alkena. Senyawa ini dapat terhidrogenasi ke dalam larutan tersebut. Pelet diletakkan
menghasilkan senyawa hidrokarbon jenuh dalam botol plastik berpori, selanjutnya
dan dapat juga mengalami reaksi lebih lanjut dilakukan perendaman selama 24 jam sambil
pada permukaan katalis sehingga dilakukan pengadukan secara periahan
menghasilkan senyawa siklis, misal dengan pengaduk magnet. Keesokan harinya
siklopentana. Senyawa semacam ini juga larutan diuapkan di atas kompor listrik selama
diketahui memiliki angka oktan yang tinggi, 40 menit (botol plastik berpori telah diambil
sehingga mempunyai peluang seperti pada sebelumnya), kemudian dikeringkan dalam
isopentana [6,7], oven pada suhu 120°C selama 3 jam.
Pada penelitian ini, terlebih dahulu Katalis yang telah kering kemudian
dilakukan konversi terhadap amil alkohol, dikalsinasi (kalsinasi 2) dalam reaktor
yang merupakan bentuk isomer dari kalsinasi pada suhu 600°C selama 2 jam.
isopentanol. Hal ini dilakukan berdasarkan Setelah kalsinasi selesai, dilanjutkan dengan
pada asumsi bahwa alkohol dengan rantai oksidasi gas 02 (30 ml/menit) pada suhu
lurus akan terkonversi relatif lebih mudah 350°C selama 2 jam. Apabila oksidasi selesai,
daripada isopentanol yang memiliki rantai maka proses selanjutnya adalah reduksi
bercabang. dengan gas H2 (25 mL/menit). Reduksi
Tujuan penelitian ini adalah membuat dilakukan selama 1 jam pada suhu 400°C.
pelet katalis dengan logam aktif Ni dan Pt, keseluruhan proses ini dilakukan pada tempat
karakterisasi terhadap katalis yang dihasilkan yang sama, yaitu dalam reaktor kalsinasi.
sekaligus menguji aktivitasnya konversi amil Rangkaian alat untuk kalsinasi dan aktivasi
alkohol, isoamil alkohol dan campuran seperti tertera pada Gambar 1 berikut ini.
keduanya untuk mendapatkan senyawa Katalis selanjutnya dikarakterisasi untuk
hidrokarbon. menentukan keasaman, kandungan logam Ni
dan Pt, luas permukaan jenis dan volume
CARA PENELITIAN pori. Penentuan keasaman dilakukan dengan
metode adsorpsi basa amonia dan banyaknya
Alat dan Bahan basa yang teradsorpsi ditentukan dengan
cara penimbangan. Penentuan kandungan
Alat-alat yang digunakan berupa alat logam dilakukan dengan spektrometer
pencetak pelet, reaktor kalsinasi, reaktor uji serapan atom, sedang untuk karakter-karakter
aktivitas dengan panjang 25 cm dan diameter lainnya ditentukan dengan analisis gas serap
1 cm, spektrometer serapan atom Perkin NOVA-1000.
Elmer 3110, kromatografi gas GC-14B,
spektrometer massa Shimadzu QP 5000. Uji aktivitas katalis
Semua bahan kimia yang digunakan semua
dari E'Merck dengan kualitas p.a, gas 02l H2, Setelah dikarakterisasi kemudian katalis
N2 dari PT. Aneka Gas dan zeolit dari PT. diuji aktivitasnya melalui konversi amil alkohol
Prima Zeolita. pada suhu 350°C. rangkaian alat uji aktivitas
seperti tertera pada Gambar 2.
Pembuatan dan karakterisasi katalis Satu gram katalis ditempatkan dalam
reaktor uji aktivitas yang pada bagian atas
Mula-mula dilakukan pembuatan dan bawahnya ditutup dengan 0,1 gr
pengemban dari zeolit berbentuk pelet. Zeolit glasswool. Selanjutnya dilakukan riset dan
yang dipakai berukuran lolos saringan 80 sebanyak 25 mL amil alkohol dimasukkan
mesh. Sebanyak 20 g zeolit tersebut dimasuk- dalam labu alas bulat leher 2.
kan ke dalam gelas beker 250 mL, kemudian Gas hidrogen dialirkan dengan
ditambahkan 1 g dekstrin dan 4,4 mL kecepatan 20 ml/menit. Setelah gas hidrogen
akuades. Campuran diaduk hingga merata dialirkan selama kutang lebih 5 menit, tanur
dan dicetak dengan alat pencetak pelet. Pelet dihidupkan
hasil cetakan selanjunya dikalsinasi pada
suhu 600°C selama 2 jam.

Abdullah, Triyono, Bambang Setiaji


Indonesian Journal of Chemistry

>8

Oambar 1. Rangkaian alat untuk proses


kalsinasi dan aktivasi

Keteranoan:
1. Tangki gas O2/N2/H2 4. Pengatur panas 7. Kolom Aktivasi/Kalsinasi
2. Regulator 5. Tanur listrik 8. Aliran gas keluar
3. Pengatur aliran gas 6. Katalis

13

Ketcrangan Gambar:
1. Tangki gas H
1 2. Regulator
3. Pengatur aliran gas
4. Pereaksi
S. Penangas pasir
6. Kompor listrik
7. Kolom reaktor
8. Glasswool
9. Katalis
10. Tanur listrik
11. Pengatur panas
12. Pendingin Leibig
13. Penampung hasil

Gambar 2. Rangkaian alat uji aktivitas katalis

dan suhu dijaga konstan pada suhu reaksi beker ukuran 2 liter yang didalamnya berisi
yang diinginkan. Secara perlahan mantel campuran air-es dan garam dapur. Lima belas
pemanas dihidupkan. Produk ditampung tetesan pertama diambil, disimpan dalam
dalam labu jantung, ditempatkan dalam gelas

Abdullah, Triyono, Bambang Setiaji


Indonesian Journal of Chemistry 56

botol tertutup rapat dan siap dianalisis dengan Dengan bertambahnya keasaman
kromatografi gas (GC). diharapkan reaktan akan teradsorpsi lebih
Dari hasil uji pada pemilihan katalis ini banyak pada permukaan katalis, sehingga
akan diketahui katalis mana dari kedua katalis kecepatan reaksi dapat meningkat. Adanya
tersebut yang memiliki kemampuan konversi peningkatan kecepatan reaksi ini merupakan
tertinggi melalui data yang diberikan oleh GC. wujud dari pentingnya suatu katalis.
Sehingga untuk pengamatan selanjutnya
hanya katalis terpilih itu sajalah yang akan Kandungan Ni dan R
digunakan.
Uji aktivitas katalis dilakukan pada Kandungan Ni dan Pt pada katalis adalah
konversi amil alkohol, isoamil alkohol maupun sebagai berikut:
campuran keduanya (1:1; v/v) dengan suhu
pengamatan mulai 300 sampai 400°C (50°C Tabel 2. Persentase Ni dan R dalam Ni/zeolit
di bawah dan di atas suhu pengamatan dan Ni-Pt/zeolit
sebelumnya). Adapun langkah-langkah kerja
yang dilakukan sama dengan yang dilakukan
pada langkah pemilihan katalis. Produk yang No. Sampel
% impregnasi
Ni R
’’
diperoleh dari konversi alkohol ini selanjutnya
1. Ni/zeolit 1,80
dianalisis dengan gas kromatografi dan
spektrometer massa beserta model 2. Ni-Pt/zeolit 1,89 0,19
fragmentasinya. Keterangan: *) dalam berat logam/beret katalis

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari tabel tersebut terlihat bahwa


banyaknya logam Ni dan R yang dapat
Keasaman katalis terimpregnasi pada masing-masing katalis
tidak sesuai dengan yang semula
Katalis yang ada diuji keasamannya dan direncanakan, yaitu sebesar 2% Ni dan 2%
diperoleh data sebagai berikut: Pt. Hal ini dapat dimengerti karena secara
teknis tidaklah mudah untuk melakukan
Tabel 1. Keasaman total dari zeolit, Ni/zeolit impregnasi tepat 100% sesuai dengan yang
dan Ni-Pt/zeolit diharapkan. Selain itu, kesalahan juga dapat
muncul saat melakukan persiapan dan
pengukuran pada kandungan logam yang
No. Sampel Keasaman total ada. Meskipun demikian impregnasi yang
(mmol/g) dilakukan ini dapat dikatakan berhasil karena
1. Zeolit 1,79 secara keseluruhan logam Ni maupun R yang
2. Ni/zeolit 1,83 dapat terimpregnasi minimal sebesar 90%.
3. Ni-Pt/zeolit 1,84
Luas permukaan Jenis, total volume porl
dan rerata Jejari porl
Dari Tabel 1 tampak bahwa penambahan
logam aktif Ni dan R meningkatkan Analisis dengan NOVA-1000 memberi-
keasaman totalnya. Adanya peningkatan kan data sebagai berikut:
keasaman ini terlihat dari semakin
bertambahnya basa amonia yang dapat Tabel 3. Luas permukaan jenis, total volume
diserap. Peningkatan kemampuan adsorpsi port dan rerata jejari porl zeolit,
yang terjadi diperkirakan sebagai pengaruh Ni/zeolit dan Ni-Pt/zeolit
adanya logam aktif.
Menurut Huizinga, dkk dalam Triyono Luas Total volume
(1996), logam aktif yang ada pada permukaan No. Sampsl psrmukaan Rarata jejari
katalis dapat mengalami kekurangan elektron itnis (m*/a) (cmÿ/XlO4 porl (A)
setelah logam tersebut berinteraksi dengan 1. Zsollt 51,34 51,18 18,93
gas Ha pada peristiwa reduksi. Akibatnya 2. Ni/zeolit 22,65 36,35 32,08
katalis yang mengandung Ni maupun R 3. Nl-Pt/zeolit 21,17 36,42 34,14
mempunyai kemampuan adsorpsi yang lebih
tinggi terhadap basa amonia. Sehingga Teijadinya penurunan pada luas
dengan demikian sangatlah beralasan jlka permukaan jenis maupun total volume porl
setelah dilakukan penambahan logam aktif, tersebut diperkirakan sebagai akibat telah
tingkat keasaman katalis menjadi bertambah. masuknya logam-logam aktif dalam pori

Abdullah, Triyono, Bambang Setiaji


Indonesian Journal ot Chemistry 57

pengemban yang ada. Logam-logam tersebut Tabel 4. Konversi amil alkohol pada T=350°C
diperkirakan memasuki pori-pori berdiameter untuk pengemban, Ni/zeolit dan Ni-
kecil (mikropori) sebagai akibat adanya gaya Pt/zeolit
kapiler. Dengan masuknya logam-logam
tersebut, maka daerah pengukuran luas No. Katalis Konversi (%)
permukaan katalis maupun total volume pori 5,07
1. Pengemban(Zeolit)
merupakan daerah sisa yang tidak ditempati 6,89
2. Ni/zeolit
logam-logam tersebut. Sebagai akibatnya
rerata jejari pori mengalami peningkatan
3. Ni-Pt/zeolit 10,84
relatif besar (mesopori atau makropori), yang
dihasilkan dari ruang-ruang antar partikel Dari Tabel 4 terlihat bahwa katalis Ni-
dalam pelet. Pt/zeolit mempunyai kemampuan konversi
Adsorpsi pada permukaan katalis dapat tertinggi dibandingkan Ni/zeolit maupun
terjadi apabila molekul reaktan dapat berdifusi pengemban. Apabila dibandingkan dengan
ke dalam pori katalis. Untuk dapat berdifusi ke katalis Ni/zeolit, maka kemampuan konversi
dalam pori katalis, ukuran jejari pori katalis yang dimiliki katalis Ni-Pt/2eolit ini
harus lebih besar daripada jejari reaktan, diperkirakan sebagai akibat adanya logam Pt,
yang besamya ditentukan melalui luas yang mampu meningkatkan kemampuan
tampang lintang (o) molekul tersebut. Dengan adsorpsi amil alkohol yang berakibat pada
meningkatnya kemampuan konversinya.
memakai persamaan berikut ini didapatkan o
Dari tabel tersebut juga tampak bahwa
untuk alkohol yang digunakan dalam
pengemban juga bersifat aktif terhadap reaksi
penelitian ini adalah sebesar 30,72 A2. Melalui
konversi yang diamati. Kemampuan konversi
hubungan o = n d2 dan d = 2r (d: diameter ini diperkirakan oleh karena adanya situs
dan r jejari) didapatkan jejari molekul asam yang terdapat pada zeolit yang
adsorbat sebesar 1,56 A. digunakan sebagai pengemban. Apabila
Apabila angka tersebut dibandingkan besamya kemampuan konversi pengemban
dengan besamya rerata jejari pori katalis dibandingkan dengan kemampuan konversi
Ni/zeolit (32,09 A) maupun Ni-Pt/zeolit (34,41 Ni/zeolit, maka tampak tidak begitu berbeda
A) yang terdapat pada Tabel 3, jelas tertihat jauh. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pada
bahwa rerata ukuran pori katalis tersebut reaksi konversi amil alkohol, situs asam yang
sangat besar untuk dapat dimasuki molekul
dimiliki pengemban lebih berperan aktif
amil alkohol maupun isoamil alkohol. daripada logamnya.
Berdasarkan hal tersebut dapat diperkirakan Dengan adanya hasil penelitian ini, maka
bahwa difusi molekul adsorbat pada dalam melakukan reaksi konversi selanjutnya
permukaan katalis akan berjalan dengan baik,
terhadap isoamil alkohol maupun campuran
sehingga proses adsorpsi juga akan efektif. keduanya hanya digunakan Ni-Pt/zeolit
sebagai katalisnya.
Hasil uji aktivltas
Aktivitas katalis selanjutnya diuji pada
konversi amil alkohol, isoamil alkohol dan
Dari hasil pengujian aktivitas katalis campuran keduanya. Uji aktivitas dilakukan
Ni/zeolit, Ni-Pt/zeolit dan pengemban pada
pada berbagai suhu antara 300 sampai 400
konversi amil alkohol diperoleh data sebagai bC dan dilakukan juga uji tanpa adanya katalis
berikut
(uji termal). Hasil uji aktivitas disajikan pada
Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Hasil konversi alkohol dengan katalis (Ni-Pt/zeolit)

Konversi alkohol
Suhu AA IAA AA-IAA

300
Katalis
1,14
Termal
-
Katalis
16,30
Termal
.
Katalis
3,94
_
Termal

325 2,33 - 18,99 - 7,21 -


350 5,22 0 24,29 - 16,83 -
375 6,80 - 21,39 - 18,34 -
400 10,03 0 31,37 - 22,17 0
450 - 0 - - - -
Keterangan: - pencarian data pada titik ini tidak dilakukan

Abdullah, Triyono, Bambang Setiaji


mm
Melalui tabel tersebut terlihat adanya mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi
kecenderungan peningkatan konversi sebagai pula.
akibat adanya peningkatan suhu reaksi. Untuk Dalam rangka untuk memperkirakan
lebih jelasnya data tersebut disajikan dalam kemungkinan produk yang terjadi, dilakukan
bentuk grafik sebagai berikut spiking dengan menambahkan pentana
standar ke dalam sampel yang ada.
Kromatogram hasil spiking mempertihatkan
adanya kemiripan waktu retensi antara
pentana dengan produk hasil reaksi konversi
amil alkohol, seperti terlihat pada
kromatogram berikut ini.

Gambar 3. Grafik hubungan antara suhu


reaksi dan konversi alkohol

Berikut ini adalah salah satu kromato- Gambar 5. Kromatogram hasil spiking
gram produk konversi alkohol, yaitu konversi dengan pentana standar
amil alkohol pada suhu 350°C.
Keterangan:
a : puncak kromatogram hasil spiking dengan
pentana, R, = 6,061
b : puncak kromatogram amil alkohol sisa,
R,= 11,527

Pada kromatogram tersebut terlihat


adanya pergeseran waktu retensi dari puncak
amil alkohol sisa (b), dibandingkan dengan
waktu retensinya pada kromatogram Gambar
4. Besamya pergeseran yang teijadi adalah
sebesar 0,338 satuan waktu. Terjadinya
Gambar 4. Kromatogram hasil konversi amil pergeseran ini sangat dimungkinkan sebagai
alkohol pada suhu 350°C akibat dari adanya perbedaan kondisi operasi
Keterangan: GC.
a : puncak kromatogram produk konversi, Dari data yang ada tampak bahwa waktu
R, = 6,003; 6,150; 6,207 retensi puncak hasil spiking (6,061) berada
b : puncak kromatogram amil alkohol sisa, pada daerah puncak produk hasil konversi
R, = 11,865 (6,003; 6,150; 6,207). Namun setelah
dilakukan koreksi yaitu dengan melakukan
Salah satu reaksi yang mungkin terjadi perhitungan 6,061/X = 11,527/11,865, maka
pada konversi alkohol dengan adanya katalis diperoleh waktu retensi terkoreksi (X) sebesar
Ni-Pt/zeolit ini adalah reaksi hidrogenolisis. 6, 239. Melihat kenyataan ini dapat
Sehingga melalui reaksi tersebut diperkirakan diperkirakan bahwa produk hasil konversi amil
produk konversi amil alkohol yang ada adalah alkohol bukanlah pentana.
n-pentana. Selain itu dimungkinkan juga untuk Kemungkinan lain produk konversi ini
mendapatkan produk /-pentana, sebagai hasil adalah senyawa tidak jenuh hasil reaksi
dari isomerisasi n-pentana melalui situs asam dehidrasi. Reaksi ini relatif lebih mudah terjadi
zeolit Adanya produk dalam bentuk iso ini pada katalis asam seperti katalis yang dipakai
sangat diharapkan, karena telah diketahui pada penelitian ini. Apabila reaksi dehidrasi
bahwa senyawa tersebut mempunyai angka yang terjadi, maka ada kemungkinan produk
oktan yang tinggi dan tentunya akan

Abdullah, Triyono, Bambang Setiaji


hasil konversi berupa senyawa pentena, baik dan siklopentana. Selain dihasilkan senyawa
dalam bentuk alifatik maupun siklik. dengan berat molekul 70, didapatkan juga
senyawa dengan berat molekul 58 dan 86,
Hasil anallsls 6C-M3 dan diperkirakan sebagai senyawa aceton
dan 3-metil-l-butanal.
Analisis produk hasil konversi alkohol Berikut ini diberikan tabel perkiraan
telah dilakukan dengan kromatografi gas (GC) produk dari hasil konversi amil alkohol dan
dan dilakukan juga spiking dengan isoamil alkohol, berdasarkan pada katalog
menambahkan zat standar ke dalam sampel spektra spektroskopi massa.
yang ada.
Hasil analisis dengan kromatografi gas Tabel 6. Produk hasil konversi dari data GC-
tersebut belum dapat memperkirakan macam MS dengan katalis Ni-Pt/zeoiit
produk yang terjadi, yang mungkin adalah
bahwa produk yang dihasilkan bukan pentana
dan juga isopentana. Kesimpulan ini diambil No. Alkohol Pn Rt Senyawa BM
berdasarkan pada besamya perbedaan waktu 1 2,160 2-metiM-butena 70
retensi yang ada. 2 2,267 aceton 58
Amu
Analisis dengan GC-MS dilakukan 1.
WKonoi
3 2,346 siklopentana 70
terhadap produk hasil konversi amil alkohol 4 3,167 2-meWI-1-propanol 74
maupun isoamil alkohol. Spektra spektroskopi 5 3.292 3-metiM-butanal 86
massa dari salah satu puncak produk dari 1 2,158 2-pentana 70
hasil analisis GC-MS seperti ditunjukkan 9 Isoamil 2 2,256 aceton 58
4.
dalam Gambar 6. alkohol 3 2,350 2-metil-2-butena 70
Dari spektra tersebut teriihat bahwa 4 3,329 3-metiM-butanal 86
salah satu produk konversi merupakan
senyawa dengan berat molekul 70. Senyawa Keterangan: Pn« nomor puncak BM« berat molekul
dengan berat molekul 70 ini merupakan Rt ■ waktu retensi
senyawa hidrokarbon tak jenuh dan dari
katalog spektroskopi massa yang ada,
diperkirakan senyawa tersebut adalah 2-
pentena, 2-metil-1-butena, 2-metil-2-butena

Gambar 6. Spektra MS dari salah satu produk konversi amil alkohol pada suhu 400°C

Abdullah, Triyono, Bambang Setiaji


Indoni'sun .Journal of Chomisf 60

Dari Tabel 6 teriihat bahwa hasil konverai


alkohol, baik dari amil alkohol maupun isoamil M-FVz«oM ■

-i-v
alkohol tidak terdapat produk berupa senyawa -H2
pentana maupun isopentana. Hal ini CH3CHCH2CH2 OH -?CH3CH2CHCHO
membuktikan bahwa reaksi hidrogenolisis
tidak mudah terjadi, meskipun telah CH3 CH3
/-Rsntanol 3-mBtH-butanal
digunakan logam Ni dan R sebagai katalis.
Dengan demikian benar bahwa reaksi
hidrogenolisis sulit terjadi pada katalis yang
bersifat asam seperti pada penelitian ini, produk senyawa aldehida tersebut relatif
karena adanya peran situs asam yang lebih lebih mudah didapatkan.
dominan. Kemudahan terbentuknya senyawa 3-
Terdapatnya senyawa aikena dan metil-1-butanal melalui isoamil alkohol
alkanal sebagai produk merupakan bukti diperkirakan sebagai akibat lebih
bahwa pada permukaan katalis paling sedikit sederhananya mekanisme reaksi yang
terjadi dua macam reaksi, yaitu dehidrasi dan ditempuh, dibandingkan dengan
dehidrogenasi. Hal ini menunjukkan bahwa pembentukan senyawa tersebut melalui amil
katalis Ni-Pt/zeolite yang dihasilkan pada alkohol.
penelitian ini selektivitasnya relatif masih Dalam Tabel 6 terdapat juga aceton
rendah. sebagai produk konversi alkohol, baik untuk
Reaksi dehidrasi pada amil alkohol amil alkohol maupun isoamil alkohol.
(pentanol) menghasilkan siklopentana Terbentuknya senyawa ini diperkirakan
sebagai produk utama. Terbentuknya melalui mekanisme pembentukan aceton
senyawa ini diperkirakan melalui senyawa 1- seperti pada proses sintesis Fischer-Tropsch.
pentena sebagai perantara. Mekanisme pembentukan aceton ini dimulai
kWitlOl dengan adsorpsi H2 dan CO pada permukaan
CH3CH2CH2CH2CH2OH
» I-ÿI
3vn2wn2vH"vÿr5
i— 1-
*
katalis.
1-B Smptnfna Pembakaran senyawa alkohol pada suhu
tinggi akan menghasilkan molekul CO.
Pada konversi isoamil alkohol moiekul ini akan teradsorpsi pada permukaan
(isopentanol) melalui reaksi dehidrasi katalis dan berinteraksi dengan atom H yang
diperoleh senyawa 2-metil-2-butena sebagai juga berada pada permukaan tersebut.
produk utama. Pembentukan produk ini Interaksi ini menghasilkan gugus karbonil
diperkirakan melalui adanya penataan ulang yang kemudian bereaksi lebih lanjut, sehingga
ion karbonium, untuk mendapatkan ion diperoleh aceton sebagai produk akhir.
karbonium tersier yang relatif lebih stabil
sebagai intermediei KESIMPULAN
N-FVzM* H-PVZKM
•HJO pmrntmiimg Dari penelitian yang dilakukan dapatlah
CH3CHCH2CH2OH - »CH sCHCHaCH2 -
► CH3C-CHCH3
ditarik kesimpulan bahwa katalis Ni/zeolit dan
cits
/-Ftntanot
cits cits
2-n»*-2-bu*n.
Ni-Pt/zeolit dapat dibuat dengan cara
mengimpregnasikan NiCI2.6H20 dan PtCU ke
dalam pelet zeolit, yang dilanjutkan dengan
kalsinasi, oksidasi dengan gas 02 dan reduksi
Sedangkan pada pembentukan 2- dengan gas H2. Katalis Ni-Pt/zeolit memiliki
pentena terjadi pergeseran gugus metil aktivitas lebih tinggi dari pada katalis Ni/zeolit
menuju ion karbonium untuk mendapatkan ion dan katalis Ni-Pt/zeolit tersebut mampu
karbonium sekunder yang relatif lebih stabil mengkonversi amil alkohol, isoamil alkohol
dibandingkan dengan ion karbonium primer. beserta campurannya untuk mendapatkan
Selanjutnya berdasarkan kaidah Saytzef, senyawa hkJrokarbon. Hasil konversi alkohol
pada pembentukan ikatan rangkap atom H berupa senyawa2-pentena, 2-metil-1-butena,
yang lepas, berasal dari atom karbon yang 2-metil-2-butena, siklopentana, 3-metil-1-
memiliki atom H lebih sedikit. Dengan butanal dan aceton. Konversi terbesar
demikian senyawa 2-pentena akan mudah teramati pada konversi isoamil alkohol (31,37
terbentuk dibandingkan dengan 1-pentena. %) yang dilakukan pada suhu 400°C.
Pembentukan 3-metil-1-butanal terjadi
melalui reaksi dehidrogenasi, baik pada
konversi amil alkohol maupun isoamil alkohol.
Melalui isoamil alkohol sebagai pereaksi,

Abdullah, Triyono, Bambang Setiaji


Gambar 7. Mekanisme pembentukan
aceton pada proses sintesis
Fischer-Tropsch [1].

DAFTAR PUSTAKA
4. Delafosse, D., 1980, Catalysis by Zeolites,
1. Anderson, J.R., Bodart, M., Catalysis Elsevier Scientific Publishing Company,
Science and Technology, Springer Verlag, Amsterdam.
Berlin Heidelberg, New York. 5. Foger, K., 1989, Dispersed Metai Catalyst,
2. Babu, G.P., Murthy, R.S., Krishnan, V., CSIRO Division of Material Science
1997, Conversion of Isoamil Alcohol over Catalyst and Surface Science, Lab.
Acid Catalysts: Reaction Dependence on University of Melbourne, Australia.
Nature Active Centers, Journal of 6. Gregg, S.J., Sing, K.S.W., 1967,
Catalysis, Academic Press, New York, Adsorption, Surface Area and Porosity,
166,111-114. National Academic, Washington DC.
3. Campbell, I.M., 1988, Catalysis at 7. Lowell, S., dan Shields, J.E., 1984,
Surfaces, Chapman and Hall, London- Powder Surface Area and Porosity,
New York. Chapman and Hall Ltd., New York.

Abdullah, Triyono, Bambang Setiaji


/m/o/ii'SM/i Jouinjl of Chrnustry 62

8. Oudejans, J.C., 1984, Zeolite Catalyst In 10. Tityono, 1996, Hidrogenolisis


Some Organic Reactions, supported by Tetrahidrofuran pada Katalisator Platina,
The Netherlands Foundation for Chemical Berkala llmiah MIPA-UGM, VI, 1/17-26.
Research (SON), Holland. H.Triyono dan Anwar, C.( 1997, Enhanced
9. Somorjai, G.A., 1987, The Building of HDO Activity via Wetness Impregnation of
Catalyst: A Molecular Surface Science Platinum on Oxide Supports, Lemigas
Approach (Hegedus, L.L., Arts, R., Bell, Scientific Contribution, Jakarta.
A.T., Boudart, M., Chen, N.Y., Gate, B.C., 12. Walling, C., 1950, The Acid Strength of
Haag, W.O., Somorjai, G.G., Wei, J., Surfaces, J. Amor. Chem. Soc., 72, 1164.
editors, Catalyst Design), John WHey &
Sons, New York.

Abdullah, Triyono, Bambang Setiaji

Anda mungkin juga menyukai