NIM : 072011333081
Prodi : Ilmu Poltik
Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Pemikiran Politik Barat
Tiga kelas beserta fungsinya yang dimaksud Plato untuk menganalogikan aspek-aspek
tersebut yaitu:
a. Kelas penguasa, yaitu kelas yang mengontrol dan mengetahui segala sesuatu
b. Kelas pejuang, yaitu kelas yang membantu para penguasa dengan penuh semangat
c. Kelas pekerja, yaitu kelas yang berada di urutan terakhir yang lebih menekankan
keinginan dan nafsunya untuk mendapatkan apa yang diimpikan
Selaras dengan ketiga kelas tersebut, keadilan alamiah menurut Plato akan tercapai apabila
terdapat keselarasan antara fungsi dan kecakapan seseorang dalam suatu bidang. Oleh karena
itu, adanya pembagian kecakapan tersebut berfungsi sebagai konsekuensi berupa pentingnya
pendidikan untuk seseorang sehingga apabila dia ingin tergolong dalam kelas penguasa maka
ia harus menempuh pendidikan secara serius agar dapat tercapai. Sebaliknya, apabila mereka
tidak menempuh pendidikan secara serius maka seseorang akan terjerumus pada kelas
pejuang ataupun kelas pekerja.
a. Monarki
Bentuk pemerintahan di suatu negara yang kekuasaan tertingginya dikuasai oleh satu
orang atau dalam arti lain dikendalikan oleh satu orang yang biasa disebut sebagai
raja atau kaisar di negara tersebut. Bentuk pemerintahan ini menurut Aristoteles
merupakan yang paling ideal karena kekuasaannya hanya dipimpin oleh satu orang
dan biasanya yang memimpin merupakan seorang filsuf atau raja yang bijaksana
sehingga pemimpin pada pemerintahan monarki tau akan kepentingan, kebaikan, dan
kesejahteraan masyarakatnya.
b. Tirani
c. Aristokrasi
Bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh beberapa orang yang pada masa Aristoteles
biasanya kekuasaannya dipegang oleh kaum cendekiawan atau orang-orang berdarah
biru. Kekuasaan tertinggi yang dipegang oleh beberapa orang ini bertujuan agar dalam
suatu pemerintahannya dapat menciptakan kebaikan dan kesejahteraan untuk
masyarakatnya karena dipimpin oleh beberapa orang yang dianggap cerdik.
d. Oligarki
e. Politeia
f. Demokrasi
3. Negara surgawi dan Negara duniawi adalah konsep utama dari pemikir Agustinus,
yang sebenarnya ke dua Negara tersebut memang ada di dunia dan menjadi way of life
bagi masyarakat. Jelaskan moral dasar yang melandasi ke dua bentuk negara tersebut!
Moral dasar yang melandasi negara surgawi yaitu didasarkan pada cinta kasih Tuhan yang
sifatnya abadi sebagai salah satu faktor untuk mengintegrasikan negara menjadi satu kesatuan
dalam hal politik dalam istilah lain konsep ini dinamakan sebagai Political Entity. Kepatuhan
masyarakat untuk tunduk dalam hukum-hukum di negara surgawi didasari oleh kesadaran
kolektif masyarakat bahwa ketaatan terhadap hukum harus dilakukan guna mencapai
kebaikan bersama.
Berbeda halnya dengan negara surgawi, negara duniawi lebih menitikberatkan pada cinta diri
atau self love untuk landasan moral terbentuknya negara duniawi. Kekuasaan dalam negara
duniawi diperoleh dengan cara mempergunakan kekerasan dan paksaan sehingga moralitas
luhur dan cinta kasih tidak berlaku dalam konsep negara duniawi. Cara memperoleh
legitimasi tersebut selaras dengan tujuan dari negara duniawi yaitu kekuasaan yang termasuk
manifestasi dari ketidakadilan, kebobrokan moral, kebohongan, dll.
Thomas Aquinas berpendapat bahwa negara merupakan suatu kebutuhan kodrati manusia
sehingga manusia secara alamiah membutuhkan negara. Berikut tiga pokok alasan manusia
secara alamiah membutuhkan negara menurut Thomas Aquinas:
a. Adanya tiga kategori manusia (man the substance, man the animal, man the moral
agent) yang membuat manusia mempunyai kecenderungan dan kebutuhan untuk
memiliki dan berbuat baik terhadap manusia yang lain.
b. Manusia yang merupakan makhluk intelektual dan rasional sekaligus sebagai
makhluk sosial yang tidak dapat hidup secara individualis
c. Manusia yang memiliki tingkatan berbeda-beda, termasuk tingkatan kemampuan atau
kelebihan yang dimiliki oleh setiap individu manusia, sehingga terciptanya sistem
penguasa dan yang dikuasai oleh penguasa di suatu negara.
Pemikiran Machiavelli merupakan pendobrak bagi tradisi filsafat pada abad pertengahan
yang cenderung dipengaruhi oleh metafisis. Machiavelli yang hidup pada masa Renaissance
memberikan kontribusi ide-ide politik untuk mengkonsepsikan suatu kekuasaan dengan
realistis, bukan filsafat yang dipenuhi ide abstrak maupun metafisis. Salah satu contohnya
yaitu agama yang menurut Machiavelli bukan lagi dilihat dari segi teologis umatnya, tetapi
yang paling terpenting agama bisa dijadikan faktor politik yang mengintegrasikan suatu
negara bahkan dapat mendukung suatu patriotisme untuk mencapai kemerdekaan atau
kekuasaan.
Cicero mengartikan republik sebagai suatu keperluan praktis dalam tataran pemerintahan dan
masyarakat untuk keperluan praktis. Republikanisme di mata Cicero meruapakan aspek legal
kedudukan warga negara berlandaskan dengan hukum dihadapan negara. Kepedulian Cicero
terhadap republikanisme ini didasari pada kepentingan dia untuk memperkenalkan republik
sebagai suatu persoalan rekonstruksi antara hak dengan kewajiban dalam konteks arena
relasional pemerintah dan rakyatnya. Dengan kata lain, Cicero menuntut untuk pemerintah
dituntut untuk berlaku adil dan tak terkecuali untuk warga dari pemerintah tersebut harus
memegang tanggung jawab dengan taat terhadap hukum.
Sumber: Bahrulamsal. 2017. Republikanisme dan Warga Negara sebagai Subjek Politik:
Suatu Telaah Singkat. http://alhegoria.blogspot.com/2017/09/republikanisme-dan-warga-
negara-sebagai.html (Diakses pada 2 November 2021)