Anda di halaman 1dari 5

Nama : Aulia Thaariq Akbar

NIM : 072011333081
Prodi : Ilmu Poltik
Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Pemikiran Politik Barat

1. Plato menganalogikan nalar, jiwa dan tubuh dalam mengklasifikasi 3 kelas di


masyarakat yang masing-masing memiliki fungsinya sendiri. Coba jelaskan ketiga kelas
tersebut ? Dan apa yang dimaksud keadilan alamiah terkait dengan kelas tersebut?

Tiga kelas beserta fungsinya yang dimaksud Plato untuk menganalogikan aspek-aspek
tersebut yaitu:

a. Kelas penguasa, yaitu kelas yang mengontrol dan mengetahui segala sesuatu
b. Kelas pejuang, yaitu kelas yang membantu para penguasa dengan penuh semangat
c. Kelas pekerja, yaitu kelas yang berada di urutan terakhir yang lebih menekankan
keinginan dan nafsunya untuk mendapatkan apa yang diimpikan

Selaras dengan ketiga kelas tersebut, keadilan alamiah menurut Plato akan tercapai apabila
terdapat keselarasan antara fungsi dan kecakapan seseorang dalam suatu bidang. Oleh karena
itu, adanya pembagian kecakapan tersebut berfungsi sebagai konsekuensi berupa pentingnya
pendidikan untuk seseorang sehingga apabila dia ingin tergolong dalam kelas penguasa maka
ia harus menempuh pendidikan secara serius agar dapat tercapai. Sebaliknya, apabila mereka
tidak menempuh pendidikan secara serius maka seseorang akan terjerumus pada kelas
pejuang ataupun kelas pekerja.

Sumber: Fadilah, F. N. 2020. Rangkuman Pemikiran Plato. https://inmind.id/rangkuman-


pemikiran-plato/ (Diakses pada 2 November 2021)

2. Aristoteles mengemukakan bahwa bentuk pemerintahan yang terbaik dan yang


terburuk didasarkan pada jumlah orang yang memerintah dan nilai moral yang
mendasari penguasa. Jelaskan bentuk-bentuk pemerintahan dengan menjelaskan dasar
klasifikasi tersebut!
Aristoteles mengemukakan beberapa bentuk pemerintahan berdasarkan pada jumlah orang
yang memerintah dan nilai moral penguasa, diantaranya adalah:

a. Monarki

Bentuk pemerintahan di suatu negara yang kekuasaan tertingginya dikuasai oleh satu
orang atau dalam arti lain dikendalikan oleh satu orang yang biasa disebut sebagai
raja atau kaisar di negara tersebut. Bentuk pemerintahan ini menurut Aristoteles
merupakan yang paling ideal karena kekuasaannya hanya dipimpin oleh satu orang
dan biasanya yang memimpin merupakan seorang filsuf atau raja yang bijaksana
sehingga pemimpin pada pemerintahan monarki tau akan kepentingan, kebaikan, dan
kesejahteraan masyarakatnya.

b. Tirani

Suatu bentuk pemerintahan yang terjadi akibat konsekuensi dari pemerintahan


monarki yang berjalan menyimpang. Pemimpin tunggal pada negara tersebut
menggunakan kekuasaannya secara sewenang-wenang untuk kepentingan pribadi,
bukan kepentingan masyarakatnya. Kesewenangan-wenangan tersebut justru akhirnya
membuat penguasa tidak segan untuk menindas rakyatnya sendiri.

c. Aristokrasi

Bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh beberapa orang yang pada masa Aristoteles
biasanya kekuasaannya dipegang oleh kaum cendekiawan atau orang-orang berdarah
biru. Kekuasaan tertinggi yang dipegang oleh beberapa orang ini bertujuan agar dalam
suatu pemerintahannya dapat menciptakan kebaikan dan kesejahteraan untuk
masyarakatnya karena dipimpin oleh beberapa orang yang dianggap cerdik.

d. Oligarki

Bentuk pemerintahan ini merupakan konsekuensi dari pemerintahan aristokrasi yang


dijalankan secara menyimpang. Hal tersebut membuat beberapa pemimpin yang
menguasai suatu negara menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan para
pemimpin itu sendiri dengan menambah kekayaannya, mengeksploitasi sumber daya
negara, dan merampas hak-hak rakyatnya.
Pada masa sekarang, bentuk pemerintahan oligarki biasanya dikuasai oleh
sekelompok orang yang memiliki kekayaan atau status jabatan.

e. Politeia

Bentuk pemerintahan yang menurut Aristoteles kekuasaan politiknya dipegang oleh


banyak orang dengan tujuan untuk mencapai kepentingan, kebaikan, dan
kesejahteraan umum.

f. Demokrasi

Suatu bentuk pemerintahan akibat konsekuensi dari adanya pemerintahan politeia


yang membat kekuasaan pemerintahannya di tangan orang banyak, termasuk
diantaranya dipegang oleh rakyat miskin dengan tujuan kepentingan rakyat miskin
dapat diwakili oleh pemegang kekuasaan. Tak sebatas rakyat miskin, dalam
pemerintahan yang menerapkan sistem demokrasi, berbagai golongan dapat
memegang kekuasaan politiknya dan sekarang ini orang yang ingin mendapatkan
kekuasaan di sistem demokrasi haruslah mempunyai modal politik yang besar, salah
satunya adalah kekayaan.

Sumber Minggu Keti: PowerPoint ga_Pemikiran Politik Barat_Slide ke-34, 35, 36

3. Negara surgawi dan Negara duniawi adalah konsep utama dari pemikir Agustinus,
yang sebenarnya ke dua Negara tersebut memang ada di dunia dan menjadi way of life
bagi masyarakat. Jelaskan moral dasar yang melandasi ke dua bentuk negara tersebut!

Moral dasar yang melandasi negara surgawi yaitu didasarkan pada cinta kasih Tuhan yang
sifatnya abadi sebagai salah satu faktor untuk mengintegrasikan negara menjadi satu kesatuan
dalam hal politik dalam istilah lain konsep ini dinamakan sebagai Political Entity. Kepatuhan
masyarakat untuk tunduk dalam hukum-hukum di negara surgawi didasari oleh kesadaran
kolektif masyarakat bahwa ketaatan terhadap hukum harus dilakukan guna mencapai
kebaikan bersama.

Berbeda halnya dengan negara surgawi, negara duniawi lebih menitikberatkan pada cinta diri
atau self love untuk landasan moral terbentuknya negara duniawi. Kekuasaan dalam negara
duniawi diperoleh dengan cara mempergunakan kekerasan dan paksaan sehingga moralitas
luhur dan cinta kasih tidak berlaku dalam konsep negara duniawi. Cara memperoleh
legitimasi tersebut selaras dengan tujuan dari negara duniawi yaitu kekuasaan yang termasuk
manifestasi dari ketidakadilan, kebobrokan moral, kebohongan, dll.

Sumber: PowerPoint Minggu Keempat_Pemikiran Politik Agustinus_Slide ke-19 dan 20

4. Menurut Thomas Aquinas, negara terbentuk sebagai pemenuhan keinginan manusia,


artinya bahwa negara terbentuk karena kehendak alamiah manusia. Jelaskan 3 pokok
alasan manusia secara alamiah membutuhkan negara ?

Thomas Aquinas berpendapat bahwa negara merupakan suatu kebutuhan kodrati manusia
sehingga manusia secara alamiah membutuhkan negara. Berikut tiga pokok alasan manusia
secara alamiah membutuhkan negara menurut Thomas Aquinas:

a. Adanya tiga kategori manusia (man the substance, man the animal, man the moral
agent) yang membuat manusia mempunyai kecenderungan dan kebutuhan untuk
memiliki dan berbuat baik terhadap manusia yang lain.
b. Manusia yang merupakan makhluk intelektual dan rasional sekaligus sebagai
makhluk sosial yang tidak dapat hidup secara individualis
c. Manusia yang memiliki tingkatan berbeda-beda, termasuk tingkatan kemampuan atau
kelebihan yang dimiliki oleh setiap individu manusia, sehingga terciptanya sistem
penguasa dan yang dikuasai oleh penguasa di suatu negara.

Kalo sempet tambahi kesimpulan

Sumber: PowerPoint Minggu Kelima_Pemikiran Thomas Aquinas_Slide ke-15

5. Machiavelli memisahkan atara moralitas agama dan moralitas politik. Jelaskan


standard apa yang dipakai Machiavelli untuk mengukur seorang penguasa. Jelaskan
kontribusi gagasannya bagi perkembangan ide-ide politik.

Machiavelli menganggap bahwa setiap manusia di dalam dirinya memiliki kepentingan-


kepentingan irasional sehingga dapat terombang ambing oleh emosinya sendiri. Oleh karena
itu, Machiavelli berpendapat bahwa penguasa seharusnya dapat memobilisasi emosi tiap-tiap
orang agar dapat membuat opini umum masyarakatnya sehingga kekuasaan dari penguasa
semakin kokoh. Selain itu, penguasa harus memperhatikan alasan-alasan moral yang terdapat
pada setiap rakyatnya tidak diperlukan dan penguasa apabila melanggengkan kekuasaanya
bukan diperoleh dari hukum, tetapi dengan cara menempatkan orang-orang yang patuh
kepada penguasa agar kekuasaan dipandang sebagai suatu yang sakral dan nyata. Maka dari
itu, menurut Machiavelli, segala sesuatu yang kaitannya dengan moral, termasuk hukum
dianggap tidak penting oleh di tangan penguasa.

Pemikiran Machiavelli merupakan pendobrak bagi tradisi filsafat pada abad pertengahan
yang cenderung dipengaruhi oleh metafisis. Machiavelli yang hidup pada masa Renaissance
memberikan kontribusi ide-ide politik untuk mengkonsepsikan suatu kekuasaan dengan
realistis, bukan filsafat yang dipenuhi ide abstrak maupun metafisis. Salah satu contohnya
yaitu agama yang menurut Machiavelli bukan lagi dilihat dari segi teologis umatnya, tetapi
yang paling terpenting agama bisa dijadikan faktor politik yang mengintegrasikan suatu
negara bahkan dapat mendukung suatu patriotisme untuk mencapai kemerdekaan atau
kekuasaan.

Sumber: Manullang. E. F. M. 2010. NICOLLO MACHIAVELLI: SANG BELlS POLITIK?


Suatu Refleksi Dan Kritik Filosofis Terhadap Gagasan Politik Machiavelli Dalam II Principe.
Dalam Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-40, No. 4

6. Mengapa Cicero sangat peduli terhadap republikanisme ? Jelaskan?

Cicero mengartikan republik sebagai suatu keperluan praktis dalam tataran pemerintahan dan
masyarakat untuk keperluan praktis. Republikanisme di mata Cicero meruapakan aspek legal
kedudukan warga negara berlandaskan dengan hukum dihadapan negara. Kepedulian Cicero
terhadap republikanisme ini didasari pada kepentingan dia untuk memperkenalkan republik
sebagai suatu persoalan rekonstruksi antara hak dengan kewajiban dalam konteks arena
relasional pemerintah dan rakyatnya. Dengan kata lain, Cicero menuntut untuk pemerintah
dituntut untuk berlaku adil dan tak terkecuali untuk warga dari pemerintah tersebut harus
memegang tanggung jawab dengan taat terhadap hukum.

Sumber: Bahrulamsal. 2017. Republikanisme dan Warga Negara sebagai Subjek Politik:
Suatu Telaah Singkat. http://alhegoria.blogspot.com/2017/09/republikanisme-dan-warga-
negara-sebagai.html (Diakses pada 2 November 2021)

Anda mungkin juga menyukai