Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH PANCASILA

NILAI- NILAI PANCASILA

DISUSUN OLEH :
LIES INDRIA SYANI (1614190032)

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Berbicara tentang pancasila, tentu berkaitan dengan nilai-nilai pancasila, butir-butir
pancasila serta pengamalan-pengamalannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, nilai-nilai
pancasila memiliki makna yang mendalam baik dari segi sejarah pembentukan dan pengamalan.
Pancasila adalah dasar negara yang juga Landasan untuk menuju cita-cita bangsa dan untuk
memotivasi bangsa dalam mencapai cita-cita tersebut.
Dengan perkembangan teknologi, modernisasi, westernisasi yang tak lain adalah Globalisasi
telah mengikis nilai-nilai tersebut dalam kehidupan masyarakat. Sehingga mengakibatkan ketidak
tahuan masyarakat Indonesia terhadap nilai-nilai dan butir-butir Dasar negara mereka sendiri. Dan
menanamkan pemikiran bahwa nilai-nilai, butir-butir dan pengamalan-pengamala Pancasila hanya
untuk para pelajar dan Mahasiswa saja.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat ditentukan rumusan masalah
dalam makalah ini seperti :
1.    Apasaja Nilai-nilai pancasila dalam Sosio-Budaya Bangsa Indonesia ?
2.    Apasaja Butir-butir pancasila ?
3.    Bagaimana Pengamalan pancasila dalam kehidupan Penulis.

C.          Tujuan
1.    Untuk Mengetahui nilai-nilai Pancasila
2.    Mengetahui butir-butir pancasila
3.    Menjelaskan pengamalan-pengamalan dalam kehidupan sehari-hari, yakni dalam kehidupan
Penulis.

D. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil yaitu membantu pembaca dalam memahami nilai-nilai
Pancasila, Butir-butir Pancasila dan pengamalan-pengamalannya untuk kehidupan
berbangsa dan bernegara.
BAB II
PEMBAHASAN

Pancasila adalah Dasar Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proses


lahirnya Pancasila menjadi sejarah yang tidak akan pernah terlupakan oleh bangsa
Indonesia. Kata pancasila berasal dari bahasa Sansekerta. Panca berarti lima dan Sila berarti
prinsip atau asas. Pancasila berarti lima asas atau Lima Dasar atau lima Sila. Lima sila
tersebut adalah :
1.    Ketuhanan yang maha Esa.
2.    Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3.    Persatuan Indonesia.
4.    Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
perwakilan, dan
5.    Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Masing–masing sila mengandung nilai–nilai yang menjadi pedoman bagi Bangsa


Indonesia. Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam pembukaan UUD 1945 secara yuridis
memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah Negara yang Fundamental. Adapun pembukaan
UUD 1945 yang di dalamnya memuat nilai-nilai Pancaasila, yang bilamana dianalisis makna
yang terkandung di dalamnya tiak lain merupakan derivasi atau penjabaran dari nilai-nilai
Pancasila.

 Nilai-nilai Pancasila
Suatu dasar negara akan kuat, apabila dasar tersebut berasal dan berakar pada diri bangsa
yang bersangkutan. Bangsa Indonesia mempunyai dasar negara yang bukan jiplakan dari
luar, akan tetapi asli Indonesia. Unsur-unsur Pancasila terdapat didalam berbagai agama,
kepercayaan, adat istiadat, dan kebudayaan. Karena dalam agama, kepercayaan, adat
istiadat dan kebudayaan tersebut berkembang nilai-nilai antara lain nilai moral, maka
Pancasila pun mengandung nilai moral dalam dirinya, nilai-nilai Pancasila diungkapkan
dalam 2 (dua) nilai, yaitu:
1.    Kedudukan Nilai, Norma, dan Moral dalam Masyarakat
a.    Kedudukan Nilai dalam masyarakat
Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik sebagai pribadi maupun sebagai
masyarakat, senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai, norma dan moral.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, dan memperkaya batin yang
menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai merupakan salah satu wujud
kebudayaan, disamping sistem sosial dan karya. Cita-cita, gagasan, konsep, ide tentang
suatu hal adalah wujud kebudayaan sebagai sistem nilai. Olah karena itu nilai dapat dihayati
sebagai kebudayaan dalam wujud kebudayaan abstrak. Untuk mengidentifikasi nilai-nilai
yang terdapat dalam kehidupan masyarakat ada 6 macam nilai :
1. Nilai teori adalah untuk mengetahui identitas benda dan kejadian yang terdapat
disekitarnya.
2. Nilai ekonomi adalah pemanfaatan benda-benda atau kejadian yang mengikuti nalar
efisiensi.
3.    Nila estetik adalah mempelajari sesuatu yang indah.
4.    Nilai sosial berorientasi pada hubungan antara manusia dengan yang lainnya dan
menekan pada segi-segi kemanusiaan yang luhur.
5.    Nilai politik berpusat pada kekuasaan srta berpengaruh dalam kehidupan
bermasyarakat.
6.    Nilai religi adalah manusia menilai alam sekitarnya sebagai wujud rahasia kehidupan
dan alam semesta.

b.    Kedudukan Norma dalam masyarakat


Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-
hari berdasarkan motivasi tertentu. Norma sesungguhnya perwujudan martabat manusia
sebagai makhluk budaya, sosial, moral dan religi. Suatu kesadaran dan sikap luhur yang
dikehendaki oleh tata nilai yang harus dipatuhi. Oleh karena norma dalam perwujudannya
dapat berupa norma agama, norma filsafat, kesusilaan, hukum, dan norma sosial.

c.    Kedudukan Moral dalam masyarakat


Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut perilaku
manusia. Seseorang yang taat dan patuh pada aturan-aturan, kaidah dan norma yang
berlaku dalam masyarakatnya dia sudah dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa aturan, prinsip-prinsip yang benar, yang baik,
yang terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma
yang mengikat kehidupan masyarakat, negara dan bangsa. Moral dapat dibedakan seperti
moral ketuhanan atau agama, moral filsafat, etika, hukum, ilmu dan sebagainya. Nilai,
Norma, dan Moral secara bersama mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai
aspeknya. Pancasila secara filsafat mengandung nilai-nilai yang bersifat Fundamental,
universal, mutlak dan abadi dari Tuhan yang Maha Esa yang tercermin dalam inti kesamaan
ajaran-ajaran agama dalam kitab sucinya, artinya di dalam nilai-nilai tersebut mengandung
nilai moral, maka Pancasila pun mengandung nilai moral dalam dirinya.

2. Nilai-nilai Pancasila dalam Sosio-Budaya Bangsa Indonesia


a.    Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa bukanlah suatu kepercayaan yang tidak
dapat dibuktikan kebenarannya melalui penalaran, melainkan suatu kepercayaan yang
berpangkal dari kesadaran manusia sebagai makhluk Tuhan. Keyakinan yang demikian maka
negara Indonesia berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa, dan negara memberi jaminan
sesuai dengan keyakinannya, dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya.
Sebagai sila pertama menjadi sumber pokok nilai-nilai kehidupan, yang menjiwai dan
mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab,
penggalangan persatuan Insonesia yang telah membentuk RI yang berdaulat penuh, bersifat
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hakekat pengertian nilai-
nilai diatas sesuai dengan Pernyataan dalam Pembukaan Uud 1945 yaitu keyakinan atas
berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Dalam sial pertama ini tercakup nilai religi yang
mengatur hubungan negara dan agama, sehubungan dengan manusia dengan Sang
Pencipta, serta nilai yang menyangkut hak asasi yang paling asasi.
b.    Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Dalam sila ini merupakan norma untuk menilai apa pun yang menyangkut
kepentingan manusia sebagai makhluk Tuhan yang mulai dengan kesadaran martabat dan
derajatnya, nilai-nilai dalam sila ini adalah refleksi dari martabat serta harkat manusia yang
memiliki potensi kultural. Menurut sila ini setiap manusia Insonesia adalah bagian dari
warga dunia, yang meyakini adanya prinsip persamaan hak dan martabatnya sebagai hamba
Tuhan.

c.    Nilai Persatuan Indonesia


Sila ketiga ini meliputi makna persatuan dan kesatuan dalam arti Ideologis, ekonomi,
politik, sosial budaya, dan keamanan. Nilai persatuan ini dikembangkan dari pengalaman
sejarah bangsa Indonesia, yang senasib dan didorong untuk mencapai kehidupan
kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Dan bertujuan
untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta
mewujudkan perdamaian dunia yang abadi. Sila ini mengandung nilai-nilai kerohanian dan
nilai etis yang mencakup kedudukan dan martabat manusia Indonesia untuk menghargai
keseimbangan antara kepentingan pribadi dan masyarakat. Nilai yang menjunjung tinggi
tradisi kejuangan dan kerelaan untuk berkorban dan membela kehormatan bangsa dan
negara.

d.    Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan.
Dalam sila ini, diakui bahwa negara RI menganut asas demokrasi yang bersumber
kepada nilai-nilai kehidupan yang berakar dalam budaya bangsa Indonesia. Perwujudan
demokrasi itu dipersepsi sebagai paham kedaulatan rakyat, yang bersumber nilai
kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan.

e.    Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Nilai-nilai yang terkandung dalam sial ini meliputi nilai keselarasan, keseimbangan,
dan keserasian yang menyangkut hak dan kewajiban yang dimiliki oleh rakyat Indonesia,
tanpa membedakan asal suku, agama yang dianut, keyakinan politik, serta tingkat
ekonominya. Didalam sila ini pun terkandung nilai kedermawaan kepada sesama, memberi
tempat kepada sikap hidup hemat, sederhana, dan kerja keras.
Sila kelima ini juga mengembangkan nilai untuk menghargai karya, dan norma yang
menolak adanya kesewenang-wenangan, serta pemerasan kepada sesama. Juga
mengandung nila vital yaitu keniscayaan secara bersama mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial, dalam makna untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia. Nilai-nilai yang tercakup dalam sila ini memberi jaminan untuk mencapai taraf
kehidupan yang layak dan terhormat sesuai dengan kodratnya, dan menempatkan nilai
demokrasi dalam bidang ekonomi dan sosial.
 45 butir-butir Pancasila
a) Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.

b) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3.   Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4.    Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5.    Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6.    Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7.    Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8.    Berani membela kebenaran dan keadilan.
9.    Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

c) Persatuan Indonesia
1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3.    Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4.    Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5.    Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
6.    Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7.    Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
d) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
2.    Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3.    Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4.    Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5.    Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6.    Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
8.    Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9.    Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.

e) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2.    Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3.    Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4.    Menghormati hak orang lain.
5.    Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6.    Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
9.    Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

Apabila Bangsa Indonesia benar-benar mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam


Pancasila, tentunya degradasi moral dan kebiadaban masyarakat kita dapat diminimalisir.
Kenyataannya setelah era reformasi, para reformator alergi dengan semua produk yang
berbau orde baru termasuk P4 ( Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)
sehingga terkesan meninggalkannya begitu saja. Belum lagi saat ini jati diri Indonesia mulai
goyah ketika sekelompok pihak mulai mementingkan dirinya sendiri untuk kembali
menjadikan negara ini sebagai negara berideologi agama tertentu.

 Pengamalan Pancasila dalam Kehidupan sehari - hari


1.    KETUHANAN YANG MAHA ESA
Sila pertama merupakan sumber pokok nilai-nilai kehidupan, sila ini memiliki makna yakni
bangsa mengakui, yakin dan percaya dengan adanya tuhan pencipta alam semesta.
Keyakinan setiap umat manusia berbeda-beda termasuk keyakinan memeluk agama atau
keyakinan beragama, seperti yang tercantum dalam butir pancasila sila ke- 1, yang berbunyi
“Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab”. Hal inilah yang diamalkan dalam kehidupan sehari –hari,yakni percaya dan taqwa
kepada Allah SWT, dengan pengaplikasian melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi
segala larangannya, dengan melaksanakan sholat, puasa, sedekah serta amalan-amalan
yang diajarkan dalam agama yang dianut, serta pilihan sekolah yang lebih berkosentrasi
dalam mengembangkan pembentukan rohani secara islamiah untuk membentuk pribadi
sesuai dengan agama yang dipilih, diakui, diyakini serta di percaya oleh masyarakat, agar
tidak semata-mata menjadi agama turunan bagi masyarakat. pengamalan lain yang
dilakukan masyarakat yakni menjunjung tinggi rasa toleransi terhadap agama lain, hal ini di
aplikasikan dengan tidak menjauhi agama lain, tetap berteman dan menjalin keakraban
dengan agama lain, serta menjaga setiap omongan dan tingkah laku yang dapat
menyinggung agama lain, selain itu, pengaplikasian masyarakat terhadap sila ke-1 ini juga
dengan tidak memaksakan teman dan sahabat dalam memeluk agama yang diyakini oleh
masyarakat, dan mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya masyarakat yang tidak se-agama dengan diri kita.

2.    KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB


Sila kedua berkenaan dengan pengakuan persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban
asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis
kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dsb. Kasus penulis dalam pengamalan sila ke-2 ini
dengan mampunya masyarakat bersikap tenggang rasa, melakukan berbagai aksi
kepedulian, salah satunya dengan memberikan bantuan kepada korban-korban bencana
alam seperti bencana yang masih begitu lekat dalam pikiran yaitu bencana banjir bandang di
daerah Kulawi, masyarakat ikut membantu dalam mengumpulkan bantuan-bantuan untuk
korban bencana di salah satu posko pengumpulan dan ikut menyalurkannya ke daerah
kulawi walaupun tidak terjun langsung ke daerah bencana. Hal lain sikap yang berhubungan
dengan pengamalan sila ke-2 yaitu ketika terjadi kebakaran di daerah tempat tinggal kita,
kita tidak segan untuk membantu korban dalam menghilangkan rasa trauma kebakaran,
serta memberikan bantuan sembako, dan pakaian layak pakai untuk korban kebakaran.
Selain itu kita juga mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, yaitu dengan
menyayangi keluarga, teman, dan sahabat-sahabat penulis dengan tulus, dan sebisa
mungkin ikut melaksanakan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan tempat tinggal kita
yang dilakukan secara gotong royong untuk menjaga lingkungan tetap bersih, kita juga tak
pernah memilih-milih teman berdasarkan status sosial, suku, agama, warna kulit dsb, karena
kita sadar bahwa semua itu hanya akan membuat perpecahan dalam kehidupan bersama.
3.    PERSATUAN INDONESIA
Sila ini memiliki makna yakni setiap individu mampu menempatkan persatuan, kesatuan,
serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan. Sama halnya di Indonesia, Indonesia memiliki ber-aneka
ragam suku dan budaya, tanpa rasa persatuan yang dijunjung tinggi, Indonesia takkan
mungkin dapat bersatu. Pengamalan sila ke-3 ini dalam pribadi kita yakni dengan ikhlas
melaksanakan Upacara bendera setiap hari senin, mendengarkan dengan baik pembacaan
UUD 1945 dan ikut pembacaan Pancasila sejak SD dan SMA, hal ini dikarenakan rasa cinta
bangsa dan tanah air penulis, selain itu pengamalan lain yaitu dengan mencintai, dan
menghargai produk dalam negeri untuk mensukseskan bangsa dan tanah air, pengamalan
pancasila dalam pribadi kita yang berkenaan dengan sila ke-3 yaitu dengan kemampuan kita
menyesuaikan diri dalam lingkungan dengan suku yang berbeda, memiliki bahasa, kebiasaan
yang juga berbeda, salah kasus yang dialami kita yaitu.misalkan: kita yang berasal dari suku
batak terbiasa dengan cara berbicara orang batak yang tegas, dan keras yang meninggalkan
kesan membentak bagi sebagian orang, namun, kita mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan, terutama dengan suku Jawa yang sangat bertolak belakang dengan cara bicara
suku Batak, dimana suku Jawa lebih pelan dan Halus, kita menyesuaikan nada bicara ketika
berbicara dengan suku Jawa agar tidak meninggalkan kesan kesalah pahaman pada lawan
bicara kita yang memiliki cara berbicara yang bertolak belakang dengan kita.

4.    KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM


PERMUSYAWARATAN/ PERWAKILAN
Sila ke-4 ini memiliki makna selalu melakukan musyawarah mufakat dalam
pengambilan keputusan, pengamalan sila ini dalam kehidupan pribadi kita yaitu dengan
aktifnya kita dalam ber-organisasi, dalam ber-organisasi terdapat banyak ide-ide yang
berbeda sebab berasal dari individu yang memiliki pandangan yang berbeda-beda, dalam
menyatukan pikiran anggota yang tergabung dalam organisasi tersebut dilakukan
musyawarah mufakat untuk mengambil keputusan yang arif dan bijaksana yang dapat
mewakili setiap pemikiran individu, agar tak terjadi kecemburuan sosial, karena sebagai
warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama, termasuk kebebasan/ hak dalam berpendapat, dan mampu
menerima serta menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah,
dan sebisa mungkin meng-aplikasikan hasil keputusan musyawarah. Contoh kecil
pengamalannya yaitu ketika kita ikut berpartisipasi dalam acara rutin di bulan ramadhan,
dimana kita menjadi ketua panitia dalam acara tersebut, yaitu buka bersama anak yatim
piatu, ketika kita ingin memutuskan panti asuhan tempat pelaksaan, begitu banyak ide,
usulan tempat yang diajukan, namun kita tidak langsung memutuskan tempat pelaksanaan
mengikuti kehendak pribadi sendiri, tetapi kita mengadakan rapat dan memutuskannya
berdasarkan musyawarah mufakat, dimana musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan
sesuai dengan hati nurani yang luhur agar terwujudnya hasil yang biaksana.
5.    KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
Sila ke-5 ini memiliki makna bahwa Keadilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat tercipta
karena adanya kesamaan hak dan kewajiban. Pengamalan Pancasila dalam kehidupan
pribadi kita yang terkait dengan sila ini sangat terasa ketika Hari lebaran tiba, dimana
keluarga sering mengadakan duduk bersama di malam takbiran, dan gotong royong dalam
membersihkan rumah untuk menyambut hari kemenangan tersebut. Kita juga diajarkan
untuk selalu menyeimbangkan hak dan kewajiban, dimana ketika kita ingin mendapat hak
maka kita harus menyelesaikan kewajibannya terlebih dahulu. Kita juga selalu
menghormati orang lain yakni selalu bersikap sopan pada setiap orang.
Contoh sederhananya yaitu saya selalu melakukan kewajiban sebagai anak dengan
membersihkann rumah, belajar, membantu orang tua, agar mendapatkan uang saku sebagai
hak. Selain itu orangtua penulis juga selalu menanamkan sifat adil pada anak-anaknya yaitu
dengan tidak mebeda-bedakan anaknya atau yang biasa disebut “pilih kasih” jadi, kita
terbiasa hidup dalam suasana adil, dan berusaha menunaikan kewajiban untuk
mendapatkan hak. Yang membuat kita dapat mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
kita juga selalu menghargai karya orang lain, yaitu ketika saya bersama 2 orang teman
bersaing dalam pembuatan puisi yang akan dibacakan dalam perpisahan sekolah, dan puisi
penulis yang terpilih sebagai puisi yang akan dibacakan, namun saya tidak pernah mengejek
ataupun memandang rendah puisi teman penulis tersebut, melainkan saya menggabungkan
ketiga puisi menjadi satu puisi yang akan dibacakan dalam perpisahan sekolah, agar
bermanfaat bagi kesejahteraan bersama.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan sudah sepatutnya menjadi dasar
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh masyarakat indonesia, nilai-nilai Pancasila
merupakan cakupan dari nilai, norma, dan moral yang harusnya mampu diamalkan oleh
seluruh masyarakat Indonesia, sebab apabila Bangsa Indonesia mampu mengamalkan nilai-
nilai tersebut maka degradasi moral dan kebiadaban masyarakat dapat diminimalisir, secara
tidak langsung juga akan mengurangi kriminalitas di Indonesia, meningkatkan keamanan
dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

SARAN
Sudah sepatutnya seluruh masyarakat Indonesia mengubah pikiran yang berpikir pancasila
hanya untuk para pelajar dan mahasiswa, dan mula memahami nilai-nilai serta butir-butir
pancasila tersebut dan mengamalkannya untuk mencapai satu tujuan bersama yakni,
menjadi Bangsa yang Makmur aman sejahtera , dengan seribu pulau, budaya, dan berbagai
agama. BHINEKA TUNGGAL IKA.

Anda mungkin juga menyukai